Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Epilepsi merupkan sindrom yang di tandai oleh kejang yang terjadi berulang-ulang. Diaknosa
ditegakan bila seeorang mengalami paling tidak dua kali kejang tanpa penyebab (Jastremski,1988).
Kebanyakan kejang berakir hanya dalam beberapa menit. Aktifitas kejang yang berlansung lama
merupakan indikasi status epileptikus, kompliksi utama yang berbahaya berkaitan dengan kenjang
umum. Kejang disebabkan oleh kontak kontak neuronserebral yang tidak beraturan, cepat dan tiba-tiba.
Tidak seperti angapan selama ini, kejang tidak menyebabkan gangguan neurolologis, bukan merupan
pengaruh roh ataupun tidak merupakan idikasi bahwa mentalnya terganggu atau pengaruh pada
retardari mental (jastremski,1988).

B. GEJALA EPILEPSI
Kejang-kejang merupakan gejala utama epilepsi. Sebelum kejang menyerang, ada sebagian penderita
yang mengalami sensasi “aura”. Aura merupakan tanda peringatan bagi penderita epilepsi mengenai
akan datangnya kejang. Lamanya aura sebelum kejang bervariasi. Ada yang hanya berlangsung beberapa
detik, dan ada juga yang hingga satu jam.

Gambaran aura mirip seperti halusinasi. Contohnya, ada penderita yang merasakan keanehan pada
tubuh mereka, mencium aroma tertentu, atau merasa seperti sedang di alam mimpi.

Bagaimanapun juga, aura memberikan keuntungan tersendiri pada penderita epilepsi. Mereka jadi bisa
memiliki waktu untuk pindah ke tempat yang lebih aman atau meminta bantuan orang-orang sekitar
sebelum kejang terjadi.

Berdasarkan kepada bagian otak yang terkena dampaknya, kejang epilepsi dikelompokkan menjadi dua,
yaitu kejang parsial atau focal dan kejang umum. masing-masing di tandai oleh jenis kejang yang
berbeda kejang umum, kejang grand mal ditandai oleh 4 fase

1. kejang vocal atau parsial

kejang vocal sederhana ditandai dengan kejang pada bagian tubuh tertentu yang merupakan
tempat dimana konduksi neuron apnormal terjadi goncangan pada satu sisi wajah meluas kepada otot
tubuh pada sisi yang sama. Gejala somatosensori bias terjadi misalnya kesemutan, rasa logam,
halusinasi visual ; gejala otonom jaga dapat terjadi seperti mual, berkeringan, individu tidak mengalami
kehilangan kesadaran.

2. Kejang vocal kompleks

Ditandai oleh adanya kehilangan kesadaran, disertai tingkah laku kacau seperti lipsmacking,
menrik-narik pakian, atau menunjukan jari. Kemudian kacau mental dan pekaransang terjadi kemudian.
Kejang persial dapat berkembang menjadi kejang umum. Dengan kejang pertama, seseorang di rawat
dan mengalami pemeriksaan diaknostik lengkap untuk menentukan penyebab kejang.

RLP untuk klasifikasi KDB dari epilepsy adalah 5,3 hari (Lorenz, 1991) tidak ada uji laboratorium untuk
menegakan diaknosa kejang. Diaknosa didasarkan pada opserpasi perilaku pasien.

1. Fase aura

Seorang mengalami berbagai sensasi sebelum kejadian kejang tonik sensasi ini merupakan tanda akan
datangnya kejang. Sensai mungkin merupakan penciuman, pusing, cahanya, rasa tertentu, baal atau
getran pada tangan.

2. Fase tonik

Di tandai oleh hilangnya kesadaran, jeritan ( suara bernada tinggi di sebabkan lewatnya udara melalui
laring yang menutup di sertai kontraksi maksimal otot-otot dada dan perut ), tubuh kaku karena
kontraksi yang tibaba-tiba dari seluruh otot folunter ( tanggan fleksi, kaki ekstensi, dan gigi rapat ).

3. Fase klonik

Di tandai oleh gerakan-gerakan kejang agitasi seluruh tubuh karena pergantian relaksasi dan kontraksi
yang cepat, dari seluruh otot folunter.pernapasan terhenti dan terjadi sianosis. Mungkin disertai mulut
berbusah karena bayaknya saliva yang mungkin berwarna merah bila terjadi pendarahan karena
tergigitnya lidah.

4. Fase pemulihan atau postiktal

Ditandai oleh berhentinya gerakan-garakan kejang individu tidak sadar. Kesadaran dan semua gerakan
volunteer perlahan kembali. Kebingingan, agitasi dan peka rangsan mungkin muncul. Individu akan lelah.
Mungkin mengalami inkontinesnsia urine. Individu jaga lipa akan kejang yang dialaminya.

Kejang petik-maal ( juga disebut takada kejang ) hilangnya kesadaran singkat yang terjadi tiba-tiba tanpa
disertai hilangnya todus otot. Slama serangan, mungkin muncul smacking, pandangan kosong dan lurus
kedepan, atau kelopak mata berkedip secara ritmis
C. Penatalaksanaan Medis Umum

 Antikonvulsan

Untuk kejang umum : karbamazeping ( Tegretol ), vening toing (dilantai ) venobarbital.

Untuk kejang vocal : etosuksimit ( saronting ) atau val protik aid ( Depakene )

 Bedah saraf (reseksi lobus temporal atau mengangkat jaringan otak yang merupakn asal
kejang) untuk orang-orang yang tidak puas dengan terapi obat.

Pertimbangan pulang

 Perawatan lanjutan
 Pengobatan lanjutan di rumah
 Kewaspadaan terhadap kejang
 Tenda dan gejala yang memerlukan perhatian medis

Status epileptikus

Status epileptikus lebih umum disebut status konfulsifus adalah suatu kondisi keadaan
spesifik oleh karena serangan epilepsi yang sering. Berulang dan berkepanjangan lebih dari 30
menit dengan atau disertai penurunan kesadaran serta kejang atau non kejang. Biasanya
rentetan serangan epilesi jenis grand maal tanpa diserigi dengan pemulihan neurologi dasar di
antara waktu serangan kejang keadaan status epeleptikus dapat menimbulkan ancaman
kerusakan sel-sel neuron yang meluas dan permanen sampai terjadi kematian akibat hipoksian
jaringan otot, kekal pernapasan, hipertensi, peningkatan tekanan intracranial sehinga
memerlukan perawatan intensif.

Factor pencetus status epileptikus

 Penderita epilepsy tanpa pengobatan atau dosis pengobatanyang tidak memadai.


 Pengobatan yang tiba-tiba dihentikan.
 Keadaan umum yang menurut akibat kurang tidur, stres spikis atau emosi.
 Penggunaan atau withdrawal alcohol atau narkotik.
 Penderita stroke, tumor serebral, meningitis.
Komplikasi epilepsy

 Trauma muskulloskeletal
 Aspirasi
 Status epileptikus
 Hipoksia serebral
 Kematian

D. Diagnosis Epilepsi
Dalam mendiagnosis epilepsi, hal utama yang akan dipelajari dokter adalah riwayat kesehatan
dan pola hidup pasien. Dokter akan menanyakan mengenai ciri-ciri kejang yang dialami pasien.

Jika pasien tidak ingat mengenai detail kejang yang dialaminya, dokter bisa menanyakan hal
tersebut kepada keluarga pasien.Jika pengecekan riwayat kesehatan dirasa tidak cukup untuk
mendiagnosis epilepsi, dokter kemudian akan melakukan tes untuk memastikannya.

Tes tersebut di antaranya pemindaian dengan pencitraan resonansi magnetik atau MRI scan, yakni
pendeteksian adanya cedera atau kelainan pada otak sebagai penyebab kejang.

Tes lainnya adalah Electroencephalogram atau EEG, yakni sebuah tes untuk memeriksa adanya
gangguan pada impuls atau aktivitas elektrik di dalam otak yang mungkin menjadi penyebab
terjadinya kejang.

Test Dianostik

 Computer tomo graphy ( CT ) Schn: adanya perubahan struktur otak.


 Magneric resonace imanging ( MRI ): adanya perubahan struktur otak
 Serebral angkiography : kemungkinan apnormalitas faskuler
 Elekroncphalokgram ( EEG ) : adanya gelombang paku ( spike ), gelombang paku lambat
( spike and slow wave ) polispika and+ ave .
 Tes urine untuk menetukan kadar oabat.
E. Penyebab epilepsi
Epilepsi dapat mulai diderita seseorang pada usia kapan saja, meski umumnya kondisi ini terjadi
sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan temuan penyebabnya, epilepsi dibagi menjadi tiga, yaitu
epilepsi simptomatik, kriptogenik, dan idiopatik.

Pada epilepsi simptomatik, umumnya kejang-kejang diakibatkan oleh adanya gangguan atau
kerusakan pada otak. Bertolak belakang dengan simptomatik, penyebab kejang pada epilepsi
idiopatik sama sekali tidak ditemukan. Sedangkan pada epilepsi kriptogenik, meski tidak
ditemukannya bukti kerusakan struktur pada otak, namun gangguan belajar yang diderita
menunjukkan adanya kerusakan.

F. Pertolongan Pertama Pada Kejang


1. Jangan panik apabila menemukan seseorang di sekitar Anda mengalami kejang. Berikut ini
adalah pertolongan pertama yang harus dilakukan bila seseorang di dekat Anda mengalami
kejang.
2. Jangan takut, jangan panik, utamakan keselamatan dan bertindak tenang. Pindahkan barang-
barang berbahaya yang ada di dekat pasien. Jangan pindahkan pasien kecuali berada dalam
bahaya. Longgarkan kerah kemeja atau ikat pinggang agar memudahkan pernafasan.
3. Jangan masukkan apapun ke mulut pasien, atau benda keras di antara gigi karena benda
tersebut dapat melukai pasien.
4. Bila pasien muntah atau mengeluarkan banyak liur, miringkan kepala pasien ke salah satu sisi.
5. Observasi kondisi kejang. Perhatikan keadaan kesadaran, warna wajah, posisi mata, pergerakan
keempat anggota gerak, dan suhu tubuh, waktu saat kejang mulai dan berakhir, serta lamanya
kejang.
6. Tetap di samping pasien sampai keadaan pasien pulih sepenuhnya. Bila setelah kejang berakhir
tidak ada keluhan atau kelemahan, maka pasien dapat dikatakan telah pulih. Namun bila pasien
mengalami sakit kepala, terlihat kosong atau mengantuk, biarkan pasien melanjutkan
istirahatnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.alodokter.com/epilepsui/gejala

http://www.ekahospital.com/epilepsy-the-frist-aid-and-the-right-treatment

Anda mungkin juga menyukai