DISUSUN OLEH:
Priady Wira Prasetia C014181057
Wan Nabilah Amirah Binti Wan Baharin C014181073
Amalina Izati Nur Ibrahim C014181074
Nurul Bahriah Binti Daut C014181076
Wan Nuraisyah Bt Wan Hasan @ Wan Hilmi C014181077
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Rita Juwita
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Nurlaily Idris, Sp.Rad(K)
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri pangkal paha kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk ke IGD RSWS dengan keluhan nyeri pada pangkal paha
kanan yang dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit.
Pasien mengeluh nyeri pada pangkal paha kanan setelah terpeleset saat
menuruni tangga di rumahnya, kemudian terjatuh dalam posisi terduduk
Keluhan demam, sakit kepala, mual, muntah, batuk, dan nyeri perut
disangkal pasien. BAK dan BAB pasien lancar dan biasa.
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Riwayat trauma tidak ada
Riwayat pingsan tidak ada
Riwayat diabetes mellitus ada sejak 3 tahun yang lalu
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat Pribadi dan Keluarga :
Riwayat dengan penyakit keluarga yang sama tidak ada
4
1.3 PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 89 kali/menit
Pernapasan : 19 kali/menit
Suhu : 37,2 0C
Status Generalis :
a. Kepala : Normocephal, rambut hitam, sulit dicabut
b. Mata : Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada
c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
d. Thorax
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak terlihat massa
Palpasi : Vokal fremitus sama pada kedua hemithoraks, nyeri
tekan dan krepitasi tidak ada, tidak teraba massa
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, ronkhi dan wheezing tidak ada
e. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas atas jantung ICS II sinistra, Batas kanan
jantung ICS III linea parasternalis dextra, Batas kiri
jantung ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bising tidak ada
f. Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan dan massa tumor tidak ada,
hepar dan lien tidak teraba
5
Perkusi : Timpani, undulasi tidak ada
Lain-lain : Asites tidak ada
g. Ekstremitas
Pitting edema : -/- (dorsum pedis), -/- (pretibial)
Perdarahan (-), palmar eritem (-), akral hangat (-)
Status lokalis : Regio Hip dextra
a. Look : deformitas ada, luka tidak ada, edema tidak ada, hematom
tidak ada
b. Feel : Nyeri tekan ada, sensibilitas (+), suhu rabaan hangat
c. Move : Gerakan aktif dan pasif sendi panggul sulit dievaluasi karena
nyeri
d. NVD : sensibilitas baik, pulsasi dorsalis pedis dan tibialis posterior
teraba, capillary refill time kurang dari 2 detik
6
1.5 FOTO RADIOLOGI
7
1.6 DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
diagnosis kasus ini adalah Fraktur Tertutup Collum Femur Dextra
1.7 TERAPI
1. Infus Ringer Laktat 18 tetes per menit
2. Ketorolac 30 mg/8 jam/intravena
3. Ranitidine 50 mg/12 jam/intravena
4. Apply skin traksi at right lower limb with 3 kg load
5. Persiapan Total Hip Cemented Elektif
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang. Fraktur dibagi atas
dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup (simple) yaitu
bila kulit yang tersisa diatasnya masih intak (tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar), sedangkan fraktur terbuka (compound)
yaitu bila kulit yang melapisinya tidak intak dimana sebagian besar fraktur
jenis ini sangat rentan terhadap kontaminasi dan infeksi.5,6
Fraktur collum femoris merupakan fraktur yang terjadi antara ujung
permukaan articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum
femur merupakan bagian terlemah dari femur. Secara umum fraktur collum
femur merupakan fraktur intrakapsular dimana suplai pembuluh darah arterial
ke lokasi fraktur dan caput femur terganggu dan dapat menghambat proses
penyembuhan. Pembuluh yang memiliki risiko tinggi terkena adalah cabang
cervical ascenden lateralis dari arteri sircumflexa femoralis medialis. Aliran
darah yang terganggu dapat meningkatkan risiko nonunion pada lokasi fraktur
dan memungkinkan terjadinya nekrosis avaskular pada caput femur.7
2.2 Epidemiologi
Fraktur collum atau neck (leher) femur adalah tempat yang paling sering
terkena fraktur pada usia lanjut. Ada beberapa variasi insiden terhadap ras.
Fraktur collum femur lebih banyak pada populasi kulit putih di Eropa dan
Amerika Utara. Insiden meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Sebagian besar pasien adalah wanita berusia tujuh puluh dan delapan
puluhan.5,6
Namun fraktur collum femur bukan semata-mata akibat penuaan. Fraktur
collum femur cenderung terjadi pada penderita osteopenia diatas rata-rata,
banyak diantaranya mengalami kelainan yang menyebabkan kehilangan
jaringan tulang dan kelemahan tulang, misalnya pada penderita osteomalasia,
9
diabetes, stroke, dan alkoholisme. Beberapa keadaan tadi juga menyebabkan
meningkatnya kecenderungan terjatuh. Selain itu, orang lanjut usia juga
memiliki otot yang lemah serta keseimbangan yang buruk sehingga
meningkatkan resiko jatuh.5,6
10
Pada sendi coxae (hip joint) terjadi artikulasi antara caput femur dan
acetabulum dari tulang coxae. Cup-shaped acetabulum dibentuk oleh tulang
hip (innominate) dengan kontribusi dari ilium (40%), ischium (40%) dan pubis
(20%). Pada tulang yang imatur (usia muda), ketiga tulang ini dipisahkan oleh
kartilago triadiate (kurang lebih pada usia 14-16 tahun), namun pada usia
dewasa ketiga tulang ini akan menyatu.5,6
(a)
(b)
(c)
Gambar 3. Anatomi Tulang Hip (Femur Proksimal): pelekatan tulang hip pada
ilium, ischium dan pubis (a), ball and socket hip (b), hip joint (c).9,10
11
Caput femoris mendapatkan aliran darah dari tiga sumber, yaitu
pembuluh darah intramedular di leher femur, cabang pembuluh darah servikal
asendens dari anastomosis arteri sirkumfleks media dan lateral yang melewati
retinakulum sebelum memasuki caput femoris, serta pembuluh darah dari
ligamentum teres.5,6
12
pubis, dan apex melekat di bawah pada bagian bawah linea intertrochanterica.
Ligament ini berfungsi untuk membatasi gerak ekstensi dan abduksi.
Ligamentum ischifemoral berbentuk spiral dan melekat pada corpus ossis
ischia dekat margo acetabuli dan di bagian bawah melekat pada trochanter
mayor. Ligament ini membatasi gerak ekstensi.5,6
13
sudah mengalami osteoporotik. Trauma yang dialami wanita tua ini
biasanya ringan (misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi).13
b. High-energy trauma: Terjadi patah tulang leher femur pada pasien yang
lebih muda berbanding lebih tua, seperti kecelakaan kendaraan bermotor
atau jatuh dari ketinggian yang signifikan.
c. Cyclic loading-stress fractures: Terjadi pada atlet, militer, penari balet,
pasien dengan osteroporosis dan osteopenia berada pada risiko tertentu.13
Fraktur biasanya disebabkan oleh jatuh biasa, walaupun demikian
pada orang-orang yang mengalami osteoporosis, energi lemah dapat
menyebabkan fraktur. Pada orang-orang yang lebih muda, penyebab fraktur
umumnya karena jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas. Terkadang
fraktur collum femur pada dewasa muda juga diakibatkan oleh aktivitas berat
seperti pada atlit dan anggota militer.12
14
b. Fraktur berdasarkan arah garis sudut patah dibagi menurut Pauwel.
Klasifikasi ini didasarkan atas bidang dari fraktur collum femur. Dibagi
menjadi tiga tipe yang berdasarkan apakah bidang fraktur berbentuk
vertikal, oblik, atau transverse. Klasifikasi ini diciptakan sebagai faktor
prediktif kegagalan fiksasi maupun kemungkinan non union dari fraktur
collum femur yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
grading klasifikasi ini.12,13
15
iii. Garden III dimana terjadi fraktur subkapital dengan pergeseran
yang tidak komplit (incompletely displaced), caput femur tidak
hilang kontak dengan collum femur, namun caput femur dalam
posisi varus dan ekstensi, sehingga mengakibatkan angulasi pada
garis trabekula. Angulasi yang tercipta memiliki arah
berkebalikan dengan Garden I.
iv. Garden IV yaitu fraktur yang mengalami pergeseran komplit
(completely displaced) sehingga garis trabekula pada caput femur
sejajar dengan garis pada acetabulum akibat caput femur kembali
ke posisi netral dalam acetabulum, sedangkan collum femur
kehilangan kontak dengan caput femur dan mengalami rotasi
eksterna, sehingga garis trabekula pada collum femur tidak
kolinear lagi dengan caput femur. 8,12
16
akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal
dan nyeri bila pinggul digerakkan. 14
17
b. Palpasi
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan; dapat berupa superfisial disebabkan oleh kerusakan
jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
- Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan
secara hati-hati
- Pemeriksaan vascular pada daerah distal trauma
- Pengukuran panjang tungkai untuk mengetahui adanya
perbedaan panjang tungkai
c. Pergerakan
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan
secara aktif dan pasif sendri proksimal dan distal dari daerah yang
mengalami trauma. Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan
akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
18
- Dua kali dilakuakn foto, sebelum dan selepas reposisi
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksaan fraktur collum femoralis dapat berupa terapi konservatif
dengan indikasi yang sangat terbatas dan terapi operatif. Pentalaksaan operatif
hampir selalu dilakukan baik pada orang dewasa muda ataupun pada orang tua
karena perlu reduksin yang akurat dan stabil dan diperlukan mobilisasi yang
cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi. Jenis operasi yang dapat
dilakukan yaitu pemasangan pin, pemasangan plate dan screw, dan artroplasi
yang dilakukan pada penderita umur di atas 35 tahun, berupa eksisi artroplasti,
herniartroplasi, dan artroplasi total.15
Fraktur yang bergeser tidak akan menyatu tanpa fiksasi interna. Fraktur
yang terimpaksi dapat dibiarkan menyatu, tetapi selalu terdapat risiko
penggeseran pada fratur-fraktur itu, sekalipun berada di tempat tidur, jadi
fiksasi akan lebih aman. Prinsip terapi adalah reduksi yang tepat, fiksasi secara
erat dan aktivitas dini.15
Jenis-jenis operasi, yaitu:15
Pemasangan pin
Pemasangan plate dan screw
Beberapa ahli mengusulkan bahwa prognosis untuk fraktur stadium
III dan IV tak dapat diramalkan sehingga penggantian prostetik selalu lebih
baik. Karena itu, kebijaksanaan kita adalah mencoba reduksi dan fiksasi pada
semua pasien yang berumur dibawah 75 tahun dan mempersiapkan
penggantian untuk pasien yang sangat tua dan sangat lemah dan pasien yang
gagal menjalani reduksi tertutup. Penggantian yang paling sedikit traumanya
adalah prostesis femur atau prostesis bipolar tanpa semen yang dimasukkan
dengan pendekatan posterior. Penggantian pinggul total mungkin lebih baik
kalau terapi telah tertunda selama beberapa minggu dan dicurigai ada
kerusakan asetabulum, atau pada pasien dengan penyakit metastatik atau
penyakit paget.15
19
Gambar 9. Terapi pada Fraktur Collum Femur, Pemasangan screw
Antroplasti
Prosedur ini dilakukan pada penderita umur diatas 55 tahun, berupa:
- Eksisi artroplasti (pseudoartrosis menurut Girdlestone)
- Hemiartroplasti
- Artroplasti total
20
Pada pasien yang relatif muda, terdapat tiga prosedur, yaitu: 16
- Kalau fraktur terlalu vertikal, tetapi kaput tetap hidup, osteotomi
subtrokanter dengan fiksasi paku-plat mengubah garis fraktur
sehingga membentuk sudut yang lebih horizontal
- Kalau reduksi atau fiksasi salah dan tidak terdapat tanda-tanda
nekrosis, sekrup itu pantas dibuang, fraktur direduksi, sekrup yang
baru disisipkan dengan bener dan juga menyisipkan cangkokan
fibula pada fraktur itu
- Kalau kaput bersifat avaskular, kaput ini dapat diganti dengan
prostesis logam; kalau sudah terdapat atritis, diperlukan
pergantian total.
Pada pasien yang berusia lanjut, hanya dua proses yang harus
dipertimbanagkan, yaitu : 16
- Kalau nyeri tidak hebat, pengangkatan tumit dan penggunaan
tongkat yang kuat atau kruk penopang siku sering sudah
mencukupi
- Kalau nyerimya hebat, harus diperhatikan adanya caput avascular
atau tidak, kaput ini terbaik dibuang; kalau pasien cukup sehat,
dilakukan pergantian sendi total.
2.10 Komplikasi :
Deep venous trombosis (DVT)
Terjadi pada 16-50 % pasien bahkan 14 % berakibat emboli paru. DVT
dapat terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dari permukaan jaringan
yang terluka,yang akan mengaktifkan faktor pembekuan yang
mengakibatkan terbentuknya trombus dalam pembuluh darah. Imobilitas
akibat nyeri atau bedrest total merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya DVT. Kadang-kadang kerusakan pembuluh darah juga
berpengaruh terhadap terbentuknya bekuan darah intravaskuler.1
Infeksi
21
Infeksi dapat terjadi pada fraktur terbuka sehingga menyebabkan berbagai
infeksi seperti infeksi pada kulit, myositis, bursitis, dan septic artritis. Selain
itu, karena fraktur lebih sering terjadi pada wanita, penggunaan kateter
akibat imobilitas dapat menyebabkan terjadinya infeksi traktus urinarius.1
Avaskular nekrosis
Hal ini terjadi karena berkurang atau berhentinya vaskularisasi pada
proximal femur akibat kerusakan pada pembuluh darah yang
memperdarahinya sehingga timbul kerusakan atau nekrosis pada tulang.
Hampir tidak mungkin untuk mendiagnosisnya pada saat fraktur baru
terjadi. Perubahan pada sinar-x mungkin tidak nampak hingga beberapa
bulan bahkan tahun. Baik terjadi penyatuan tulang maupun tidak, kolaps
dari caput femoris akan menyebabkan nyeri dan kehilangan fungsi yang
progresif. 1,2
Gangguan gaya berjalan
2.11 Diskusi
Seorang perempuan berusia 64 tahun masuk RS dengan keluhan nyeri
nyeri pada pangkal paha kanan yang dirasakan sejak 1 minggu sebelum
masuk Rumah Sakit. Pasien mengeluh nyeri pada pangkal paha kanan setelah
terpeleset saat menuruni tangga di rumahnya, kemudian terjatuh dalam posisi
terduduk. Keluhan demam, sakit kepala, mual, muntah, batuk, dan nyeri perut
disangkal pasien. BAK dan BAB pasien lancar dan biasa.
Dari hasil pemeriksaan fisis didapatkan pasien sakit sedang, gizi cukup,
kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4M6V5). Tanda vital: tekanan darah:
120/70 mmHg, nadi: 89x/menit, pernapasan: 19 x/menit, suhu: 367,2°C.
Pemeriksaan kepala, mata, leher, thorax, jantung dan abdomen dalam batas
normal. Ekstremitas regio hip dextra terdapat deformitas, tidak ada edema
dan hematom serta teraba hangat. Terdapat nyeri tekan. Gerakan aktif dan
pasif sendi panggul sulit dinilai karena nyeri. Tidak ada gangguan sensibilitas
dan saraf.
22
Pemeriksaan radiologi pada foto femur dextra AP/lateral tanggal 4
Februari 2019, alignment os femur dextra berubah. Tampak fraktur
subcapital os femur dextra, displaced ke arah craniolateral. Tampak osteofit
pada posteroantero superior os patela dextra. Densitas tulang baik. Celah
sendi yang tervisualisasi baik. Jaringan lunak sekitar fraktur swelling
Kesan yang diperoleh adalah fraktur subcapital os femur dextra dan
osteoarthritis genu dextra.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, diagnosis kasus ini adalah fraktur tertutup collum femur dextra.
23
Kesan:
- Fraktur subcapital os femur dextra
- Osteoarthritis genu dextra
Pada pemeriksaan radiologi fraktur perlu diperhatikan beberapa hal:
1. Untuk fraktur-fraktur dengan tanda-tanda klasik, diagnosis dapat dibuat
secara klinis sedangkan pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk
melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Untuk
fraktur-fraktur yang tidak memberikan tanda-tanda klasik memang
diagnosanya harus dibantu pemeriksaan radiologi baik rontgen atau pun
dengan melakukan pemeriksaan canggih seperti MRI, misalnya untuk
fraktur tulang belakang dengan komplikasi neurologis.
2. Foto rontgen minimal harus 2 proyeksi yaitu AP dan lateral. AP dan
lateral harus benar-benar AP dan lateral, jika ada posisi yang salah akan
memberikan interprestasi yang salah. Untuk pergelangan tangan atau
sendi panggul diperlukan posisi axial pengganti lateral. Untuk
acetabulum diperlukan proyeksi khusus alar dan obturator. Pemeriksaan
radiologis dapat menggunakan bantuan x-ray image yang berdasarkan
rules of two yang meliputi 2 posisi (AP dan LAT), 2 sendi (sendi atas dan
bawah tulang yang patah) dan 2 ekstremitas (kanan dan kiri).
Pemeriksaan x-ray image ini harus dilakukan 2 kali yaitu sebelum
tindakan dan sesudah tindakan.3
3. Foto rontgen juga harus memenuhi beberapa syarat, yaitu letak patah
tulang harus dipertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini
secara tegak lurus karena foto rontgen merupakan foto gambar bayangan.
Bila sinar menembus secara miring, gambar menjadi samar, kurang jelas,
dan lain kenyataan. Harus selalu dibuat dua lembar foto dengan arah yang
saling tegak lurus. Pada tulang, panjang persendian proksimal maupun
distal harus turut difoto. Bila ada kesangsian atas adanya patah tulang
atau tidak, sebaiknya dibuat foto yang sama dari anggota gerak yang
sehat untuk perbandingan.4
24
BAB III
KESIMPULAN
25
Daftar Pustaka
26
15. Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Chen, John W.
Musculoskeletal Imaging in Primer of Diagnostic Imaging, 4 th Edition.
Mosby Elsevier. United States. 2007. Page 408-410
16. Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ke-3. Jakarta: Yarsif
Watampone; 2007
27