Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN RADIOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2018


UNIVERSITAS HASANUDDIN

FRAKTUR SALTER HARRIS TIPE V

Oleh:

Olivia Wijaya Wong C014172108


Ummy Auliah Miftahuljannah C014172118
Andi Harvan Zakariyah C014172135
Mutia Ilyas C014172136
Fadilah Amalia Husna C014172137

Pembimbing Residen:
dr. Ernawati

Konsulen Pembimbing :
Prof.Dr.dr.Muhammad Ilyas, Sp.Rad (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA


TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS : FRAKTUR SALTER HARRIS TIPE V

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


1. Nama : Olivia Wijaya Wong
NIM : C014172108
2. Nama : Ummy Auliah Miftahuljannah
NIM : C014172118
3. Nama : Andi Harvan Zakariya
NIM : C014172135
4. Nama : Mutia Ilyas
NIM : C014172136
5. Nama : Fadilah Amalia Husna
NIM : C014172137

Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Hasanuddin
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, November 2018
Konsulen Penguji Residen Pembimbing

Prof Dr.dr.Muhammad Ilyas, Sp.Rad(K) dr. Ernawati

Mengetahui,

Kepala Bagian Radiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Prof.Dr.dr. Bachtiar Murtala Sp.Rad (K)

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................3

I. KASUS ...................................................................................................................4

1.1. Identitas Pasien…………………………………………………………..4

1.2. Anamnesis……………………………………………………………….4

1.3. Pemeriksaan Fisis………………………………………………………..5

1.4.PemeriksaanLaboratorium………………………………........................7

1.5. Pemeriksaan Radiologi…………………………………………………..8

1.6. Diagnosis…………………………………………………………………9

1.7. Penanganan………………………………………………………………9

II. DISKUSI…………………………………………………………………….10

2.1. Pendahuluan…………………………………………………………….10

2.2.Epidemiologi………………………………………………………….....11

2.3. Anatomi…………………………………………………………………11

2.4. Klasifikasi Fraktur Salter Harris………………………………………..13

2.5. Pemeriksaan Radiologi…………………………………………………17

2.6.Resume Klinis………………………………………………...................18

2.7. Differential Diagnosis…………………………………………………..19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………21

3
I. KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : An. MY
Tgl Lahir/Umur : 16-7-2004 / 14 tahun
Alamat : Talumae Sidenreng Rappang
No. RM : 862787
Hari/tgl masuk : 14/11/2018
Ruangan : HCU Bedah Saraf Lontara 3

1.2 Anamnesis
a. Keluhan utama : Penurunan Kesadaran
b. Anamnesis terpimpin :
Penurunan kesadaran dialami pasien sejak 8 jam sebelum masuk
rumah sakit wahidin sudirohusodo setelah mengalami kecelakaan lalu
lintas. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran atau pingsan. Tidak ada
muntah dan tidak ada kejang. Epistaksis ada. Tidak ada keluar darah dari
telinga.
Mekanisme terjadinya trauma pada pasien, pasien tidak
menggunakan helm pada saat mengendarai motor. Pasien tiba-tiba
menabrak motor dari arah yang berlawanan, kemudian terjatuh dengan
kepala terbentur aspal terlebih dahulu.
c. Riwayat penyakit sebelumnya : tidak ada
d. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada

4
1.3 Pemeriksaan Fisis (14 November 2018)
a. Keadaan umum: GCS 14 (E3V5M6)
b. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 117/83 mmHg
Nadi : 109x/ menit
Pernapasan : 20x /menit
Suhu : 36,7ᵒ C
c. Pemeriksaan Fisis
1) Kepala :
Look : Normosefal, hematoma pada regio frontalis dextra,
laserasi (-)
Feel : Krepitasi (-)
2) Mata :
Tampak brill hematom pada mata kanan dan kiri
Pupil : Isokor dengan diameter 2,5 mm/2,5 mm.
Refleks cahaya (+)
3) THT :
Perdarahan aktif tidak ada
Leher : JVP normal, pembesaran kelenjar limfe (-)
4) Thoraks :
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi (-)
Auskultasi : Bunyi nafas bronkovesikuler kiri dan kanan, ronki (-),
wheezing (-)
Palpasi : Krepitasi (-), Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
4) Jantung :
Bunyi Jantung I/II normal regular, murmur (-)
5) Abdomen :
Inspeksi : tampak cekung, ikut gerak napas, warna kulit sama
dengan sekitarnya
Auskultasi : Bunyi peristaltik ada kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak teraba

5
Perkusi : Timpani

6) Ekstremitas:
 Right Forearm Region
Look : Deformitas (+), Swelling (+), Hematom (+), Luka (-)
Feel : Tenderness sulit dinilai
Move : Pergerakan aktif dan pasif wrist join sulit dinilai
NVD : Sensibilitas sulit dinilai, arteri radialis dan ulnaris teraba,
CRT <2 detik
 Right Femur Region
Look : Deformitas (+), Swelling (+), Hematom (+), Luka (-)
Feel : Tenderness sulit dinilai
Move :
- Pergerakan aktif dan pasif hip joint sulit dinilai karena terjadi
penurunan kesadaran
- Pergerakan aktif dan pasif knee joint sulit dinilai karena penurunan
kesadaran
NVD : Sensibilitas sulit dinilai, arteri dorsalis pedis dan arteri
tibialis posterior teraba, CRT <2 detik.

6
1.4. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Darah Rutin WBC 19,5 x 103/uL 4.00 – 10.0 x 103/uL
(14/11/18) RBC 3,6 x 106/uL 4.00 – 6.00 x 106/uL
HGB 10,9 g/dL 12.0 – 16.0 g/dL
HCT 31 % 37.0 – 48.0 %
MCV 85 fL 80.0 – 97.0 fL
MCH 30 pg 26.5 – 33.5 pg
MCHC 35 g/dL 31.5 – 35.0 g/dL
PLT 299 x 103/uL 150 – 400 x 103/uL
NEUT 87,3 x 103/uL 52.0 – 75.0 x 103/uL
LYMPH 4,8 x 103/uL 20.0 – 40.0 x 103/uL
MONO 7,8 x 103/uL 2.00 – 8.00 x 103/uL
EOS 0.0 x 103/uL 1.00 – 3.00 x 103/uL
BASO 0.1 x 103/uL 0.00 – 0.10 x 103/uL
Koagulasi PT 12,1 detik 10 – 14 detik
INR 1,17 --
APTT 26,2 detik 22.0 – 30.0 detik
Glukosa GDS 146 mg/dl 140 mg/dl
Fungsi Ginjal UREUM 41 mg/dl 10 – 50 mg/dl

CREATININ 0,46 mg/dl L(<1.3);P(<1.1)


mg/dl
Fungsi Hati SGOT 71 U/L <38 U/L

SGPT 31 U/L <41 U/L

Imunoserologi HBsAg Non Reaktif Non reaktif

Electrolit Natrium 143 mmol/l 136 – 145 mmol/l

Kalium 4,8 mmol/l 3.5 – 5.1 mmol/l

Klorida 111 mmol/l 97 - 111 mmol/l

7
1.5. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto Antebrachii Bilateral AP/Lateral : (14/11/2018)

Gambar 1.1 : Foto Antebrachii Bilateral AP/Lateral An. MY


 Alignment antebrachii dextra berubah
 Tampak fraktur pada epifisis distal os radius dextra disertai displaced
fragmen distal ke medial
 Tampak fraktur 1/3 distal os ulna dextra
 Densitas tulang baik
 Celah sendi yang tervisualisasi kesan baik
 Jaringan lunak sekitar kesan swelling
Kesan :
- Fraktur Salter Harris Tipe V
- Fraktur 1/3 distal os ulna dextra

8
1.6 Diagnosis
Diagnosis Klinis : Traumatic Brain Injury GCS 14
Closed Fracture Right Distal Radius Salter Harris Tipe V
Closed Fracture 1/3 Proximal Right Femur
Diagnosis Radiologi: Fraktur Salter Harris os Radius Tipe V

1.7 Penanganan
1. IVFD NaCL 0,9% 20 tpm
2. Ceftriaxone 750 mg/12 jam/intravena
3. Apply volar slab below elbow, prone and functional position
4. Skin traction right lower limb load 3 kg
5. Kraniotomi/Trepanasi Konvensional (Bedah Saraf)

9
II. DISKUSI

2.1. PENDAHULUAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas dari tulang ,tulang rawan sendi,tulang
rawan epifisis baik yang bersifat total ataupun bersifat parsial. Kebanyakan fraktur
terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok
,memutar dan tarikan. Fraktur epifisis merupakan suatu fraktur tersendiri dan di
bagi dalam :

1. Fraktur Avulsi akibat tarikan ligamen,

2. Fraktur kompressi yang bersifat komunitif,

3. Fraktur osteokondral (bergeser).

Fraktur pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa ,karena adanya


perbedaan anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang1.

Fraktur yang melibatkan lempeng epifisis, atau fisis, adalah cedera


muskuloskeletal umum yang terjadi pada anak-anak dengan growth plate yang
masih terbuka. Pada tahun 1963, dua ahli bedah ortopedi Kanada, Robert B. Salter
(1924–2010) dan W. Robert Harris (1922–2005), menciptakan sistem klasifikasi
fraktur physeal berdasarkan anatomi, pola fraktur, dan prognosis. Salter dan
Harris mendeskripsikan dua tipe utama lempeng epifisis: tekanan epiphysis dan
traksi epiphysis. Tekanan epifisis menggambarkan pertumbuhan yang
longitudinal, terjadi pada ujung tulang panjang, intraartikular, dan pada bear
weight. Sebaliknya, traksi epifisis memberikan pertumbuhan appositional, terjadi
pada origin atau insersi otot, ekstraartikular, dan tidak termasuk bear weight.
Klasifikasi tersebut fokus pada cedera pada tekanan epifisis. Mereka mengakui
bahwa fraktur physeal secara konsisten terjadi melalui bidang histologis yang
sama yang disebut zona kalsifikasi sementara.2

Tulang adalah jaringan yang terstrukutr dengan baik dan mempunyai lima fungsi
utama, yaitu :1

1. Membentuk rangka badan

10
2. Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat
dalam,seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung ,dan paru-paru
4. Sebagai deposit kalsium,fosfor,magnesium,dan garam
5. Sebagai organ yang befungsi sebagai jaringan hemopeotik untuk
memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan trombosit

Lempeng epifisis merupakan suatu diskus tulang rawan yang terletak


diantara epifisis dan metafisis. Fraktur lempeng epifisis merupakan 1/3 dari
seluruh fraktur pada anak-anak. Tulang rawan lempeng epifisis lebih lemah
daripada tulang lain. Daerah yang paling lemah dari lempeng epifisis adalah zona
transformasi tulang rawan pada daerah hipertrofi dimana biasanya terjadi garis
fraktur disebabkan oleh meningkatnya aktfifitas metabolik dan berkurangannya
suplai darah 1,4

Periosteum pada anak-anak lebih tebal daripada orang dewasa, yang


memungkinkan penyembuhan tulang pada anak – anak lebih cepat dibandingkan
pada orang dewasa. Pada pasien fraktur epifisis digunakan klasifikasi salter-
Harris untuk membantu dalam menegakan diagnosa, penatalaksanaan dan
prognosis pada pasien fraktur.1.2

2.2 EPIDEMIOLOGI

Cedera physeal biasa terjadi pada anak anak dan terdiri dari 15% sampai
30% dari seluruh cedera tulang. Fraktur Harris-Salter dideskripsikan secara
eksklusif pada anak-anak dan tidak untuk pada tulang yang telah berkembang baik
seperti pada orang dewasa.

Secara keseluruhan, cedera ektremitas bawah lebih sering dibandingkan


cedera ekstremitas atas. Dari lima tipe fraktur Salter-Harris, tipe II adalah yang
paling umum (75%) diikuti dengan tipe III (10%), tipe IV (10%), tipe I (5%), dan
yang terakhir ialah tipe V.

Laki-laki mungkin lebih sering terkena karena mereka memiliki


kecenderungan yang lebih tinggi untuk terlibat dalam aktivitas yang berisiko

11
tinggi. Anak perempuan terkena pada usia yang lebih muda (11 sampai 12 tahun)
dibandingkan dengan anak laki-laki (12 sampai 14 tahun). 17

2.3. ANATOMI

Struktur tulang pada anak-anak mengandung banyak air dan sedikit

mineral dibanding orang dewasa muda. Oleh karena itu ,tulang pada anak-anak

elastisitasnya kurang (sedikit rapuh). Tulang epifisis mempunyai sturktur

kartilago yang unik dan ketebalan yang bervariasi, tergantung dari umur penderita

dan lokal epifisis. Perisosteum pada anak-anak mempunyai struktur fibrosa yang

tebal ( sampai beberapa millimeter).2

Pada umumnya, ligamentum pada anak-anak mempunyai fungsi yang

sangat kuat dari pada tulang. Suplai darah untuk pertumbuhan tulang dimulai dari

sirkulasi metafisis dan berakhir pada diafisis (pada neonatus, pembuluh darah

kecil berjalan dari fisis dan berakhir pada epifisis).

Tulang terbagi atas tiga garis besar, yaitu : 1,3

1. Tulang panjang atau tulang tubuler (seperti femur, tibia, fibula, ulna, dan
humerus)

2. Tulang pendek atau tulang kuboid (seperti tulang vertebra, tulang karpal)

3. Tulang pipih (seperti tulang scapula,tulang iga dan tulang pelvis)

Selanjutnya ,tulang terdiri atas kompak pada bagian luar yang disebut
dengan korteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan
luarnya dilapisi periosteum.

12
Gambar 2.1. Struktur tulang.14

Gambar 2.2. Foto X-Ray Wrist Joint.7

Tulang rawan (kartilago) lempeng epifisis tidak sama dengan tulang rawan
hialin dan tulang rawan artikuler oleh karena tulang rawan lempeng epifisis
mempunyai struktur pembuluh darah , zona-zona susunan biokimia sehingga
memberikan gambaran matriks yang unik.

2.4 KLASIFIKASI FRAKTUR SALTER-HARRIS

Banyak klasifikasi fraktur lempeng epifisis antara lain menurut Salter-


Harris, Polland, Aitken, Weber, Rang, Ogend. Tapi klasifikasi menurut Salter-
Harris yang paling mudah dan praktis serta memenuhi syarat untuk terapi dan
prognosis.1,2,3,9,12,13 Klasifikasi menurut Salter-Harris merupakan klasifikasi yang
dianut dan dibagi dalam lima tipe :

13
1. Tipe I

Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang,
sel-sel pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur ini
meliputi zona hipertrofi dan zona kalsifikasi.

Fraktur ini terjadi oleh karena adanya shearing force dan sering terjadi
pada bayi baru lahir dan pada anak-anak yang lebih muda. 1,2,3,9,12,13

Gambar 2.3. Foto X-Ray AP seorang anak perempuan usia 10 tahun dengan
Fraktur Salter-Harris Tipe 1.5,13

2. Tipe II

Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui


sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan membentuk
suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut dengan tanda
Thurston-Holland. Sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis juga masih
melekat.

14
Gambar 2.4 . Foto X-Ray Lateral dengan Fraktur Salter Harris tipe II.13

Trauma yang menghasilkan jenis fraktur ini biasanya terjadi karena trauma
shearing force dan membengkok dan umumnya terjadi pada anak-anak yang lebih
tua. Periosteum mengalami robekan pada daerah konveks tetapi begitu sulit
kecuali bila reposisi terlambat harus dilakukan tindakan operasi. 1,2,3,9,12,13

3. Tipe III

Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis


fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang
garis lempeng epifisis. Jenis ini bersifat intra-artikuler dan biasanya ditemukan
pada epifisis tibia distal. 1,2,3,9,12,13

Gambar 2.5 . Fraktur Salter Harris tipe III pada distal tibia.13

15
4. Tipe IV

Fraktur tipe IV juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui sendi


memotong epifisis serta seluruh lapisan lempeng epifisis dan berlanjut pada
sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur kondilus lateralis humeri
pada anak-anak. 1,2,3,9,12,13

Gambar 2.6. Fraktur Salter Harris tipe IV distal tibia.13

5. Tipe V

Fraktur ini diakibatkan dari cedera yang menghancurkan lempeng


epifisis dari tekanan kompresi. Jenis fraktur ini merupakan fraktur yang langka
karena sulit didiagnosis pada kasus akut. Masalah pertumbuhan merupakan
masalah utama dengan fraktur Tipe V.

Gambar 2.7. Fraktur Salter Harris Tipe V pada distal radius. 5

16
Dalam banyak kasus, penegakan diagnosis untuk fraktur ini
membutuhkan waktu beberapa bulans ampai tahun setelah cedera ketika terdapat
perbedaan panjang kaki kiri dan kanan atau sudah terjadi deformitas.
Penatalaksanaan pada fraktur ini bertujuan untuk mengoreksi perbedaan panjang
kaki atau deformitas.

2.5. PEMERIKSAAN RADIOLOGI


A. Foto X-Ray

Dalam pemeriksaan foto X-Ray dapat dilakukan untuk menentukan tipe


fraktur berdasarkan klasifikasi Salter-Harris dengan posisi Comparison views
yaitu untuk mengetahui pertumbuhan kedua lempeng yang diambil pada posisi
yang sama pada kedua sendi untuk menilai sendi yang sakit. Pada gambar lain,
semua ekstremitas termasuk sendi yang sakit pada tulang panjang. Lapisan lemak
anterior dan posterior merupakan tanda yang dapat membantu untuk mengetahui
fraktur yang tidak diketahui. 6,8,10,11

Gambar 2.8.Foto X-Ray Lateral dengan Fraktur Salter Harris tipe II distal tibia.15

B. CT-Scan

Pemeriksaan CT-Scan tulang dengan posisi lateral dan anteroposterior


(AP) sangat penting dilakukan untuk menilai fraktur fragmen epifisis, dan pada
pasien dengan rencana tindakan operatif.4

17
Gambar 2.9 . Gambaran CT-Scan coronal bone window fraktur salter harris tipe
III distal tibia.15

C. MRI

Pemeriksaan MRI digunakan untuk persiapan tindakan operatif dan


menilai fraktur berdasarkan klasifikasi Salter-Harris. Tetapi, pemeriksaan ini
sangat jarang dilakukan dan bukan merupakan pemeriksaan yang sangat penting.4

2.6. RESUME KLINIS


Fraktur dalam kasus ini merupakan akibat dari kegagalan tulang menahan
tekanan yang terjadi pada saat kecelakaan. Fraktur antebrachii adalah terputusnya
kontinuitas tulang radius ulna. Pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan
kedua ujung tulang yang patah dan masih berhubungan satu sama lain. Fraktur
antebrachii dibagi atas tiga bagian perpatahan yaitu bagian proksimal, medial,
serta distal dari kedua korpus tulang tersebut. Kerusakan frakmen tulang
ekstremitas memberikan menifestasi pada hambatan mobilisasi fisik dan akan
diikuti dengan adanya spasme otot yang memberikan menifestasi deformitas pada
ekstremitas yaitu pemendekan, apabila kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan
intervensi yang optimal maka akan memberikan risiko terjadinya malunion pada
tulang yang mengalami fraktur.16 Pemeriksaan fisis yang dialami dapat bervariasi,
anak – anak kebanyakan menghindari menggunakan sisi ekstremitas yang cedera
serta biasa mengeluh nyeri saat palpasi.

18
GEJALA KLINIS TERKAIT PADA KASUS

o Nyeri palpasi daerah fraktur

o Range of motion tangan kanan terbatas

o Tampak deformitas pada sendi pergelangan tangan dextra

o Bengkak dan teraba hangat daerah fraktur

2.7. DIAGNOSIS DIFFERENTIAL

 Fraktur Salter-Harris tipe I

Gambar 2.10. Salter-Harris tipe I melibatkan pemisahan komplit dari


physis.18

19
 Distal Radius Buckle Fracture

Gambar 2.11. Fraktur buckle (torus) distal radius.19


Fraktur buckle (torus) terjadi ketika korteks tulang terkompresi dan
menonjol, tanpa ekstensi dari fraktur kedalam kortex. Tipe fraktur ini terjadi
sekitar 1 dari 25 anak-anak dan merepresentasikan 50% fraktur anak pada
pergelangan tangan.19

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad C, Prof.MD.PhD. Fraktur Epifisis dalam Pengantar Ilmu Bedah. Edisi


Ketiga.Cetakan Kelima.Yarsif Watampone, Jakarta. 2007. Hal: 6-13,374
2. Cepela, Daniel J MD, Tartaglione, Jason P dkk. Classifications in Brief :
Salter Harris Classification of Pediatric Physeal Fracture. PubMed NCBI
Journal. 2016.
3. Salter, RB. Epiphyseal growth in Textbook of disorders and injury of the
musculoskeletal system.Third Edition . Lippincott Williams &
wilkins.Philadelphia 2003.Page 7-14
4. Tornetta III,MD,Einhorn,MD.The Physis in orthopaedics Surgery Essential
Pediatrics.Lippncott Williams & wilkins.USA.2004.page:327-32
5. Brinker Mark, MD. General Principles of Paediatrics Trauma in Ortopaedic
Trauma. WB saunders Company.USA.2001 Page:393-40
6. Aitken A.P, Magill K. Fracturs involving The distal Femoral epiphyseal
Cartilage. The Journal of bone&Joint surgery.2007.page 96-100
7. Delahay JN. Ephiphyseal Growth in children’s Ortopaedics.Lippincott
Williams&Wilkins Philadelphia 2003.page 150-54
8. Breinstein J.MD, MS. Bone & Fracture in Musculoskeletal Medicine.
American Academy of ortopaedics surgeons .colorado.Page 5-9,161-69
9. Robert.R,Simon. Pediatric Orthopaedics in Emergency orthopaedics the
extremities. Fourth edition .Mc Graw Hill Companies.2001.Page 77-81
10. Buckley, Richard MD. General Principles of Fracture care. 2007. Available
at: http//www.emedicine.com
11. Brashers, Jr.Epiphyseal Fracture in the Journal of Bone & Join Surgery.2007
page 1055-63
12. Mehlman,DO. Growth Plate (physeal) fractures. 2004. Available at:
http//www.emedicine.com
13. William Moore, MD; Chief Editor: Felix S Chew, MD, MBA. 2012. Available
at : URL:http//www.emedicine.com
14. Sarma, Rohit MD. Jeremy, Jones MD. Epiphysis. 2018. Available at :
https://radiopaedia.org/articles/epiphysis

21
15. Weerakkody, Yuranga MD; Gaillard, Frank Prof et al. Salter Harris
Classification. 2014. Available at : https://radiopaedia.org/articles/salter-
harris-classification
16. Smeltzer, Suzanne C. Bare, Brenda G. Textbook of Medical Surgical Nursing.
2007
17. Foris LA, Waseem M. Fracture, Salter Harris. 2018. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430688/
18. Smith, Derek MD. Distal radial buckle fracture. 2018. Available at :
https://radiopaedia.org/cases/distal-radial-buckle-fracture
19. Ben-Yakov, M., & Boutis, K. (2016). Buckle fractures of the distal radius in
children. CMAJ :Canadian Medical Association journal = journal de
l'Association medicale canadienne, 188(7), 527.

22

Anda mungkin juga menyukai