Kawasaki Disease
Oleh :
NIM. 1830912320023
Pembimbing :
BANJARMASIN
Oktober, 2019
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…........................................................................... i
DAFTAR ISI…........................................................................................ ii
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................... 34
BAB V PENUTUP............................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kawasaki adalah vaskulitis akut yang dapat sembuh sendiri, tetapi yang belum
diketahui penyebabnya dengan predileksi pada arteri koroner bayi dan anak.
Penyakit ini masih sangat jarang didiagnosis di Indonesia karena dianggap masih
jarang dan belum banyak diketahui secara luas. Penyakit Kawasaki didiaganosis
penyakit simpul mukokutan, dan poliarteritis anak) adalah penyakit vaskulitis dan
80% pasien adalah balita, yang mengenai banyak organ, termasuk kulit, selaput
lendir, kelenjar getah bening, dan dinding pembuluh darah. Efek yang paling
serius adalah pada jantung yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah atau
Kawasaki pada tahun 1970 dimana penyakit ini paling banyak ditemukan didaerah
Asia terutama Jepang. Sekarang penyakit ini merupakan penyakit yang tersebar
diseluruh dunia. Sekitar 243 per 100.000 anak <5 tahun terserang KD pada 2011
di Jepang, kemudian meningkat hingga 264 per 100.000 pada 2012. Di Amerika
1
Serikat, kejadiannya mencapai 25 per 100.000 anak berumur <5 tahun yang
terserang penyakit ini. Di Indonesia terdapat sekitar 5000 kasus baru setiap tahun,
tetapi kasus yang dapat didiagnosis tercatat kurang dari 200 kasus per tahun (4%)
sehingga masih ada sekitar 96% kasus PK di Indonesia yang belum terdeteksi.
arteri koroner seperti aneurisma, trombosis, stenosis koroner, dan infark miokard
sejak tahun 1967. Tidak semua penyakit Kawasaki memenuhi kriteria tersebut
Diagnosis dini disertai pengobatan yang cepat dan tepat dapat mencegah dan
mengurangi komplikasi.5
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Kawasaki adalah vaskulitis akut yang bersifat self limited yang
terjadi terutama pada bayi dan anak-anak. Pertama kali diperkenalkan di Jepang
pada tahun 1967 oleh seorang dokter anak, Tomisaku Kawasaki. Penyakit
Kawasaki adalah penyakit demam akut pada masa kanak-kanak yang ditandai
2.2 Epidemiologi
insidensinya mencapai sebanyak 243,1 per 100.000 anak yang berusia <5tahun.
Kemudian meningkat menjadi 264,8 per 100.000 anak pada tahun 2012. Di
utama penyakit jantung didapat pada anak, insidensinya mencapai hingga 25 per
100.000 anak dibawah 5 tahun. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan
di Amerika adalah 1,5: 1 dan didapatkan sekitar 76% berusia <5 tahun. Umumnya
3
terjadi selama musim dingin dan awal musim semi.4,7
hipotesis yang menarik adalah bahwa penyakit Kawasaki disebabkan oleh agen
infeksi yang berkeliaran dan menghasilkan gejala klinis yang jelas hanya pada
individu yang cenderung memiliki genetik tertentu, khususnya orang Asia. Hanya
dengan toksin superantigenik yang dihasilkan oleh bakteri tapi teori ini masih
dipengaruhi oleh antigen yaitu mirip dengan respon terhadap antigen yang
konvensional) dan bukan dari poliklonal (seperti yang ditemukan biasanya dalam
imunitas yang dipicu oleh salah satu dari beberapa agen mikroba yang berbeda.
yang berbeda pada kasus individu yang berbeda dan kegagalan dalam mendeteksi
adanya agen mikrobiologi tunggal atau agen lingkungan setelah hampir 3 dekade
dilakukan penelitian.4
4
Penyakit Kawasaki tidak berhubungan dengan paparan obat atau polutan
lingkungan seperti racun, pestisida, bahan kimia, dan logam berat. Adanya
gangguan pada sistem imunitas yang terjadi pada penyakit Kawasaki termasuk
oleh adanya stimulasi kaskade sitokin dan aktivasi sel endotel. Proses menuju
arteritis koroner masih menjadi diskusi, namun aktivasi sel endotel, CD68
monosit / makrofag, CD8 (sitotoksik) limfosit, dan sel plasma IgA oligoklonal
pernapasan, yang mirip ketika adanya infeksi viral yang fatal pada saluran
monosit, MCAF atau MCP-1, tumor necrosis factor (TNF), dan berbagai
vaskulitis.4,10
pada awalnya adalah demam. Demam pada penyakit kawasaki tipikal tinggi dan
remiten, dengan suhu puncak 39oC sampai >40oC. Tanpa terapi, demam akan
bertahan selama rata-rata 11 hari, namun dapat berlanjut sampai 3-4 minggu.
muncul perubahan pada ekstremitas yang cukup khas seperti adanya eritema atau
edema pada telapak tangan atau kaki yang ditemui pada fase akut (dalam 1-2 hari)
5
yang kemudian 2-3 minggu setelah awitan demam, terjadi deskuamasi periungual
pada kuku jari kaki atau tangan dan setelah 1-2 bulan, pada beberapa penderita
dapat timbul Beau’s line (garis horizontal putih yang dalam pada kuku).11
ruam bervariasi dan tidak spesifik. Bentuk yang paling sering adalah erupsi
dan regio perineum. Gejala lainnya adalah injeksi konjungtiva timbul beberapa
saat setelah awitan demam. Injeksi meliputi konjungtiva bulbar dan tidak ditemui
pada limbus. Injeksi ini tidak nyeri dan tidak disertai eksudat (konjungtivitis non
Perubahan pada bibir dan kavum oral. Perubahan meliputi: (1) eritema,
fisura, deskuamasi, dan perdarahan pada bibir, (2) strawberry tongue, di mana
lidah berwarna merah terang dan papilla fungiformis menonjol, dan (3) eritema
difus pada mukosa orofaringeal. Perubahan ini tidak meliputi ulkus oral atau
tidak berfluktuasi, tidak disertai eritema, ≥1 nodus, dan diameter >1,5 cm. 7,11
6
Gambar 2.1 Gambaran Klinis Penyakit Kawasaki 12
a. Fase akut
Terjadi pada saat awitan sampai hari ke-10 dengan gejala dan tanda
menunjukkan peningkatan laju endap darah dan reaktan fase akut (CRP),
adanya leukosituria.13
b. Fase subakut
7
Terjadi pada hari ke 10-25. Saat ini gejala klinis mulai hilang namun mulai
timbul pengelupasan pada kulit jari jari tangan dan kaki. Mulai terjadi
mulai kembali normal. Biasanya pada fase ini komplikasi jantung mulai muncul.13
c. Fase konvalesen
Terjadi setelah hari ke 25. Saat ini penyakit sudah tidak aktif lagi dapat
dapat dijumpai garis horizontal di kuku yang dikenal sebagai Beau’s line.13
2.5 Diagnosis
Kriteria diagnosis menurut AHA tahun 2017 telah disusun untuk membantu
8
Gambar 2.2 Gejala klinis Kawasaki Disease 4
9
Penyakit Kawasaki atipikal (inkomplit) menurut AHA 2017, merupakan
pasien yang tidak memenuhi kriteria diagnosis dari penyakit Kawasaki klasik.
Kawasaki inkomplit apabila ada pasien dengan gejala demam yang tidak diketahui
sebabnya selama lebih dari 5 hari yang diikuti 2 atau 3 gejala klinis pada kriteria
10
2.6 Komplikasi
1. Kelainan Jantung
terutama sistem arteri coroner yaitu sebesar 5–15% pasien Penyakit Kawasaki
akut.7,11
a. Aneurisma
arteri koroner penderita penyakit Kawasaki disebabkan oleh adanya enzim matrix
darah disebabkan oleh aktivasi TNF-α. Gangguan fungsional dan struktural ini
pada akhirnya berujung pada aneurisma arteri koroner, yang dapat menetap atau
berkembang menjadi stenosis. Stenosis pada fase lanjut akan berujung pada
subklavia, brakialis, aksilaris, iliaka, dan femoralis, serta aorta abdominal. Harada,
11
1. Leukosit >12.000/µL
2. Trombosit <350.000/µL
4. Hematokrit <35%
Adanya minimal 4 poin positif dari 7 poin pada skor Harada menandakan risiko
b. Miokarditis
Miokarditis cukup sering ditemui pada penyakit Kawasaki fase akut (50–
ini membaik dengan cepat setelah pemberian terapi IVIG. Meskipun ditemui
c. Regurgitasi Katup yang dapat berupa regurgitasi mitral (~1%) atau regurgitasi
aorta (~5%) dan disebabkan disfungsi muskulus papilaris, infark, atau valvulitis.7
2. Kelainan Non-kardiak
Artritis dan atralgia pada sendi besar atau kecil dapat timbul pada minggu
pertama. Anak dengan penyakit kawasaki umumnya lebih gelisah dibanding anak
dengan penyakit demam lain. Kelumpuhan nervus fasialis dan tuli sensori-neural
frekuensi tinggi sementara dapat terjadi. Pada 1/3 kasus, terdapat keluhan
12
gastrointestinal seperti diare, muntah, dan nyeri perut. Temuan lain yang lebih
2.7 Tatalaksana
Terapi penyakit kawasaki dengan aspirin dan IVIG dalam 10 hari setelah
awitan demam dapat menurunkan risiko AAK (Aneurisma Arteri Koroner) dari
20% menjadi <5%. Namun, 10–20% pasien penyakit kawasaki yang diobati akan
mengalami demam dan gejala lain yang menetap (non-responder), dan berisiko
mengalami AAK.4
1. IVIG
Peran IVIG dalam penyakit kawasaki tidak diragukan. Agen ini memiliki
2g/kg dalam infus tunggal bersamaan dengan aspirin. Selama pemberian pantau
laju jantung dan tekanan darah setiap 30 menit, kemudian 1 jam, dan selanjutnya
tiap 2 jam. Imunoglobulin memberikan hasil optimal bila diberikan pada hari ke-
jika masih ada tanda tanda aktivitas penyakit baik secara klinis maupun
laboratoris misalnya demam, LED, CRP dan hitung leukosit tinggi. Pada kondisi
manfaat dan biaya. Jika mungkin, IVIG paling baik diberikan dalam 7 hari
pertama.4,13,15
2. Aspirin
13
Aspirin memiliki efek anti-inflamasi pada dosis tinggi dan anti-platelet
pada dosis rendah. Pada fase akut, aspirin diberikan dengan dosis 80-100
bervariasi. Sebagian institusi menurunkan dosis aspirin jika pasien tidak demam
selama 48-72 jam. Institusi lain melanjutkan aspirin dosis tinggi sampai hari sakit
ke-14 dan ≥48-72 jam setelah demam turun. Saat aspirin dosis tinggi dihentikan,
aspirin dosis rendah dimulai (3-5 mg/kg/ hari) dan diberikan sampai pasien tidak
menunjukkan tanda perubahan arteri koroner pada minggu ke-6 sampai ke-8
3. Kortikosteroid
dibatasi untuk anak yang masih mengalami demam dan inflamasi akut setelah
intravena 30 mg/kg selama 2-3 jam, sehari sekali selama 1-3 hari.4
4. Pentoxifylline
dapat menjadi tambahan dalam terapi standar. Dalam sebuah uji klinis di mana
14
semua pasien diobati dengan regimen IVIG dan aspirin dosis rendah, individu-
kejadian aneurisma lebih sedikit serta dapat ditoleransi dengan baik. Namun peran
5. Terapi lain
beberapa resiko yang mungkin ditimbulkan, metode ini tidak secara umum
manusia yang dimurnikan dari urin manusia yang telah digunakan di Jepang
level RNA messenger. Ulinastatin digunakan pada pasien yang refrakter pada
digunakan untuk mengobati pasien pada fase akut atau subakut penyakit
Kawasaki yang memiliki aneurisma yang cukup besar. Pasien yang menerima
terapi standar saja menunjukkan regresi yang lebih besar pada diameter
15
memiliki fungsi dalam melawan TNFα sedang dipelajari dalam percobaan klinis
tingkat C). Agen sitotoksik seperti siklofosfamid, bersama dengan steroid oral,
juga telah diusulkan untuk pengobatan pasien dengan penyakit Kawasaki yang
BAB III
16
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
A. Identitas Penderita
Nama : An. MI
B. Identitas Orangtua
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Demam
Orang tua anak mengeluhkan anak demam sejak hari Minggu (29
17
September 2019) yaitu 4 hari SMRS, demam muncul perlahan-lahan. Demam
dirasakan naik turun, demam turun apabila anak diminumkan obat penurun panas
yaitu sanmol, akan tetapi setelah reaksi obat habis anak demam kembali. Pada
hari Rabu demam anak lebih tinggi dari hari sebelumnya dan tidak turun dengan
obat penurun panas. Ketika demam, ibu pasien menyangkal adanya penurunan
tangan dan telapak kaki anak sejak 2 hari SMRS. Selain kemerahan, pada telapak
tangan dan kaki anak juga membengkak dan terkelupas. Bibir pasien juga
kemerahan. Mata kanan dan kiri pasien juga mengalami kemerahan dan tidak
disertai sekret. Pasien juga mengeluhkan munculnya benjolan di leher sebelah kiri
sejak 2 hari SMRS. Benjolan teraba hangat dan nyeri apabila dipegang, benjolan
berukuran ±10 cm. Sebelumnya di tahun 2018, ketika pasien berumur 1 tahun
pasien pernah masuk rumah sakit dan dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin
dikarenakan kejang demam dan infeksi paru. Pasien tidak memiliki nafsu makan
18
puskesmas, sebanyak 5 kali ibu melakukan ANC. Tidak
yang diderita ibu, serta pengakuan ibu tidak ada obat obat
Riwayat Natal :
Penolong : Bidan
5. Riwayat Neonatal
6. Riwayat Perkembangan
Tiarap : 3 bulan
Merangkak : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 12 bulan
Berjalan : 16 bulan
7.Riwayat Imunisasi :
19
Dasar Ulangan
Nama
(umur dalam bulan) (Umur dalam bulan)
BCG 1 -
Polio 2 | 3 | - | -
Hepatitis B 0 | 2 | 3 | - -
DPT 2 | 3 | - -
Campak - -
Sejak lahir anak minum ASI, minum ASI hingga usia 3 bulan. Susu formula
dari usia 3 bulan. MP ASI mulai sejak usia 6 bulan. Dilanjutkan dengan nasi lunak
usia 1 tahun. Saat ini anak makan nasi dengan porsi ½ dewasa 2-3x/hari dan susu
8x60 cc/hari.
Iktisar Keturunan :
Ket :
: Perempuan : Laki-laki
: Pasien
Susunan Keluarga
20
2. Ny. H 19 tahun P Sehat
Pasien tinggal di kawasan padat penduduk dan tinggal bersama orang tua.
Sumber air untuk keperluan sehari-hari menggunakan air PDAM. WC dan kamar
GCS : E4 V5 M6
2. Pengukuran
Suhu : 38.2°C,
SPO2 : 95%
Respirasi : 28 x/menit
Berat badan : 9 kg
Panjang/tinggi badan : 83 cm
Kelembaban : Lembab
21
Pucat : (-)
UUB : Menutup
UUK : Menutup
Lain-lain : (-)
Tebal/tipis : Tipis
Distribusi : Normal
Alopesia : -
Lain-lain : -
Pupil : Diameter : 3 mm / 3 mm
Simetris : +/+
Serumen : Minimal
22
Nyeri : Tidak ada
1. Leher :
23
Pembesaran kelenjar leher : Ada
1. Toraks :
a. Dinding dada/paru
kiri
b. Jantung
24
1. Abdomen :
8. Ekstremitas :
Umum : Ekstremitas atas : Akral hangat (+), eritem (+) plantar manus
dekstra et sinistra
dekstra et sinistra
Neurologis :
Lengan Tungkai
Tanda Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Refleks ++/++ ++/++ ++/++ ++/++
Fisiologis
Refleks - - - -
patologis
25
Sensibilitas +(baik) +(baik) + (baik) +(baik)
Tanda - - - -
meningeal
26
Protein albumin Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Darah samar Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
SEDIMEN URIN
Leukosit 1-2 0-3
Eritrosit 0-2 0-2
Epitel 1+ 1+
Kristal Negatif Negatif
Silinder Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
EKG
27
Kesan : cor normal, bronkopneumonia
RESUME
28
Nama : An. MI
Berat badan : 9 kg
Uraian :
Orang tua anak mengeluhkan anak demam 4 hari, naik turun. Tidak ada
bintik merah kecil, gusi berdarah, mimisan dan BAB kehitaman. Batuk pilek
juga disangkal. Munculnya bercak kemerahan pada badan, telapak tangan dan
telapak kaki anak sejak 2 hari SMRS. Selain kemerahan, pada telapak tangan
dan kaki anak juga membengkak dan terkelupas. Bibir pasien juga mengalami
kemerahan dan kering, pada lidah juga terdapat bintik-bintik kemerahan. Mata
kanan dan kiri pasien juga mengalami kemerahan dan tidak disertai sekret.
hari SMRS. Benjolan teraba hangat dan nyeri apabila dipegang, benjolan
berukuran ±10 cm. Sebelumnya di tahun 2018, ketika pasien berumur 1 tahun
pasien pernah masuk rumah sakit dan dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin
dikarenakan kejang demam dan infeksi paru. Pasien tidak memiliki nafsu
Pemeriksaan Fisik
29
Denyut Nadi : 102 kali/menit kualitas : reguler, kuat angkat
Pernafasan : 28 kali/menit
Suhu : 38.2°C
Kepala : Normal
Telinga : Normal
Hidung : Normal
Toraks/Paru : Normal
Jantung : Normal
Abdomen : Normal
Genitalia : Laki-laki
Anus : Normal
DIAGNOSIS
PENATALAKSAAN AWAL
30
- IVFD D5 ½ NS 900 cc/24 jam
- Inj pct 100 mg k.p
- PO Aspirin 4x120 mg
- Cek LED
- Konsul divisi kardiologi
PROGNOSIS
FOLLOW UP
Tgl (Oktober) 3 4 5 6
Subjektif
Demam Turun naik Turun naik - -
Benjolan di leher + + + +
Nyeri menelan + + + +
Batuk / pilek -/- -/- -/- -/-
Mual / muntah -/- -/- -/- -/-
Nafsu makan + + + +
Lain-lain - - - -
Objektif
Kesadaran CM CM CM CM
HR (x/m) 102 90 100 102
RR (x/m) 22 24 24 20
T (oC) 37.8 37.5 37.2 37.0
SpO2 (%) 98% 99% 98% 97%
Conjunctiva < < - -
hiperemi
Lidah hiperemi - - - -
Leher : +/ +/+ +/+/+ +/+/+ +/+/+
Massa a.r
submandibular,
nyeri tekan/
hiperemi
Ronki / wheezing -/- -/- -/- -/-
31
Abdomen : +/ - / + +/-/+ +/-/+ +/-/+
BU / nyeri tekan/
timpani
Ekstremitas < < < <
Eritem palmar dan
plantar
Assesment
Kawasaki Disease Inkomplit
Suspek Abses Coli DD Parotitis Limfadenitis
Planning
IVFD D5 ½ NS 900 cc/24 jam
Inj Pct 100 mg k.p
PO Aspirin 4x120 mg
IVIG 18 gram/hari
Bubur 3x1
Susu 3x100 cc
Rencana
Echo
Tgl (Oktober) 7 8 9 10
Subjektif
Demam - - - -
Benjolan di leher + + + +
Nyeri menelan + < < -
Batuk / pilek -/- -/- -/- -/-
Mual / muntah -/- -/- -/- -/-
Nafsu makan + + + +
Lain-lain - - - -
Objektif
Kesadaran CM CM CM CM
HR (x/m) 98 100 102 100
RR (x/m) 22 21 20 24
T (oC) 36.5 36.7 36.7 36.8
SpO2 (%) 98% 97% 98% 99%
Conjunctiva - - - -
hiperemi
Lidah hiperemi - - - -
Leher : +/+/+ +/</< +/ </ < +/</<
Massa a.r
submandibular,
nyeri tekan/
hiperemi
Ronki / wheezing -/- -/- -/- -/-
Abdomen : +/-/+ +/-/+ +/ - / + +/-/+
32
BU / nyeri tekan/
timpani
Ekstremitas < < < <
Eritem palmar dan
plantar
Assesment
Kawasaki Disease Inkomplit
Suspek Abses Coli DD Parotitis Limfadenitis
Planning
IVFD D5 ½ NS 900 cc/24 jam BLPL
Inj Pct 100 mg k.p Obat
Inj ceftriaxone 2x450 mg pulang :
PO Aspirin 4x120 mg Aspirin
IVIG 18 gram/hari 3x10 mg
Bubur 3x1
Susu 3x100 cc
BAB IV
PEMBAHASAN
33
Pasien anak dengan usia 2 tahun berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
Berdasarkan anamnesis pasien didapatkan demam 4 hari, naik turun. Tidak ada
bintik merah kecil, gusi berdarah, mimisan dan BAB kehitaman. Batuk pilek juga
disangkal. Munculnya bercak kemerahan pada badan, telapak tangan dan telapak
kaki anak sejak 2 hari SMRS. Selain kemerahan, pada telapak tangan dan kaki
anak juga membengkak dan terkelupas. Bibir pasien juga mengalami kemerahan
dan kering, pada lidah juga terdapat bintik-bintik kemerahan. Mata kanan dan kiri
pasien juga mengalami kemerahan dan tidak disertai sekret. Pasien juga
Benjolan teraba hangat dan nyeri apabila dipegang, benjolan berukuran ±10 cm.
submandibular sinistra, teraba lunak, berbatas tegas, ukuran 10 cm, nyeri tekan
dan kemerahan. Pada lidah ditemukan hiperemi. Dan ditemukan eritem pada
CRP, urinalisa normal, pemeriksaan jantung baik foto toraks, EKG dan ECHO
Penyakit Kawasaki adalah vaskulitis akut yang bersifat self limited yang
34
terjadi terutama pada bayi dan anak-anak. Penyakit Kawasaki adalah penyakit
demam akut pada masa kanak-kanak yang ditandai oleh vaskulitis dari arteri
klasik tersebut yaitu injeksi konjungtiva bilateral tanpa eksudat; perubahan pada
bibir dan rongga mulut (eritema, bibir pecah-pecah, lidah stroberi, dan eritema
(diameter >1,5 cm); dan perubahan pada ekstremitas (edema dan eritema telapak
tangan dan kaki pada fase akut serta deskuamasi periungual jari-jari tangan dan
mengalami demam ≥5 hari, ditambah <4 kriteria klinis klasik lainnya, tetapi
Sedangkan gejala klinis yang lain yang dapat ditemukan seperti miokarditis, gagal
arthralgia, diare, nyeri perut, disfungsi hepar, efusi pleura, meningitis aseptik,
35
peningkatan serum transaminase dan leukositosis. 6
10 cm, dan eritema di palmar dan plantar. Dan hasil laboratorium pasien yang
peningkatan CRP. Trombositosis dan urinalisa pasien dalam batas normal. Pada
sekitar 500.000-1 juta/ mcl. Trombositosis akan secara gradual turun mendekati
atau 3 kriteria klinis akan dinilai apakah termasuk penyakit Kawasaki yang
inkomplit. Jika nilai CRP > 30 g/dl disertai dengan tambahan hasil laboratorium ≥
dalam urin, peningkatan enzim transaminase, dan leukositosis > 15 ribu) akan
dilanjutkan pemeriksaan ECHO. ECHO dikatakan positif jika skor Z dari anterior
penurunan fungsi ventrikel kiri, regisgitasi mitral, dan efusi pericardial. Jika
ECHO postif maka akan diterapi Penyakit Kawasaki. Pada pasien memenuhi
kriteria Penyakit Kawasaki inkomplit karena nilai CRP > 30g/dl dan ≥ 3 kelainan
hasil laboratorium, maka dilakukan ECHO. ECHO normal, jadi pasien akan
Penelitian Sita dkk, foto toraks dan EKG dapat menujukkan gambaran
36
yang tidak spesifik. Pada penelitian, gambaran infiltrat pada foto toraks
didapatkan 71% subjek. Keterlibatan paru pada Penyakit Kawasaki dapat berupa
infiltrat mikronodular yang asimptomatis hingga nodul paru yang disertai gejala
peradangan. Infiltrat dan nodul pada paru mungkin disebabkan oleh respons tubuh
terhadap agen etiologik Penyakit Kawasaki dan dapat membaik dengan sendirinya
sehingga infiltrat pada foto toraks merupakan tanda yang asimptomatis. Temuan
tersebut berbeda dengan laporan lain yang menyatakan bahwa keterlibatan organ
sebagian besar kasus. Kelainan EKG yang ditemukan adalah sinus takikardia pada
44% subjek, sedangkan kelainan lain tidak ditemukan. Sinus takikardia memang
yang spesifik pada Penyakit Kawasaki karena dapat disebabkan oleh penyebab
lain, seperti demam, gelisah, dan nyeri. Kami tidak dapat mengonfirmasi hal
Sama halnya dengan pasien ini pada gambaran foto toraks cor dalam batas
normal namun paru tampak ada infiltrate yang dari bacaan radiologis disebut
sinus takikardia.
37
campak, adenovirus, enterovirus, Epstein barr. Infeksi bakteri demam scarlet,
keberhasilan terapi pada Penyakit Kawasaki. Oleh sebab itu, anak dengan
Penyakit Kawasaki harus dirawat di RS dan ditangani oleh seorang dokter yang
sebaiknya diberikan dalam dosis tinggi, yaitu 2 gr/kgBB selama 10-12 jam, yang
biasanya akan terjadi perbaikan dalam waktu 24 jam. Jika demam tidak turun,
dosis tambahan mungkin harus dipertimbangpkan. IVIG adalah obat yang paling
arteri koroner. 12
therapy) seperti IVIG itu, telah menjadi pengobatan sejak diperkenalkan pada
juga memainkan peran aktif primer lainnya. Salisilat, terutama aspirin, tetap
merupakan bagian penting, meskipun salisilat saja tidak seefektif IVIG. Terapi
aspirin dimulai pada dosis tinggi 80-100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis sampai 2-3
hari demam mereda, dan kemudian dilanjutkan dengan dosis rendah 3-5
38
dihentikan jika menemukan kelainan koroner. Aspirin jangka panjang sebenarnya
atau gejala-gejala kambuh, tetapi dalam uji coba terkontrol secara acak,
Factor Alfa). Pasien dengan Penyakit Kawasaki yang mengalami komplikasi pada
jantung, dapat berupa lesi arteri koroner yaitu aneurisma dengan seperti ini, pasien
memerlukan tindakan operasi bypass arteri koroner, dengan arteri mamaria interna
kiri sebagai pilihan pertama bypass graft, karena patensi dan kelangsungan hidup
Seperti pada pasien diberikan terapi aspirin dan IVIG, namun IVIG belum
diberikan karena sediaan belum ada. Pemberian aspirin dengan dosis tinggi 4x120
mg perhari sampai demam mereda, dan ketika pulang pasien diberikan aspirin
dosis rendah 3x10 mg selama satu bulan untuk mencegah pembentukkan trombus.
Dengan terapi awal, gejala akut dapat diatasi dan risiko aneurisma arteri
Kawasaki yang akut juga membaik, tetapi risiko terjadinya aneurisma arteri
koroner jauh lebih besar. Secara keseluruhan, sekitar 2% pasien akan meninggal
mematikan pada pasien yang telah mendapatkan terapi dini sangat langka,
39
diperiksa EKG pada tahap awal, setiap beberapa minggu, dan kemudian setiap 1
Menurut WHO pelayanan anak di rumah sakit, anak dengan demam disertai tanda
infeksi lokal seperti nyeri tenggorokan, kesulitan menelan dan teraba nodi servikal
dapat didiagnosis abses tenggorokan. Pada pemeriksaan fisik teraba masa lunak,
berdasarkan letak anatomis nya pasien dapat didiagnosis abses colli dengan
WHO yaitu diberikan antibiotik. Pasien diberikan antibiotik broad spectrum, yaitu
ceftriaxone dengan dosis 100 mg/kBB/hari dibagi dua dosis secara intravena
selama 5 hari. 20
BAB V
PENUTUP
40
Telah dilaporkan sebuah kasus anak laki-laki usia 2 tahun 7 bulan yang
dirawat di ruang anak RSUD Ulin Banjarmasin dari tanggal 2 Oktober 2019
41
DAFTAR PUSTAKA
3. Sundel RP, Petty RE. Kawasaki disease. Dalam: Casidy JT, Petty RE, Laxer
RM, penyunting. Textbook of pediatric rhematology. Edisi ke-5. Philadelphia:
Elseiver Saunders; 2005. hlm. 521–3.
4. McCrindle BW, Rowley AH, Newburger JW, et al. Diagnosis, Treatment, and
Long-Term Management of Kawasaki Disease: A Scientific Statement for
Health Professionals from the American Heart Association. 2017;135.
10. Rowley AH, Shulman ST. The Epidemiology and Pathogenesis of Kawasaki
Disease. Front Pediatr. 2018;6:1-4.
11. Pediatrics AA of. Kawasaki disease in infants & children. Am Acad Pediatr.
2017;56(9):377-382.
12. Indrarto FXW. Kawasaki disease. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana.
2015;01(01):70-8.
14. Kuo HC, Yang KD, Chang WC, Ger LP, Hsieh KS. Kawasaki disease: An
42
update on diagnosis and treatment. Pediatr Neonatol. 2012;53(1):4-11.
18. WHO. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: WHO, 2009.
43