Anda di halaman 1dari 61

 

1.

. BRONKHITIS AKUT Oleh : Asti Sri Endriyawati 05200ID10090/2C


2. 2. Bronkhitis Bronkitis ( bronchitis ) adalahperadangan (inflamasi) pada selaputlendir
(mukosa) bronchus (saluranpernafasan dari trachea hinggasaluran napas di dalam paru-
paru).Peradangan ini mengakibatkanpermukaan bronchus membengkak(menebal)
sehingga saluranpernapasan relatif menyempit.
3. 3. Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni:bronkitis akut dan bronkitis kronis. Istilahakut dan
kronis adalah terminologi (istilah)berdasarkan durasi berlangsungnya penyakit,bukan
berat ringannya penyakit.
4. 4. Bronkhitis Akut Bronkitis akut pada umumnya ringan.Berlangsung singkat (beberapa
hari hinggabeberapa minggu), rata-rata 10-14 hari.Meski ringan, namun ada kalanya
sangatmengganggu, terutama jika disertai sesak,dada terasa berat, dan
batukberkepanjangan.
5. 5. PENYEBAB Penyebab terserang Bronkitis akut adalahvirus, yakni virus influenza,
Rhinovirus,Adenivirus, dan lain-lain. Sebagian kecildisebabkan oleh bakteri (kuman),
terutamaMycoplasma pnemoniae, Clamydia pnemoniae,dan lain-lain.
6. 6. Epidemiologi Paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2tahun, puncak usia anak
usia 9-15 tahun.‡ Lebih banyak pada usia > 45 tahun. Sering terjadi di musim dingin (di
daerah non-tropis) atau musim hujan (di daerah tropis). Frekuensi bronkitis lebih banyak
pada populasi dengan status ekonomi rendah dan pada kawasan industri. Bronkitis lebih
banyak terdapat pada laki-laki dibanding wanita.
7. 7. Tanda - Tanda• Keluhan yang kerap dialami penderita bronkitis akut, meliputi:• Batuk
(berdahak ataupun tidak berdahak).• Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak
nyaman di dada.• Sesak napas, rasa berat bernapas,• Kadang batuk darah.
8. 8. PENGOBATAN Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis
(meredakan keluhan). Obat-obat yang lazim digunakan, yakni:• Antitusif (penekan
batuk)• Ekspektorant (Pengencer Dahak)• Antipiretik (pereda panas)• Bronkodilator
(melongarkan napas)• Antibiotika (jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman)
9. 9. Tata Laksana a) Terapi suportif Istirahat Peningkatan asupan cairan b b)
Medikamentosa‡ Antibiotik bila dicurigai adanya infeksi bakteri Bila ditemukan wheezing
maka berikan bronkodilator agonis ß-₂
10. 10. Komplikasi Episode bronkitis akut yang berulang dapatmengakibatkan terjadinya
bronkitis kronis.² Beberapa penyakit lain yang dapat ditimbulkanakibat bronkitis akut,
yaitu :1. Bronkopneumoni2. Pneumoni3. Pleuritis4. Bronkiektasis
11. 11. Deskripsi Rontgen “corakan ramai” ini kerap menimbulkan tandatanya penderita,
bahkan tak jarang penderitaketakutan, sampai-sampai ada yang tidak bisa tidur,sebelum
mendapatkan penjelasan dokter. Karenamenganggap kata “corakan” identik dengan
krowok(bahasa jawa: berlubang). Padahal sejatinya “corakanramai” adalah terjemahan
dari “peningkatanbronchovascular pattern” yang artinya gambaranpembuluh darah
disekitar bronkus. Dalam keadaannormal, bronchovascular pattern tidak
melebihisetengah dari garis vertikal salah satu bagian paru-paru (hemithorax). Pada
keadaan tertentu,bronchovascular pattern meningkat melebihi setengahgaris vertikal
salah satu bagian paru (paru kanan atauparu kiri), termasuk pada bronkitis.
 
bronkitis adalah radang pada lapisan saluran bronkial karena infeksi. Bronkus
adalah saluran yang membiarkan udara masuk ke dalam dan keluar dari paru-paru.
Pengidap bronkitis sering mengalami batuk lendir yang menebal, yang bisa
berubah warna. ... Bronkitis kronis jauh lebih parah daripadabronkitis akut.
Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada saluran utama pernapasan atau
bronkus. Bronkus sendiri berfungsi sebagai saluran yang membawa udara dari dan
menuju paru-paru. Seseorang yang menderita bronkitis biasanya ditandai dengan
munculnya gejala batuk yang berlangsung selama satu minggu atau lebih.
ara umum, bronkitis terbagi menjadi dua tipe, yakni:

 Bronkitis akut. Kondisi ini umumnya dialami oleh anak berusia di bawah 5


tahun. Bronkitis tipe akut biasanya pulih dengan sendirinya dalam waktu satu
minggu hingga 10 hari. Namun, batuk yang dialami dapat berlangsung lebih
lama.
 Bronkitis kronis. Bronkitis tipe ini biasanya dialami oleh orang dewasa
berusia 40 tahun ke atas. Bronkitis kronis dapat berlangsung hingga 2 bulan,
dan merupakan salah satu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Bronkitis yang memburuk dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat,


berpotensi menimbulkan komplikasi berupa pneumonia. Pneumonia adalah
peradangan pada satu atau kedua kantung paru-paru. Seseorang yang sudah
mencapai tahap ini akan merasakan gejala berupa:

 Nyeri dada ketika batuk bahkan bernapas.


 Badan terasa lelah.
 Linglung, atau terjadi penurunan kesadaran.
 Mual dan muntah.
 Diare.

Bronkitis (Bronchitis)

Bronkitis ( bronchitis ) adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir (mukosa) bronchus
(saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam paru-paru). Peradangan ini
mengakibatkan permukaan bronchus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan
relatif menyempit.

Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronis. Perlu diingat bahwa
istilah akut dan kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya
penyakit, bukan berat ringannya penyakit.

1.  Bronkitis Akut

Definisi
Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang
mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Bronkitis akut pada umumnya
ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu, biasanya kurang dari 6
minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama
jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

Etiologi (Penyebab)
Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus influenza, Rhinovirus,
Adenivirus, dan lain-lain. Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri (kuman), terutama
Mycoplasma pnemoniae, Clamydia pnemoniae, dan lain-lain.

Manifestasi Klinis (Gejala)


Keluhan yang kerap dialami penderita bronkitis akut, meliputi:
-       Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak)
-       Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di dada
-       Sesak napas, rasa berat bernapas
-       Kadang batuk darah

Diagnosis
-       Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir, riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik..
-       Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi
pernafasan yang abnormal.
-       Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain.

Penatalaksanaan
-       Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Codein
10 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk
di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu menyusui.
Demikian pula pada anak-anak, para ahli berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan,
terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak
napas, penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari
penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
-       Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga
napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl
guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
-       Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya, digunakan jika
penderita demam.
-       Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin,
aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas
atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya
untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain
itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami
oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami
efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih
berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.
-       Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan
pemeriksaan dokter (dahak berwarna kuning atau hijau, demam tetap tinggi setelah minum
antipiretik dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita
dewasa diberikan Kotrimoksazol. Tetrasiklin 250 – 500 mg 4 x sehari. Eritromisin 250 – 500
mg 4 x sehari diberikan selama 7 – 10 hari. Dosis untuk anak : eritromisin 40 – 50
mg/kgBB/hari. walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada
penderita anak-anak diberikan amoxicillin.

2.  Bronkitis Kronis

Definisi
Bronkitis kronik yaitu penyakit di saluran napas yang diakibatkan oleh rekasi peradangan
pada bronkus dan cabangnya yang berlangsung lama dengan dahak yang banyak terjadi
hampir tiap hari, minimal tiga bulan dalam setahun selama dua tahun berturut-turut. Produksi
dahak yang berlebihan ini tidak disebabkan oleh penyakit tuberkulosis atau bronkiektasis.

Secara umum keluhan pada Bronkitis kronis dan Bronkitis akut hampir sama. Hanya saja
keluhan pada Bronkitis kronis cenderung lebih berat dan lebih lama, yaitu lebih dari 6
minggu. Hal ini dikarenakan pada Bronkitis kronis terjadi penebalan (hipertrofi) otot-otot
polos dan kelenjar serta berbagai perubahan pada saluran pernapasan.

Etiologi (Penyebab)
Faktor-fakor penyebab tersering pada bronkitis kronis adalah: asap rokok (tembakau), debu
dan asap industri, polusi udara. Disebutkan pula bahwa bronkitis kronis dapat dipicu oleh
paparan berbagai macam polusi industri dan tambang, diantaranya: batubara, fiber, gas, asap
las, semen, dan lain-lain.

Manifestasi Klinis (Gejala)


Keluhan dan gejala-gejala klinis Bronkitis kronis adalah sebagai berikut:
-       Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak makin banyak
dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang dapat dijumpai
batuk darah.
-       Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas.
-       Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik) atau wheezing.
-       Pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara ronkhi (krok-krok) terutama
saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran napas.

Diagnosis
-       Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir, riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik..
-       Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi
pernafasan yang abnormal.
-       Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain.

Penatalaksanaan
-       Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan
faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
-       Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
-       Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah kekambuhan,
diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang
cukup, makan makanan bergizi.
-       Oksigenasi (terapi oksigen) bila sesak.
-       Obat-obat bronkodilator (seperti salbutamol, teofilin, aminofilin, efedrin, dll) untuk
mengatasi kesulitan bernafas (sesak).
-       Ekspektoran bila batuk berdahak, antitusif bila batuk kering.     
-       Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi oleh
infeksi kuman (H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika
(pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil
pemeriksaan.

Referensi
1.    Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstuktif Kronik (PPOK),
Ditjen P2PL, Jakarta, 2007.
2.    Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Ditjen Binfar &
Alkes, Jakarta, 2007.
3.    Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
4.    Mubin Halim Prof. dr., Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam (Diagnosis dan Terapi),
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2008.  
5.    http://cakmoki86.wordpress.com
6.    http://www.infokedokteran.com
7.    http://www.tanyadokter.com

Antibiotik beta-laktam terbagi menjadi 4 golongan utama, yaitu penisilin, sefalosporin,


carbapenem, dan monobactam[3].

Penisilin

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penisilin

Amoksisilin, salah satu contoh penisilin.

Berdasarkan spektrum aktivitas antimikrobialnya, penisilin terbagi menjadi 4 kelompok,


yaitu penisilin dini (terdahulu), penisilin spektruk luas, penisilin anti-stafilokokal, dan
penisilin anti-pseudomonal (spektrum diperluas)[3]. Penisilin dini secara aktif mampu
melawan bakteri yang sensitif, seperti golongan Streptococcus beta-hemolitik, Streptococcus
alfa-hemolitik dikombinasikan dengan aminoglikosida), pneumococcus, meningococcus, dan
kelompok Clostridium selain C. difficile[3]. Contoh dari penisilin terdahulu adalah penisilin G
dan penisilin V[1]. Penisilin spektrum luas memiliki kemampuan untuk melawan bakteri
enterik dan lebih mudah diabsorpsi oleh bakteri gram negatif namun masih rentan terhadap
degradasi beta-laktamase, contohnya ampisilin, amoksisilin, mesilinam, bacampicillin, dll[3].
Penisilin anti-stafilokokal dikembangkan pada tahun 1950-an untuk mengatasi S. aureus yang
memproduksi beta-laktamase dan memiliki keunggulan tahan terhadap aktivitas beta-
laktamase[3]. Contoh dari golongan ini adalah methicillin dan cloxacillin[3]. Penisilin anti-
pseudomonal dibuat untuk mengatasi infeksi bakteri gram negatif basil, termasuk
Pseudomonas aeruginosa, contoh dari penisilin golongan ini adalah carbenicillin, ticarcillin,
Azlocillin, dan piperacillin[3].

Sefalosporin

Antibioik sefalosporin terbagi menjadi 3 generasi, yang pertama adalah cephalothin dan
cephaloridine yang sudah tidak banyak digunakan[3]. Generasi kedua (antara lain: cefuroxime,
cefaclor, cefadroxil, cefoxitin, dll.) digunakan secara luas untuk mengatasi infeksi berat dan
beberapa di antaranya memiliki aktivitas melawan bakteri anaerob[3]. Generasi ketiga dari
sefalosporin (di antaranya: ceftazidime, cefotetan, latamoxef, cefotetan, dll.) dibuat pada
tahun 1980-an untuk mengatasi infeksi sistemik berat karena bakteri gram negatif-basil[3].

Carbapenem
Diet dalam bronkitis: obstruktif, kronis, akut
, Difteri
1. 1. LOGO difteri By Kelompok 4/FKp UA/2013
2. 2. Anggota Kelompok Nungky Dwita Sari (131311133076) Nur Amilia
(131311133079) Yoganis Ageng G. (131311133082) Amalia Khasanah I.
(131311133085) Tri Lestyorini (131311133088) Efira Gladys R. (131311133091)
Nina Widya Sabrina (131311133094) Elma Safira Istizabana (131311133097)
3. 3. Pokok Bahasan Pengertian Difteri Etiologi Difteri Epidemiologi Difteri
Patofisiologi Difteri Manifestasi Klinis Difteri Penanganan Difteri Asuhan
Keperawatan Pada Difteri
4. 4. PENGERTIAN difteri Difteria adalah toksikoinfeksi yang disebabkan oleh
Corynebacterium diphteriae. Difteri adalah penyakit menular yang umunya
menyerang anak-anak atau bayi. infeksi bakteri dan menular melalui udara. Saluran
pernapasan bagian atas dengan tanda khas timbulnya “pseudomembran”. Kuman juga
melepaskan eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal.
5. 5. ETIOLOGI DIFTERI Spesies Corynebacterium adalah bakteriofag lisogenik
membawa gennya yang mengode untuk produksi endotoksin yang memberikan
kemungkinan penghasil-difteria terhadap strain C.diphteriae Basil difteria mempunyai
sifat : 1. Membentuk pseudomembran yang sukar diangkat, mudah berdarah, dan
berwarna putih keabu-abuan. 2. Mengeluarkan eksotoksin yang sangat ganas dan
dapat meracuni jaringan.
6. 6. Epidemiologi difteri Penyebaran difteri : 1. Udara seperti Air ludah, batuk atau
bersin membawa serta kuman difter 2. Eksudat dari lesi kulit yang terinfeksi. 3.Benda,
Makanan dan minuman yang terkontaminasi 4. Kontak langsung dengan penderita
7. 7. Patofisiologi difteri Corynebacterium diphteriae masuk ke saluran pernapasan
Menempel pada lapisan superficial lesi kulit atau mukosa pernapasan Membentuk
pseudomembran dan melepaskan eksotoksin polipeptida 62- KD kuat dan
Menginduksi reaksi radang lokal Kelenjar getah bening membengkak dan
mengandung toksin. Terjadi nekrosis jaringan lokal Infeksi saluran pernapasan
8. 8. Manifestasi klinis umum membentuk tonsil pada lokasi yang terkena difteri radang
lokal. demam kurang dari 38,9°C
9. 9. Manifestasi klinis 1. Difteri hidung Gejala difteri hidung : 1. pilek ringan tanpa atau
disertai gejala sistemik ringan. 2. Sekret hidung. 3. Tampak membran putih pada
daerah septum nasi.
10. 10. Manifestasi klinis 2. Difteri Tonsil Faring Gejala difteri tonsil faring : 1. nyeri
tenggorokan. 2. demam sampai 38,5 °C 3. nadi cepat, tampak lemah, nafas berbau,
anoreksia, dan malaise. 4. udim ringan jaringan lunak leher yang luas, akan
menimbulkan bullneck.
11. 11. Manifestasi klinis 3. Difteri Laring Gejala klinis difteri laring : 1. stridor yang
progresif. 2. suara parau dan batuk kering. 3. demam tinggi, lemah, sianosis,
pembengkakan kelenjar leher.
12. 12. Manifestasi klinis 4. Difteri Kulit Gejala difteri kulit : 1. dermatosis yang
mendasari, 2. luka goresan, luka bakar atau impetigo yang telah terkontaminasi
sekunder. 3. Nyeri, sakit, eritema, dan eksudat khas.
13. 13. Manifestasi klinis 4. Difteri Vulvovaginal, Konjungtiva, dan Telinga Gejala difteri
Vulvovaginal, Konjungtiva, dan Telinga : 1. Ulserasi 2. pembentukan membrane dan
perdarahan submukosa.
14. 14. Penanganan difteri Pemeriksaan Diagnostik identifikasi secara fluorescent
antibody technique isolasi C. diphtheria degan pembiakan pada media loeffler tes
toksinogenisitas secara in vivo (marmot) dan in vitro (tes Elek)
15. 15. Pencegahan difteri 1. Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) pada anak usia
diatas 6 minggu sampai 7 tahun. 2. Vaksin Td (tetanus dan difteri) pada usia 7 – 18
tahun. 3. Vaksin TdaP (Adacel® atau Boostrix®) diberikan 1 kali suntikan ke dalam
otot, vaksin ini dapat diberikan pada usia 11-65 tahun.
16. 16. Pencegahan difteri Nama Vaksin Difteri Sasaran imunisasi Anak kurang dari 1
tahun dan semua orang dewasa. Macam vaksin Toxoid Dosis Anak-anak <7 tahun, 3
dosis dengan booster 2 kali . Usia 7-18 tahun, 3 dosis dengan booster 1 kali. Dewasa
yang sudah imunisasi lengkap, diberikan booster. Jadwal pemberian Anak-anak < 7
tahun dalam bentuk vaksin DPT  Usia 2-4-6 bulan  Booster usia 15-18 bulan 
Booster usia 4-6 tahun Usia 7-18 tahun, tiga dosis dalam bentuk vaksin Td  Dosis 1
dan 2 interval 4 minggu  Dosis 2 dan 3 interval 6 bulan  Booster 6 bulan setelah
dosis ketiga Dewasa  Sebagai imunisasi primer, 1 dosis dalam bentuk Tdap 
Sebagai booster tiap 10 tahun, dalam bentuk vaksin Td Cara pemberian Suntikan
kedalam otot (IM) Efektivitas 90 % Kontra indikasi Alergi terhadap vaksin Efek
samping Demam, nyeri dan bengkak pada tempat suntikan reaksi alergi.
17. 17. pEngobatan difteri PENGOBATAN UMUM 1. Isolasi selama 2-3 minggu. 2.
Pemeriksaan EKG selama 2 kali berturut-turut. 3. Pemberian cairan serta diet yang
adekuat.
18. 18. pEngobatan difteri  PENGOBATAN KHUSUS 1. Antidiphtheriae serum
(ADS) : 20.000 Unit / hari selama 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya harus
dilakukan uji kulit dan mata.
19. 19. pEngobatan difteri Mekanisme kerja ADS : Antidiphtheriae serum (ADS)
menetralisir toksik difteri dalam darah penderita.
20. 20. pEngobatan difteri  PENGOBATAN KHUSUS 2. Antibiotik. Penisilin Prokain
50.000 Unit/KgBB/hari sampai 3 hari bebas demam. Pada pasien yang dilakukan
takeostomi ditambahkan kloramfenikol 75 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis.
21. 21. pEngobatan difteri Mekanisme kerja penisilin prokain : menghambat
pembentukan (sintesa) dinding sel bakteri Penisilin akan menghasilkan efek bakterisid
(membunuh kuman) pada mikroba yang sedang aktif membelah. dinding sel bakteri
pecah sehingga bakteri menjadi musnah.
22. 22. Pengobatan difteri  PENGOBATAN KHUSUS 3. Kortikosteroid.  Komplikasi
miokasditis dengan memberikan prednison 2 mg/KgBB/hari selama 3-4 minggu.
Komplikasi paralisis atau paresis otot, dapat diberikan striknin ¼ mg dan vitamin
B1 100 mg tiap hari selama 10 hari.
23. 23. KOMPLIKASI difteri 1.Respirasi : bronkopneumonia, atelektasis.
2.Kardiovaskuler: miokarditis 3.Urinaria : nefritis 4.Sistem saraf : Paralisis/ paresis
palatum mole, Paralisis/paresis otot-otot mata
24. 24. prognosis difteri Umur pasien: Makin muda usianya semakin jelek prognosisnya
Perjalanan penyakit: makin terlambat ditemukan penyakitnya semakin
memperparah keadaan Letak lesi difteri: bila di hidung tergolong ringan
Terdapatnya komplikasi miokarditis sangat memperburuk prognosis Pengobatan:
terlambat pemberian ADS, prognosis semakin buruk.
25. 25. Asuhan keperawatan difteri 1. PENGKAJIAN a. Identitas b. Riwayat kesehatan
sekarang c. Riwayat kesehatan dahulu d. Riwayat kesehatan keluarga e. Pemeriksaan
fisik
26. 26. Asuhan keperawatan difteri 1. PENGKAJIAN Pemeriksaan fisik : 1.
B1(breathing) : RR frekuensi meningkat, sesak napas, batuk kering, adanya secret
dengan eksoriasi, nyeri tenggorokan, obstruksi laring. 2. B2 (blood) : Takikardi,
kelemahan otot jantung, sianosis. 3. B3 (brain) : NORMAL. 4. B4 (bladder) :
NORMAL. 5. B5 (bowel) : Anoreksia, nyeri menelan, napas bau, kurang nutrisi.
27. 27. Asuhan keperawatan difteri 1. PENGKAJIAN F. Pemeriksaan penunjang Uji
shick dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah kecil toksin difteri ke dalam kulit.
Dengan titer antitoksin 0,03ml satuan per millimeter darah cukup dapat menahan
infeksi difteria. g. Pola aktivitas
28. 28. Asuhan keperawatan difteri 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Pola napas
tidak efektif berhubungan dengan sesak napas. b. Tidak efektifnya bersihan jalan
napas berhubungan dengan obstruksi pada jalan napas. c. Penurunan nutrisi dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang. d. Risiko kurangnya
wolume cairan berhubungan dengan proses penyakit (metabolism meningkat, intake
cairan menurun).
29. 29. Asuhan keperawatan difteri 3. INTERVENSI KEPERAWATAN
30. 30. LOGO TERIMA KASIH SEMOGA BERMANFAAT  BY. KELOMPOK
4/KELAS A-2/A13
Recommended

Test Prep: PSAT


Online Course - LinkedIn Learning

PowerPoint Tips Weekly


Online Course - LinkedIn Learning


Test Prep: GRE
Online Course - LinkedIn Learning

Presentasi difteri
Kusuma Wijayanti

Imunomodulator
Imadudini Amalia

Hygiene mulut
Imadudini Amalia


The AI Rush
Jean-Baptiste Dumont

alergiKenali
dan Cegah Difteri Agar
Keluarga Terlindungi

Bagikan di Facebook
Bagikan di Twitter
Bagikan di Google+
Bagikan di Whatsapp
Difteri. Tentu dalam beberapa beberapa bulan terakhir, Anda kerap mendengar kata itu, bukan?

Menjelang penghujung 2017, penyakit yang dibawa


bakteri Corynebacterium diphtheriae memang tengah mewabah kembali di Indonesia. Bahkan
menurut data Kementerian Kesehatan, penyakit ini merebak di sekitar 20 provinsi, dengan
rentang usia pasien 3,5 tahun hingga 45 tahun.

Mengapa difteri dikatakan mewabah kembali? Sebab sesungguhnya, difteri merupakan penyakit
kuno, yang sudah dikenal sejak 1920-an dan 1930-an. Seiring dengan perkembangan dunia
kedokteran, penyakit ini mulai menghilang dari peredaran. Di Indonesia, difteri dinyatakan telah
menghilang sekitar tahun 1990-an.

Namun pada tahun 2011, kejadian luar biasa (KLB) difteri kembali menghantui Nusantara.
Bahkan sepanjang 2011-2016, tercatat 3.353 kasus difteri di Indonesia dan membuat negeri ini
menempati urutan ke-2 setelah India. Sementara sejak Januari-November 2017 telah terjadi 593
laporan difteri, dengan 32 kasus kematian di antaranya, pada 95 kabupaten/kota di 20 provinsi.
Angka ini sendiri, melonjak 42 persen dari tahun sebelumnya, yakni 415 kasus difteri dengan 24
kematian.

Mengapa Difteri Kembali Merebak?


Satu penyebab utama kemunculan kembali difteri adalah kurangnya pemahaman orang tua akan
pentingnya vaksinasi bagi bayi dan balita. Tak hanya kurang paham, tingkat penolakan akan
vaksin juga tinggi di kalangan orang tua Indonesia. Kompas.com sempat mendaftar beberapa
alasan yang kerap diajukan orang tua yang menolak mengimunisasi anaknya. Diantaranya alasan
status kehalalan, khawatir menyebabkan autisme, penyakit yang dicegah dianggap tidak
berbahaya, dll. Hingga prosentase vaksinasi bayi atau balita di Indonesia masih di bawah 80
persen dan memperbesar kemungkinan kemunculan penyakit menular kembali merebak.

Kondisi ini diperkuat dengan data World Health Organization (WHO) yang menyatakan, hampir
90% dari penderita, tidak mempunyai riwayat imunisasi difteri lengkap dan juga belum pernah
diimunisasi sama sekali.

Menurut Dokter Soedjatmiko, Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
idealnya setiap orang atau anak telah memperoleh vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus)
sebanyak tiga kali, sampai usia 1 tahun; empat kali hingga umur 2 tahun; atau lima kali hingga
usia 5 tahun.

“Tapi kenyataannya, sering orang tua mengatakan kalau anaknya sudah diimunisasi walaupun
mereka tidak bisa menunjukkan bahwa itu imunisasi difteri,” ujar Soedjatmiko. “Mereka juga
kerap membela diri sudah imunisasi lengkap, di sisi lain, ternyata itu imunisasi polio, atau
campak, dan DPT satu kali.”

Bagaimana Difteri Menyerang Tubuh?


Difteri merupakan penyakit menular. Penularannya pun bisa sangat mudah terjadi, di antaranya
dengan:

1. Percikan ludah saat pengidap bersin atau batuk.


2. Terpapar dari barang milik penderita, seperti handuk yang sudah terkontaminasi.
3. Sentuhan langsung pada luka terbuka akibat difteri, pada kulit penderita difteri.
Baca juga: Sudah Tahu 7 Cara Cuci Tangan yang Tepat untuk Cegah
Penyakit
Dari penularan itu, bakteri difteri akan membentuk racun yang nantinya mematikan sel sehat pada
tenggorokan. Selanjutnya, sel mati ini akan membentuk menjadi membran (lapisan tipis)
berwarna abu-abu di tenggorokan. Tak berhenti di sana. Racun tersebut juga bisa menyebar ke
aliran darah, bahkan merusak ginjal, jantung, serta sistem saraf.

Bagaimana Gejala Difteri?


Menurut Jurnal Pediatri, pada umumnya, difteri memiliki masa inkubasi sekitar 2-4 hari, sejak
bakteri masuk ke tubuh hingga gejala penyakit muncul. Gejala difteri itu sendiri antara lain:

 demam dan menggigil


 munculnya lapisan tipis abu-abu dan menutupi tenggorokan serta amandel
 sakit tenggorokan dan suara serak
 kelenjar limfe pada leher membengkak
 sulit bernapas
 tubuh terasa lelah dan lemas, juga pilek, yang diawali cairan encer yang kelamaan
menjadi kental dan kadang bercampur darah.

Selain area tenggorokan, difteri juga bisa menyerang kulit dan menimbulkan luka seperti borok.
Luka ini dapat sembuh dalam beberapa bulan, namun akan meninggalkan bekas.

Tapi ada juga kondisi di mana difteri tidak menunjukkan gejala apa pun. Bila ini terjadi, tentunya
penderita tidak menyadari bila dirinya terinfeksi, hingga akhinya mudah menularkan bakteri itu
ke orang lain, terutama yang belum pernah memperoleh imunisasi.

Cara Mengobati Difteri


Untuk langkah pengobatannya, Anda akan diminta menjalani cek sampel lendir pada
tenggorokan, hidung, dan luka kulit di laboratorium. Tapi bisa juga, dokter akan langsung
melakukan tindakan bila Anda diduga kuat mengidap bakteri ini.

Selain menjalani perawatan di ruang isolasi sepanjang dua hari, Anda akan memperoleh dua
macam obat. Yakni antitoksin untuk menetralisir racun difteri dalam tubuh, dan antibiotik guna
membunuh bakteri serta menyembuhkan infeksi. Dosis penggunaan antibiotik tergantung pada
tingkat keparahan gejala dan lama pasien menderita difteri.

Dalam masa pengobatan, Anda perlu minum obat secara rutin selama dua minggu. Namun bila
dokter masih menemukan bakteri difteri di dalam tubuh Anda, pengobatan antibiotik akan
dilanjutkan selama 10 hari ke depan.

Yang Terjadi Bila Difteri Tidak Segera Diobati


Apabila penyakit ini tidak segera ditangani, akan memicu beberapa komplikasi yang
akan mengancam jiwa. Misalnya, penyakit ini bisa memicu komplikasi lainnya, bahkan
mengancam jiwa. Misalnya:

 Sel-sel yang mati di tenggorokan dapat menghambat pernapasan. Bahkan partikel


membrannya bisa luruh ke paru-paru hingga memicu peradangan dan gagal napas.
 Racun difteri juga bisa menimbulkan masalah sulit menelan, masalah pada saluran kemih,
juga pembengkakan pada saraf tangan dan kaki.
 Toksin difteri bisa pula masuk ke jantung dan menimbulkan peradangan otot jantung.
Kondisi ini pun bisa berbuntut pada detak jantung yang tak teratur, gagal jantung, hingga
kematian mendadak.

Baca juga:Tetap Fit di Musim Hujan dengan Makanan Penambah Imunitas


Tubuh

Lakukan Ini Bila Terkena Difteri


Selain berobat ke dokter, ini yang perlu Anda lakukan agar lekas pulih kembali:

 Bed rest alias istirahat total di tempat tidur selama beberapa minggu, hingga tubuh benar-
benar pulih.
 Sebisa mungkin, batasi atau kurangi aktivitas fisik, terutama bila jantung ikut terpapar.
 Tidak bersosialisasi dengan orang lain, sehingga mengurangi kemungkinan bakteri difteri
tersebar ke orang lain.
 Menyantap asupan sehat, terutama sayuran dan buah-buahan, seperti brokoli serta
alpukat.

Agar Anda dan Keluarga Terhindar dari Difteri


Untuk yang satu ini, sudah pasti Anda harus memastikan bila seluruh anggota keluarga telah
menjalani imunisasi DPT secara lengkap, seperti dianjurkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Anda juga perlu menerapkan pola makan sehat. Misalnya selalu melengkapi menu utama di
rumah dengan sayuran dan lauk yang kaya vitamin, mineral, dan asam lemak.

Selain itu, Anda bisa mulai menerapkan kebiasaan mencuci tangan. Terutama sebelum makan,
sesudah buang air, usai berkegiatan di luar ruangan. Juga selalu menjaga kebersihan lingkungan,
terutama tempat tinggal, hingga bakteri difteri tidak berkembang biak dan menyerang anggota
keluarga tercinta.

 Indikasi
 Informasi Umum
 Manfaat
 Apa yang bisa dan apa yang tidak bisa?
 Kontraindikasi
 Kemungkinan resiko
 Komplikasi setelah prosedur
Bila penyakit pada bronkitis meradang saluran pernapasan bagian bawah. Jika Anda
ragu dengan pengobatan atau diobati dengan benar, maka ada bahaya terkena
pneumonia dan asma bronkial. Apakah pasien memerlukan nutrisi khusus untuk
pemulihan dan apakah makanan untuk bronkitis?

Indikasi
Diet di bronkitis dianggap sebagai komponen pengobatan kompleks. Karena gejala
utamanya adalah batuk, indikasi pengangkatan timbul tergantung sifatnya. Misalnya,
menu mengenalkan produk yang membantu dahak, atau, dengan batuk kering,
merangsang peralihannya ke basah.

Suhu yang meningkat - sebuah indikasi untuk penunjukan dekapan antipiretik. Dalam
menu pasien dengan bronkitis, hidangan diet diperkenalkan dalam bentuk cair,
dihaluskan atau dihaluskan.

Meja 13 disebut dirancang khusus untuk penyakit pernafasan, termasuk infeksi akut. Hal
ini diresepkan dengan adanya gejala berikut: peradangan, demam, kelemahan, sakit
kepala.

Informasi Umum diet dengan bronkitis


Pada bronkitis, tidak hanya organ pernafasan, tapi juga organ dan sistem lainnya
menderita. Mereka terlibat dalam proses patologis, karena mereka mabuk, mengurangi
fungsi dan ketahanan terhadap faktor yang tidak menguntungkan. Organ pencernaan, di
samping itu, dipengaruhi oleh obat yang diambil oleh pasien di dalam.

Contoh klasik dari diet adalah No. 13 di Pevzner. Inti dari diet untuk bronkitis adalah
makanan yang mudah dicerna harus meminimalkan pengeluaran energi tubuh pada
pencernaan dan penyerapan makanan. Hal ini juga dirancang:

 memberikan detoksifikasi;
 meningkatkan kekebalan;
 mendukung pekerjaan hati;
 kurangi efek samping obat.
Diet ini benar-benar dianggap sebagai metode pengobatan tambahan, yang, bersama
dengan obat-obatan dan obat-obatan alternatif, berkontribusi pada penyembuhan lebih
cepat.

Preferensi diberikan pada produk protein dan vitamin. Produk susu yang berguna: keju
cottage, yogurt, keju, susu. Sediaan multivitamin diresepkan untuk mereka yang tidak
rentan terhadap reaksi alergi.

Menu harus membatasi karbohidrat dengan mudah berasimilasi, yang termasuk dalam
piring dari kentang dan semolina, serta makanan manis - gula, selai, madu. Jangan
merekomendasikan warna kemerah-merahan, bayam, yang mendukung
pembengkakan, menunda sodium dalam tubuh.

Kandungan kalori dari diet, serta asupan protein dan lemak, berkurang pada suhu tinggi.
Hal ini berguna untuk membagi makanan - enam kali atau lebih dalam sehari. Secara
bertahap, kalori perlu ditingkatkan karena telur, ikan, daging. Piring ini membentuk
kerugian protein yang disebabkan oleh evakuasi dahak. Protein juga memperkuat
sistem kekebalan tubuh, menetralkan efek antibiotik.

Diet untuk bronkitis dan minum. Pada eksaserbasi dianjurkan untuk minum 1,5 sampai
3, 5 l cairan. Seperti makanan, minuman harus dihancurkan.
Diet untuk bronkitis akut
Beberapa obat, khususnya antibiotik, bisa mengganggu pencernaan. Untuk menghindari
hal ini, perlu untuk mengikuti diet khusus untuk bronkitis. Makanan dan minuman yang
dipilih dengan benar dapat mempengaruhi proses dalam tubuh ke arah yang benar.
Misalnya, bronkitis yang sakit berguna untuk berkeringat, dan untuk memperbaiki
keringat paling mudah dengan bantuan decoctions tanaman seperti kapur dan
elderberry flowers, raspberry, mint, sage.

Untuk jalur akut, batuk biasa terjadi, disertai sakit kepala. Penyakit ini berlangsung
sampai tiga minggu.

 Minuman yang banyak dibutuhkan dalam makanan dengan bronkitis akut. Cairan
alkali direkomendasikan: Borjomi dengan susu, basa alkali. Protein dan vitamin
harus mendominasi dalam makanan, tapi secukupnya. Latihlah kelaparan medis
jangka pendek, bongkar habis oleh organisme panas dan keracunan.
Jika puasa pasien sulit ditanggung, maka cukup membatasi diri pada diet rendah kalori
dengan bronkitis. Seiring kondisi membaik, ransumnya mencakup hidangan yang lebih
hangat, khususnya ikan, daging, telur. Mereka menjenuhkan darah dengan protein yang
hilang karena dahak, dan mengurangi efek negatif dari antibiotik.

Diet dalam bronkus obstruktif


Bila bronkitis obstruktif mempengaruhi bronkus, ventilasi paru terganggu dan
bronkospasme berkembang. Kondisi ini terjadi setelah infeksi virus, akibat pencemaran
lingkungan atau faktor memprovokasi lainnya, disertai batuk yang kuat, dan terkadang -
suhu. Dengan beban seseorang tercekik, cepat menjadi lelah. Anak-anak dapat
mendengar roman mengi khas; Kondisi ini bisa diperumit oleh asma.

Pertama-tama, dokter memilih obat-obatan, lalu dia berbicara tentang diet. Diet untuk
bronkitis obstruktif mencakup sejumlah protein, lemak, mineral, vitamin, terutama
antioksidan C dan E. Penting agar asam lemak tak jenuh ganda mendominasi, yang
berlimpah dalam makanan laut: mereka memiliki sifat anti-inflamasi.

Dari minuman tersebut disarankan jaring, minuman buah, kompot segar, segar, ramuan
herbal. Jika pernapasan pasien terganggu, makanan untuk bronkitis harus bersifat
hypocaloric, dengan minimal karbohidrat sederhana.

Produk berbahaya untuk pasien dengan bronkitis obstruktif adalah gula, garam, rempah-
rempah, bumbu, teh, coklat, kopi, kaldu kuat. Mereka mempromosikan pembengkakan,
merangsang sekresi kelenjar, dapat menyebabkan kejang bronkus yang terkena.

Diet untuk bronkitis kronis


Bronkitis kronis sering merupakan konsekuensi dari yang akut, yang entah mengapa
belum disembuhkan. Gejala utamanya adalah batuk dengan sputum mukus atau
purulen, kadang-kadang sesak napas ditambahkan, yang bisa menjadi pertanda
perkembangan asma. Batuk bronkial berlangsung berbulan-bulan dan lebih lama,
mengganggu eksaserbasi dan remisi, yang melibatkan radang nasofaring. Pasien
tersebut terpaksa terus-menerus bernafas melalui mulut.
Diet untuk bronkitis kronis diresepkan dengan mempertimbangkan fakta bahwa tidak
hanya pernafasan, tapi juga sistem kardiovaskular menderita patologi. Dengan
peradangan, metabolisme terganggu, kerja banyak organ yang terkena racun
berkurang. Terutama berdampak negatif terhadap penyakit pada pencernaan. Oleh
karena itu, diet untuk bronkitis diperlukan dalam banyak kasus.

 Untuk mengurangi peradangan dianjurkan untuk membatasi produk dengan


karbohidrat cepat (permen, madu, selai).
 Di bawah larangan tersebut, sayuran berdaun yang mengandung asam oksalat:
mereka menunda sodium dan melepaskan kalsium, yang menyebabkan edema
terbentuk dan tidak hilang.
 Vitamin dibutuhkan untuk memperbaiki metabolisme protein. Mereka paling baik
disajikan dengan sayuran segar dan buah-buahan.
 Produk susu wajib: mereka menjenuhkan tubuh dengan protein dan kalsium.
Makanan lebih bermanfaat daripada pecahan, tidak bergizi. Meningkatkan kandungan
kalori harus dalam proses pemulihan.

Secara terpisah, Anda perlu mengatakan tentang minum. Berguna minuman dalam
makanan untuk bronkitis mempertimbangkan air bersih, jus hijau dari sayuran, kaldu
mawar liar, teh cahaya dari Ledum. Mereka harus hangat, tapi tidak panas.

Diet untuk bronkitis alergi


Batuk alergi menyebabkan alergen masuk ke tubuh dan memicu pembengkakan selaput
lendir. Bisa bermacam reagen: debu, bulu binatang, serbuk sari tanaman, beberapa
produk, bahan kimia rumah tangga dan kosmetik, protein asing dan sebagainya.

Diet pada bronkitis alergi adalah salah satu unsur gaya hidup penderita alergi, yang
bertujuan untuk melindungi dari faktor-faktor yang memprovokasi. Pasien seharusnya
tidak merokok, tidur di bantal bulu, tinggal di apartemen berdebu atau bekerja di tempat
yang terkontaminasi. Diet untuk bronkitis jenis ini membatasi konsumsi buah dan buah
warna cerah, coklat, rempah-rempah dan hasil laut.

Dalam diet hypoallergenic sebaiknya 130 gram protein dan lemak, termasuk sayuran
ketiga, 200 gram karbohidrat. Total - 2800 kcal. Saturasi dengan vitamin diberikan
karena sayuran segar, buah, jus alami (kecuali dilarang). Ragi, dedak, daging makanan,
sup vegetarian, casserole, produk susu asam, roti tanpa lemak - inilah makanan dan
hidangan yang dibutuhkan pasien. Makanan harus diolah secara mekanis, direbus,
direbus, dipanggang, digunakan 4-6 kali sehari.

Diet hypoallergenic membatasi garam dan secara kategoris melarang produk berikut ini:
 buah jeruk;
 kacang;
 ikan dan seafood;
 produk asap, makanan yang digoreng;
 mayones, kecap, mustard dan rempah-rempah lainnya;
 jamur;
 kopi, coklat;
 susu utuh;
 daging burung;
 telur;
 kue;
 madu;
 tomat, terong;
 stroberi, melon;
 alkohol;
 kvass, air mineral;
 Produk industri dengan pewarna dan aneka aditif.

Dari cara alternatif disarankan kaldu viburnum, yarrow, Ledum dalam proporsi: satu
sendok teh bahan baku obat pada segelas air matang. Banyak yang membantu mandi
dari urutan: 200 g rumput kering berendam dalam ember air, saring dan tuangkan ke
bak mandi.

Diet untuk bronkitis pada orang dewasa


Diet untuk orang dewasa dengan bronkitis mencakup hidangan yang mudah dan mudah
dicerna, yang tidak memerlukan tubuh untuk melakukan upaya pencernaan yang hebat.
Toh, energi sangat penting bagi tubuh untuk terus melawan infeksi dan faktor lain yang
memicu penyakit ini.

Diet terapeutik untuk bronkitis melakukan tugas berikut:

 memfasilitasi proses pencernaan;


 jenuh tubuh;
 mengisi kembali energi;
 meningkatkan kesejahteraan pasien.
Jumlah makanan dalam setiap porsi disarankan dikurangi setengahnya terhadap
biasanya. Dulu, bahkan dianjurkan satu atau dua hari puasa untuk "tidak memberi
makan" penyakit tersebut. Dari diet sama sekali mengecualikan makanan, mampu
mengiritasi pernapasan atau menuntut banyak energi untuk asimilasinya.

Diet minum termasuk minuman hangat yang murah hati - tidak lebih hangat dari suhu
tubuh. Untuk pengisian kembali keseimbangan air, pilihan optimalnya adalah air mineral
Borjomi. Penyembuhan air dari sumber Georgia tidak hanya diminum dalam bentuk
murni, tapi dicampur dengan susu. Ini adalah cara yang dicoba dan diuji untuk merawat
organ pernapasan.

Resepnya sederhana: tuangkan jumlah Borjomi yang sama ke dalam susu rebus, aduk
dan minum dalam tegukan kecil. Makanlah gelas setiap seperempat jam. Di bawah
pengaruh minuman tersebut melewati batuk, dahak habis di luar, memudahkan kondisi
pasien.

Tapi minuman panas dengan bronkitis tidak dianjurkan. Mereka mengiritasi dan bahkan
bisa membakar selaput lendir, menyebabkan tersedak tenggorokan dan memperparah
jalannya bronkitis. Dianjurkan untuk menolak kopi, yang berkontribusi terhadap dehidrasi
tubuh, dilarang minum alkohol dan asap.

Diet untuk bronkitis pada anak-anak


Aspek penting dari diet untuk bronkitis pada anak-anak adalah pengangkatan dahak.
Untuk pengencerannya, dianjurkan untuk menggunakan bawang merah. Bagi anak kecil
itu dicampur dengan madu dan diberikan satu sendok teh beberapa kali di siang hari.
Anak-anak setelah lima tahun bisa makan bawang dengan aneka masakan atau roti.

 Seiring dengan dahak, tubuh kehilangan protein, jadi titik selanjutnya dari diet
untuk bronkitis adalah penambahan komponen protein. Untuk tujuan ini, anak
ditawari susu atau makanan.

Ikan berminyak dalam menu akan membantu memperlambat perkembangan proses


inflamasi. Jika seorang pasien kecil menolaknya, sebagai alternatif, sebagian minyak
ikan akan melakukannya.

Bila trakeitis dan bronkitis pada anak dianjurkan untuk mencampur Borjomi dengan susu
dan madu. Dan favorit kakao oleh anak-anak tidak disarankan, mengingat fakta bahwa
minuman tersebut mengiritasi lendir dan menstimulasi batuk berlarut-larut.

Biji labu dan kacang dalam makanan untuk bronkitis juga menemukan tempat, karena
kaya akan seng, diperlukan tubuh yang tumbuh.

Kebanyakan anak menikmati minum ramuan herbal. Jika minuman tersebut diberikan
kepada anak-anak sebelum tidur, lendir dari bronkus diekskresikan lebih aktif.

Manfaat
Makanan dapat meningkatkan pemulihan, dan dapat memperburuk proses patologis
apapun. Penggunaan diet untuk bronkitis adalah mengaktifkan kekebalan tubuh,
menghilangkan peradangan, mengurangi efek buruk obat-obatan dan racun.

Prinsip diet pada bronkitis:

 pembatasan karbohidrat cepat dan peningkatan jumlah protein;


 Pengecualian produk yang mengandung asam oksalat (bayam, sorrel);
 penggunaan piring dengan kalsium (susu dan produk olahannya);
 vitaminisasi nutrisi;
 Fraksionalitas asupan makanan.
Makanan pecahan dianjurkan untuk tidak membebani pencernaan. Saat suhu naik,
kandungan kalori makanan berkurang. Seringkali pasien sendiri menolak makan berat,
karena tubuh "tidak mengambil" mereka. Tunjangan hariannya mencapai 1800 kalori.
Sejauh memperbaiki kondisi pasien, kandungan kalori dari makanan harus ditingkatkan:
nutrisi yang baik dengan bronkitis mendorong pemulihan.

Diet dengan bronkitis termasuk dan banyak minum. Suhu yang ditinggikan disertai rasa
haus, jadi bila diperburuk perlu minum sekitar dua liter air. Yang terbaik adalah minum
air mineral, juga jus sayuran hijau.

Apa yang bisa dan apa yang tidak bisa?


Pertanyaan yang memungkinkan untuk makan kepada pasien, timbul pada setiap
pasien, terlepas dari sifat penyakitnya. Diet dalam bronkitis ditujukan untuk mengurangi
keracunan dan eksudasi di bronkus, pembaharuan sel epitel saluran pernafasan. Di
menu itu perlu masuk produk vitamin, mineral, protein bermutu tinggi, diperkaya energi.

Apa yang bisa kamu makan?


Cara terbaik memasak makanan adalah dengan mengukus atau mendidih. Sup ringan
yang berguna, salad, produk susu rendah lemak. Gunakan produk ini:

 protein - untuk mengisi kembali persediaan protein yang hilang dengan dahak
(ikan, daging, keju cottage);
 mengandung sejumlah kalsium - untuk mencegah peradangan (susu, kefir, dll.);
 mengandung magnesium - untuk memperbaiki kesehatan dan mencegah asma
(dedak, biji-bijian tumbuh, kacang-kacangan, biji labu, kacang-kacangan, wijen,
soba, buah zaitun, roti, ikan laut, tomat);
 dengan vitamin C - untuk meningkatkan kekuatan pelindung (buah sitrus,
stroberi, raspberry);
 dengan vitamin A dan E - untuk mengkatalisis metabolisme (wortel, brokoli, kol
hijau, selada, asparagus, kacang polong, persik);
 ramuan herbal - untuk mempercepat diuresis dan pemurnian tubuh (linden dan
buzin color, raspberry, mint, jahe, adas manis);
 Jus segar - untuk kejenuhan dengan vitamin, mineral, memperbaiki metabolisme;
 Susu dengan madu dan soda - untuk batuk.
Diet untuk bronkitis bisa termasuk cara alternatif: bawang merah, termasuk untuk
inhalasi, sawi putih atau lobak dengan madu, jus stroberi dengan susu.

Apa yang tidak bisa kamu makan?


Makanan apa yang membatasi atau melarang diet untuk bronkitis? "Out of the law",
pertama-tama - permen dan coklat tepung, yang mengandung kelebihan kalori, beban
tubuh dan menekan kekebalan tubuh. Kaldu lemak, produk asap, makanan kalengan -
juga dalam daftar yang dilarang.

erakhir diulas oleh: Alexey Portnov , pakar medis, pada 25.06.2018

Alkohol dan kopi mendehidrasi tubuh, yang tidak diinginkan untuk penyakit pernafasan.
Kakao memperkuat refleks batuk.

Paku kaku mengiritasi tenggorokan, yang menyebabkan batuk meningkat. Karena itu,
makanan kering, bubur kasar (barley, barley), daging keras harus dihindari. Lebih baik
makanan itu sedikit kurang asin, - untuk menghindari retensi cairan di tubuh yang sakit.

Pendapat umum tentang manfaat minuman panas itu menyesatkan. Sebenarnya


minuman panas, jika itu membawa kelegaan, maka untuk sementara waktu; dan jika
sakit tenggorokan terluka, maka batuk menjadi semakin kuat. Hanya minuman hangat
yang berguna untuk bronkitis.

 Mempelajari pertanyaan tentang apa yang tidak dapat Anda makan dengan
bronkitis, Anda bertemu dengan kontradiksi, khususnya, tentang madu dan buah
sitrus. Beberapa percaya bahwa produk lebah merupakan sumber banyak
komponen bermanfaat, sangat berguna untuk bronkitis; Yang lain mengingatkan
pada alergenisitas dan rasa manis yang berlebihan, yang bisa berbahaya bagi
orang sakit.
Buah dari keluarga jeruk, di satu sisi, kaya akan vitamin C, penting untuk kekebalan
tubuh; Di sisi lain, mereka mengandung asam buah, yang menciptakan lingkungan
asam yang menguntungkan virus.

Mungkin, sebenarnya benar-benar di tengah, dan dalam jumlah kecil produk ini akan
menguntungkan tubuh. Anda tidak bisa begitu saja lupa bahwa madu tidak menyukai
panas, jadi Anda perlu memasukkannya ke dalam teh hangat atau bukan panas atau
ramuan.

Kontraindikasi
Pada prinsipnya, tidak begitu sulit untuk mengamati diet untuk bronkitis, karena
sebagian besar produk sehat setiap hari ada di meja kami. Apakah metode memasak
untuk pasien sedikit berbeda: disarankan memasak, mengukus, melembutkan piring dan
sebagainya. Dan juga minimal bumbu, gula dan garam. Diet sebaiknya tidak
menyebabkan alergi dan kambuh penyakitnya.

Kontraindikasi terhadap diet di bronkitis dikaitkan dengan penyakit organ lain,


khususnya pencernaan. Misalnya, jika vitamin yang diresepkan pada pasien tidak
seimbang, yaitu mengganggu penyerapan normal satu sama lain, mereka dapat
memprovokasi masalah tambahan - pembentukan batu empedu dan kemih.

Wanita hamil yang terjangkit bronkitis harus diberi makan sesuai kondisi fisiologisnya.

Kemungkinan resiko
Resiko yang terkait dengan diet untuk bronkitis terjadi dalam keadaan seperti itu:

 Jika ada reaksi terhadap alergen atau organisme yang tidak dapat ditolerir
terhadap tubuh;
 saat menggunakan produk yang basi atau berkualitas buruk;
 saat mengambil terlalu banyak makanan untuk orang sakit;
 selama kehamilan;
 dengan kekurangan gizi konstan.
Untuk menghindari konsekuensi dan risiko yang tidak diinginkan, seseorang harus
mematuhi diet sehat secara umum dan diet khusus untuk bronkitis pada khususnya. Jika
diinginkan, tidak sulit menahan diri dari makanan dan kebiasaan yang membahayakan,
dan sebaliknya, membiasakan diri dengan gaya hidup sehat. Apalagi saat dipertaruhkan
- kesehatan mereka sendiri.

Komplikasi setelah prosedur


Kemungkinan komplikasi pada bronkitis terjadi dengan perawatan yang tidak benar,
tentu saja terganggu, kegagalan untuk mematuhi resep medis, merokok, pengaruh
faktor yang tidak menguntungkan untuk bernafas. Bronkitis yang paling parah terjadi
pada bayi dan pasien lanjut usia. Bronkitis yang rumit berkembang menjadi pneumonia
atau asma, serta bronkopneumonia, emfisema paru-paru atau bronkitis purulen. Diet
untuk bronkitis dengan komplikasi adalah wajib, seperti halnya kepatuhan tidur.
Komplikasi bronkitis kronis pada anak kecil sangat berbahaya. Ini bisa selama sisa
hidupnya mengikatnya untuk minum obat dan prosedur pencegahan permanen. Secara
paralel, ada masalah dengan sistem kardiovaskular, perkembangan keseluruhan anak
dan fungsi hidupnya.

Hal ini sangat penting untuk melindungi anak-anak muda dari bronkitis dan pneumonia,
di mana lendir terbentuk. Setelah semua, anak itu tidak dapat menyingkirkannya sendiri,
dan tidak diinginkan dan tidak aman untuk melakukan ini dari luar, melalui alat khusus.

Nutrisi pada pasien memainkan peran penting dalam proses pengobatan, dan seorang
dokter yang kompeten selalu memperhatikan diet, terutama dengan bronkitis. Makanan
sehat dan seimbang mendukung kekebalan tubuh, memulihkan nutrisi yang hilang,
menolak konsekuensi dan komplikasi yang tidak diinginkan. Pasien lebih cepat
direhabilitasi, menjadi lebih energik dan bersemangat, mempercepat penyembuhannya
sendiri.

Terakhir diulas oleh: Alexey Portnov , pakar medis, pada 25.06.2018


!
Menemukan kesalahan Pilih dan tekan Ctrl + Enter.
Penyebab Difteri, Gejala,
Pengobatan, dan Pencegahan
 
Bagikan

DokterSehat.Com – Difteri adalah infeksi bakteri serius yang memengaruhi


membran mukosa di tenggorokan dan hidung. Penyakit difteri adalah
penyakit yang sangat menular pada hidung dan tenggorokan dan dapat
dicegah dengan vaksinasi. Ketahui lebih lanjut mengenai ciri difteri,
penyebab difteri, hingga obat difeteri yang paling ampuh berikut ini.

Apa Itu Difteri: Difteri adalah Penyakit Akibat Infeksi


Bakteri

Penyakit difteri adalah penyakit masa lalu di sebagian besar belahan dunia
dalam kurun 10 tahun, seperti melansir Medikal News Today. Di negara-
negara di mana ada serapan vaksinpendorong yang lebih rendah,
bagaimanapun, seperti di India, masih tersisa ribuan kasus setiap tahunnya.
Pada 2014, ada 7.321 kasus yang dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), secara global.

Jika seseorang tidak divaksinasi terhadap bakteri yang menyebabkan difteri,


infeksi dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti ganguan saraf, gagal
jantung, dan bahkan kematian.

Secara keseluruhan, 5 hingga 10 persen orang yang terinfeksi akan


meninggal. Beberapa orang lebih rentan daripada yang lain, dengan tingkat
kematian hingga 20 persen pada orang yang terinfeksi di bawah 5 tahun
atau lebih dari 40 tahun.

Penyebab Difteri

Tipe bakteri penyebab difteri adalah Corynebacterium diphteria.  Kondisi


penyakit akan menyebar melalui kontak langsung pada obyek yang
mengandung bakteri, seperti berbagi cangkir minuman, atau penggunaan
tisu dan sapu tangan yang sama.

Anda juga dapat terkena jika terdapat pasien penyakit difteri di sekitar Anda
yang bersin, batuk, atau keluar ingus dari hidung. Meskipun orang yang
terinfeksi belum tentu menunjukkan tanda dan gejala, orang tersebut tetap
mampu menularkan sampai dengan 6 minggu setelah infeksi awal.

Bakteri penyebab difteri adalah bakteri yang seringkali menginfeksi hidung


dan tenggorokan. Sekali Anda terinfeksi, bakteri penyebab difteri ini akan
melepaskan zat berbahaya yang disebut toksin. Toksin akan meluas ke
seluruh tubuh melalui aliran darah dan seringkali menyebabkan lapisan abu-
abu tebal di mukosa hidung, tenggorokan, lidah, dan saluran napas.

Pada beberapa kasus, toksin ini juga dapat menuju ke organ lain dan
merusak organ tubuh lain seperti jantung, otak, dan ginjal. Hal ini dapat
menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti miokarditis (radang
selaput jantung), paralisis (kelemahan otot), dan gagal ginjal.
Faktor Risiko Difteri

Penyebab difteri adalah bakteri. Anak-anak seharusnya secara rutin


mendapatkan vaksinasi untuk melawan penyakit ini, sehingga risiko terkena
lebih sedikit. Di Amerika Serikat dan Eropa, vaksin difteri ini sudah rutin
dilakukan ,sehingga penyakit difteri jarang sekali terjadi.

Sayangnya, di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit difteri masih


dapat ditemukan terutama pada anak di bawah usia 5 tahun dan orangtua di
atas usia 60 tahun. Orang-orang yang memiliki peningkatan risiko di
antaranya:

 Tidak mendapatkan vaksinasi yang terbaru


 Mengunjungi negara yang tidak menyediakan imunisasi terhadap
difteri
 Memiliki gangguan imunitas seperti AIDS
 Gaya hidup yang tidak sehat atau sanitasi yang buruk

Gejala dan Tanda-Tanda Difteri

Ada telah mengetahui bahwa penyebab difteri adalah bakteri. Selain


mengetahui penyebab difteri ini, Anda juga harus mengetahui tentang gejala
difteri. Tanda gejala difteri tampak dalam 2-5 hari setelah terpapar bakteri.
Beberapa orang tidak menunjukkan gejala, namun beberapa orang memiliki
gejala ringan yang seringkali sama dengan flu biasa. Terdapat ciri difteri
yang khas dan dapat dilihat, seperti terdapat lapisan tebal abu-abu di
tenggorokan dan tonsil.

Tanda-tanda difteri lainnya yang perlu diwaspadai meliputi:

 Demam
 Menggigil
 Pembesaran kelenjar di leher
 Suara yang keras seperti menggonggong
 Radang tenggorokan
 Kulit yang membiru
 Mengeluarkan air liur terus menerus
 Rasa tidak nyaman pada tubuh

Gejala difteri tambahan:

 Sulit bernapas dan sulit menelan


 Perubahan pandangan
 Bicara cadel
 Tanda syok seperti pucat dan kulit yang dingin, berkeringat dingin,
dan denyut jantung yang cepat.

Anda juga dapat mengalami difteri kutaneus atau difteri kulit jika memiliki
higinitas yang buruk dan hidup di area tropis. Difteri kulit seringkali
menyebabkan ulkus (luka) dan kemerahan di kulit yang terkena.

Diagnosis Penyakit Difteri

Sekilas kita sudah tahu apa saja ciri difteri dan gejala difteri, namun sangat
disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui diagnosis
yang lebih pasti. Dokter Anda akan melakukan pemeriksaan fisik untuk
memeriksa pembesaran kelenjar getah bening.

Dokter juga akan menanyakan riwayat medis dan gejala yang Anda rasakan.
Dokter juga akan yakin bahwa pasiennya mengalami penyakit difteri adalah
jika melihat lapisan abu-abu di tonsil atau di tenggorokan. Cara untuk
mengonfirmasi diagnosis, dokter akan mengambil sampel jaringan yang
terkena dan akan mengirimkannya ke laboratorium.

Pengobatan Difteri

Jika mengalami penyakit difteri, segera hubungi dokter. Penyakit difteri


adalah penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada ginjal,
sistem saraf, dan jantung, jika tidak diobati. Penyakit ini menyebabkan hal
yang fatal dari 3 persen kasusnya.
Penyakit difteri adalah kondisi yang serius, maka dokter akan memberikan
terapi dengan cepat dan agresif. Langkah pertama terapi pengobatan difteri
adalah injeksi antitoksin. Injeksi antitoksin ini akan melawan toksin yang
dihasilkan bakteri di dalam tubuh. Pastikan beritahu dokter jika Anda
memiliki alergi terhadap obat tertentu.

Jika memang ada suatu alergi, maka dokter akan berhati-hati dalam
pemberian antitoksin atau obat difteri, dimulai dari dosis yang sedikit lalu
meningkat sedikit demi sedikit. Penyebab difteri adalah bakteri, sehingga
dokter juga dapat meresepkan antibiotik seperti penisilin dan eritromisin
untuk membantu memberantas infeksi bakteri yang terjadi di dalam tubuh.

Selama pengobatan difteri, dokter juga dapat menyarankan untuk pasien


opname di rumah sakit di ruang isolasi sehingga pasien tidak akan
berpotensi menularkan infeksi ke orang lain.

Pencegahan Difteri

Penyakit difteri adalah penyakit yang bisa menjadi berbahaya jika tidak
mendapatkan penanganan yang tepat. Selain memerhatikan cara mengobati
difteri, Anda juga harus mengetahui cara pencegahan difteri sehingga Anda
tidak terpapar oleh penyakit ini. Cara pencegahan difteri yang terbaik adalah
dengan memberikan imunisasi vaksin DPT.

Selain dengan menggunakan vaksin, pencegahan difteri juga harus dilakukan


dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan. Jaga keluarga Anda dari
faktor risiko terpapar penyakit difteri dengan selalu memastikan kondisi
kebersihan rumah dan lingkungan sekitar.

PENATALAKSANAAN DIFTERI
Oleh dr. Fredy Maringga
  
Penatalaksanaan difteri harus dimulai secepatnya bahkan sebelum adanya hasil pemeriksaan
penunjang yang definitif karena tingginya angka morbiditas dan mortalitas. Isolasi pasien
minimal 48 jam setelah pemberian antibiotik yang adekuat. Pada pasien yang dicurigai akan
mengalami gangguan saluran napas harus mendapat pengamanan jalur napas. Aktivitas
jantung harus dipantau dengan ketat untuk deteksi awal abnormalitas irama jantung. Pada
pasien yang mengalami aritmia atau gagal jantung sebaiknya diberikan intervensi
farmakologis dan pada pasien yang mengalami gangguan konduksi jantung yang signifikan
dapat dilakukan electrical pacing. Pemberian antibiotik dan antitoksin harus segera diberikan.
[1,2,16]
Medikasi
Tata laksana farmakologi pada penderita difteri dewasa sama dengan tata laksana penderita
difteri pada anak, yaitu:

Pemberian Anti Difteri Serum (ADS)

Anti Difteri Serum (ADS) atau antitoksin difteri dihasilkan dari serum kuda, yang bekerja
dengan menetralisir eksotoksin bebas sebelum memasuki sel. ADS sebaiknya diberikan
sesegera mungkin setelah melakukan tes hipersensitivitas terhadap ADS. Pemberian
antitoksin secara dini sangat penting dalam menentukan kesembuhan.

Di Indonesia, Anti Difteri Serum diproduksi dan didistribusikan oleh Biofarma. ADS ini
tersedia di rumah sakit melalui pemesanan ke Kementerian Kesehatan. Kementerian
Kesehatan menyatakan bahwa stok ADS cukup untuk mengatasi kejadian luar biasa (KLB)
difteri yang terjadi pada akhir 2017.[15]

Sebelum pemberian ADS harus dilakukan uji kulit terlebih dahulu untuk menilai sensitivitas
pasien terhadap ADS. Uji kulit dilakukan dengan penyuntikan 0,1 ml ADS dalam larutan
garam fisiologis 1:1000 secara intrakutan. Hasil positif bila dalam 20 menit terjadi indurasi
>10 mm.

Bila uji kulit positif, ADS diberikan dengan cara desensitisasi. Bila uji kulit negatif, ADS
diberikan sekaligus secara intravena. Dosis ADS ditentukan secara empiris berdasarkan berat
penyakit dan lama sakit, tidak tergantung pada berat badan penderita. Dosisnya berkisar
antara 20.000-100.000 unit.

Pemberian ADS intravena dalam larutan garam fisiologis atau 100 ml dekstrosa 5% dalam 1-
2 jam. Lakukan pengamatan terhadap efek samping obat dilakukan selama pemberian
antitoksin dan selama dua jam berikutnya. Selain itu, perlu juga dilakukan pengawasan
terhadap terjadinya reaksi hipersensitivitas lambat (serum sickness).
Kemungkinan terjadi reaksi anafilaksis sekitar 0,6% yang terjadi beberapa menit setelah
pemberian ADS. Untuk itu, pemantauan ketat dan injeksi epinefrin harus selalu tersedia pada
pasien yang baru mendapatkan ADS.

ADS tidak boleh diberikan pada wanita hamil.[1,2,16]


Pemberian antibiotika

Tata laksana dengan antibiotik paling efektif pada tahap awal penyakit serta mampu
menurunkan angka penularan dan meningkatkan kesembuhan dari difteri. Antibiotik yang
diberikan adalah golongan makrolid sebagai lini pertama dan golongan penisilin.

Golongan makrolid:

Berdasarkan CDC, antibiotik golongan makrolid seperti eritromisin dan azitromisin makrolid
adalah antibiotik lini pertama untuk pasien yang berusia lebih dari enam bulan. Namun
demikian, terapi makrolid, khususnya eritromisin, dikaitkan dengan peningkatan kejadian
stenosis pilorus pada bayi berusia kurang dari enam bulan. Antibiotik golongan makrolid
memiliki keuntungan manfaat sebagai agen antiinflamasi dengan menghambat migrasi
leukosit polimorfonuklear. Dosis antibiotik golongan makrolid untuk difteri, yaitu:

 Eritromisin: 40-50 mg/kg/hari dalam dosis per oral terbagi interval 6 jam atau intravena
dengan dosis maksimal 2 g/hari selama 14 hari.

 Azitromisin:

 Anak-anak: 10-12 mg/kg sekali sehari (maks. 500 mg/hari)

 Dewasa: 500 mg sekali sehari

 Durasi pengobatan total 14 hari

Golongan penisilin:

Penisilin intramusukular direkomendasikan untuk pasien yang nonkomplians ataupun


intoleran terhadap makrolid, seperti pada bayi berumur di bawah enam bulan. Antibiotik
golongan penisilin yang dapat diberikan yaitu:

 Procaine benzyl penicillin (penisilin G)


 50 mg/kg sekali sehari (maks. 1,2 g/hari) secara IM selama 14 hari

 Aqueous benzyl penicillin (penisilin G)


 000 unit/kg/hari secara IM atau IV lambat diberikan dalam dosis terbagi setiap 6 jam selama
14 hari

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sendiri menganjurkan pemberian antibiotik


penisilin prokain IM 25000-50000 U/kgBB maks 1,5 juta U selama 14 hari, atau dapat juga
diberikan eritromisin oral atau injeksi diberikan 40 mg/kgBB/hari maks 2 g/hari interval 6
jam selama 14 hari.[1,2,13,16]

Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat diberikan pada penderita difteri dengan gejala obstruksi saluran napas
bagian atas. Jika terdapat penyulit miokarditis diberikan prednisone 2 mg/kg BB selama 2
minggu kemudian diturunkan bertahap.
Terapi Oksigen

Terapi oksigen rutin sebaiknya dihindari karena dapat mengaburkan tanda-tanda obstruksi
jalan nafas. Hanya berikan terapi oksigen pada pasien yang dicurigai mengalami obstruksi
jalan nafas atau kegawatan nafas.

Penanganan pada Fase Konvalesens

Pada fase konvalesens diberikan vaksin diteri toksoid disesuaikan status imunisasi penderita.
Jika terdapat tanda-tanda syok, lakukan resusitasi dengan hati-hati karena syok pada difteri
dapat terjadi akibat sepsis atau gagal jantung. Jika tidak terdapat tanda-tanda gagal jantung
dan/atau kelebihan cairan, berikan terapi cairan dengan hati-hati. Jika syok dicurigai akibat
gagal jantung, gunakan obat-obatan inotropik dan jangan berikan cairan. Jika terdapat demam
atau nyeri, berikan paracetamol.[1,2,14]
Penanganan Kontak Erat

Siapapun yang kontak erat dengan kasus dalam 7 hari terakhir dianggap berisiko tertular.
Kontak erat penderita dan karier meliputi:

 Anggota keluarga serumah

 Teman, kerabat, pengasuh yang secara teratur mengunjungi rumah

 Kontak cium/seksual

 Teman di sekolah, teman les, teman mengaji, teman sekerja

 Petugas kesehatan di lapangan dan di RS

Semua kontak erat harus diperiksa adanya gejala difteri serta diawasi setiap hari selama 7 hari
dari tanggal terakhir kontak dengan kasus. Status imunisasi kontak harus ditanyakan dan
dicatat. Kontak erat harus mendapat profilaksis dengan antibiotik eritromisin dengan dosis 50
mg/kg BB/ hari dibagi dalam 4 kali pemberian selama 7 hari dengan pengawasan dari
pengawas minum obat (PMO). Selain itu perlu diberikan vaksin difteri sesuai strategi WHO
dengan memprioritsakan vaksinasi pada anak-anak. Vaksinasi yang diberikan dengan
ketentuan sebagai berikut:

 Pentavalen untuk usia 6 minggu -6 tahun atau Td untuk usia >7 tahun

 Cukup satu dosis jika tercatat sudah menyelesaikan imunisasi dasar dengan lengkap
 Jika belum menyelesaikan imunisasi dasar dengan lengkap atau tidak ada bukti lengkapnya
imunisasi dasar, diberikan 3 dosis dengan jarak minimal 4 minggu antar setiap dosis. [2,16]

Prosedur/Tindakan bedah
Jika terdapat tanda ancaman obstruksi komplit pada jalan napas (stridor inspirasi,
peningkatan laju napas, retraksi dinding dada, dan penggunaan otot bantu napas), segera
amankan jalan napas. Pengamanan jalan napas dilakukan dengan pendekatan bertingkat.
Metode pertama yang dapat dilakukan adalah intubasi orotrakeal. Namun jika setelah
terpasang intubasi, jalan napas belum aman, dapat dilakukan trakeostomi atau needle
cricoidthyroidotomy. Jika penderita sudah mengalami obstruksi komplit pada jalan napas
(sianosis, SpO2 90-94%, letargi), lakukan trakeostomi emergensi jika ada ahli bedah
berpengalaman atau lakukan needle crichoidthyroidotomy sebagai prosedur emergensi
sementara. Pada kondisi ini, intubasi orotrakeal mungkin tidak dapat dilakukan dan dapat
membuat membrane terlepas sehingga obstruksi tidak teratasi. [2]
Bronkoskopi juga dapat dilakukan untuk membantu mengangkat pseudomembran yang ada.
[1,2,16]

Terapi suportif lainya


Edukasi pasien untuk makan dan minum. Jika pasien kesulitan dalam menelan, pemberian
nutrisi dapat dibantu dengan selang nasogastrik. Selang nasogastrik harus dipasang dengan
sangat hati-hati. [2]

Perawatan Pasien Difteri


Dalam perawatan pasien difteri, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

 Tenaga kesehatan yang memeriksa/merawat penderita difteri harus sudah memiliki imunisasi
lengkap.

 Pada saat memeriksa tenggorok, gunakan masker bedah, pelindung mata, dan topi

 Apabila kontak langsung dengan penderita (jarak <1 meter), gunakan masker bedah, sarung
tangan, gaun, dan pelindung mata

 Saat mengambil spesimen, gunakan masker bedah, pelindung mata, topi, baju pelindung, dan
sarung tangan

 Saat melakukan tindakan yang menimbulkan aerosolisasi (intubasi, bronkoskopi), dianjurkan


untuk menggunakan masker N95.

 Pembersihan permukaan lingkungan dengan desinfektan

 Petugas kesehatan dan masyarakat harus menerapkan etika batuk.

 Bagi penderita yang harus didampingi keluarga, maka pendamping harus menggunakan alat
pelindung diri (masker bedah dan gaun) serta melakukan kebersihan tangan[1,2,16]
Referensi
Diagnosis Difteri
Prognosis Difteri
PROGNOSIS DIFTERI
Oleh dr. Fredy Maringga
  
Prognosis difteri berhubungan dengan komplikasi dan keterlibatan organ yang terjadi.

Komplikasi
Sebagian besar komplikasi yang dapat terjadi akibat difteri disebabkan oleh efek toksin.
Ketika toksin diserap, dapat mempengaruhi jaringan dan organ yang jauh dari lokasi invasi.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah miokarditis dan neuritis. Komplikasi lain yang
dapat muncul akibat difteri, yaitu:

 Gagal nafas
 Jantung: selain miokarditis, difteri juga dapat menyebabkan komplikasi gagal jantung,
dilatasi jantung, endokarditis, dan aneurisma mikotik, serta aritmia

 Neuritis

 Pneumonia bakterial sekunder

 Otitis media

Komplikasi difteri yang lebih jarang terjadi adalah osteomielitis, artritis septik, syok sepsis,
serta penyebaran infeksi ke organ yang jauh. Selain itu, difteri juga dapat menyebabkan
kematian.[1,3]

Prognosis
Prognosis difteri ditentukan oleh faktor usia serta manifestasi difteri. Pada anak berusia
kurang dari lima tahun dan orang dewasa berusia lebih dari 40 tahun, prognosis difteri buruk
dengan tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lain. Pada difteri
dengan bakteremia, prognosis akan bertambah buruk. Prognosis paling buruk terdapat pada
pasien difteri yang mengalami keterlibatan jantung, terutama jika terjadi miokarditis. Pada
kelompok ini, tingkat kematian dapat mencapai 90%.[1,3]

EDUKASI DAN PROMOSI KESEHATAN DIFTERI


Oleh dr. Fredy Maringga
  
Penyakit difteri dapat dicegah dengan promosi kesehatan imunisasi lengkap dengan jadwal
pemberian sesuai usia. Edukasi pasien bahwa infeksi difteri tidak menimbulkan imunitas
pada orang yang mengalaminya sehingga imunisasi difteri sangat penting untuk diberikan
secara lengkap.

Imunisasi 
Pasien perlu mendapat edukasi mengenai jenis vaksin untuk imunisasi rutin dan imunisasi
lanjutan yang diberikan untuk mencegah penyakit difteri ada tiga macam, yaitu

 DPT-HB-Hib (vaksin kombinasi mencegah difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan


meningitis serta pneumonia yang disebabkan oleh hemofilus influenzae tipe B)
 DT (vaksin kombinasi difteri tetanus)

 Td (vaksin kombinasi tetanus difteri) [16]

Imunisasi tersebut diberikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Jadwal imunisasi
dasar difteri yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia pada tahun 2017
adalah pemberian vaksin DPT-Hepatitis B-HiB sebanyak 3 kali pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
[17]

Imunisasi lanjutan diberikan pada populasi khusus berikut:

 Anak usia 18 bulan diberikan vaksin DPT-HB-Hib 1 kali

 Anak Sekolah Dasar kelas 1 diberikan vaksin DT pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS)

 Anak Sekolah Dasar kelas 2 dan 5 diberikan vaksin Td pada BIAS

 Wanita usia subur termasuk wanita hamil diberikan vaksin Td

 Orang dewasa diberikan vaksin Td ulangan setiap 10 tahun[14,19]

Imunisasi Dewasa

Pemberian booster Td/Tdap sangat penting bagi orang dewasa terkait adanya wabah difteri
yang terjadi di beberapa daerah dan penurunan imunitas pasca imunisasi dasar dan lanjutan.
Vaksin difteri bagi orang dewasa dalam bentuk Td/Tdap, yang merupakan vaksin DTP
dengan reduksi antigen difteri dan pertusus. SATGAS Imunisasi PAPDI merekomendasikan
semua orang dewasa untuk mendapatkan 1 dosis booster vaksin Td/Tdap setiap 10 tahun.
Wanita hamil direkomendasikan untuk mendapatkan 1 dosis Tdap untuk setiap kehamilan.
Sementara itu, orang dewasa dalam kondisi immunocompromise, lelaki seks lelaki (LSL),
penderita penyakit jantung, penderita penyakit paru kronik, alkoholisme kronik, asplenia,
penderita penyakit hati kronik, penderita gagal ginjal, penderita diabetes, dan petugas
kesehatan direkomendasikan untuk mendapatkan 1 dosis menggunakan Tdap dan 2 dosis
menggunakan Td selanjutnya 1 dosis booster Td diberikan setiap 10 tahun.[18]
Pada kondisi terjadi wabah difteri, untuk menmutuskan penularan, menurukan jumlah kasus
difteri dan mencegah agar penyakit tersebut tidak semakin meluas diperlukan
tindakan Outbreak Response Immunization (ORI) dengan vaksin yang mengandung difteri.
Pada KLB dfiteri akhir tahun 2017, Kemenkes RI merekomendasikan pelaksanaan ORI
difteri pada daerah yang mengalami KLB difteri sebanyak 3 putaran dengan sasaran anak
usia 1-<19 tahun dengan interval 0-1-6 bulan, dengan ketentuan pemberian vaksin sebagai
berikut:
 DPT-HB-HIb untuk anak usia 1 tahun sampai dengan 5 tahun

 DT untuk anak usia 5 tahun sampai dengan 7 tahun

 Td untuk anak usia 7 tahun sampai dengan 19 tahun

Cakupan ORI minimal 90% pada lokasi yang telah ditentukan. Sementara itu orang dewasa,
terutama petugas kesehatan juga dianjurkan untuk memperoleh imunisasi difteri, tetapi
bersifat mandiri ke fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta yang menyediakan.[16,19,20]

Kekebalan Kelompok
Perlindungan optimal terhadap difteri pada masyarakat (kekebalan kelompok) dapat dicapai
dengan cakupan imunisasi rutin, baik dasar maupun lanjutan, yang tinggi dan merata.
Cakupan harus mencapai minimal 95%, merata di setiap kabupaten/kota dan tetap
dipertahankan.[16]

Komplikasi Penyakit Difteri


Posted on February 24, 2017 by admin_imunisasi
Difteri adalah penyakit akibat infeksi bakteri yang serius. Tenggorokan akan terasa sakit disertai
dengan demam dan tubuh akan melemah. Selain itu, penderita juga akan mengalami sesak
napas karena saluran di tenggorokan terblokir oleh selaput tebal berwarna abu-abu. Penyakit ini
sangat menular dan berbahaya. Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, tidak
rutin imunisasi, dan tinggal dalam lingkungan yang penuh sesak cenderung lebih berisiko untuk
mengalaminya.

Diperkirakan hampir satu dari lima penderita difteri balita dan berusia di atas 40 tahun yang
meninggal dunia diakibatkan oleh komplikasi. Beberapa komplikasi yang dapat mengancam jiwa
karena toksin dari bakteri difteri diantaranya meliputi:

• Masalah pernapasan. Sel-sel yang mati akibat toksin yang diproduksi bakteri difteri akan
membentuk membran abu-abu yang dapat menghambat pernapasan. Partikel-partikel membran
juga dapat luruh dan masuk ke paru-paru. Hal ini berpotensi memicu inflamasi pada paru-paru
sehingga fungsinya akan menurun secara drastis dan menyebabkan gagal napas.
• Miokarditis (Kerusakan Jantung). Miokarditis adalah kondisi jantung, yang melibatkan
peradangan pada otot jantung, dalam hal ini disebabkan oleh toksin difteri. Kondisi ini dapat
menyebabkan gagal jantung, dan semakin besar tingkat infeksi bakteri, semakin tinggi toksisitas
pada jantung, menghasilkan efek yang berkisar dari kelainan yang hanya tampak pada monitor
jantung, kematian mendadak.
• Kerusakan saraf. Toksin dapat menyebabkan penderita mengalami masalah sulit menelan,
masalah saluran kemih, serta pembengkakan saraf tangan dan kaki. Masalah saluran kemih
dapat menjadi indikasi awal dari kelumpuhan saraf yang akan memengaruhi diagfragma.
• Kelumpuhan Diagfragma. Diafragma adalah otot berbentuk kubah tebal yang memisahkan
dada dari perut. Diafragma membantu Anda bernafas dalam dan keluar. Jika diafragma tidak
bekerja dengan benar, maka akan perlu ventilator untuk membantu bernapas. Hal ini dapat
meniru fungsi dari diafragma dengan mengatur tekanan paru-paru.
• Difteri Hipertoksik. Komplikasi ini adalah bentuk difteria yang sangat parah. Selain gejala
yang sama dengan difteri biasa, difteri hipertoksik akan memicu pendarahan yang parah dan
gagal ginjal. Sebagian besar komplikasi ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheriae.
Lalu bagaimana cara mencegah agar anak kita tidak terkena penyakit Difteri? Langkah paling
efektif adalah dengan vaksinasi karena vaksinasi merupakan tindakan pencegahan.
Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DPT. Vaksin ini meliputi difteri, tetanus, dan pertusis
atau batuk rejan.
Vaksin DPT merupakan salah satu dari lima imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia.
Pemberian vaksin ini dilakukan lima kali pada saat anak berusia dua bulan, empat bulan, enam
bulan, 1,5-2 tahun, dan lima tahun. Perlindungan tersebut umumnya dapat melindungi anak
terhadap difteri seumur hidupnya. Tetapi vaksinasi ini dapat diberikan kembali pada saat anak
memasuki masa remaja atau tepatnya saat berusia 11-18 tahun untuk memaksimalisasi
keefektifannya. (RE)
Sumber:
• http://www.alodokter.com
• http://www.obatherbalkhususanak.com
Oleh Lika Aprilia SamiadiInformasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri - Dokter
Umum.

 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)

Definisi
Apa itu difteri?
Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Gejalanya
berupa sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan.
Dalam kasus yang parah, infeksi bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan
sistem saraf. Beberapa pasien juga mengalami infeksi kulit. Bakteri penyebab penyakit ini
menghasilkan racun yang berbahaya jika menyebar ke bagian tubuh lain.
Seberapa umumkah difteri?
Difteri banyak ditemui di negara-negara berkembang seperti Indonesia, di mana angka
vaksinasi masih rendah. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun. Difteri
dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk
informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala


Apa saja tanda-tanda dan gejala difteri?
Walau bakteri difteri dapat menyerang jaringan apa saja pada tubuh, tanda-tanda yang
paling menonjol adalah pada tenggorokan dan mulut. Tanda-tanda dan gejala umum dari
difteri adalah:

 Tenggorokan dilapisi selaput tebal berwarna abu-abu


 Radang tenggorokan dan serak
 Pembengkakan kelenjar pada leher
 Masalah pernapasan dan saat menelan
 Cairan pada hidung, ngiler
 Demam dan menggigil
 Batuk yang keras
 Perasaan tidak nyaman
 Perubahan pada penglihatan
 Bicara yang melantur
 Tanda-tanda shock, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat dan jantung berdebar
cepat.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki
kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?


Anda harus menghubungi dokter bila Anda atau anak Anda terkena kontak dengan
seseorang yang memiliki difteri. Apabila Anda tidak tahu apakah Anda atau anak Anda telah
diberi vaksin difteri atau belum, segera atur jadwal pertemuan dengan dokter.

Penyebab
Apa penyebab difteri?
Difteri disebabkan oleh Corynebacterium, yaitu bakteri yang menyebarkan penyakit melalui
partikel di udara, benda pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi.

Jika Anda menghirup partikel udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi, Anda dapat
terkena difteri. Cara ini sangat efektif untuk menyebarkan penyakit, terutama pada tempat
yang ramai.

Penyebab lainnya adalah kontak dengan benda-benda pribadi yang terkontaminasi. Anda
dapat terkena difteri dengan memegang tisu bekas orang yang terinfeksi, minum dari gelas
yang belum dicuci, atau kontak sejenisnya dengan benda-benda yang membawa bakteri.
Pada kasus yang langka, difteri menyebar pada peralatan rumah tangga yang digunakan
bersama, seperti handuk atau mainan.

Menyentuh luka yang terinfeksi juga dapat membuat Anda terekspos bakteri yang
menyebabkan difteri.

Faktor pemicu
Apa saja faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena
difteri?
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena difteri, yaitu:

 Lokasi yang Anda tinggali


 Tidak mendapat vaksinasi difteri terbaru
 Memiliki gangguan sistem imun, seperti AIDS
 Memiliki sistem imun lemah, misalnya anak-anak atau orang tua
 Tinggal di kondisi yang padat penduduk atau tidak higienis

Pengobatan
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan
pada dokter Anda.

Bagaimana dokter mendiagnosis difteri?


Untuk mendiagnosis penyakit, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa
adanya pembengkakan pada kelenjar limfa. Apabila dokter melihat lapisan abu-abu pada
tenggorokan dan amandel Anda, dokter dapat menduga Anda memiliki difteri. Dokter juga
dapat menanyakan sejarah medis serta gejala yang Anda alami.

Namun, metode paling aman untuk mendiagnosis difteri adalah dengan biopsi. Sampel
jaringan yang terpengaruh akan diambil dan kemudian dikirim ke laboratorium untuk
diperiksa, apakah Anda memiliki bakteri difteri atau tidak.

Bagaimana cara mengobati difteri?


Dokter akan segera menangani penyakit ini, karena difteri adalah kondisi yang sangat
serius. Pertama, dokter akan memberi suntikan antitoksin, untuk melawan racun yang
dihasilkan oleh bakteri. Jika alergi terhadap antitoksin, Anda perlu memberi tahu dokter agar
dokter dapat menyesuaikan pengobatan.

Pada pasien dengan alergi, biasanya dokter akan memberi dosis antitoksin yang rendah dan
meningkatkan kadar secara bertahap. Setelah itu, dokter akan memberikan antibiotik untuk
membantu mengatasi infeksi. Setelah diberikan obat-obatan tersebut, dokter dapat
merekomendasi dosis pendorong vaksin difteri setelah sehat, untuk membangun pertahanan
terhadap bakteri difteri.

Normal apabila dokter meminta pasien untuk tinggal di rumah sakit untuk mengawasi reaksi
terhadap pengobatan dan mencegah penyebaran penyakit. Jika Anda atau anak Anda
melakukan kontak dengan seseorang dengan penyakit difteri, Anda harus segera
mengunjungi dokter untuk melakukan tes dan kemungkinan perawatan.

Pengobatan di rumah
Apa saja yang harus dilakukan saat terkena difteri?
Berikut adalah yang perlu Anda lakukan saat terkena difteri:

 Banyak bed rest alias istirahat di tempat tidur. Batasi aktivitas fisik apabila jantung Anda
terpengaruh. Anda mungkin memerlukan istirahat di tempat tidur selama beberapa minggu
atau sampai Anda telah pulih total.
 Isolasi ketat. Anda sebaiknya menghindari penyebaran penyakit pada orang lain apabila
Anda terinfeksi.

Komplikasi
Apa saja komplikasi yang bisa terjadi akibat difteri?
Jika tidak diobati dengan tepat, difteri dapat mengakibatkan komplikasi yang berbahaya, dan
bahkan bisa berujung dengan kematian. Beberapa komplikasi tersebut adalah:

 Saluran napas yang tertutup


 Kerusakan otot jantung (miokarditis)
 Kerusakan saraf (polineuropati)
 Kehilangan kemampuan bergerak (lumpuh)
 Infeksi pary (gagal napas atau pneumonia)

Bagi beberapa orang, difteri bisa merenggut nyawa. Bahkan setelah diobati pun, 1 dari 10
penderita difteri biasanya meninggal dunia. Namun, jika tidak diobati, jumlah kematian bisa
meningkat menjadi 1:2. Oleh karena itu, lakukan tindak pencegahan dan segera periksakan
ke dokter saat gejala muncul.

Pencegahan
Bagaimana cara mencegah difteri?
Cara terbaik mencegah difteri adalah dengan vaksin. Di Indonesia, vaksin difteri biasanya
diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis), sebanyak lima kali semenjak bayi
berusia 2 bulan. Anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4
bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.

Untuk anak usia di atas 7 tahun diberikan vaksinasi Td atau Tdap. Vaksin Td/Tdap akan
melindungi terhadap tetanus, difteri, dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali. Ini
juga termasuk untuk orang dewasa.

Anda mungkin juga menyukai