Pengertian
Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang dikarakteristikkan oleh kejang berulang.
Epilepsi adalah gangguan sistem saraf pusat yang terjadi karena pelepasan muatan listrik ke sel saraf secara berulang dengan gejala menurunnya kesadaran, gangguan motorik, sensorik dan mental dengan atau tanpa kejang-kejang.
Etiologi
Beberapa peneliti mengemukakan bahwa penyebab epilepsi belum diketahui, namun ada pula yang berasumsi bahwa epilepsi akibat dari:
1. Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/ kehamilan ibu 2. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran 3. Cedera kepala yang kerusakan pada otak dapat menyebabkan
4. Tumor otak
5. Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak 6. Radang atau infeksi radang selaput otak (meningitis) 7. Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (FKU), sclerosis tubersa dan neurofibromatosis dapat menyebabkan timbulnya kejang kejang yang berulang
KLASIFIKASI EPILEPSI
KLASIFIKASI EPILEPSI BERDASARKAN SERANGAN YANG TERJADI :
1.
2.
3. 4.
5.
6.
Grand Mall Petit Mall Psikomotor (Symtomatologik Kompleks) Fokal (Jacksonian) Miscellaneous (Myoclonic Akinetic) Status Epileptikus
Manifestasi klinis
Fase prodromal : adanya perubahan pd
reaksi emosi atau respons afektif yg tdk menentu yang mengarah pada fase aura dlm beberapa kasus dan berakhir beberapa menit sampai beberapa jam
Kejang umum :
Tonik-klonik (grand mal) : kekakuan, mengerang, penurunan kesadaran, pupil dilatasi, inkontinensia urine/fekal, pernapasan stridor, saliva keluar secara berlebihan, dan mungkin juga lidahnya tergigit.
Posiktal : pasien tertidur dalam 30 menit sampai beberapa jam, selanjutnya merasa lemah, kacau mental, dan amnesia selama beberapa waktu dgn merasa mual dan nyeri otot
Absent (petit mal) : periode ggn kesadaran dan/atau melamun (tak sadar lingkungan) yg diawali pandangan mata menerawang sekitar 530 detik saja, yg dpt terjadi 100 kali setiap harinya, terjadinya kejang pd motorik minor mungkin bersifat akinetik (hilang gerakan), mioklonik (kontraksi otot secara berulang) atau atonik (hilangnya tonus otot) Posiktal : amnesia thd peristiwa kejang, tdk bingung, dpt melakukan kembali aktivitas.
Jacksonian/motorik fokal : sering didahului oleh aura, berakhir 2-15 menit. Tdk ada penurunan kesadaran (unilateral) atau penurunan kesadaran (bilateral). Gerakan bersifat konvulsif dan terjadi ggn sementara pd bagian tertentu yang dikendalikan oleh begian otak yg terkena spt lobus frontal (disfungsi motorik; parietal (terasa baal, kesenutan), lobus oksipital (cahaya terang, sinar lampu), lobus posterotemporal (kesulitan dlm berbicara). Konvulsi (kejang) dpt mengenai seluruh badan atau bgn tubuh yg mengalami ggn yg terus berkembang.
Status epileptikus :
Aktivitas kejang yg terus menerus dgn spontan atau berhubungan dgn gejala putus antikonvulsan tiba-tiba dan fenomena metabolik lain.
Serangan Parsial
a.
b.
Simptomatologik elementer (motorik, sensorik atau autonomik) Simptomatologik komplek (Psikomotor Epilepsi atau epilepsi lobus temporalis)
II.
Serangan Umum
a. b. c. d. e. f.
DATA PENUNJANG
Laboratorium : Elektrolit tidak seimbang, glukosa (hyperglikemi) CT Scan : Untuk melihat test otak (infrak, hematom, edema,trauma, abces, tumor dll)
PENGKAJIAN
1.
Selama serangan :
apakah ada kehilangan kesadaran / pingsan apakah ada kehilangan kesadaran sesaat/lena apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik. Apakah pasien menggigit lidah Apakah mulut berbuih
posisi Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pd satu sisi atau keduanya
pasien menggigit lidah mulut berbuih ada inkontinen urin bibir atau muka berubah warna mata atau kepala menyimpang pd satu
2. Sesudah serangan Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, ggn bicara Apakah ada perubahan dlm gerakan
Sesudah
serangan apakah pasien masih ingat apa yg terjadi sebelum, selama dan sesudah serangan Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyau jantung Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang
3. Riwayat sebelum serangan Apakah ada ggn tingkah laku, emosi Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar Apakah ada aura yg mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik maupun visual
4.
Riwayat Penyakit Sejak kapan serangan terjadi Pada usia berapa serangan pertama Frekuensi serangan Apakah ada keadaan yg mempresipitasi serangan, spt demam, kurang tidur, keadaan emosional Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yg disertai dgn ggn kesadaran, kejangkejang Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak Apakah makan obat-obat tertentu Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3. Peredaran darah
Data objektif : Di dapat data pada saat serangan serangan hipertensi, denyut nadi meningkat, cynosis, setelah serangan tanda vital mingkin normal atau mungkin dan menurun di sertai nadi dan pernapasan menurun
4. Makanan/cairan
Data subjektif : Selama aktifitas serangan makanan sangat sensitive Data objektif : Gigi/ gusi mengalami kerusakan selama serangan gusi hyperplasia bengkak akibat efek samping dan obat dilantin
5. Persyarafan
Selama serangan Sesudah Serangan Riwayat Sebelum Serangan
6. Persyarafan
Selama serangan Sesudah Serangan Riwayat Sebelum Serangan
7. Interaksi sosial
Data subjektif : apakah mengalami gangguan interaksi dengan orang lain/keluarga karena malu ?
8. Konsep diri
Data subjektif : Merasa rendah diri, ketidak berdayaan, tidak mempunyai harapan. Data objektif : selalu waspada/ berhati hati dalam berhubungan dengan orang lain.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tidak efektifnya jalan nafas b/d terjadi sumbatan lendir atau secret di trakeobronkial. Atau Risiko tinggi terhadap bersihan jalan napas tidak efektif b/d pengatupan otot rahang, hipersalivasi dan penurunan kesadaran Risiko tinggi terhadap trauma fisik b/d gangguan keseimbangan, kehilangan kesadaran tiba tiba. Gangguan harga diri bd stigma berkenaan dengan kondisi Kurang penget. mengenai kondisi & aturan pengobatan bd kesalahan interpretasi informasi Tidak efektifnya koping individu b/d cacat spikolosial dan sosial. Potensial terjadi serangan berulang atau status epiletikus.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Tidak efektifnya jalan nafas b/d terjadinya sumbatan lendir atau secret di tracheobronkial.
Intervensi :
Bila klien tidak sadar, jaga agar jalan nafas tetap lancar dan terbuka. Observasi tanda vital agar menekan cairan dari elektrolit tetap seimbang, bila perlu beri infuse dari NGT Bila terdapat lendir di jalan nafas lakukan suction bila perlu
Kaji apakah klien ingat terhadap kejadian tersebut Identifikas apakah terjadi trauma fisik Beri rasa aman pada klien misalnya pasang bed plang bila klien gelisah
Tindakan Kolaboratif
Beri oksigen sesuai program Monitor intubasi, bila terpasang
1.
Risiko tinggi terhadap trauma fisik b/d gangguan keseimbangan, kehilangan kesadaran tiba tiba
Tujuan:Klien mungkapx pemahaman faktor yg menunjang kemungkinan trauma & mengambil langkah untuk memperbaiki situasi Intervensi: Gali bersama-sama pasien berbagai stimuli yang dapat menjadi pencetus kejang
Catat tipe dari aktivitas kejang ( lokalisasi/lamanya aktivitas motorik, penurunan kesadaran, inkontinensia) dan frekuensi
Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur yang terpasang dgn posisi tempat tidur rendah Evaluasi kebutuhan untuk / berikan perlindungan pd kepala Biarkan pasien menggigit benda lunak antara gigi Tinggallah bersama pasien dalam waktu beberapa lama selama/ setelah kejang Lakukan penilaian neurologis / tanda tanda vital setelah kejang, misal : tingkat kesadaran, orientasi, tekanan darah (TD), nadi dan pernapasan Orientasikan kembali pasien terhadap aktivitas kejang yang dialaminya. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam memberikan obat sesuai indikasi misalnya obat antiepilepsi
2. Risiko tinggi terhadap bersihan jalan napas tidak efektif b/d pengatupan otot rahang, hipersalivasi dan penurunan kesadaran Tujuan:Mempertahankan pola pernapasan efektif dgn jalan napas paten / aspirasi dicegah Anjurkan pasien utk mengosongkan mulut dari benda / zat tertentu / gigi palsu atau alat yg lain jika fase aura terjadi dan utk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal Intervensi: Letakkan pasien pada posisi miring , permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang Tanggalkan pakaian pada daerah leher/dada dan abdomen
Masukkan spatel lidah / jalan napas buatan atau gulungan benda lunak sesuai dgn indikasi Lakukan penghisapan sesuai indikasi Kolaborasi dgn tim kesehatan lain dlm pemberian tambahan oksigen / ventilasi manual sesuai kebutuhan pada fase posiktal Gangguan harga diri bd stigma berkenaan dengan kondisi
3.
Tujuan: Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping dengan persepsi negatif pada diri sendiri
Intervensi: Diskusikan perasaan pasien mengenai diagnostic, persepsi diri thd penanganan yg dilakukannya. Anjurkan utk mengungkapkan / mengekspresikan perasaanya
Identifikasi / antisipasi kemungkinan rx org pd keadaan penyakitnya. Anjurkan passion utk tdk merahasiakan masalahnya Gali bersama pasien mengenai keberhasilan yg telah diperoleh atau yang akan dicapai selanjutnya dan kekuatan yg dimilikinya Hindari pemberian perlindungan yang amat berlebihan pd pasien , anjurkan aktivitas dgn memberikan pengawasan / dgn memantau jika ada indikasi Tekankan pentingnya staf/orang terdekat untuk tetap dlm keadaan tenang selama kejang
4. Kurang penget. mengenai kondisi & aturan pobatan bd kesalahan interpretasi informasi Tujuan: Mengungkapkan pemahaman ttg ggn dan berbagai rangsang yg dpt meningkatx pada aktivitas kejang
Intervensi:
Jelaskan kembali mengenai patofisiologi / prognosis penyakit dan perlunya pengobatan/ penanganan dlm jangka waktu yg lama sesuai indikasi Berikan petunjuk yg jelas pd pasien utk minum obat bersamaan dgn waktu makan jika memungkinkan Diskusikan mengenai efek samping secara khusus spt mengantuk, hiperaktif , ggn tidur, hipertrofi pd gusi, ggn penglihatan, mual/muntah, timbul ruam pd kulit, ataksia
Bila serangan tidak terjadi di tempat tidur letakkan bantal di bawah kepala pasien atau letakkan kepala pasien di pangkuan perawat untuk mencegah kepala pasien terbentur di lantai Alat alat yang membahayakan di singkirkan Ekstremitas harus tahan tapi tidak boleh terlalu kuat Pakaian pakaian yang sempit di longgarkan Catat semua gejala gejala dan tanda tanda serangan Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti epilepsi
2. Setelah Serangan
Jaga agar saluran napas menjadi lancar, dengan memiringkan kepala pasien Jaga agar tanda tanda vital tetap normal Kebutuhan cairan dan elektrolit harus di perhatikan misalnya diberi infuse dan makanan cair melalui pipa penduga: Kaji apakah pasien dapat mengingat apa yang telah terjadi Beri rasa aman pada pasien Kaji apakah terjadi trauma fisik
TERIMA KASIH