A.PENGERTIAN
Stoke adalah sindom klinis yang awal timbulnya mendadak,progresi,cepat berupa deposit neurologis
fokal atau global,yang berlangsung 24jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian.dan
semata-mata di sebabkan oleh gangguan peredaran darah.
B.ETIOLOGI
Emboli:
a.emboli kardiogenetik
Fibrilasi atrium
Trombus mural ventrikel kiri
Penyakit katup mitral atau aorta
Endokartidis
b.Emboli Paradoksal
a.Penyakit ekstrakramial
b.Penyakit intracranial
Hipertensi
Malformasi arteri-vena
Angiopati amiloid
3.Perdarahan subarakmoid(5%)
4.Penyebab lain
d.Penyakit mayo-mayo
e.Migren
f.Kondisi hiperkoagulasi
g.Penyalahgunaan obat
i.Miksoma atrium
C.FAKTOR RESIKO
D.MANIFESTASI KLINIS
Pada strok nan hemoragik,gejala utama adalah timbulnya deficit neurologic secara mendadak.
Strok akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena
hipertensi.
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut.
E.DIAGNOSIS
F.PENATALAKSAAN
G.PENCEGAHAN
a.Pencegahan primer
Menghindari rokok,stress,alcohol
Mengurangi kolesterol dan lemak dalam makanan
Komsumsi gizi dan olahraga teratur
b.Pencegahan sekunder
Asetosal
Antikoagulan oral
3.Tindakan invasive
EPILEPSI
A. DEFINISI
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karakteristik kejang berulang akibat
lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel.
B. PATOFISIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui. Namun ada hipotesis yang menduga bahwa epilepsy
disebabkan karena adanya kelompok neuron yang secara intrinsic mempunyai kelainan pada
membrannya dan bersifat iritatif.
C. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya, Epilepsi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Epilepsi Idiopatik
Penyebabnya tidak diketahui, terjadi 50 % pada anak. Kejang mungkin timbul pada
usia anak menjelang dewasa.
2. Epilepsi Simptomatik
Penyebabnya sangat bervariasi :
Trauma Lahir
Kelainan Konginital
Gangguan Metabolik
Infeksi saraf pusat
Kejang demam
Trauma Kepala
Akibat pembedahan
Cedera Kepala
Infeksi Otak
Tumor Kepala
D. FAKTOR PENCETUS
Meningkatnya stress fisik
Meningkatnya aktivitas fisik
Kelelahan
Konsumsi Alkohol
Terpapar makanan atau zat kimia
E. KLASIFIKASI KEJANG
1. Kejang Umum
a. Petit mall (absen)
Kejang biasanya muncul usia 4 tahun
Pasien hilang kesadaran sesaat (bengong) tanpa disertai gerakan motorik
involunter yang aneh
Pasien terkadang berhenti bicara saat melakukan percakapan atau diam saat
bekerja dengan pikiran kosong kemudian melanjutkan pekerjaan kembali
Serangan terjadi secara tiba-tiba tanpa di dahului aura
Setelah selesai serangan, pasien menyadari adanya serangan
Terjadi pada anak-anak dan mungkin menghilang pada usia remaja
F. STATUS EPILEPTIKUS
Adalah suatu kondisi atau keadaan spesifik oleh karena serangan epilepsy yang
sering, berulang dan berkepanjangan lebih dari 30 menit dengan atau disertai penurunan
kesadaran serta kejang atau non kejang.
1. Faktor Pencetus
a. Penderita epilepsy tanpa pengobatan atau dosis pengobatan yang tidak memadai
b. Pengobatan yang tiba-tiba dihentikan
c. Keadaan Umum menurun akibat kurang tidur, stress psikis atau emosi
d. Pengguna alcohol atau narkotik
e. Penderita strok, tumor cerebral dan meningitis
2. Komplikasi
a. Trauma moskuloskeletal
b. Aspirasi
c. Hipoksia cerebral
d. Kematian
3. Test Diagnostik
a. CT Scan untuk mengetahui perubahan struktur otak
b. MRI untuk mengetahui perubahan struktur otak
c. EEG untukmengetahui adanya gelombang paku (spike)
d. Test Urine untuk menentukan kadar obat
e. Kimia darah untuk mengeahui ada tidaknya hipoglikemia
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Kejang demam
Tumor intracranial, infeksi serebral
Trauma kepala terbuka, Strok
Riwayat Kejang
Seberapa sering terjadinya kejang
Gambaran kejang seperti apa
Berapa lama kejang berlangsung
Apakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal
Apa yang dilakukan Pasien setelah kejang
Riwayat Penggunaan Obat
Obat apa yang dipakai
Dosis obat
Berapa kali penggunaan obat
Kapan putus obat
b. Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran
Abnormal posisi mata
Perubahan pupil
Aktivitas motorik
Tingkah laku setelah kejang
Apnea
Cyanosis
Saliva yang banyak
Lidah digigit
Inkontinensia urine
c. Psikologis
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Gaya hidup
Strategi koping yang digunakan
Peran dalam keluarga
d. Pengetahuan Pasien dan Keluarga
Kondisi penyakit dan pengobatan
Kondisi kronik
Kemampuan membaca dan belajar
e. Pemeriksaan Diagnostik
Lab
Darah lengkap
Urinalisasi
Radiologi
Kelainan organik serebral
Identifikasi area cerebral
MASTENIA GRAVIS
A. Defenisi
Miastenia Gravis adalah penyakit outoimun yang dimanifestasikan adanya kelemahan otot
akibat dan menurunnya jumlah dan efektifitas reseptor acethycolin pada persambungan antar
neuron.
B. Etiologi
Belum diketahui tapi ditemukan 8O% dari gejala penyakit ini ditemukan adanya kadar
antibody dalam reseptor acethycolin yang tinggi. Meski faktor pencetus belum jelas tapi hasil
penelitian menunaukkan bahwa kelemahan diakibatkan dari sirkulasi antibody dalam reseptor
Ach. Penyebab diperkirakan karena faktor keturunan dimana 15% dari bayi baru lahir dan ibu
yang menderita Miastenia Gravis memperlihatkan gejala Miastenia Gravis seperti kelemahan
pada muskuler, kesulitan menghisap dari sesak napas.
D. Diagnosa
Miastenia Gravis terbagi ke dalam 5 kelas yaitu :
Kelas I
Miastenia Okuler, hanya menyerang otot-otot okuler seperti diplopia sifatnya ringan dan tidak
menimbulkan kematian
Kelas II A
Miastenia Umum Ringan, awitan lambat biasanya pada mata, kemudian menyebar ke otot
rangka, tidak gawat respon terhadap obat, baik kematian rendah.
Kelas II B
Miastenia Umum Sedang, menyerang beberapa otot skeletal, kesulitan mengunyah, menelan,
respon terhadap obat ukuran, angka kematian rendah.
Kelas III
Miastenia Fulminan akut, perkembangan penyakit cepat, disertai krisis pernapasan, rsepon
terhadap obat buruk, angka kematian tinggi.
Kelas IV
Miastenia berat lanjut, berkembang selama 2 tahun dari 1 ke kelas II dapat berkembang secara
perlahan atau tiba-tiba, resepon terhadap pengobatan kurang dari kematian tinggi.
Implikasi
Krisis miastenia
Krisis kolinergik
Pneumonia
Sepsis
Komplikasi akibat immobilisasi
Test Diagnostik
Rontgen, CT Scan dada
Electromyogram
Tension test
Test westenberg
Test prostigmin
2. Pemeriksaan Fisik
Otot Mata : kelemahan otot bola mata
Otot Wajah : kelemahan otot wajah
Otot Leher : kesulitan mempertahankan posisi kepala
Otot respirasi : kegagalan pernapasan
Otot lain : kelemahan otot rangka, ekstermitas
Status nutrisi : penurunan berat badan
3. Psiko Sosial
Pekerjaan
Peran dan tanggung jawab yang biasa dilakukan
Penerimaan terhadap kondisi
Koping yang biasa digunakan
Status ekonomi atau penghasilan
4. Pengetahuan Pasien dan Keluarga
Pemahaman terhadap penyakit komplikasi, prognosis, pengobatan dan perawatan.
Kemampuan membaca dan belajar
- Kriteria hasil
Pola napas normal
Pergerakan dada simetris, bunyi napas normal
Tidak terjadi sianosis
Rencana keperawatan
1. Kaji jumlah pernapasan, irama, pola setiap 2 jam
2. Kaji bunyi napas setiap 2 jam
3. Kaji warna kulit dan tingkat kesadaran tiap 2 jam
4. Berikan oksigen
5. Lakukan saction jika perlu
6. Pertahankan posisi kepala 30-45 derajat
7. Ajarkan napas dalam dan bentuk efektif
Rasional
1. Perubahan pola dan irama pernafasan kemungkinan tanda-tanda krisis
2. Abnormal bunyi napas indikasi tidak efektifnya ventilasi
3. Cianosis dan penurunan kesadaran indikasi kekurangan oksigen
4. Mempertahakan oksigenesasi dan perfusi jaringan
5. Mempertahankan jalan napas
6. Meningkatkan ekspansi paru
7. Mencegah penumpukan secret
Data pendukung
- Pasien mengatakan sulit batuk
- Pasien mengatakan banyak slem
- Reflex batuk menurun
- Secret / slem Nampak banyak
- Bunyi napas tidak normal
Kriteria hasil
- Pola napas normal
- Jalan napas paten
- Pergerakan dada simetris, bunyi napas normal
- Tidak terjadi sianosis
PARKINSON
A.Definisi
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat dengan
usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron dopaminergik pas
substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang terdiri dari protein
yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain
termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor
nukelus dari saraf kranial, sistem saraf otonom. 12
B.Insidensi
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita
seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum usia 40
tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada
umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64
tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun.10
Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan
jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia
penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa
rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri
maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang
belum diketahui. 13
C.Etiologi
Etiologi Parkinson primer belum diketahui, masih belum diketahui. Terdapat beberapa
dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi
abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui,
terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat. 12
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok
sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak
bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan
itu belum jelas benar. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut
12
:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk
pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan
neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit parkinson.
2. Geografi
Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor resiko yang
mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk adanya perbedaaan genetik,
kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan hasil
pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupn gaya hidup.
Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi perubahan besar pada angka morbiditas antara
tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini mungkin karena faktor lingkungan secara relatif kurang
berpengaruh terhadap timbulnya penyakit parkinson.
4. Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit
parkinson. Yaitu mutasi pada gen -sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1)
pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif
parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6.
Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.
5. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan kerusakan mitokondria
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c. Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi penyakit parkinson
melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan
substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme
kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih belum
jelas benar
D.Patofisiologi
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal ada penyakit
Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin. 12
2.Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses
neurodegenerasi pada Parkinson.
Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam menyusun rencana
neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan, dan bagian yang diperankan oleh
serebelum ialah mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan
gerakan. Ganglia basal tugas primernya adalah mengumpulkan program untuk gerakan, sedangkan
serebelum memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan yang terjadi seaktu program gerakan
diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal adalah gerakan
involunter.
Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basalis (kaudatus, putamen, palidum, nukleus
subtalamus) dan batang otak (substansia nigra, nukleus rubra, lokus seruleus).
Secara sederhana , penyakit atau kelainan sistem motorik dapat dibagi sebagai berikut :
1.Piramidal ; kelumpuhan disertai reflek tendon yang meningkat dan reflek superfisial
yang abnormal
Patofisiologi depresi pada penyakit Parkinson sampai saat ini belum diketahui pasti.
Namun teoritis diduga hal ini berhubungan dengan defisiensi serotonin, dopamin dan
noradrenalin.
Pada penyakit Parkinson terjadi degenerasi sel-sel neuronyang meliputi berbagai inti
subkortikal termasuk di antaranya substansia nigra, area ventral tegmental, nukleus basalis,
hipotalamus, pedunkulus pontin, nukleus raphe dorsal, locus cereleus, nucleus central pontine dan
ganglia otonomik. Beratnya kerusakan struktur ini bervariasi. Pada otopsi didapatkan kehilangan
sel substansia nigra dan lokus cereleus bervariasi antara 50% - 85%, sedangkan pada nukleus
raphe dorsal berkisar antara 0% - 45%, dan pada nukleus ganglia basalis antara 32 % - 87 %. Inti-
inti subkortikal ini merupakan sumber utama neurotransmiter. Terlibatnya struktur ini
mengakibatkan berkurangnya dopamin di nukleus kaudatus (berkurang sampai 75%), putamen
(berkurang sampai 90%), hipotalamus (berkurang sampai 90%). Norepinefrin berkurang 43% di
lokus sereleus, 52% di substansia nigra, 68% di hipotalamus posterior. Serotonin berkurang 40%
di nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di lobus frontalis dan 30% di lobus temporalis, serta
50% di ganglia basalis. Selain itu juga terjadi pengurangan nuropeptid spesifik seperti met-
enkephalin, leu-enkephalin, substansi P dan bombesin.
E. Klasifikasi
Pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi harus diusahakan
menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang etiologi, prognosis dan penatalaksanaannya. 14
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum jelas. Kira-kira 7
dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis meningovaskuler,
iatrogenik atau drug induced, misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain,
misalnya perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju, infark
lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
F.Gejala Klinis
Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik penderita parkinson,
umumnya penderita parkinson mengalami hal itu.
1.Gejala Motorik
a.Tremor/bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai
suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson
adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta
melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang
hilang juga sewaktu tidur. 13
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis,
kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling).
Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala
fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor
ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating
tremor). 14
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada
kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang).
Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-
goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor
tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin
berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi. 13
b.Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor
tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan
tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya
menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa
juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti
break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang
membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya
menjadi cepat tetapi pendek-pendek. 13
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal
ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi
(cogwheel phenomenon). 14
c.Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda
akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan
sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit
mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik
sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa
ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan
berkurang, sehingga sering keluar air liur. 13
Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya
sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila
berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya
ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti
topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka
keluar dari mulut.14
d.Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,
sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai
melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat
berpikir dan depresi. 13Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic
muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena
berkurangnya gerak menelan ludah.
e.Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini
merupakan gejala dini. 14
f.Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit
pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung
melengkung bila berjalan. 14
g.Bicara monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring,
sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara
halus ( suara bisikan ) yang lambat. 14
h.Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit
kognitif. 14
i.Gangguan behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap
kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia)
biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup. 14
j.Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal
hidungnya (tanda Myerson positif) 14
2.Gejala non motorik15
a.Disfungsi otonom
-Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan
hipotensi ortostatik.
-Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
-Pengeluaran urin yang banyak
-Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual,
perilaku, orgasme.
b.Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
c.Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
d.Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
e.Gangguan sensasi,
- kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,
- penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension orthostatic,
suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai
jawaban atas perubahan posisi badan
- berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia),
G.Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 14
Pada
setiap kunjungan penderita :
1.Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk mendeteksi hipotensi
ortostatik.
2.Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan diekstensikan, menghitung
surut dari angka seratus, bila masih ada tremor dan rigiditas yang sangat, berarti belum
berespon terhadap medikasi.
3.Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh menulis kalimat sederhana
dan menggambarkan lingkaran-lingkaran konsentris dengan tangan kanan dan kiri diatas
kertas, kertas ini disimpan untuk perbandingan waktu follow up berikutnya.
H.Pemeriksaan penunjang14
-CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo)
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang biasa
diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru dopamin yang akan
memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness. 2
1. Terapi Obat-obatan
a.Antikolinergik 1
b.Carbidopa/levodopa
Sejak diperkenalkan akhir tahun 1960an, levodopa dianggap merupakan obat yang
paling banyak dipakai sampai saat ini. Levodopa dianggap merupakan tulang punggung
pengobatan penyakit parkinson. Berkat levodopa, seorang penderita parkinson dapat kembali
beraktivitas secara normal.4
2)Hipotensi postural
3)Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut.
Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system konduksi
jantung. Ini bias diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol.
4)Diskinesia.
Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau
muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi
levodopa. Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu
karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti, membeku,
sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.
5)Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum darah
yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa.
c.COMT inhibitors
Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Untuk mengontrol fluktuasi motor pada pasien
yang menggunakan obat levodopa. Tolcapone adalah penghambat enzim COMT,
memperpanjang efek L-Dopa. Tapi karena efek samping yang berlebihan seperti liver toksik,
maka jarang digunakan. Jenis yang sama, entacapone, tidak menimbulkan penurunan fungsi
liver. 5
d.Agonis dopamin
Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan
yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi. Apomorfin dapat
diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari dapat mengurangi fluktuasi
gejala motorik. 3
e.MAO-B inhibitors
Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit
Parkinson karena neuotransmisi dopamine dapat ditingkatkan dengan mencegah perusakannya.
Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi
levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari
penyakit parkinson. Yaitu untuk mengaluskan pergerakan. 5
f.Amantadine (Symmetrel)
Berguna untuk perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran. 1
Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin di luar otak, maka levodopa
dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase. Untuk maksud ini dapat digunakan
karbidopa atau benserazide ( madopar ). Dopamin dan karbidopa tidak dapat menembus sawar-otak-
darah. Dengan demikian lebih banyak levodopa yang dapat menembus sawar-otak-darah, untuk
kemudian dikonversi menjadi dopamine di otak. Efek sampingnya umunya hampir sama dengan efek
samping yang ditimbulkan oleh levodopa.
Pada tahun 1987, diperkenalkan pengobatan dengan cara memasukkan elektroda yang
memancarkan impuls listrik frekuensi tinggi terus-menerus ke dalam otak. Terapi ini disebut
deep brain stimulation (DBS). DBS adalah tindakan minimal invasif yang dioperasikan
melalui panduan komputer dengan tingkat kerusakan minimal untuk mencangkokkan alat
medis yang disebut neurostimulator untuk menghasilkan stimulasi elektrik pada wilayah target
di dalam otak yang terlibat dalam pengendalian gerakan.
Terapi ini memberikan stimulasi elektrik rendah pada thalamus. Stimulasi ini
digerakkan oleh alat medis implant yang menekan tremor. Terapi ini memberikan
kemungkinan penekanan pada semua gejala dan efek samping, dokter menargetkan wilayah
subthalamic nucleus (STN) dan globus pallidus (GP) sebagai wilayah stimulasi elektris.
Pilihan wilayah target tergantung pada penilaian klinis.
DBS kini menawarkan harapan baru bagi hidup yang lebih baik dengan kemajuan
pembedahan terkini kepada para pasien dengan penyakit parkinson. DBS direkomendasikan
bagi pasien dengan penyakit parkinson tahap lanjut (stadium 3 atau 4) yang masih
memberikan respon terhadap levodopa.
3. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien
akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau
latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan
program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan
penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. 1
Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam
menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion.
Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan
memindahkan makanan di dalam mulut. 1
4. Terapi Suara
Perawatan yanG paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit
Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment ( LSVT ). LSVT fokus untuk
meningkatkan volume suara. Suatu studi menemukan bahwa alat elektronik yang
menyediakan umpan balik indera pendengar atau frequency auditory feedback (FAF) untuk
meningkatkan kejernihan suara. 1
5. Terapi gen
Pada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang
melibatkan penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang disebut
subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintahkan untuk mempoduksi sebuah
enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi
neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai penghambat langsung sel yang terlalu
aktif di STN. 1
Terapi lain yang sedang dikembangkan adalah GDNF. Infus GDNF (glial-derived
neurotrophic factor) pada ganglia basal dengan menggunakan implant kathether melalui
operasi. Dengan berbagai reaksi biokimia, GDNF akan merangsang pembentukan L-dopa. 1
6. Pencangkokan syaraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel stem yang
berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan. Percobaan pertama yang
dilakukan adalah randomized double-blind sham-placebo dengan pencangkokan dopaminergik
yang gagal menunjukkan peningkatan mutu hidup untuk pasien di bawah umur. 1
7. Operasi
8. Terapi neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi
progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif adalah
apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics, antiglutamatergic agents,
dan dopamine receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik adalah monoamine oxidase
inhibitors (selegiline and rasagiline), dopamine agonis, dan complek I mitochondrial fortifier
coenzyme Q10. 1
9. Nutrisi
Beberapa nutrient telah diuji dalam studi klinik klinik untuk kemudian digunakan
secara luas untuk mengobati pasien Parkinson. Sebagai contoh, L- Tyrosin yang merupakan
suatu perkusor L-dopa mennjukkan efektifitas sekitar 70 % dalam mengurangi gejala penyakit
ini. Zat besi (Fe), suatu kofaktor penting dalam biosintesis L-dopa mengurangi 10%- 60%
gejala pada penelitian terhadap 110 pasien. 1
THFA, NADH, dan piridoxin yang merupakan koenzim dan perkusor koenzim dalam
biosintesis dopamine menunjukkan efektifitas yang lebih rendah dibanding L-Tyrosin dan zat
besi. Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara teori dapat mengurangi kerusakan sel yang
terjadi pada pasien Parkinson. Kedua vitamin tersebut diperlukan dalam aktifitas enzim
superoxide dismutase dan katalase untuk menetralkan anion superoxide yang dapat merusak
sel. 1
Belum lama ini, Koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja yang mirip
dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis baru yang memiliki struktur dan
fungsi mirip dengan koenzim Q10.
10. Qigong
11. Botox
Baru-baru ini, injeksi Botox sedang diteliti sebagai salah satu pengobatan non-FDA di
masa mendatang. 1
J.Prognosis
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan
penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan
menemani sepanjang hidupnya.1
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas,
sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. 3
Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien
berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat
bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah. 4
PD sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi berkembang sejalan dengan
waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak
menderita PD. Pada tahap akhir, PD dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan
memburuk yang dapat menyebabkan kematian. 5
Progresifitas gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada
beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya
penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakn pasien PD dapat
hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis. 4
TRAUMA CAPITIS
A. DEFENISI
Trauma capitis adalah trauma pada otak yng disebabkan adanya kekuatan fisik dari luar yg dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran .Akibatnya dapat menyebabkan gangguan kongritif
gangguan tingkah laku,atau fungsi emosional.
B. ETIOLOGI
Traktur tengkorak
Trauma benda tajam yang masuk kedalam tubuh merupakan trauma yang dapat
C. PATOFISIOLOGI
* Trauma kepala
* Iskemia
* hipuksia
* Nekrosis
Kontosio
Hemeton
Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak masuk kedalam jaringan otak dan melukai :
A. Komosio
a. Bisorientasi
b. Amnesia post partum
c. Hilang memori sesaat
d. Sakit kepala
e. Mual dan muntah
f. Vertigo dan perubahan posisi
g. Gangguan pendengaran
KOMPLIKASI
1. Edema puimonai
2. Kejang
3. Infeksi
4. Bocor cairan otak
5. Hipetermia
6. Masalah mobilisasi
7. Siadh
8. Hipovolemia
PENATALAKSANAAN
1. - Penatalaksanaan umum
2. Penatalaksanaan khusus
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
3.MRI
A. PENGKAJIAN
pemeriksaan fisik
2.TTV : suhu,nadi,tensi,RR,GCS
Hidung : kebersihan
Dada : bentuk simetris kanan kiri ,rekratsi otot bantu pernafasan ,ranci diseluruh lapang
paru,batuk produktif,irama pernafasa,nafas dangkal
Pulpasi : Pergerakan asimetris kanan dan kiri taktil fremitus raba sama antara kanan
dinding dada
Perkusi : adanya suara suara sonor pada ke dua paru,suara redup pada batas paru dan
hepar
Auskultasi : terdengar adanya suara vesikuler di kedua lapisan ,suara ,ronci dan weezing
b. Kardiovaskuler ( B2 : bleeding )
-Inspeksi : bentuk dada simetris kanan kiri denyut jantung pada letus cardis 1 cm lateral
medial (5) pulsasi jantung tampak
-Mata : kanjungtiva tdk anemis ,sklora tdk Icrectic pupil isocor,gerakan mata
mampu mengikuti perintah
-Mulut : kesulitan menelan ,kebersihan penumpukan lidah dan lender bibir tampak
kering ,terdapa afasia
-Leher : Tampak pada daerah leher tidak terdapat pembesaran pada leher
-Leher : Tampak pada daerah leher ,tidak terdapat pembesaran pada leher,tidak
tampak Pembesaran vena jugularis ,tidak terdapat kuku kuduk
Palpasi : Hepar tidak teraba ,ginjal tidak teraba,Anoreksia tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani pada abdomen ,kembung ada suara pekak pada daerah hepar
f.Tulang-otot-integumen (B 6:Bone)
Kemampuan pergerakan sendi –sendi kesakitan pada kaki saat gerak pasif ,droop
foot ,kelemahan otot pada ekstrimitas atas &bawah
Kulit : Warna kulit tidak terdapat luka dekubitus ,turgor baik ,akrat kulit .
PRIORITAS KEPERAWATAN :
2.Mencegah komplikasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerudakan neuravaskuler.
6.resiko tinggi terhadap infaksi berhubungan dengan jaringan truma kulit rusak,prosedur
Invasive.penurunan kerja sisilia ,statis cairan tubuh ,kekurangan nutrisi respon inflamasi
7.Resiko tertinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
/ keterbatasan kongritif.
->Tujuan !
->Kreteria Hasil :
->Rencana Tindakan :
2.Pantau/Catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar GCS
3.Evaluasi keadaan pupil ,ukuran kesamaan antara kiri dan kanan reaksi terhadap cahaya.
6.turunkan stimulasi eksternal dan berikan kenyamanan ,seperti lingkungan yang tenang
8.tinggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat di toleransi
2.resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovasker
*Tujuan ;
Mempertahankan pola pernapasan efektif
*kreteria evaluasi :
( kebocoran CSS )
5.resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan