Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM IMUN

AIDS

LANDASAN TEORI MEDIS

1. Defenisi

AIDS ( ACquered immune Deficiency syndrome ) adlah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh secarah bertahap d isebabkan oleh infeksi kuman immunodeficiency virus
( HIV ).

Penyakit ini dicirikan dengan timbulnya berbagai penyakit infeksi jamur ,bakteri,parasit dan virus
yang bersifat oputurnistik atau keganasan seprti kafosi dan bienfoma kafosa di
otak,denganditegakkannya penyakit-penyakit ini tersebut,misalnya hasil pemeriksaan laboratorium
untuk infeksi HIV belum dilakukan atau tidak dapat diambil kesimpulan ,maka diagnosis AIDS telah
dapat ditegakkan .

2. Etiologi

HIV merupakan retrovirus penyebab penyakit deficiency immune ini .HIV ditemukan oleh montagnier
dkk pada tahun 1983

3. Patogenesis

HIV masuk ketubuh manusia terutama melalui darah ,semen dan sekret vagina,serta transmisi dari ibu
ke anak,Tiga penularan HIV adalah sebagai berikut .

1.Hubungan seksual secara vaginal,oral,maupun anal dengan seseorang pengidap.cara yang paling
umum terjadi ,meliputi 80-90 % total kasus sedunia.

2.kontak langsung dengan darah ,produk darah dan jarum suntik.

3.transmisi secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui plasenta.resiko
penularan dengan cara ini 25-40 % yang terdapat total kasus sedunia

4. Manifestasi klinis
Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan oleh HIVnya sendiri ( syndrome retroviral
akut,dimensia HIV ).infeksi ovurtunistik atau kanker yang terkait AIDS.perjalanan penyakit HIV di
bagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis.

-Infeksi retrovital akut

Frekuensi gejala infeksi retrorival akut sekitar 50-90 % gambaran klinis menunjukkan
demam,pembesaran kelenjer ,hepatospeno megalis,nyeri tenggorokan,mialgia,rash seperti
morbili,ulkus pada mukokutan ,diare ,leukopeniadan invosit ativit.sebagian pasien mengalami
gangguan neurologi seperti meningitis asepyi,syndrome guilain,guilain barri,atau psikosip
akut ,syndrome ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan

-masa Asimtomatik

-Masa gejala dini

Pada masa jumlah cd 4 berkisar antara 1-300 gejala yang timbul adalah akibat infeksi pneumonia
bacterial kandidosis vagina,sariyawan,herpes zoster,leukaplakia,ITV complex ( ARC )

-Masa gejala lanjut

Pada masa ini jumlah cd 4 dibawah 200 .penurunan daya tahan ini menyebabkan resiko tinggi
terjadinya infeksi oportunistik berat atau kegansan.

5. Pemeriksaan Diaknostik

Diaknostik ini infeksi HIV ditegakkan melalui pemriksaan labolatorium dengan petunjuk gejala klinis
atau adanya prilaku beriko tinggi.untuk diagnosis HIV yang lasim dipakai adalah alias,westrerm
blot,dan VCR.

-Diagnosis AIDS

Diagnosis AIDS merupakan akhir infeksi HIV.pasien dinyatakan sebagai AIDS bila dalam
perkembangan infeksi HIV selangjutnya menunjukkan infeksi kanker opurtanistik yang mengancam
jiwa manusia / penderita.

6. Prognosis
Prognosis HIV dpat berupah secarah drastis / tidak membunuh dengan cepat bila ditemukan lebih awal
.

7. Penatalaksanaan

Medikamentosa : -Infeksi dini

Sidovudin ( ZDV )

Didanosis ( DDI )

: -Profilaksis

: -Stadium Lanjut

: -Fase Terminar

Clon Medikamentosa : pendidikan kepada kelompok yang beresiko terjadinya AIDS.Anjuran bagi
yang telah terinfeksi firus untuk tidak menyumbangkan darah ,organ atau cairan semen dan mngubah
kebiasaan seksualnya guna mencegah terjadinya penularan ,skrining darah donor terhadap adanya anti
body HIV.

LANDASAN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

*Riwayat Penyakit

Jenis infeksi sereing memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun,umur kronologis
penyakit juga mempengaruhi imunokompotens,respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat
mudah karena belumberkembangnya kalenjer timus.pada lansia,atropi kalenjer timus dapat
meningkatkan kerntanan terhadap infeksi .banyak penyakit kronik berhubungan dengan melemahnya
funsi imun,diabetes meilitus ,anemia aplastik ,kanker adalah bebarapa penyakit yang
kronis ,keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penungjang saat mengkaji status
imunokonpetens pasien.

-Aktivitas / Istrahat

Gejala : mudah lelah ,intolerang activity,progresi malaise,perubahan pola tidur

-Sirkulasi

Gejala : Penyembuhan yang lambat ,perdarahan lama pada cedera

-Integritas dan Ego

Gejala : stress berhubungan dan kehilangan ,mengkuatirkan penampilan ,menginkari diognosa


nputus asa ,dan sebagainya

-Eliminasi

Gejala : Diare intermintten ,nyeri panggul ,rasa terbakar saat miksi

-Makanan / Cairan

Gejala : Anoreksia, mual muntah,disfagia

-Hygiensi

Gejala : tidak dapat menyelesaikan AKS

-Neurosensero

Gejala : Pusing,sakit kepala,prubahan sttus indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan

-Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri umum / Local ,rasa terbakar ,sakit kepala ,nyeri dada pleuritis

-Pernapasan
Gejala : ISK sering atau menetap ,napas pendek progresif ,batuk,sesat pada dada.

Analisis Data

-Data Subjektif

*lemas atau rasa lelah berkepanjangan

*sesak nafas dan batuk berkepanjangan

*sering demam disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas

-Data Objektif

*berat badan menurun secara menyolok

*pembesaran kalenjer ( dileher,ketiak,lipatan paha )

*bercak merah kebiruan pada kulit

2. Diagnosa Keperawatan

1.kerusakan respon imum seluler ( limfosit T )

2.Kerusakan imunitas humoral ( antibodi )

3.Pemeriksaan fisik ( objektif ) dan keluhan ( subjektif )

4.Resiko terhadap kekurangan volume cairan

6.resiko terhadap pola nafas tidak efiktif

7.Kurang pengetahuan

8.Kerusakan integritas kulit

9.Resiko terhadap cedera

TETANUS

LANDASAN TEORI

a. Definisi
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman clostridium tetani,
bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan.
Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka.

b. Etiologi

Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 - 0,5
milikmikron yang berspora termasuk golongan gram posotif dan hidupnya anaerob. Kuman
mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksin. Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan
menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada
suhu 65 C akan hancur dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang
bersifathemolisis, yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit.

c. Patofisiologi

Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada pada tubuh seperti luka tertusuk paku,
pecahan kaca atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi dapat
melalui tali pusat. Organisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanus pasmin yang
merupakan toksin kuat dan atau neurutropika yang dapat menyebabkan ketegangan dan
spasme otot, dan mempengaruhi system saraf pusat. Eksotoskin yang dihasilkan akan
mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau system vaskuler.
Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan
oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah
dinetralkan oleh arititoksin. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama
toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawa ke korno
anterior susunan saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam
sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat. Toksin bereaksi pada
myoneural junction yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah sekali
terangsang. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari.
d. Gejala Klinis

Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketegangan otot terutama pada
rahang dan leher. Kenudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena spsme otot
massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk (opistotonus) didnding perut dan sepanjang
tulang belakang. Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung sering tampak risus
sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran asli tertraik ke atas, sudut mulut
tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang khas pada
tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstrensi lengan kaku
dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul paroksimal, dan dicetus
oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan.
Karena kontraksi ootot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan
dapat terjadi fraktur collumna verteblaris (pada anak). Kadang dijumpai demam yang ringan
dan biasanya pada stadium akhir.

e. Pemeriksaan Diagnostic

 Pemeriksaan fisik : adanya luka ketegangan otot yang khas terutama pada rahang.
 Pemeriksaan darah leukosit 8.000 - 12.000 m/L.
LANDASAN ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1. Identitas pasien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, diagnose medis, rencana terapi.

2. Identitas orang tua :


 Ayah : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.
 Ibu : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.

3. Identitas saudara kandung.

4. Keluhan utama/alasan masuk RS.

5. Riwayat kesehatan.
 Riwayat kesehatan sekarang.
 Riwayat kesehatan masa lalu.
Ante natal care.
 Natal
 Post natal care
 Riwayat kesehatan keluarga.

6. Riwayat imunisasi.

7. Riwayat tumbuh kembang.


 Pertumbuhan fisik.
 Perkembangan tiap tahap.

8. Riwayat nutrisi.
 Pemberian ASI.
 Susu formula.
 Pemberian makanan tambahan.
 Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini.

9. Riwayat Psikososial.

10. Riwayat Spritual.

11. Reaksi Hospitalisasi.


 Pemahaman keluarga tentang sakit yang rawat inap.

12. Aktivitas sehari-hari.


 Nutrisi
 Cairan
 Eliminasi BAB/BAB
 Istirahat/tidur
 Olahraga
 Personal Hygiene
 Aktivitas/mobilitas fisik
 Rekreasi/refresing

13. Pemeriksaan fisik.


 Keadaan umum klien
 Tanda-tanda vital
 Antropometri
 System pernapasan
 System cardio vaskuler
 System pencernaan
 System indra
 System muskulo skeletal
 System integument
 System endokrin
 System perkemihan
 System reproduksi
 System imun
 System saraf : funsi celebral, fungsi cranial, fungsi motorik, fungsi sensorik,
fungsi cerebellum, reflex, iritasi meningen.

14. Pemeriksaan tingkat perkembangan.


 0-6 tahun dengan menggunakan DDST (motoorik kasar, motorik halus,
bahasa, personal social).
 6 tahun keatas (perkembangan kognitif, psikoseksual, psikososial).

15. Tes diagnostic.

16. Terapi.

b. Diagnosa Keperawatan
 Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya
sekretsi atau produksi mucus.
 Devisit volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat.
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketegangan dan
spasme otot mastikatoris, kesukaran menelan dan membuka mulut.
 Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatnya sekresi, kesukaran
menelan dan spasme otot faring.
 Resiko injuri berhubungan dengan aktivitas kejang.
 Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan aktivitas tatanuslysin.
 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktivitas
kejang.
 Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan
perubahan status kesehatan, penata laksanaan gangguan kejang.
 Cemas berhubungan dengan kemungkinan injuri selama kejang.

c. Intervensi Keperawatan

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekretsi


atau produksi mucus.

Tujuan : Anak memperlihatkan kepatenan jalan nafas dengan criteria jalan nafas
bersih, tidak ada sekresi.
Intervensi

a) Kaji status pernapasan, frekuensi, irama setiap 2 - 4 jam.


b) Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati dan pasti bila ada penumpukan
sekret.
c) Gunakan sudip lidah saat kejang.
d) Miringkan ke samping untuk drainage.
e) Observasi oksigen sesuai program.
f) Pemberian sedativa diazepam drip 10 amp (hari pertama dan setiap hari
dikurangi 1 amp).
g) Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat.

Tujuan : anak tidak memperlihatkan kekurangan volume cairan dengan criteria :


membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

Intervensi
a) Kaji intake dan out put setiap 24 jam.
b) Kaji tanda-tanda dehidrasi, membrane mukosa dan turgor kulit setiap 24 jam.
c) Berikan dan pertahankan intake oral dan parental sesuai indikasi (infuse 12
tts/m, NGT40cc/jam) dan sesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien.
d) Monitor berat jenis urine dan pengeluarannya.
e) Pertahankan kepatenan NGT.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketegangan dan


spasme otot mastikatoris, kesukaran menelan dan membuka mulut.

Tujuan : status nutrisi anak terpenuhi dengan kriteria :

 Berat badan sesuai dengan usia.


 Makanan 90% dapat dikonsumsi.
 Jenis makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi anak (protein,
karbohidrat, lemak dan vitamin yang seimbang).

Intervensi

a) Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan.


b) Kaji bising usus bila perlu, dan hati-hati karena sentuhan dapat merangsang
kejang.
c) Berikan nutrisi yang tinggi, kalori dan protein.
d) Timbang berat badan sesuai protocol.

4. Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatnya sekresi, kesukaran menelan, dan


spasme otot faring.

Tujuan : tidak terjadi aspirasi dengan kriteria :


 Jalan nafas bersih dan tidak ada sekret.
 Pernapasan teratur.

Intervensi

a) Kaji status pernapasan setiap 2 - 4 jam.


b) Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati.
c) Gunakan sudip lidah saat kejang.
d) Miringkan ke samping untuk drainage.
e) Pemberian oksigen 0,5 Liter.
f) Pemberian sedative sesuai program.
g) Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut.
d. Impelementasi Keperawatan

1. Merawat dan membersihkan luka, bedridement luka (eksisi jaringan nekrotik).


2. Membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan H2O2.
3. Penatalaksanaa luka dilakukan 1 - 2 jam setelah ATS dan pemberian antibiotik,
sekitar luka disuntik ATS.
4. Diet cukup kalori dan protein bentuk makanan tergantung kemampuan membuka
mulut dan menelan.
5. Isolasi untuk menghindari rangsangan dari luar seperti suara dan tindakan
terhadap penderita.
6. Oksigen, pernapasan buatan dan trachcostomi bila perlu.
7. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi tetanus diklasifikasikan dari tingkat keganasannya :

 Ringan : bila tidak ada kejang umum (generalized spsm).


 Sedang : bila sesekali muncul kejang umum.
 Berat : bila kejang umum yang berat sering terjadi.

RABIES

LANDASAN TEORI

1) Definisi
Rabies adalah suatu infeksi virus pada otak yang menyebabkan iritasi dan peradangan otak
dan medulla spinalis
2) Etiologi
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi.hewan ini menularkan infeksi
kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Virus akan
berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf menuju kemedulla spinalis dan
otak.dimana mereka berkembang biak.selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf
menuju ke kelenjar liur dan masuk kedalam air liur.

Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. yang paling sering menjadi
sumber dari rabies adalah anjing, hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan
rabies adalah kucing, kelelawar,rakun,sigung,rubah.

Rabies pada anjing masih sering ditemukan di amerika latin,afrika,dan asia,karena tidak
semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk menyakit ini.hewan yang terinfeksi
bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak.pada rabies buas.hewan yang terkena tampak
gelisah dan ganas,kemudian menjadi lumpu dan mati.pada rabies jinak,sejak awal telah terjadi
kelumpuhan lokal dan kelumpuhan total.meskipun sangat-sangat jarang,rabies bisa ditularkan
melalui penghirupan udara yang tercemar

3) Patogenesis
Virus rabies masuk kedalam tubuh berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf
menuju ke medulla spinalis dan otak.dimana mereka berkembang biak .selanjutnya virus akan
berpindah lagi melalui saraf menuju ke kelenjar luar dan masuk kedalam air liur.

4) Gejala (manifestasi klinis)


Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi.tetapi masa
inkubasnya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun.

Masa inkubasnya biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala atau tempat
yang tertutup celana pendek atau bila gigitan terdapat dibanyak tempat.

Pada 20% penderita .rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tunkai bawah yang
menjalar keseluruh tubuh.tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek
dari depresi mental,keresahan,tidak enak badan dan demam ,keresahan akan meningkat
menjadi kegembiraan yang tak terkendala .dan penderita akan mengeluarkan air liur.
Tegang otot tenggorokan dan pita suara bisa terasa sakit luar biasa .kyang ini terjadi akibat
adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan.

Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini.oleh
karena itu penderita rabies tidak dapat minum.karena hal inilah ,maka penyakit ini kadang-
kadang juga disebut juga hidrofobia (takut air) ,hiper4salwa ,photo pobia ,sering
menggonggong.

5) Diagnosa
Jika seseorang digigit hewan ,maka hewan yang menggigit harus diawasi.
Immunofluorensesi (tes anti bodi fluresensi) yang dilakukan terhadap hewan tersebut bisa
menunjukkan bahwa hewan tersebut menderita rabies .

Biopsi kulit ,dimana kulit leher diambil untuk diperiksa dibawah mikroskop,biasanya dapat
menunjukkan adanya virus.

6) Pengobatan
Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat ,maka seseorang yang digigit hewan
yang menderita rabies jarang akan menderita rabies.

Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing,tikus) tidak memerlukan
pengobatan lebih lanjut karena hewan tersebut jarang terinfeksi rabies,tetapi bila digigit
binatang buas(sigung,rakun,rubah,dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut Karena
hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.tindakan pencegahan yang paling
penting adalah penanganan luka gigitan segera munking,daerah dibersihkan dengan
sabun,tusukan yang dalam disemprot dengan air sabun.jika kita telah dibersihkan.kepada
penderita yang belum perna mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies disuntikan
immunoglogulin rabies.dimana separah dari dosisnya disuntikan ditempat gigitan

Jika penderita perna mendapatkan vaksinasi.maka resiko menderita rabies akan


berkurang.tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan dua dosis
vaksin.kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia).kelelahan atau
kelumpuhan total.
7) Pencegahan
Lankah-langkah untuk mencegah rabies bisa di ambil sebelum terpapar virus atau segera
setelah terpapar.sebagai contoh.vaksinasi bisa diberikan kepada orang-orang yang berisiko
tinggi terhadap pemaparan virus yaitu:

-doktor hewan

-petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi

-orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah dimana rabies pada
anjing banyak di temukan.

-para penjelajah gua kelelawar.vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup.tetapi


kadar auligodi akan menurun.sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap pemaparan
selayaknya harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap dua tahu.

LANDASAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

-Riwayat penyakit

Jenis penyakit ini merupakan penyakit zoonotik yang disebabkan oleh virus rabies
(rhabdovirus).penyakit zoonotik lainnya adalah:

Toxoplasmosis,Japanese,enoephalitis,leptospirosis.penderita rabies di isolasi secara


ketakt dalam ruangan khusus.

*Bila seseorang menderita rabiestindakan pertama kali dilakukan adalah


-Mencari luka gigitan secepatnya dengan sabun atau deterjen selama 10-15 menit.

-Kemudian luka dicuci dengan air bersih dan diberi alcohol 70%

-penderita segera dibawah kerumah sakit atau puskesmas

2. Diagnosa

Jika seseorang digigit hewan.maka hewan yang menggigit harus di


awasi .immunofluoresensi terhadap hewan tersebut bisa menunjukan bahwa hewan
tersebut menderita rabies.Biopsi kulit dimana kulit leher diambil untuk diperiksa
dibawah mikroskop yang dapat menunjukkan adanya virus.

-Kriteria hasil individu:

a.mengungkapkan kebutuhan untuk diisolasi sampai tidak menularkan infeksi.

b.menggambarkan cara penularan penyakit

c.Memperagakan cuci tangan yang cermat selama perawatan dirumah sakit.

3. Intervensi

a.identifikasi penjamu yang rentan berdasarkan pada focus pengkajian terhadap

factor-faktor risiko dan riwayat penjamu

b. identifikasi cara penularan berdasarkan pada agen-agen penginfeksi

-Melalui udara

-kontak

*langsung

*tidak langsung

*kontak dengan droplet

-Penularan melalui media makanan ,air, darah

-penularan melalui vector(serangga,hewan)


c. lakukan tingkat kewaspadaan isolasi yang sesuai .konsulkan dengan praktisioner

pengendalian infeksi

d. Amankan ruangan yang digunakan .tergantung pada jenis infeksi dan praktek

hygiene dari orang yang terinfeksi

e. Mengikuti tingkat kewaspadaan pencegahan infeksi universal

f. rujuk pada praktisioner pengendalian infeksi untuk tingkat lanjut

g. ajarkan klien mengenai rantai infeksi dan tanggung jawab pasien baik dirumah

sakit maupun dirumah

Anda mungkin juga menyukai