FAKULTAS KEDOKTERAN
APRIL 2019
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DISUSUN OLEH:
Andi Siti Bani F C014182016
Muh. Adyaksa Siradja C014182033
Andi Fuad Ansyari C014182035
Indah Kurniati Ramli C014182037
Danetsye Samallo
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Rita Juwita
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Nurlaily Idris, Sp.Rad(K)
2
DAFTAR ISI
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri pinggang kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien berobat ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada pinggang kanan
yang dirasakan memberat beberapa hari terakhir sebelum kontrol terakhir
di poliklinik. Pasien juga mengeluhkan batuk berlendir yang dirasakan
beberapa hari terakhir. Sesak dirasakan kadang-kadang. Riwayat
berkemih berpasir dan warna urin keruh sebelumnya. Riwayat
pemasangan DJ Stent kanan pada 3 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien
pernah masuk ke IGD Bedah RSWS pada tanggal 26 Desember 2019
dengan keluhan nyeri hebat pada pinggang kanan dan dirawat di Lontara II
Bawah Depan. Pasien juga memiliki riwayat CAD
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Riwayat trauma tidak ada
Riwayat pingsan tidak ada
Riwayat buang air kecil berpasir dan warna keruh
Riwayat diabetes mellitus ada 10 tahun lalu
Riwayat hipertensi ada 10 tahun lalu
Riwayat CAD
Riwayat Pribadi dan Keluarga :
Riwayat dengan penyakit keluarga yang sama tidak ada
1.6 DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
diagnosis kasus ini adalah Nephrolithiasis dan Urolithiasis Dextra
1.7 TERAPI
1. Infus NaCl 20 tetes per menit
2. Amlodipine 5mg/24jam/oral
3. Concor 2,5 mg/24jam/oral
4. ISDN 5 mg/sublingual (bila nyeri dada)
5. Levemir 10 iu/24jam/sc (tunda)
6. N-Ace 200 mg/8jam/oral
7. Combivent nebu/8jam/inhalasi
8. Ceftriaxone 1 gr/12jam/iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Urolithiasis atau batu saluran kemih adalah kondisi dimana terdapat massa
keras berbentuk batu kristal di sepanjang saluran kemih sehingga menimbulkan
rasa nyeri. Pembentukan batu disebabkan oleh peningkatan jumlah zat kalsium,
oksalat dan asam urat dalam tubuh atau menurunnya sitrat sebagai zat yang
menghambat pembentukan batu. Batu pada saluran kemih dapat
dikelompokkan berdasarkan lokasi terdapatnya batu dalam saluran kemih
antara lain batu ginjal, saluran ureter, kandung kemih dan uretra. 1
Nefrolitiasis merupakan kondisi terdapatnya batu yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik yang ditemukan pada kaliks dan pelvis.
Batu ginjal dapat terbentuk dari kalsium, kalsium oksalat, kalsium fosfat. 2
2.2 Anatomi
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang yang terletak
dikedua sisi columna vertebralis. Kedua ginjal terletak retriperitoneal masing-
masing sisi kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra vertebra T12-
L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah daripada ginjal kiri disebabkan oleh
lobus hepatis dextra. Ginjal memiliki fasies anterior dan posterior, margo
medialis dan lateralis.
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis yang disebut kapsula fibrosa
dan bagian luarnya terdapat jaringan lemak. Disebalah kranial ginjal terdapat
glandula adrenal. Ginjal dan glandula adrenal dibungkus oleh fascia gerota.
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi dua bagian yaitu, korteks dan medulla
ginjal. Korteks terdiri dari berjuta-juta nefron dan pada medulla terdapat
duktuli ginjal. Sistem pelvikalises ginjal terdiri dari kaliks minor, kaliks mayor
dan pelvis renalis.
Ureter merupakan saluran muskular dengan lumen yang sempit
menghubungkan ginjal dengan vesica urinaria. Bagian superior dari ureter
yaitu pelvis renalis yang dibentuk oleh 2-3 kaliks mayor dan masing-masing
kaliks mayor dibentuk oleh kaliks minor. Ureter berjalan secara inferomedial
menuju anterior dari psoas mayor dan ujung dari transversus vertebrae
lumbalis dan menyilang arteri iliaca externa tepat diluar percabangan arteri
iliaca communis. Kemudian berjalan di lateral dari pelvis untuk.= memasuki
vesica urinaria secara oblique.
Ureter secara normal mengalami penyempitan pada tiga tempat yaitu 1)
Junctura ureteropelvicum, 2) Saat melewati tepi aditus pelvicum, dan 3)
Memasuki vesica urinaria.
2.3 Patofisiologi
Proses fisik pembentukan batu adalah kaskade yang kompleks akibat
pertumbuhan kristal yang menyebabkan terbentuknya batu. Proses
pembentukan batu bergantung pada volume urin, konsentrasi ion kalsium,
fosfat, oksalat, dan natrium. Kadar ion yang tinggi, volume urin yang rendah,
pH rendah, dan kadar sitrat rendah akan mendukung terbentuknya kalkuli
urinarius. Faktor-faktor genetik, metabolik, lingkungan, dan dietetik juga
terlibat dalam patogenesis urolithiasis, di mana semua faktor tersebut berperan
dalam kristalisasi garam dalam tubulus renal. Kristaluria sering diamati pada
individu normal jika kristal tersebut saling terpisah. Kristal dalam urin akan
terbasuh bersama aliran urin; namun, beberapa gaya kimia dan elektris memicu
proses agregasi bahan-bahan ini, sehingga kristal beragregasi dan menempel ke
epitel yang kemudian akan memungkinkan pertumbuhan dan pembentukan
batu.
Pembentukan batu ginjal secara umum memerlukan:
Konsentrasi bahan terlarut yang tinggi dalam urin
Ketidakseimbangan faktor modifikasi (promotor dan inhibitor) dan
kristalisasi urin
Kelainan epitel yang memungkinkan perlekatan dan pertumbuhan kristal
menjadi batu
Di samping itu, kristal oksalat (Caox)—kandungan utama kalkuli
urinarius manusia—dapat menempel di membran plasma sel epitel akibat
proses spesifik dan diikuti oleh endositosis kristal yang menghasilkan
kerusakan atau kematian sel. Sel-sel yang rusak menyebabkan respons
proliferasi dan meningkatkan sintesis fibrogentik, sehingga mendukung
pertumbuhan kristal. Pembentukan batu kalsium melibatkan fase-fase
akumulasi Caox dan nukleasi, pertumbuhan, agregasi, dan retensi kristal yang
berbeda. Analisis fisikokimia mendefinisikan pembentukan batu sebagai
larutan supersaturasi di mana nukleasi homogen atau heterogen dapat
menyebabkan pembentukan kristal, yang dapat mengendap dan berkembang
menjadi batu.
a. Nukleasi
Nukleasi adalah fase di mana terbentuk kristal padat dalam larutan.
Pembentukan batu dimulai dari nuklei, yang berarti proses pembentukan kristal
baru. Proses ini penting dalam pembentukan batu ginjal. Istilah supersaturasi
merujuk pada larutan yang mengandung lebih banyak bahan terlarut daripada
pelarutnya di bawah kondisi normal. Nukleasi kristal adalah tahap pertama
pembentukan batu yang dapat berupa nukleasi homogen garam yang terjadi
dalam zona supersaturasi yang tidak stabil. Selama pertumbuhan kristal, energi
bebas dari larutan terus berkurang seiring komponen kristal baru ditarik dari
larutan dan menjadi bagian dari struktur kristal. Ketika terbentuk, partikel yang
terkristalisasi berikatan satu sama lain baik dalam pola pertumbuhan teratur
maupun acak untuk kemudian tumbuh menjadi partikel yang lebih besar.
b. Pertumbuhan kristal
Setelah proses nukleasi, kristal mikro dapat matang dengan
pertumbuhan kristal yang dimediasi secara epitaksial. Epitaksi adalah
pertumbuhan berlebih yang teratur dari satu bahan kristal ke kisi kristal
substrat. Pertumbuhan monoepitaksial mengacu pada adsorpsi molekul atau
ion satu per satu pada permukaan kristal dari urin superaturasi dan
pertumbuhan heteroepitaksial mengacu pada pertumbuhan langsung satu
kristal pada permukaan komposisi yang berbeda dari permukaan kristal dan
substrat. Beberapa atom atau molekul dalam cairan super jenuh mulai
membentuk kluster. Total energi bebas dari gumpalan ditentukan oleh energi
permukaan; namun, hal ini penting hanya ketika gumpalan kristal masih kecil.
Pertumbuhan kristal ditentukan oleh ukuran molekul dan bentuk molekul, sifat
fisik material, pH, dan cacat yang mungkin terbentuk dalam struktur kristal.
Pertumbuhan kristal adalah salah satu prasyarat untuk pembentukan partikel.
c. Agregasi
Agregasi adalah proses di mana inti kristal saling mengikat untuk
membentuk partikel yang lebih besar. Inti awal dapat tumbuh dengan
penambahan lebih lanjut dari garam yang diinginkan. Jarak antar-partikel yang
kecil menimbulkan gaya tarik yang menyebabkan agregasi partikel. Agregasi
kristal memainkan peran penting dalam pembentukan batu. Dalam berbagai
langkah pembentukan batu, agregasi kristal adalah langkah yang lebih
signifikan dan kemudian nukleasi dan pertumbuhan. Agregasi partikel dalam
larutan ditentukan oleh keseimbangan kekuatan, antara efek agregasi dan efek
disagregasi dan juga jarak antar partikel.
d. Retensi
Retensi kristal dapat disebabkan oleh hubungan kristal dengan lapisan
sel epitel. Urolithiasis membutuhkan pembentukan kristal yang diikuti oleh
retensi dan akumulasi di ginjal. Proses lain yang dapat menyebabkan
pembentukan batu adalah retensi kristal. yaitu, pengendapan kristal,
pertumbuhan, dan agregasi, yang menghasilkan pembentukan batu urin, jika
kristal berinti disiram oleh aliran urin. Retensi juga tergantung pada komposisi
permukaan sel epitel tubulus ginjal.3
3. BNO / IVP
Untuk diagnose pasti adanya batu adalah dengan Intravenous Pielography
(IVP) dan foto polos abdomen atau Blass Nier Overzicht (BNO)
Radiografi polos BNO mungkin cukup untuk mendokumentasikan ukuran
dan lokasi kalkuli yang bersifat radiopaque. Batu yang mengandung
kalsium oksalat dan kalsium fosfat, paling mudah dideteksi dengan
radiografi. Batu yang bersifat radiopaque lemah seperti batu asam urat
murni dan batu yang terutama terdiri dari sistin atau magnesium
ammonium fosfat, mungkin sulit.
Urutan radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 1.
Kalsium Opak
MAP Semiopak
2.6
Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih
berat. Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih
adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil
karena suatu indikasi sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah
menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah
menimbulkan infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan.
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi
obat penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan
gelombang kejut untuk memecahkan batunya Bahkan pada ESWL generasi
terakhir pasien bisa dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi ginjal
sudah ditemukan, dokter hanya menekan tombol dan ESWL di ruang operasi
akan bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentang atau telungkup sesuai posisi
batu ginjal. Batu ginjal yang sudah pecah akan keluar bersama air seni.
Biasanya pasien tidak perlu dirawat dan dapat langsung pulang.
Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada tiga jenis
yaitu elektrohidrolik, piezoelektrik dan elektromagnetik. Masing-masing
generator mempunyai cara kerja yang berbeda, tapi sama-sama menggunakan
air atau gelatin sebagai medium untuk merambatkan gelombang kejut. Air dan
gelatin mempunyai sifat akustik paling mendekati sifat akustik tubuh sehingga
tidak akan menimbulkan rasa sakit pada saat gelombang kejut masuk tubuh.
ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal dengan menggunakan
gelombang kejut antara 15-22 kilowatt. ESWL hanya sesuai untuk
menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta terletak di
ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih (kecuali yang
terhalang oleh tulang panggul). Batu yang keras (misalnya kalsium oksalat
monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan. ESWL tidak boleh
digunakan oleh penderita darah tinggi, kencing manis, gangguan pembekuan
darah dan fungsi ginjal, wanita hamil dan anak-anak, serta berat badan
berlebih (obesitas).
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan
anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada kemungkinan
terjadi kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada data yang valid, untuk
wanita di bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan sejelas-jelasnya
3. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi
gelombang suara, atau dengan energi laser.
Keuntungan dari PNL, bila batu kelihatan, hampir pasti dapat diambil
atau dihancurkan; fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat
dengan jelas. Prosesnya berlangsung cepat dan dengan segera dapat diketahui
berhasil atau tidak. Kelemahannya adalah PNL perlu keterampilan khusus
bagi ahli urologi.
b. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli),
c. ureteroskopi atau uretero-renoskopi.
Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu
ureter yang besar, sehingga perlu alat pemecah batu seperti yang disebutkan di
atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada
pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai
untuk tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL,
pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan
terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk
mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter.
Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan
ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis),
korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu
saluran kemih yang menimbulkan obstruksi atau infeksi yang menahun.
5. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter
terkadang memegang peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam
penanganan batu ureter. Misalnya pada penderita sepsis yang disertai tanda-
tanda obstruksi, pemakaian stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang
melekat (impacted).
2.7 Komplikasi :
Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang.
Komplikasi akut yang sangat diperhatikan oleh penderita adalah kematian,
kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan tambahan intervensi sekunder yang
tidak direncanakan. Data kematian, kehilangan ginjal dan kebutuhan transfusi
pada tindakan batu ureter memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi akut dapat
dibagi menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk
komplikasi signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis,
trauma vaskuler, hidro atau pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedang
yang termasuk kurang signifikan perforasi ureter, hematom perirenal, ileus,
stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent.
2.8 Diskusi
Urolithiasis adalah proses terbentuknya batu (kalkuli) pada traktus
urinarius. Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis dan kasus
ini paling sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada ureter dan vesica
11
urinaria sebagian besar berasal dari ginjal. Nyeri klasik pada pasien dengan
kolik renalis akut ditandai dengan nyeri berat dan tiba-tiba yang awalnya
dirasakan pada regio flank dan menyebar ke anterior dan inferior. Diagnosis
ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Nefrolithiasis
2. Ureterolithiasis
3. Tumor Renal
Urolithiasis adalah keadaan dimana adanya batu pada saluran kemih dimulai
dari ginjal, ureter, vesika urinaria hingga uretra. Batu saluran kemih atau biasa
disebut dengan urolithiasis merupakan malasah pada saluran kemih ketiga setelah
infeksi saluran kemih dan masalah prostat.
Ada beberapa jenis batu yang dapat terakumulasi pada saluran kemih, batu
kalsium oksalat, kalsium fosfat, batu urat, batu struvit dan batu campuran. Gejala
yang ditimbulkan pada penyakit ini bergantung pada lokasi ataupun obstruksi yang
ditimbulkan oleh batu tersebut
Cara menentukan diagnosis dari urolithiasis adalah dengan anamnesis
berupa riwayat dan gejala yang dirasakan oleh pasien yang umunya nyeri pada
pinggang hingga buli-buli, pemeriksaan fisik, laboratorium serta pemeriksaan
radiologi unutk lebih jelas mengidentifikasi batu, lokasi, serta kelainan anatomis.
Pemeriksaan awal yang biasa nya dilakukan adalah foto polos abdomen, BNO/IVP,
USG, dan CT-Scan abdomen tanpa kontras
Penatalaksanaan urolithiasis antara lain adalah dengan medika mentosa
ataupun intervensi bedah. Tindakan bedah yang dilakukan dapat bersifat invasive
dan non invasiv. Tindakan invasiv seperti litotripsi, PNL, bedah laparoskopi.
Tindakan non-invasiv antara lain ESWL. Pasien dapat mencegah terjadinya batu
dengan cara mengatasi infeksi saluran kemih yang dialaminya, mengontrol kadar zat
dalam darahnya dan hidrasi yang cukup.
Daftar Pustaka
1. P. Nagaraja Rao dkk. 2011, Urinary Tract Stone Disease. New York :
Springer
2. Ahmad Fauzi, Marco Manza, Nefrolitiasis. Universitas Lampung.
2016;5(2):69
3. Jayaraman, UC. Gurusamy, AA. Review on uro-lithiasis pathophysiology and
esculapian discussion. IOSR Journal of Pharmacy 2018; Vol. 8(2): PP 30-42.
4. Pearle, S. Margaret. Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA:
Imforma healthcare ;2009.p.1-6
5. Shires, Schwartz. Intisari prinsip – prinsip ilmu bedah. ed-6. EGC : Jakarta.
588-589
6. Yolanda S. What is Urolithiasis. News Medical Life Sciences.
http://www.news-medical.net/health/What-is-Urolithiasis.aspx. Accessed Jan
16, 2018.
7. Kim SC, Burns EK, Lingeman JE, et al. Cystine calculi: correlation of CT-
visible structure, CT number, and stone morphology with fragmentation by
shock wave lithotripsy. Urol Res 2007 Dec;35(6):319-24
8. Turk C, et al. Guidelines on Urolithiasis. European Association of Urology
2017.
9. Sjamsuhidayat. De jong, wim. Buku ajar ilmu Bedah. Hlmn 1024-1034.
EGC : Jakarta.
10. Shires, Schwartz. Intisari prinsip – prinsip ilmu bedah. ed-6. EGC : Jakarta.
588-589
11. Kidney stones in adults. National Institute of Diabetes and Digestive and
Kidney Diseases. https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologic-
diseases/kidney-stones/definition-facts . Accessed Jan. 16, 2018.
12. Moore, Keith L., Arthur F Dalley, and A. M. R Agur. Clinically Oriented
Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2010.
13. Uinarni H. Atlas USG & CT-Scan Ginjal Normal dan Abnormal, Sugiarto L,
editor. Jakarta: EGC, 2015; p. 32-3.