Anda di halaman 1dari 5

Bronkitis Akut dan Kronis

Pulmonologi Juli 22, 2012 Tinggalkan komentar

Bronkitis ( bronchitis ) adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir (mukosa) bronchus
(saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam paru-paru). Peradangan ini
mengakibatkan permukaan bronchus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan
relatif menyempit.

Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronis. Perlu diingat
bahwa istilah akut dan kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya
penyakit, bukan berat ringannya penyakit.

BRONKITIS AKUT

Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa
minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama
jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

PENYEBAB

Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus influenza, Rhinovirus,
Adenivirus, dan lain-lain. Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri (kuman), terutama
Mycoplasma pnemoniae, Clamydia pnemoniae, dan lain-lain.

TANDA TANDA

Keluhan yang kerap dialami penderita bronkitis akut, meliputi:

Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).


Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di dada.

Sesak napas, rasa berat bernapas,

Kadang batuk darah.

Pemeriksaan:

Pada pemeriksaan menggunakan stetoskop (auskultasi), terdengar ronki, wheezing dengan


berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga ngik-ngik) dan krepitasi (suara kretek-kretek
dengan menggunakan stetoskop).

Biasanya para dokter menegakkan diagnosa berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan
fisik. Itu sudah cukup.

Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan


diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain.

PENGOBATAN
Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan keluhan). Obat-
obat yang lazim digunakan, yakni:

Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari.
Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-
obat ini bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif
tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-
anak, para ahli berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia
6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas,
penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari
penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan
sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG
(glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya., digunakan
jika penderita demam.
Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat,
teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang
disertai sesak napas atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa
bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk
melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek
samping obat bronkodilator yang mungkin dialami oleh penderita, yakni: berdebar,
lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami efek samping tersebut,
maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya
memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.
Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman
berdasarkan pemeriksaan dokter.

Diskripsi Rontgen.

Penderita biasanya membaca hasil rontgen sebelum menyerahkannya ke dokter. Tak jarang
diskripsi hasil rontgen membuat penderita ketakutan. Untuk itu, andaikata ada kalimat yang
tidak jelas pada diskripsi hasil rontgen, seyogyanya menanyakannya kepada dokter.

cuplikan diskripsi hasil rontgen

Cor : bentuk dan besarnya dalam batas normal. Cor adalah nama lain dari jantung.

Pulmo : nampak gambaran infiltrat dan seterusnya corakan ramai pada hemithorax
kanan dan kiri dan seterusnya. Pulmo adalah jaringan paru.

Nah, corakan ramai inilah yang kerap menimbulkan tanda tanya penderita, bahkan tak
jarang penderita ketakutan, sampai-sampai ada yang tidak bisa tidur, sebelum mendapatkan
penjelasan dokter. Apa pasal ? Ya itu tadi, ada yang menganggap kata corakan identik
dengan krowok (bahasa jawa: berlubang). Padahal sejatinya corakan ramai adalah
terjemahan dari peningkatan bronchovascular pattern yang artinya gambaran pembuluh
darah disekitar bronkus. Dalam keadaan normal, bronchovascular pattern tidak melebihi
setengah dari garis vertikal salah satu bagian paru-paru (hemithorax). Pada keadaan tertentu,
bronchovascular pattern meningkat melebihi setengah garis vertikal salah satu bagian paru
(paru kanan atau paru kiri), termasuk pada bronkitis.

BRONKITIS KRONIS

Berdasarkan waktu berlangsungnya penyakit, Bronkitis akut berlangsung kurang dari 6


mingu dengan rata-rata 10-14 hari, sedangkan Bronkitis kronis berlangsung lebih dari 6
minggu. Secara umum keluhan pada Bronkitis kronis dan Bronkitis akut hampir sama. Hanya
saja keluhan pada Bronkitis kronis cenderung lebih berat dan lebih lama. Hal ini dikarenakan
pada Bronkitis kronis terjadi penebalan (hipertrofi) otot-otot polos dan kelenjar serta berbagai
perubahan pada saluran pernapasan.

Secara klinis, Bronkitis kronis merupakan penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan
batuk berdahak sedikitnya 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut.

ANGKA KEJADIAN

Di Indonesia, belum ada angka kesakitan Bronkitis kronis, kecuali di RS sentra-sentra


pendidikan. Sebagai perbandingan, di AS ( National Center for Health tatistics ) diperkirakan
sekitar 4% dari populasi didiagnosa sebagai Bronkitis kronis. Angka inipun diduga masih di
bawah angka kesakitan yang sebenarnya (underestimate) dikarenakan tidak terdiagnosanya
Bronkitis kronis. Di sisi lain dapat terjadi pula overdiagnosis Bronkitis kronis pada pasien-
pasien dengan batuk non spesifik yang self-limited (sembuh sendiri).

Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada perbedaan. Frekuensi angka
kesakitan Bronkitis kronis lebih kerap terjadi pada pria dibanding wanita. Hanya saja hingga
kini belum ada angka perbandingan yang pasti. Usia penderita Bronkitis kronis lebih sering
dijumpai di atas 50 tahun.

FAKTOR PENYEBAB

Faktor-fakor penyebab tersering pada Bronkitis kronis adalah: asap rokok (tembakau), debu
dan asap industri, polusi udara.

Disebutkan pula bahwa Bronkitis kronis dapat dipicu oleh paparan berbagai macam polusi
industri dan tambang, diantaranya: batubara, fiber, gas, asap las, semen, dan lain-lain. (
Jazeela Fayyaz, DO, Jun 17, 2009 )

GEJALA DAN KELUHAN

Keluhan dan gejala-gejala klinis Bronkitis kronis adalah sebagai berikut:

Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak makin
banyak dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang
dapat dijumpai batuk darah.
Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas.
Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik).

pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara krok-krok terutama


saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran napas.

Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:

1. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak
dan keluhan lain yang ringan.
2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan
batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with
obstruction ), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat
dan suara mengi.

Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis oleh
dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika diperlukan), yakni radiologi (rontgen), faal paru,
EKG, analisa gas darah.

PENGOBATAN

Penatalaksanaan Bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah


timbulnya penyulit, meliputi:

Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan
faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.

Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah


kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat
dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.
Oksigenasi (terapi oksigen)

Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.

Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi


oleh infeksi kuman ( H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis
antibiotika (pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan
hasil pemeriksaan.

Para penderita Bronkitis kronis seyogyanya periksa dan berkonsultasi ke dokter manakala
mengalami keluhan-keluhan batuk berdahak dan lama, sesak napas, agar segera mendapatkan
pengobatan yang tepat.

Semoga bermanfaat.

Sumber :

PDT Ilmu Penyakit Paru FK Unair, RSU Dr. Soetomo, edisi 3, 2005.
Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam, Lawrence M, Tierney, Jr, MD et all, 2002.

Bronchitis, Jazeela Fayyaz, DO, eMedicine Specialties Pulmonology, 2009

Anda mungkin juga menyukai