SANGGAHAN
Saya siti Bahrina Ilmi (1061922078) dari kel.10 akan menanggapi sanggahan dari
mbak Leilia
1. Menurut kelompok kami jika pasien dalam keadaan darurat dan jika sedang berada
di luar dan tiba2 asmanya kambuh akan lebih baik pasien menggunakan inhaler
karena efeknya akan lebih cepat mengontrol asmanya. Jika seseorang yang
asmanya kambuh pasti akan kesulitan jika harus meminum tablet. Dalam hal ini
salbutamol tablet yg diberikan juga digunakan bila perlu, jadi jika suatu saat
kambuh dan pasien masih memungkinkan maka minum yang tablet, tetapi jika
tidak digunakan inhalasi
2. Saya Septi Lailatul Khusniah 1061922075 Untuk makanan buah dan sayurnya
misalnya apel, wortel, pisang dan bayam.
Tetapi dalam ppt bagian asessment salbulin inh indikasinya untuk mengontrol
asma agar tidak kambuh Sedangkan salbutamol tab indikasinya untuk sesak nafas,
Sebenarnya yang betul yang mana? Apakah perlu menggunakan 2 obat tersebut?
Apa tidaklah cukup dengan salbulin inhaler saja? Harusnya memiliki kedua bentuk
sediaan tersebut? Sedangkan kandungan zat aktifnya sama
Jawab:
Jika diasumsikan dari 2 obat yang diberikan dengan sediaan berbeda oleh dokter
menurut kami juga seperti itu mbak ria, tetapi signanya s.prn sehingga saya
sependapat dengan mba siti mujayanah bahwa sebaiknya dikonfirmasi kembali
berkaitan dengan signa pada resep. Siti Bahrina (078).
Jawab:
1. Menurut kelompok kami, penggunaan obat dalam bentuk sirup akan lebih mudah
membantu melegakan tenggorokan dengan mengeluarkan dahak, jika
dibandingkan dengan sediaan tablet. Mengingat pasien juga memiliki asma
kronik.
Apabila dahak lebih cepat keluar, maka penanganan asma pada pasien juga bisa
lebih mudah. Ditambah pasien harus meminum tablet metilprednisolon untuk
mengontrol asma nya. Jika batuk tidak kunjung mereda maka konsumsi
metilprednisolonnya juga terganggu. Terimakasih. Mohon koreksinya bu har dan
teman teman.
3. Saya Nur Alfi Inayatur Rohmah 1061921061 ingin menyanggah, Saya menemukan di
mims interaksi antara salbutamol dan kortikosteroid, yaitu meningkatkan resiko
hipokalemia Sekiranya dapat ditambahkan di drp interaksi obat Mohon koreksinya
Jawab:
Mohon maaf mba alfi, kemarin kami belum menemukan untuk interaksinya. Apakah
bisa disebutkan mbak tingkat interaksinya? Karena dalam kasus ini data lab pasien juga
tidak diketahui.
Iya mba alfi, kelompk kami menemukan pada jurnal bahwa interaksi salbu dengan
kortikosteroid yaitu interaksi moderat, terimakasih atas koreksinya nanti kami
tambahkan di materi. Siti Bahrina (078)
4. Saya Nita nevyani nim 1061921058 ingin menyanggah, dlm KIE bisa ditambahkan untuk
menghindari makanan yg mencetuskan keadaan asma spt makanan yg mengandung
santan, kacang-kacang an dsb. Terimakasih
Jawab:
Saya Rama Dian Pratiwi (1061921066), Baik mbak nita kami terima sanggahannya nanti
kami akan menambahkan dalam makalah dan ppt. Terimakasih mb
Jawab:
Iya mbak, mksd saya antara assesment dan informasi obat di samakan saja indikasinya
biar sama, terima kasih mbak septi.
PERTANYAAN
2. Sella Mulya Andika 1061922074 ingin bertanya pada makalah anda tentang faktor risiko
asma yaitu jenis kelamin, dimana pria usia anak lebih berisiko terkena asma, dan
perempuan masa menopause juga lebih berisiko asma.. Bisa dijelaskan mengapa
demikian? Terima kasih
Jawab:
Rama Dian (1061921066) Terimakasih mb sela atas pertanyaannya. Kenapa anak laki-
laki lebih rentang? karena pada anak laki-laki terjadinya sensitivitas yang lebih tinggi
terhadap serangan asma dibandingkan anak perempuan, dikarenakan diameter saluran
napas anak laki-laki yang lebih lebih kecil sehingga mereka lebih sensitif dan peka
apabila terjadi penyumbatan pada saluran napas. Mohon koreksinya bu Har dan teman-
teman
Untuk perempuan menopuse gimana?
Siti Bahrina (1061922078) Seperti yang kita tahu bahwa kebutuhan kalsium tubuh itu
tidak hanya pada tulang dan gigi. Pada wanita menopouse, kadar kalsium dalam
tubuhnya berkurang, sehingga dengan aktivitas/pekerjaan sehari hari yang tetap akan
membuatnya mudah lelah dan rentan terkena penyakit. Mohon koreksinya
Bu Har : Kemungkinan penyebab tingginya prevalensi asma wanita dibanding pria
yaitu ukuran paru dan bronkhi wanita lebih kecil dibanding pria, sehingga
mempengaruhi sirkulasi udara pada sistem pernafasan (Global, 2015; Marco, 2002).
Faktor lain yang mempengaruhi tingginya prevalensi asma pada wanita adalah
pengaruh hormonal (Marco, 2000). Tingginya kadar estrogen memicu reaksi inflamasi
dan meningkatkan kadar substansi proinflamasi sehingga memperburuk asma (Lim dan
Kobzik, 2008; Vrieze dkk., 2003).
3. Saya Risma Dara A (1061921069) ingin bertanya, dalam kasus ini, pasien termasuk dalam
klasifikasi asma apa ? Lalu bagaimana pencegahan yg dapat dilakukan pasien agar asma
pasien tidak sering kambuh lagi ? Terima kasih
Jawab:
Rama Dian (1061921066) Termasuk jenis klasifikasi asma persisten berat (severe)..
Pencegahan yang dapat dilakukan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan
menghindari potensi alergi, hindari merokok, dan berolahrag seperti senam asma. Jika
di lihat dari kasus, Tn. Taufik memiliki alergi terhadap debu dan asap. Jadi hindari debu
dan asap agar asma tidak kambuh lagi.
4. Zunia arimatur rohmah 1061922089 ingin bertanya.. saya pernah mendengar istilah asma
nokturnal (asma yg terjadi pd mlm hari) dan itu sangat mengganggu waktu tidur..
Mengapa asma nokturnal bisa terjadi? Untuk terapinya apakah sama dg asma pada
umumnya? Mohon penjelasannya..
Jawab:
Siti Bahrina Ilmi (1061922078)
Asma nokturnal yang terjadi pada malam hari, hal ini berkaitan dengan cuaca dingin
pada malam hari, sehingga asma bisa saja terjadi karena pasien asma biasanya
membutuhkan udara yang hangat disekitarnya.
Terima kasih penjelasannya, untuk terapi nya tetap sama dengan asma biasanya?
Hal ini dapat dilihat dari tingkat keparahan asmanya mbak. Tetapi jika pasien memiliki
riwayat asma nokturnal ssbaiknya untuk diberikan terapi untuk mengontrol asma
jangka panjang, sehingga dapag mencegah kekambuhan. Siti Bahrina Ilmi
(1061922078)
Untuk tambahan journal untuk asthma nocturnal therapi nya Yayuk Dwi Handayani
088
Ria Yunita
5. Saya Yayuk Dwi Handayani 088 Ingin bertannya apa hub asthma dengan obesitas?
Jawab:
Rama Dian 1061921066. Terimakasih mb yayuk atas pertanyaannya. Obesitas
merupakan suatu keadaan dengan kelebihan lemak tubuh yang dapat menyebabkan
permasalahan kesehatan. Masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah kejadian
asma. Meningkatnya mediator inflamasi, gangguan mekanik, dan volume paru
menjadikan obesitas sebagai satu faktor penyebab terjadinya asma
Baik apa terapinya juga perlu obat asthma buat orang obesitas?
Menurut saya untuk obesitas sebaiknya pengurangan berat badan mbak, tidak perlu
terapi asma jika belum mmpunyai riwayat asma sebelumnya. Siti Bahrina Ilmi
(1061922078)
Yg salah satunya kalian jelaskan dlm makalah mediator leptin itu knp bisa
menyebabkan asma?
Septi Lailatul Khusniah (075). Kondisi obesitas sering dikaitkan dengan peningkatan
kejadian asma melalui beberapa mekanisme diantaranya peran leptin sebagai sitokin
proinflamasi yang menyebabkan meningkatnya risiko peradangan saluran nafas dan
memicu terjadinya asma dan merupakan mediator kritis dari diferensiasi lipofibroblas
untuk fibroblast yang normal dan sintesis fosfolipid surfaktan paru. Obesitas
menyebabkan penurunan komplians paru, volume paru-paru, dan diameter saluran
udara perifer yang memengaruhi volume darah dalam paru dan perfusi ventilasi.