Sindrom Kawasaki
Pembimbing :
dr. Hotber E. R. Pasaribu, M.Si, Sp.A(K)
Oleh :
Nur Intan 1608437729
Sartika 1608437730
2.1.2 Epidemiologi
Sindrom Kawasaki dapat timbul pada anak berbagai ras di seluruh dunia,
tetapi paling sering pada etnis Asia, terutama Jepang. Di Amerika Serikat epidemi
Sindrom Kawasaki terjadi terutama pada akhir musim dingin dan musim semi,
dengan interval 2-3 tahun. Sekitar 3000 anak dengan Sindrom Kawasaki dirawat
setiap tahunnya di Amerika Serikat. Pada umur 8 tahun, ternyata anak Amerika-Asia
lebih sering diserang dari pada anak kulit hitam (3:1). Baru-baru ini serangkaian
negara Eropa seperti Inggris dan Italia telah melaporkan kasus Sindrom Kawasaki.1,4
Insiden tertinggi pada anak Jepang usia 6-12 bulan. Sindrom Kawasaki
mengenai 17-20,8 per 100.000 anak berusia < 5 tahun dengan insiden tertinggi di
Hawai dan Asia Pasifik. Rasio laki-laki : perempuan adalah 1,5 : 1,0. Insiden tahunan
Sindrom Kawasaki sekitar 111 kasus per 100.000 anak <5 tahun. Sindrom Kawasaki
juga dapat terjadi pada usia remaja. Sindrom Kawasaki telah diidentifikasi di lebih
dari 60 negara dengan insiden tahunan tertinggi di negara-negara Asia. Insiden di
Taiwan secara progresif meningkat hingga tahun 2000, mencapai 69 kasus per
100.000 anak usia < 5 tahun. Epidemiologi Sindrom Kawasaki di Taiwan pada 1966
dan 2002 berkisar 146 per 100.000 kasus dengan puncaknya pada musim panas.1,4
Insiden Sindrom Kawasaki per tahun di Indonesia diperkirakan sebanyak
5000 kasus, tetapi jumlah kasus yang terdiagnosis kurang dari 100 per tahun. Serial
kasus pertama di Indonesia yang terdiri atas 27 pasien Sindrom Kawasaki yang telah
dilaporkan pada Simposium Sundrim Kawasaki Internasional ke -8 di San Diego,
2005. Terdapat dua kasus Sindrom Kawasaki yang tercatat di Poliklinik Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Rumah Sakit dr. M. Djamil, Padang sejak Oktober 2009 hingga
November 2013, satu pasien laki-laki berusia 2 tahun dan satu pasien perempuan
berusia 4 tahun.4 Insiden Sindroma Kawasaki di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
pada 3 tahun terakhir dimulai tahun 2017 hingga Maret 2019 berjumlah 5 orang anak
dengan kisaran usia 3 hingga 6 tahun. Semua anak dirawat inap dengan jenis kelamin
laki-laki berjumlah 3 orang dan perempuan sebanyak 2 orang.
2.1.3 Etiologi
Penyebab dari Sindrom Kawasaki belum jelas hingga saat ini dan diduga
penyakit ini dipicu oleh gangguan imun yang didahului oleh proses infeksi. Proses
yang terlibat pada Sindrom Kawasaki berupa respon imun terhadap organisme
infeksius yang berhubungan secara genetik dengan pejamu rentan, namun belum
teridentifikasi. Penyebab yang juga menjadi perkiraan antara lain strain
Propionibacterium acnes yang dipindahkan oleh tungau ke manusia, reaksi imun
abnormal terhadap virus seperti Epstein Barr virus, rubeola, rubella, hepatitis,
parainfluenza, reaksi immunologik terhadap bakteri seperti streptokokus sanguis,
treponema pallidum, leptospira, brucella, atau jamur mikoplasma. Sebuah penelitian
mengenai bakteri penghasil superantigen yang diisolasi dari 13 pasien Sindroma
Kawasaki, mendapatkan Staphylococcus aureus pada 11 pasien dan Streptococcus
pada 2 pasien.1,5
2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi
2.1.4.1 Patogenesis Sindrom Kawasaki
Pada stadium awal penyakit, sel endotelial dan lapisan tengah vaskuler (tunika
media) menjadi edem karena proses inflamasi, tetapi lamina elastis interna masih
utuh. Lalu kira-kira 7-9 hari setelah onset demam yang diawali dengan terjadinya
peningkatan jumalh sel T-helper, sel T CD4+, dan monosit/makrofag yang
teraktivasi, serta aktivasi sel B poliklonal yang bermakna dan masuk ke permukaan
intima. Sel-sel inflamasi mensekresi bermacam-macam sitokin seperti TNF,
interleukin (IL-1, IL-4, IL-6), matriks metaloproteinase (MMP, terutama MMP 3 dan
MMP9), Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), faktor kemotaksis dan
aktivasi monosit yang menargetkan sel-sel endotel dan menyebabkan serangkaian
peristiwa yang menghasilkan fragmentasi lamina elastis internal dan kerusakan
vaskular.1,5,6
Selama beberapa minggu atau bulan berikutnya, sel-sel inflamasi yang aktif
digantikan oleh sel fibroblas dan monosit dan jaringan ikat fibrosa mulai terbentuk
dalam dinding pembuluh darah. Dinding intima berproliferasi dan menebal. Dinding
pembuluh akhirnya menjadi menyempit atau tersumbat akibat stenosis atau trombus.
Semua peradangan melibatkan 3 lapisan pembuluh darah. Selama seluruh proses,
kerusakan vaskular yang terbesar adalah ketika terjadinya peningkatan progresif
jumlah trombosit dalam serum dan merupakan titik puncak penyakit dengan risiko
kematian.1
2.1.5 Diagnosis
Diagnosis sindroma kawasaki complete membutuhkan demam yang tidak
jelas selama > 5 hari disertai adanya ≥ 4 tanda sebagai berikut :
1. Perubahan mukosa oral, termasuk bibir merah atau retak, faring eritema, atau
lidah stroberi
2. Bilateral noneksudatif konjungtivitis
3. Limfadenopati servikal, biasanya unilateral, dengan satu nodus ≥ 1,5 cm
4. Ruam polymorphous
5. Perubahan ekstremitas (eritema pada telapak tangan dan telapak kaki,
pembengkakan tangan dan kaki, deskuamasi periungual dalam fase
penyembuhan.
Sindroma Kawasaki incomplete dinyatakan bila pasien dengan demam
mnimal 5 hari dan memenuhi setidaknya dua kriteria Sindroma Kawasaki, serta tidak
ditemukan kejelasan penyebab penyakit tersebut. Pada Sindroma Kawasaki yang
incomplete, pasien dengan demam ≥ 5 hari dan mempunyai kurang dari 4 kriteria
dapat didignosis sebagai Sindrom Kawasaki jika terdeteksi ada penyakit arteri
koroner.8
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium untuk pasien sindroma kawasaki hal-hal
berikut dapat terjadi, yaitu :
1. Anemia
Anemia normositik normokrom. Anemia dapat terjadi dalam 2 minggu
pertama perjalanan penyakit dan dapat terjadi pada fase akut dan subakut,
kemudian Hb dapat meningkat lagi pada fase konvalesens. Anemia dapat
terjadi karena penurunan produksi sel darah merah akibat proses inflamasi
akut sehingga akan membaik tanpa pengobatan khusus pada fase
konvalesens.10
2. Leukositosis
Berdasarkan penelitian oleh Advani didapatkan 50% pasien dengan hitung
leukosit >15000/µL dengan dominasi neutrofil segmen pada fase akut10
3. Trombositosis yang biasanya terjadi sekitar minggu kedua sampai ketiga dari
awal sakit (fase subakut), dengan nilai rata-rata 700.000/mm3
4. LED dan CRP mengalami pemingkatan pada fase akut dan kembali normal
setelah 6-10 minggu sejak awitan penyakit. Perjalanan peningkatan LED dan
CRP tidak sejalan karena peningkatan CRP terjadi dalam waktu yang lebih
cepat pada fase akut, sedangkan LED memerlukan waktu yang lebih lama dan
LED mungkin masih meningkat saat fase subakut atau konvalesens sementara
CRP sudah mencapai nilai normal. Kadar LED dalam plasma dipengaruhi
oleh banyak faktor, seperti ukuran dan bentuk sel darah merah, fibrinogen,
komposisi plasma, status cairan, dan obat sedangkan CRP tidak dipengaruhi
oleh hal-hal tersebut.10,11
5. Kadar transaminase serum, SGOT, dan SGPT meningkat. Dilaporkan
peningkatan terjadi karena resistensi oleh Intravena Immunoglobulin.11
6. Hipoalbuminemia. Ini terjadi berhubungan dengan keparahan penyakit.
Mekanisme hipoalbuminemia belum diketahui dengan jelas, namun diduga
merupakan akibat proses inflamasi mengakibatkan protein fase akut seperti
CRP diproduksi oleh hati sehingga sebagai kompensasinya produksi protein
lain seperti albumin mengalami penurunan.
7. Tingkat abnormal lipid serum, termasuk peningkatan kadar trigliserida dan
low-density lipoprotein dan penurunan tingkat high-density lipoprotein11
8. Hiponatremia (natrium tingkat <135 mEq/L) dikaitkan dengan peningkatan
risiko aneurisma arteri koroner9,10
9. Urinalisis ditemukan piuria steril ringan sampai sedang yang bersifat
intermiten.11
Rontgen Thoraks
Pada rontgen thoraks pasien dengan sindroma kawasaki dapat ditemukan
infiltrat pada pada salah satu bagian dari lapang paru, baik perihiler maupun
parakardial bilateral atau unilateral.10
Elektrokardiografi
Pada pemeriksaan elektrokardiografi dapat ditemukan sinus takikardia. Sinus
takikardia sebenarnya bukan merupakan gambaran yang spesifik karena dapat di
sebabkan oleh penyebab lain, seperti demam, gelisah, dan nyeri. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Advani dkk juga untuk pemeriksaan EKG
pasien Sindroma Kawasaki ditemukan sinus takikardia sebanyak 29 orang subjek
(44%) dari 66 subjek sedangkan kelainan lain tidak ditemukan. 10 Pada EKG juga
dapat dijumpai penurunan gelombang QRS, Perubahan segmen ST-T, dan
pemanjangan interval PR serta gelombang Q abnormal yang melebar dan memanjang
yang mengarah ke infark miokard.11
Ekokardiografi
Pemeriksaan ini harus dilakukan pada semua pasien yang didiagnosis penyakit
kawasaki atau kecurigaan penyakit kawasaki. Tujuan ekokardiografi terutama
mendeteksi kelainan arteri koroner dan gangguan fungsi jantung yang lain. 11 Jika
tidak ditemukan kelainan, diulang 2 minggu stelah awitan dan kemudian diulang lagi
setelah 6 minggu sejak awitan. Jika hasilnya normal dan laju endap darah sudah
normal maka ekokardiografi tidak harus diulang lagi. Jika ada kelainan pada fase
akut, ekokardiografi dapat diulang setidaknya sekali seminggu, bahkan jika perlu tiap
48 jam untuk memantau pertambahan dimensi aneurisma arteri koroner atau
pembentukan trombus. Ukuran normal diameter arteri koroner pada anak 2 mm dan
pada remaja 5 mm.12
Ukuran arteri koroner abnormal dengan diameter >3 mm pada anak <5 tahun
dan >4 mm pada anak berusia >5 tahun. Segmen arteri koroner yang sakit atau
terserang dapat menujukkan tanda ireguler, diameter yang membesar dari proksimal
ke distal, dinding yang menebal atau tidak jelas atau lumen yang tidak terlihat akibat
oklusi trombus. Kadang jika bagian distal dari arteri koroner terkena, menyulitkan
deteksi secara ekokardiografi. Kelainan arteri koroner kiri lebih banyak dijumpai dari
yang kanan. Penurunan fungsi ventrikel kiri dapat dijumpai. Regusrgitasi katup
trikuspid, mitral dan aorta dapat dijumpai pada 50 % anak pada fase akut, diduga
akibat miokarditis, infark miokard atau oklusi arteri koroner dan dapat dijumpai efusi
perikardium.1,12
demam ≥ 5 hari
dan 2 atau 3
kriteria klinis
tentukan
karakterisitik
pasien
konsisten Inkosisten
dengan Sindrom dengan Sindrom Demam persisten
Kawasaki Kawasaki
Demam
deman Terapi dan
berlanjut hingga Ekokardiografi
menghilang Ekokardiografi
2 hari
kulit tidak
kulit mengelupas Echo + Echo -
mengelupas
Demam Demam
Ekokardiografi Terapi
persisten menurun
ulangi echo
seperti Sindrom
konsul spesialis Kawasaki
anak
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Sindroma Kawasaki adalah mengenai pencegahan
komplikasi penyakit ini. Pengobatan biasanya bersifat suportif. Penatalaksanaan
dilakukan segera setelah kemunculan gejala dan tanda, terutama apabila masih
demam. Tujuan penatalaksanaan awal adalah menurunkan demam dan inflamasi serta
mencegah kerusakan jantung. Adapun penatalaksanaan awal antara lain :
1. Gamaglobulin/Intravena Immunoglobulin (IVIG)
Pemberian gamaglobulin secara intravena dapat menurunkan resiko masalah
arteri koronarius. Dosis tunggal 2gr/kgBB diinfus dalam 10-12 jam, sebaiknya dalam
waktu 10 hari sejak awitan penyakit. Pemberian IVIG kedua kalinya dengan dosis
1gr/kgBB dapat diberikan untuk menurunkan demam, tetapi pemberian IVIG untuk
kedua kalinya belum diketahui efeknya terhadap pencegahan lesi arteri koroner.14
2. Aspirin
Pemberian aspirin untuk efek antiinflamasi, antipiretik, dan antiplatelet.
Penggunaan dosis tinggi aspirin untuk jangka waktu bervariasi, diikuti dengan dosis
rendah aspirin untuk efek antiplatelet. Aspirin diberikan dalam dosis 80-100
mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis selama 14 hari pertama dan dosis
pemeliharaan 3-5 mg/kgBB, umunya selama 6-8 minggu selama pasien tidak
menunjukkan bukti kelainan koroner. Aspirin membantu mencegah penggumpalan
darah. Jika pasien mengalami flu atau cacar air (varicella/chickenpox) selama
pengobatan, aspirin harus dihentikan.
Untuk pasien dengan aneurisma, aspirin harus dilanjutkan sampai aneurisma
resolusi atau harus dilanjutkan tanpa batas. Karena risiko komplikasi serius,
penatalaksanaan awal biasanya diberikan di Rumah Sakit. Tanpa pengobatan,
Sindrom Kawasaki bertahan selama kira-kira 12 hari meskipun komplikasi jantung
dapat muncul setelahnya dan bertahan lama. Dengan pengobatan, pasien dapat
membaik segera setalh pemberian gamaglobulin pertama. 12,14
3. Pengobatan alternatif
1. Penggunaan kortikosteroid yaitu pada pasien yang dosis kedua terapi IVIG
gagal. Methylprednisolon IV dapat diberikan 30mg/kgBB selama 2-3 jam
diberikan sekali sehari selama 1-3 hari.
2. Penggunaan infliximab (Remicade) 5 mg/kgBB merupakan antibodi
monoklonal tikus-manusia chimeric diarahkan terhadap TNF alpha solubel
dan terikat membran.
3. Penggunaan Siklofosfamide dengan dan tanpa methotrexate. Terapi ini adalah
tambahan untuk pasien yang tidak merespon terapi konvensional.
4. Penggunaan Urinastatin yang merupakan inhibitor tripsin manusia dimurnikan
dari urin manusia. Telah digunakan di Jepang untuk kasus-kasus yang sukar
disembuhkan dari penyakit Kawasaki dan diyakini berfungsi dengan
menghambat elastase neutrofil dan sintase prostaglandin H2 pada tingkat
mRNA.
2.1.8 Komplikasi
Sindrom Kawasaki termasuk penyebab utama penyakit jantung pada anak.
Komplikasi jantung meliputi miokarditis, regurgitasi mitral, disritmia, dan aneurisma
arteri koner. Inflamasi arteri koroner dapat menyebabkan aneurisma sehingga terjadi
perdarahan internal. Berdasarkan hasil studi retrospektif dari bulan September 2005
hingga Desember 2012 terhadap 94 anak di Algeria yang menderita Sindroma
Kawasaki terdapat 23 pasien dengan komplikasi jantung yaitu 21 pasien menderita
kelainan arteri koroner, 1 pasien dengan efusi perikardial, dan 1 pasien dengan
regurgitasi mitral. Komplikasi lain juga dapat terjadi yaitu berdasarkan laporan studi
pada satu kasus Sindroma Kawasaki anak laki-laki usia 4 bulan dengan komplikasi
gangren perifer dan vaskulitis pada kulit.13
2.1.9 Prognosis
Mayoritas pasien Sindroma Kawasaki prognosisnya baik, tetapi pasien dengan
aneurisma arteri koroner berisiko mengalami kelainan iskemik dan membutuhkan
tatalaksana jangka panjang. Pada pasien dengan kerusakan arteri koroner dapat terjadi
trombosis dan stenosis yang dihubungkan dengan aneurisma dan berisiko infark
miokardium, sudden death, dan gagal jantung kongestif. Prognosis pasien Sindroma
Kawasaki tanpa aneurisma koroner saat dewasa cukup baik, tetapi belum didukung
penelitian jangka panjang. Dalam 4 dekade terakhir semenjak kasus Sindroma
Kawasaki dikenal, jumlah pasien yang mencapai usia dewasa terus bertambah.15
2.2 Pediatric assessment triangle (PAT)
Pada tahun 2000, American Academy of Pediatrics (AAP) menerbitkan
program pendidikan anak nasional pertama untuk penyedia pra-rumah sakit, yang
memperkenalkan alat penilaian cepat baru, yang disebut Pediatric Assessment
Triangle (PAT). PAT bukanlah alat diagnostik, melainkan dirancang untuk
memungkinkan penyedia mengartikulasikan secara formal kesan umum anak,
menetapkan keparahan penyajian dan kategori patofisiologi, dan menentukan jenis
dan urgensi intervensi.2 PAT meringkas temuan naluri perasaan, dan mempromosikan
komunikasi yang konsisten di kalangan profesional medis tentang status fisiologis
anak.
Ditujukan untuk digunakan dalam penilaian cepat, PAT hanya menggunakan
petunjuk visual dan auditori, tidak memerlukan peralatan, dan membutuhkan waktu
30 – 60 detik. Tiga komponen PAT adalah penampilan, kerja pernapasan, dan
sirkulasi ke kulit. Setiap komponen PAT dievaluasi secara terpisah, menggunakan
temuan fisik, visual, atau pendengaran spesifik yang telah ditentukan. Jika dokter
mendeteksi temuan abnormal, komponen yang sesuai, menurut definisi tidak normal.
Bersama-sama, ketiga komponen PAT mencerminkan status fisiologis keseluruhan
anak, atau keadaan umum oksigenasi, ventilasi, perfusi, dan fungsi otak anak-anak.16
Gambar 2.1 Pediatric assessment triangle17
Kelainan dicatat di salah satu bagian PAT menunjukkan anak yang tidak
stabil; yaitu, seorang anak yang akan memerlukan beberapa intervensi klinis segera.
Pola lengan yang terkena dampak dalam PAT lebih lanjut mengkategorikan anak ke
dalam 1 dari 5 kategori: gangguan pernapasan, kegagalan pernafasan, syok, sistem
saraf pusat atau gangguan metabolisme, dan kegagalan kardiopulmonal. Kategori
spesifik kemudian menentukan jenis dan urgensi intervensi.16
Pada tahun 2005, Emergency Medical Services for Children (EMSC)
diadakan untuk meninjau definisi dan pendekatan penilaian untuk program dan
kursus dukungan pediatrik tingkat nasional. Pada pertemuan ini membahas untuk
mengadopsi definisi konsensus dan pendekatan untuk anak-anak perawatan darurat.
Kelompok ini menyimpulkan bahwa algoritma standar untuk penilaian darurat
pediatrik harus dimulai dengan PAT.2
2.2.1 Appereance
Penampilan adalah komponen yang paling penting ketika menentukan
seberapa parah penyakit atau cedera, kebutuhan untuk perawatan, dan respon
terhadap terapi. Ini mencerminkan kecukupan ventilasi, oksigenasi, perfusi otak,
homeostasis tubuh, dan fungsi sistem saraf pusat. Bagian PAT ini digambarkan oleh
singkatan ''TICLS'': Tone, Interactiveness, Consolability, Look or Gaze, dan Speech
or Cry. Petunjuk penting seperti nada bayi, konsolabilitas, interaksi dengan pengasuh
dan lainnya, dan kekuatan tangisan dapat menginformasikan penyedia penampilan
anak sebagai normal atau tidak normal (untuk usia dan perkembangan). Interaksi
dengan lingkungan dan perilaku normal yang diharapkan bervariasi sesuai dengan
usia pasien. Pengetahuan tentang perkembangan normal di masa kecil sangat penting
untuk penilaian penampilan.18
2.2.2 Breathing
Upaya bernafas menggambarkan status pernapasan anak, terutama sejauh
mana anak harus berupaya untuk oksigenasi dan ventilasi. Menilai upaya bernafas
membutuhkan mendengarkan dengan hati-hati untuk suara saluran napas abnormal
yang terdengar (misalnya stridor, gurgling, dan mengi), dan mencari tanda-tanda
peningkatan upaya pernapasan (posisi abnormal, retraksi, atau pernapasan cuping
hidung pada inspirasi). Jenis gangguan saluran napas abnormal memberikan
informasi tentang lokasi penyakit, sementara jumlah dan lokasi retraksi dan posisi
pasien melaporkan intensitas kerja pernapasan.18
Tabel 2. Karakteristik upaya pernapasan
Karakteristik Keadaan abnormal
Suara napas abnormal Mendengkur, suara teredam atau suara serak,
stridor, mendengus, mengi
Retraksi Supraclavicular, intercostal, substernal, head
bobbing (infants)
Napas cuping hidung Saat inspirasi
Work of Breathing :
Suara napas abnormal :Tidak terdapat suara nafas tambahan
Retraksi :Pernapasan spontan, tidak ada retraksi otot
bantu nafas.
Napas cuping hidung :Tidak tampak adanya nafas cuping hidung
saat inspirasi.
Kesan : Tidak ada peningkatan upaya nafas
Primary Survey
Airway : bebas, tidak terdapat bunyi nafas tambahan
Breathing : spontan, frekuensi pernapasan 28 x/ menit, tidak terdapat bunyi
nafas tambahan, tidak didapatkan penggunaan otot bantu pernafasan.
Circulation : Nadi cepat, 120 x/ menit, reguler, isi cukup. Pucat (-), sianosis
(-), turgor kembali cepat, akral hangat, CRT <2 s. mata cekung (-)
Disability : composmentis, 37.7 ⁰C
Exposure : tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat luka.
SECONDARY SURVEY
IDENTITAS PASIEN
(Alloanamnesis)
Diberikan oleh: Ibu pasien
Keluhan utama: Demam sejak tujuh hari SMRS
Riwayat penyakit sekarang :
Sejak tujuh hari SMRS, pasien mengalami demam yang naik turun, pasien di
berikan obat penurun panas yang di beli di apotik dan demannya turun, namun
demam tidak turun hingga suhu normal, dan akan naik kembali setelah beberapa jam
kemudian.
Empat hari SMRS ibu pasien mengatakan mata pasien terlihat merah, namun
tidak disertai adanya kotoran mata. Muncul ruam kemerahan di tubuh pasien terutama
di daerah tangan dan kaki pasien. Lalu, dirasakan ada pembengkakan pada leher
sebelah kiri pasien dengan ukuran sebesar buah duku.
Pasien dibawa berobat ke RSUD Siak dan dikatakan gondongan. Kemudian pasien
diberikan obat penurun demam dan di pulangkan.
Tiga hari SMRS, ibu pasien mengatakan BAB pasien cair dengan frekuensi
3-4 kali sehari, BAB tidak di sertai dengan lendir maupun darah. Ibu pasien
mengatakan nafsu makan pasien menurun.
Pasien dibawa orang tuanya berobat ke IGD RS SantaMaria disana hanya
dilakukan pemeriksan darah lalu pasien dirujuk ke RSUD Arifin Ahmad. Saat di IGD
RSUD Arifin Ahmad, demam sudah tidak terlalu tinggi, ruam kemerahan masih ada
dan anak tampak rewel.
Riwayat imunisasi :
Hep B 4 kali
Polio 4 kali
BCG 1 kali
DPT 4 kali
HiB 4 kali
Campak 2 kali
Riwayat Pertumbuhan Fisik:
BBL : 2900 gr
BB sekarang : 14 kg
PBL : 48 cm
TB sekarang : 96 cm
Kesan : ≥ -2 Standar deviasi berdasarkan kurva Z score (normal)
Riwayat Perkembangan :
Interpretasi :
Usia PB BB M. kasar M. halus bahasa Sosial
(cm) (gr)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : ALERT
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 90/50 MmHg (persentil 50)
Suhu : 37,7 oC
Nadi : 120 x/menit
Nafas : 28 x/menit
Gizi
TB : 96 cm
TBI : 105 cm
BB : 14 kg
BBI : 16,8 kg
Status gizi : ≥ -2 Standar deviasi (gizi baik)
TBaktual X 100 %
Perawakan :
TBbaku untuk umur
96 X 100 %
= 91,4 % ( mild stunting)
105
Kepala : Normocephal LK: 52 cm (>-2SD)
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata
Kelopak mata : Tampak kemerahan
Konjungtiva : Konjungtiva anemis (-)/(-). Hiperemis (+)/(+)
Sklera : Ikterik (-)
Pupil : Isokor ( 2 mm/ 2 mm)
Reflek cahaya : (+/+)
Eksoftalmus/enoftalmus : (-)
Mata cekung : (-)
Gerakan bola mata: dalam batas normal
Kornea : Normal, jernih
Telinga : Cairan (-), darah (-), bentuk normal
Hidung : Cairan (-), bukti bekas perdarahan pada mukosa hidung
(-)
Mulut
Bibir : Tidak pucat, sianosis (-), hiperemis
Selaput lendir : kering dan mengelupas
Palatum : Utuh
Lidah : Tidak kotor, hiperemis (+)
Gigi : Karies (-), gigi berlubang (-)
Leher
KGB : Terdapat pembesaran kelenjar pada leher sisi kiri
berjumlah 1 buah dengan ukuran 2cmx1,5 cm,dengan
konsistensi kenyal mobile, dan tidak nyeri.
Kaku kuduk : Tidak ada kaku kuduk
Dada
Paru
Inspeksi:
o Statis: Bentuk dada normal, simetris kiri dan kanan
o Gerakan dinding dada simetris retraksi dinding dada (-)
Palpasi:
o Pulmo : Vocal fremitus normal pada kedua lapang paru
Perkusi:
o Pulmo: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
o Pulmo: Suara nafas vesikuler pada paru kanan dan kiri ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi:
o Statis: ictus cordis tidak terlihat axilaris anterior sinistra.
o Cor : Ictus cordis teraba
Perkusi:
o Cor : Batas kanan jantung di linea parasternalis dextra, batas kiri
jantung di linea axilaris anterior sinistra.
Auskultasi:
Abdomen:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kimia klinik (02/03/2019)
GDS : 96 mg/dl (60-110)
AST : 42 U/L (< 40)
ALT : 32 U/L (< 42)
Albumin : 4,3 g/dl (3,5 – 5,2)
Cr : 0.5 mg/dl (0,3 – 0,6)
Ur :19 mg/dl (10 – 50)
Na : 135 mmol (135 – 145)
K : 3,7 mmol (3,5 – 5,5)
Cl : 97 mmol (96 – 122)
Ca : 1.06 mmol (1 – 1,35)
Troponin I : <15 <19 negatif
19-100 observasi 3 jam
>100 positif
EKG:
Kesan : EKG normal
HAL PENTING DARI ANAMNESIS
Demam yang terus menerus dan hilang timbul sejak hari 7 hari SMSR
Ruam kemerahan di hampir seluruh permukaan tubuh
BAB cair 3-4 kali per hari
HAL-HAL PENTING DARI PEMERIKSAAN FISIK
Suhu 37,7
Konjungtiva hiperemis
Pembesaran kelenjar pada leher sisi kiri
Ruam kemerahan pada kulit terutama pada daerah ekstremitas.
TERAPI
Medikamentosa :
IVFD Asering 10 tpm
Inj. Methylprednisolon 30 mg
Inj Ranitidin 10 mg/iv
Gamaglobulin 30mg/KGBB slama selama 10 jam IVIG
PROGNOSIS:
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Son MBF, Newburger JW. Kawasaki Disease. Dalam : Kliegman RM, Stanton
BMD, Geme JS, Schor N, Behrman RE, penyunting. Nelsontextbook of
pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Saunders; 2011.h.862-7.
3. Paller AS, Mancini AJ, Vasculitis disorders. Dalam : Paller AS, Mancini AJ,
penyunting, Hurwitz clinical pediatric dermatology. Edisi ke-4. Beijing : Elsevier;
2011:691-6
5. Stephanie Bayers STS, and Amy S. Paller. Kawasaki disease Capsule Summaryi.
J Am Acad Dermatol. 2013;69:501.e1-e11
9. Tom WL, Kawasaki T, Burns JC. Kawasaki Disease. Dalam: Irvine AD, Hoeger
PH, Yan AC, penyunting. Harper’s textbook of pediatric dermatology. Edisi-3.
Hongkong: Wiley-Blackwell;2011.h.168.1-10
10. Advani Najib. Sita Ariyani, dan Dwi Putro Widodo. Profil Klinis dan
Pemeriksaan Penunjang pada Penyakit Kawasaki. 2014. J. Sari Pediatri;15:385-93
11. Myung K. Park, R. George, Md. Pediatric Cardiology for Practitioners 4th
edition. Kawasaki Disease. 2002; 294-99
15. Tierney ESS, Gal D, Gauvreau K, Baker AL, Trevey S O’Neill SR, dkk. Vascular
health in Kawasaki disease. J Am College Cardiol. 2013; 62:1114-21.
17. Dieckmann R et al. Pediatric assessment triangle. Pedriatr Emerg Care. 2010;2.
18. Fernandez A, Benito J, Mintegi S. Is this child sick? Usefulness of the Pediatric
Assessment Triangle in emergency settings. J Pediatr (Rio J). 2017;93:60 – 7.
Ur : 19 mg/dl
Cr : 0.5 mg/dl
Alb : 4.3g/dl
Troponin I: <15
LED : 86 mm/jam
CRP : Reaktif 48 mg/L
rabu 6/ Demam KU : tampak sakit sedang Kawasaki -IVFD
03/ 2019 (-) Kes: ALERT disease asering10 tpm
(hari 3) Ruam (-) HR :99x/menit -Sanmol forte
berkurang RR:22x/menit 4x4cc K/P
T: 36,6 0 C Anemia -aspilet 4x20
mikrositik mg (PO)
Kepala : konjungtivitis (-/-) hipokrom ec -Rhinos syr
infeksi kronik 2x5cc
Thorak : Dinding dada simetris dd defisiensi -Ranifel syr
Dinamis: Gerakan dinding dada besi 2x2,5cc
simetris
Palpasi :-Vocal fremitus sama
-Ictus cordis teraba
Perkusi :-sonor pada kedua
lapang paru
-batas kiri jantung di linea
axilaris anterior sinistra.
Auskultasi :-suara nafas
vesikuler pada kedua lapang
paru
Ur : 19 mg/dl
Cr : 0.5 mg/dl
Alb : 4.3g/dl
Troponin I: <15
LED : 86 mm/jam
CRP : Reaktif 48 mg/L
kamis 7/ Demam KU : tampak sakit sedang Kawasaki
03/ 2019 (-) Kes: ALERT disease -IVFD
(hari I) Ruam (-) HR :120x/menit asering10 tpm
RR:24x/menit -Sanmol forte
T: 36,7 0 C Anemia 4x4cc K/P
mikrositik -aspilet 4x20
Kepala : konjungtivitis (-/-) hipokrom ec mg (PO)
infeksi kronik -Rhinos syr
Thorak : Dinding dada simetris dd defisiensi 2x5cc
Dinamis: Gerakan dinding dada besi -Ranifel syr
simetris 2x2,5cc
Palpasi :-Vocal fremitus sama
-Ictus cordis teraba
Perkusi :-sonor pada kedua
lapang paru
-batas kiri jantung di linea
axilaris anterior sinistra.
Auskultasi :-suara nafas
vesikuler pada kedua lapang
paru
Ur : 19 mg/dl
Cr : 0.5 mg/dl
Alb : 4.3g/dl
Troponin I: <15
jumat 8/ Demam KU : tampak sakit sedang Kawasaki -Sanmol forte
03/ 2019 (-) Kes: ALERT disease 4x4cc K/P
Ruam (-) HR :120x/menit -aspilet 4x20
RR:24x/menit mg (PO)
T: 36,7 0 C Anemia -Rhinos syr
mikrositik 2x5cc
Kepala : konjungtivitis (-/-) hipokrom ec -Ranifel syr
infeksi kronik 2x2,5cc
Thorak : Dinding dada simetris dd defisiensi
Dinamis: Gerakan dinding dada besi
simetris
Palpasi :-Vocal fremitus sama
-Ictus cordis teraba
Perkusi :-sonor pada kedua
lapang paru
-batas kiri jantung di linea
axilaris anterior sinistra.
Auskultasi :-suara nafas
vesikuler pada kedua lapang
paru
LED: 86 mm/jam
CRP: 48 mg/l