Oleh :
NIM. 1830912320122
Pembimbing :
Agustus, 2019
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
A. Definisi ................................................................................... 3
B. Epidemiologi ........................................................................... 3
E. Diagnosis ................................................................................ 8
F. Komplikasi .............................................................................. 12
G. Tatalaksana ............................................................................. 14
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gambaran Klinis Penyakit Kawasaki ................................ 6
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kriteria diagnosis Penyakit Kawasaki .................................... 8
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasaki disease (KD) adalah salah satu penyakit vaskulitis akut yang
berkembang.1
Kawasaki pada tahun 1970 dimana penyakit ini paling banyak ditemukan didaerah
Asia terutama Jepang. Sekarang penyakit ini merupakan penyakit yang tersebar
diseluruh dunia. Sekitar 243 per 100.000 anak <5 tahun terserang KD pada 2011
di Jepang, kemudian meningkat hingga 264 per 100.000 pada 2012. Di Amerika
Serikat, kejadiannya mencapai 25 per 100.000 anak berumur <5 tahun yang
Penyakit ini 80% terjadi pada anak di bawah 5 tahun. Sebagian besar anak
koroner (AAK) yang dapat meningkatkan risiko infark miokard, gagal jantung,
reumatik akut sebagai penyebab utama penyakit jantung didapat pada anak.
Diagnosis dan terapi yang akurat dapat menurunkan risiko AAK sebesar 20%.1,2
kasus baru pertahun. Namun sebagian besar kasus belum terdiagnosis. Hal ini
tentu akan membawa konsekuensi yang merugikan pasien baik dalam jangka
1
2
kriteria klasik yang telah ada sejak tahun 1967. Tidak semua penyakit Kawasaki
memastikan diagnosis. Diagnosis dini disertai pengobatan yang cepat dan tepat
Hal yang paling ditakuti dari penyakit yang terutama menyerang balita ini
adalah komplikasi ke arteri coroner yaitu aneurisma (pada 20-40% kasus yang
tidak diobati) dengan konsekuensi thrombosis dan stenosis arteri coroner yang
dapat mengakibatkan hingga infark miokard yang fatal. Maka dari itu perlu
B. Tujuan
Kawasaki”.
C. Manfaat
disease).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Kawasaki adalah vaskulitis akut yang bersifat self limited yang
terjadi terutama pada bayi dan anak –anak. Pertama kali diperkenalkan di Jepang
pada tahun 1967 oleh seorang dokter anak, Tomisaku Kawasaki. Penyakit
bilateral, eritema pada bibir dan mukosa mulut, bercak ditubuh dan limfadenopati
servikal.1,4
2.2 Epidemiologi
insidensinya mencapai sebanyak 243,1 per 100.000 anak yang berusia <5tahun.
Kemudian meningkat menjadi 264,8 per 100.000 anak pada tahun 2012. Di
utama penyakit jantung didapat pada anak, insidensinya mencapai hingga 25 per
100.000 anak dibawah 5 tahun. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan
di Amerika adalah 1,5 : 1 dan didapatkan sekitar 76% berusia <5 tahun.
hipotesis yang menarik adalah bahwa penyakit Kawasaki disebabkan oleh agen
3
4
infeksi yang berkeliaran dan menghasilkan gejala klinis yang jelas hanya pada
individu yang cenderung memiliki genetik tertentu, khususnya orang Asia. Hanya
dengan toksin superantigenik yang dihasilkan oleh bakteri tapi teori ini masih
dipengaruhi oleh antigen yaitu mirip dengan respon terhadap antigen yang
konvensional) dan bukan dari poliklonal (seperti yang ditemukan biasanya dalam
imunitas yang dipicu oleh salah satu dari beberapa agen mikroba yang berbeda.
yang berbeda pada kasus individu yang berbeda dan kegagalan dalam mendeteksi
adanya agen mikrobiologi tunggal atau agen lingkungan setelah hampir 3 dekade
dilakukan penelitian.1
lingkungan seperti racun, pestisida, bahan kimia, dan logam berat. Adanya
gangguan pada sistem imunitas yang terjadi pada penyakit Kawasaki termasuk
oleh adanya stimulasi kaskade sitokin dan aktivasi sel endotel. Proses menuju
arteritis koroner masih menjadi diskusi, namun aktivasi sel endotel, CD68
monosit / makrofag, CD8 (sitotoksik) limfosit, dan sel plasma IgA oligoklonal
pernapasan, yang mirip ketika adanya infeksi viral yang fatal pada saluran
monosit, MCAF atau MCP-1, tumor necrosis factor (TNF), dan berbagai
vaskulitis.1,8
pada awalnya adalah demam. Demam pada penyakit kawasaki tipikal tinggi dan
remiten, dengan suhu puncak 39oC sampai >40oC. Tanpa terapi, demam akan
bertahan selama rata-rata 11 hari, namun dapat berlanjut sampai 3-4 minggu.
muncul perubahan pada ekstremitas yang cukup khas seperti adanya eritema atau
edema pada telapak tangan atau kaki yang ditemui pada fase akut (dalam 1-2 hari)
yang kemudian 2-3 minggu setelah awitan demam, terjadi deskuamasi periungual
pada kuku jari kaki atau tangan dan setelah 1-2 bulan, pada beberapa penderita
dapat timbul Beau’s line (garis horizontal putih yang dalam pada kuku).9
ruam bervariasi dan tidak spesifik. Bentuk yang paling sering adalah erupsi
dan regio perineum. Gejala lainnya adalah injeksi konjungtiva timbul beberapa
saat setelah awitan demam. Injeksi meliputi konjungtiva bulbar dan tidak ditemui
6
pada limbus. Injeksi ini tidak nyeri dan tidak disertai eksudat (konjungtivitis non
Perubahan pada bibir dan kavum oral. Perubahan meliputi: (1) eritema,
fisura, deskuamasi, dan perdarahan pada bibir, (2) strawberry tongue, di mana
lidah berwarna merah terang dan papilla fungiformis menonjol, dan (3) eritema
difus pada mukosa orofaringeal. Perubahan ini tidak meliputi ulkus oral atau
tidak berfluktuasi, tidak disertai eritema, ≥1 nodus, dan diameter >1,5 cm. 5,9
a. Fase akut
Terjadi pada saat awitan sampai hari ke-10 dengan gejala dan tanda
menunjukkan peningkatan laju endap darah dan reaktan fase akut (CRP),
adanya leukosituria.10
b. Fase subakut
Terjadi pada hari ke 10-25. Saat ini gejala klinis mulai hilang namun mulai
timbul pengelupasan pada kulit jari jari tangan dan kaki. Mulai terjadi
mulai kembali normal. Biasanya pada fase ini komplikasi jantung mulai muncul.10
c. Fase konvalesen
Terjadi setelah hari ke 25. Saat ini penyakit sudah tidak aktif lagi dapat
dapat dijumpai garis horizontal di kuku yang dikenal sebagai Beau’s line.10
8
2.5 Diagnosis
Adanya demam selama ≥5 hari, disertai minimal 4 dari 5 gambaran klinis utama
berikut:
1. Perubahan pada ekstremitas ∑ Adanya eritema dan edema pada tangan dan
kaki
saat pemeriksaan ekokardigrafi namun gejala klinis nya tidak memenuhi kriteria
dengan gejala demam yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 5 hari yang
2.6 Komplikasi
1. Kelainan Jantung.
terutama sistem arteri coroner yaitu sebesar 5–15% pasien Penyakit Kawasaki
akut.5,9
a. Aneurisma
arteri koroner penderita penyakit Kawasaki disebabkan oleh adanya enzim matrix
darah disebabkan oleh aktivasi TNF-α. Gangguan fungsional dan struktural ini
pada akhirnya berujung pada aneurisma arteri koroner, yang dapat menetap atau
berkembang menjadi stenosis. Stenosis pada fase lanjut akan berujung pada
subklavia, brakialis, aksilaris, iliaka, dan femoralis, serta aorta abdominal. Harada,
1. Leukosit >12.000/µL
13
2. Trombosit <350.000/µL
4. Hematokrit <35%
Adanya minimal 4 poin positif dari 7 poin pada skor Harada menandakan risiko
b. Miokarditis
Miokarditis cukup sering ditemui pada penyakit Kawasaki fase akut (50–
ini membaik dengan cepat setelah pemberian terapi IVIG. Meskipun ditemui
c. Regurgitasi Katup yang dapat berupa regurgitasi mitral (~1%) atau regurgitasi
aorta (~5%) dan disebabkan disfungsi muskulus papilaris, infark, atau valvulitis. 5
2. Kelainan Non-kardiak.
Artritis dan atralgia pada sendi besar atau kecil dapat timbul pada minggu
pertama. Anak dengan penyakit kawasaki umumnya lebih gelisah dibanding anak
dengan penyakit demam lain. Kelumpuhan nervus fasialis dan tuli sensori-neural
frekuensi tinggi sementara dapat terjadi. Pada 1/3 kasus, terdapat keluhan
gastrointestinal seperti diare, muntah, dan nyeri perut. Temuan lain yang lebih
14
2.7 Tatalaksana
Terapi penyakit kawasaki dengan aspirin dan IVIG dalam 10 hari setelah
awitan demam dapat menurunkan risiko AAK (Aneurisma Arteri Koroner) dari
20% menjadi <5%. Namun, 10–20% pasien penyakit kawasaki yang diobati akan
mengalami demam dan gejala lain yang menetap (non-responder), dan berisiko
mengalami AAK.1
1. IVIG
Peran IVIG dalam penyakit kawasaki tidak diragukan. Agen ini memiliki
2g/kg dalam infus tunggal bersamaan dengan aspirin. Selama pemberian pantau
laju jantung dan tekanan darah setiap 30 menit, kemudian 1 jam, dan selanjutnya
tiap 2 jam. Imunoglobulin memberikan hasil optimal bila diberikan pada hari ke-
jika masih ada tanda tanda aktivitas penyakit baik secara klinis maupun
laboratoris misalnya demam, LED, CRP dan hitung leukosit tinggi. Pada kondisi
manfaat dan biaya. Jika mungkin, IVIG paling baik diberikan dalam 7 hari
pertama.1,10,11
2. Aspirin
pada dosis rendah. Pada fase akut, aspirin diberikan dengan dosis 80-100
bervariasi. Sebagian institusi menurunkan dosis aspirin jika pasien tidak demam
selama 48-72 jam. Institusi lain melanjutkan aspirin dosis tinggi sampai hari sakit
ke-14 dan ≥48-72 jam setelah demam turun. Saat aspirin dosis tinggi dihentikan,
aspirin dosis rendah dimulai (3-5 mg/kg/ hari) dan diberikan sampai pasien tidak
menunjukkan tanda perubahan arteri koroner pada minggu ke-6 sampai ke-8
3. Kortikosteroid
dibatasi untuk anak yang masih mengalami demam dan inflamasi akut setelah
intravena 30 mg/kg selama 2-3 jam, sehari sekali selama 1-3 hari.1
4. Pentoxifylline
dapat menjadi tambahan dalam terapi standar. Dalam sebuah uji klinis di mana
semua pasien diobati dengan regimen IVIG dan aspirin dosis rendah, individu-
kejadian aneurisma lebih sedikit serta dapat ditoleransi dengan baik. Namun peran
5. Terapi lain
Plasma Exchange (tukar plasma) efektif pada pasien yang refrakter terhadap
IVIG dan menurunkan angka kejadian aneurisma. Namun karena beberapa resiko
dimurnikan dari urin manusia yang telah digunakan di Jepang sebagai terapi
digunakan untuk mengobati pasien pada fase akut atau subakut penyakit
Kawasaki yang memiliki aneurisma yang cukup besar. Pasien yang menerima
terapi standar saja menunjukkan regresi yang lebih besar pada diameter
memiliki fungsi dalam melawan TNFα sedang dipelajari dalam percobaan klinis
tingkat C). Agen sitotoksik seperti siklofosfamid, bersama dengan steroid oral,
juga telah diusulkan untuk pengobatan pasien dengan penyakit Kawasaki yang
a. Derajat risiko I
ekokardiografi pada semua fase penyakit. Dapat diberikan IGIV dan asetosal
pada fase akut, terapi antitrombotik tidak diperlukan setelah 6-8 minggu awitan
penyakit, tidak perlu restriksi aktivitas setelah 6-8 minggu awitan dan dianjurkan
kontrol tiap 5 tahun untuk melihat faktor risiko kardiovaskular mengingat risiko
b. Derajat risiko II
8 minggu awitan. Pengobatan yang diberikan adalah dengan pemberian IVIG dan
asetosal pada fase akut, terapi antitrombotik tidak diperlukan setelah 6-8 minggu
awitan penyakit, tidak perlu restriksi aktivitas setelah 6-8 minggu awitan penyakit
serta diianjurkan kontrol tiap 3-5 tahun untuk penentuan faktor risiko. Pada
Pasien dengan aneurisma koroner soliter kecil sampai sedang berukuran > 3
mm sampai < 6 mm atau z score antara 3-7 mm pada 1 arteri koroner dalam
diberikan pada fase akut dan pemberian antitrombotik jangka panjang dengan
asetosal dapat diberikan pada fase ini. Aktivitas fisik tanpa restriksi setelah 6-8
minggu awitan penyakit sampai dekade pertama setelah awitan. Olahraga yang
18
diperiksa tiap tahun oleh dokter anak khusus jantung untuk ekokardiografi dan
EKG. Stress test untuk melihat perfusi miokardium dianjurkan tiap 2 tahun pada
d. Derajat risiko IV
Pasien dengan satu aneurisma arteri koroner besar berukuran 6 mm dan yang
Pada tatalaksananya dapat diberikan IGIV dan asetosal pada fase akut dan
atau multipel. Jika pemeriksaan INR tidak bisa dilakukan, digunakan nilai waktu
protrombin 11/2 sampai 2 kali control. Anjuran aktivitas fisik harus didasarkan
pada hasil stress test dengan evaluasi perfusi miokard. Olahraga yang berpotensi
ekokardiogram dan EKG harus dikerjakan tiap 6 bulan sedangkan stress test
dengan evaluasi perfusi miokard harus dikerjakan tiap tahun. Faktor risiko
jantung dengan angiografi koroner selektif harus dilakukan 6-12 bulan atau lebih
19
dini lagi setelah sembuh dari fase akut. Angiografi selanjutnya perlu dilakukan
e. Derajat risiko V
angiografi. Terapi nya dengan pemberian IGIV dan asetosal pada fase akut serta
dengan pemberian antitrombotik jangka panjang dengan atau tanpa warfarin. Obat
oksigen miokard. Anjuran untuk aktivitas tergantung pada respons terhadap stress
test. Olah raga yang traumatik harus dihindari karena risiko perdarahan namun
kardiologis dengan EKG dan ekokardiogram harus dikerjakan tiap 6 bulan. Stress
test dengan evaluasi perfusi miokard dilakukan tiap tahun. Pasien juga harus
PENUTUP
belum pasti, self-limited, yang sebagian besar menyerang anak di bawah 5 tahun.
dalam diagnosis dan evaluasi pada penyakit Kawasaki. Terapi utama berupa
intravenous immunoglobulin (IVIG) dan aspirin. Diagnosis dan terapi yang tepat
20
DAFTAR PUSTAKA
2. Kuo HC, Yang KD, Chang WC, Ger LP, Hsieh KS. Kawasaki disease: An
2015;42(9):663-667.
2011;166:1334-1343.
Pediatr. 2017;56(9):377-382.
21
22
Rheumatol. 2015;17:617-623.