Anda di halaman 1dari 75

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan)

dari masa kanak-kanak munuju masa dewasa. Batasan usia menurut WHO

(Whorld Health Organization) adalah 10-19 tahun. Menurut Menteri

Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 penduduk dalam rentang usia 10- 18

tahun (Menteri Kesehatan), batasan usia remaja antara 10 - 19 tahun dan

belum Menika, dan menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana

(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10 – 24 tahun dan belim menika.

Masa pertumbuhan atau masa remaja diwarnai dengan munculnya

karakteristik remaja yang disebut “krisis identitas” yaitu masa dimana

individu harus memutuskan siapa dia, apa yang dilakukan dalam hidupnya.

Akibatnya remaja sangat peka terhadap stress, frustasi, dan konflik, (star,

2010). Oleh karena itu remaja sangat rentan sekali mengalami masalah

psikososial. Salah satu masalah yang merupakan bentuk kenakalan remaja

adalah penyalahgunaan narkoba (Kartono 2013).

Dalam ringkasan eksekusif hasil survey BBN tahun 2016 dikatakan

menurut UNODC (United Nation Office on Drugs and Crime) pada tahun

2015 bahwa prevalensi penyalagunaan narkoba di Dunia di estiminasi

sebesar 4,9% atau 208 juta penguna di tahun 2006 kemudian mengalami

sedikit penurunan pada tahun 2008 dan 2009 menjadi 4,6% dan 4,8%

namun kemudian meningkat kembali menjadi 5,2% di tahun 2011 dan tetap

1
2

stabil hingga 2013. Secara absolut, di perkirakan ada sekitar 167 hingga

315 juta orang pengguna narkoba dari populasi penduduk dunia yang

berumur 15-64 tahun yang mengunakan narkoba minimal sekali dalam

setahun di tahun 2013 (BNN-PUSLITKES UI, 2017:2).

World drugs repondari United Nation Office Drugs and Crime

(UNODC) menyatakan tahun 2010 terdapat 153 – 300 juta (3,4-6.6)%

pengguna narkoba dengan rentan usia 15- 64 tahun (UNODC, 2012).

Survei BNN menjelaskan, prevalesi penyalagunaan narkoba di kalangna

remaja Indonesia berumur 15- 20 tahun pada 2011 sebesar 4,3% pernah

memakai narkoba 2,9 % dalam kurun waktu satu tahun dan 2,5%

memakai dalam satu bulan terakir

Narkoba pada remaja di dunia di tahun 2012 adalah antara 162 juta

hingga 324 juta orang atau sekitar 3,5%-7%. Perbandingan estimasi

prefelensi tahun 2012 (3,5%-7%)2 dengan estimasihahun 2010 yang

kisarnya hanya 3.5%-5.7% menunjukan prevalensi penyalahgunan narkoba

relatif stabil. Jenis yang paling banyak digunakan adalah ganja, opit,

cocain, atau type amphetamine dan kelompok stimulant. Pengunaan

polydrugs yang merupakan campuran pengunaan dari baik berdampak

terhadap dua zat atau lebih secara bersamaan menjadi perhatian yang

serius konsekuensinya kesehatan masyarakat dan kaitannya dengan

program pengadilan peredaraan narkoba.

Di Indonesia diperkirakan jumlah penyalahgunaan narkoba pada

remaja setahun terakhir 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau setara dengan
3

1,9% dari populasi penduduk berusia 10-59 tahun di tahun 2008. Hasil

proyeksi angka prevalensi penyalahgunaan narkoba akan meningkat

sekitar 2,6% di tahun 2013 (BNN, 2011).3 Fakta tersebut di dukung oleh

adanya kecenderungan peningkatan angka sitaan dan pengungkapan kasus

narkoba. Data pengungkapan kasus di tahun 2006 sekitar 17.326 kasus,

lalu meningkat menjadi 26.461 kasus di tahun 2010. Di Papua BNN

(Badan Narkotika Nasional) Provinsi Papua mengatakan, pengguna

narkoba di kalangan remaja di Bumi Cendrawasih cenderung meningkat

jika merujuk pada hasil pemeriksaan sampel. Pengguna Narkoba di kalangan

remaja di Papua, trennya cenderung meningkat, data 2012 menyebutkan

0,8% Pengunaa narkoba merupakan kalangan remaja ,pada “caffee morning”

dengan insiden pers dikota Jayapura, Papua. Hasil survey BNN

menyebutkan pada 2012 yakni, penyalahgunaan narkoba coba-coba pakai

5.000 orang, rutin pakai 7.500 orang, keterangan narkoba suntik 250 orang,

sedangkan keterangan narkoba non suntik 4.000 orang, sehingga total yang

telah tersentuh penyalagunaan narkoba sebanyak 16.750 orang.

Jayapura, BUMIPAPUA.COM – Badan Narkotika Nasional ( BNN)

Propinsi Papua merilis jumlah tersangka dalam kasus narkoba terus

meningkat setiap harinya. Tahun kemarinpada semester pertama 2018

mencapai 293 0rang dari 246 kasus narkotika yang ditangani BNN Papua.

padahal sepanjang tahun 2017 jumlah tersangka sebanyak 301 orang

dengan 245 kasus narkotika


4

Kepala BNN Provinsi Papua, Brigjen Pol Moh. Abdul kadir

menyebutkan kebanyakan tersangka dalam kasus narkotika di Papua

menyeret pelajar dan mahasiswa.Pada semester awal 2018 sudah ada 25

pelajar dan mahasiswa. Kami bahkan mengirim 3 Orang pecandu narkoba

ke Balai Rehap Badoka Makasar, karena tak ada fasilitas rehap di Papua,”

jelasnya, Senin (31/7)

Di kota Jayapura, Direktur Resnarkoba Polda Papua, Kombes Polisi

Ida Bagus Komang Ardika mengatakan, dari evaluasi pelaksanaan tugas

Direktorat Reserse Narkoba Polda Papua di tahun 2017, ternyata terjadi

peningkatan kasus penyalahgunaan obat terlarang jika dibandingkan tahun

sebelumnya. Misalnya saja, di tahun 2016 jumlah kasus narkkoba, kasus

psikotropika dan kasus bahan berbahaya sebanyak 210 kasus dengan

penyelesaian sebanyak 210 kasus, sedangkan di tahun 2017 sebanyak 212

kasus dengan jumlah penyelesaian 164 kasus dan 48 kasus dalam proses.

“Jumlah tersangkanya juga meningkat, di tahun 2016 keseluruhan

tersangka 236 orang dan tahun 2017 menjadi 261 orang sedangkan untuk

barang bukti yang kami sita tahu 2017 ganja sebanyak 28 kilo,ekstasi 3 butir

dan shabu 243,16 gram,” kata Ida Bagus kepada wartawan di

kantorDirektorat Resnarkoba Polda Papua, Kota Jayapura, Jumat, 22

Desember 2017.

Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba akan dijalani dengan

adanya dorongan dari orang tua. CASA (Center on addication and

substance abuse) mengemukakan orang tua adalah kunci untuk mencegah


5

anak dari kecanduan narkoba, karena orang tua adalah tempat menerima

segala persoalan, memberikan bimbingan. (Star, 2010)

Berdasarkan studi pendahuluan ditemukan di Kelurahan Wahno ada

70 remaja yang ingin saya teliti tentang pengetahuan pencegahan narkoba,

hal inlah yang membuat saya tertarik untuk melakukann penelitian mengenai

gambaran pengetahuan remaja tetang pencegahan narkoba di Kelurahan

Wahno Kotaraja Jayapura.

Dari pendahuluan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

mengenai gambaran pengetahuan remaja tentang pencegahan narkoba,

Kelurahan Wahno dengan mengetahui hal tersebut dapat diinformasikan hal

yang benar tentang pengetahuan pencegahan narkoba kepada remaja putra

dan putri.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

Skipsi ini adalah: Bagaimana Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang

Pencegahan Narkoba di Kelurahan Wahno Kotaraja Jayapura?

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan Narkoba Di

Kelurahan Wahno Kotaraja Jayapura.


6

I.3.2 Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Teridentifikasi karakteristik remaja dikelurahan wahno.

b. Teridentifikasi pengetahuan responden tentang narkoba.

c. Teridetifikasi pengtahuan tentang pencegahan narkoba

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

I.4.1 Bagi Remaja

Dapat digunakan sebagai informasi dalam mengambil

keputusan yang tepat terhadap apa yang akan dilakukan, agar

remaja terhindar dari penyalagunaan narkoba.

I.4.2 Bagi Masyarakat dan Orang Tua

Dapat digunakan sebagai informasi dalam meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan dalam mengantisipasi perilaku

narkoba tersebut, agar terjadi penurunan dalam angka kejadian

narkoba.

I.4.3 Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna bagi pengunjung puskesmas tentang hubungan pengetahuan

dan pergaulan remaja terhadap tindakan pencegahan narkoba. Dan

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan informasi.


7

I.4.4 Bagi Pendidikan

Dijadikan sebagai bahan bacaan dan wawasan bagi pedidikan

khususnya dalam bidang keperawatan komunitas dan mengetahui

bahaya dari narkoba dan melakukan pencegahan narkoba.

I.4.5 Bagi Peneliti

Mendapatkan pengalaman dan wawasan berpikir, bernalar serta

menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan pencegahan

Narkoba diFuria Puskopad Gunung, RT 004 dan RW 005 Kotaraja

Jayapura.

I.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dijadikan sebagai acuan bagi rekan peneliti lain

dalam penelitian selanjutnya yang mengambil judul tentang

pencegahan narkoba.
8

BAB II

TINJAUAN TEORI

II.1 Konsep Remaja

I.5.1 Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan

manusia, menghubungkan masa remaja dan masa anak-anak dan masa

dewas. Masa remaja, menurut Mappiare (dalam Ali & Asrori 2012)

berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita

dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria

Masa remaja disebut juga sebagai masa penghubung atau masa

antara masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan dan esensial mengenai

kematangan fungsi-fungsi rohania dan jasmania, terutama fungsi

seksual.

Remaja yang dalam bahasa aslinya di sebut adolescence, berasal

dari bahasa latin adolescare yang artinya “tumbu untuk tumbu mencapai

kematangan”. Bangsa primitive dan orang-orang purbakala memandang

masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam

rentang kehidupan. Anak di anggap sudah dewasa apabila sudah mampu

mengadakan reproduksi. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence

sesunggunya memiliki arti yang luas, mencakup pematangan mental,

emosional , sosial dan fisik.

8
9

Menurut Rice (dalam gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa

peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi

individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal

penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri, dua hal

tersebut adalah pertama hal yang bersifat ekternal, yaitu adanya

perubahan lingkungan dan kedua adalah hal yang bersifat internal yaitu

karakteristik didalam diri remaja yang membuat remaja reratif

lebihbergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya

(strom and stress period).

WHO (World HealthOrganization) mendefinisikan remaja secara

konseptual, dibagi menjadi tiga kriteria yang biologis spikologis dan

sosial ekonomi (Sarwano, 2012). Secara lengkap definisi tersebut

berbunyi sebagai berikut:

a. Remaja berkembang mulai dari pertama kali menunjukan tanda

tanda seksual sekundernya sampai mencapai kematangan

seksualnya.

b. Remaja mengalami perkembangan spikologis dan pola

identifikasih dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi menuju

keadaan yang relatif lebih mandiri.

Piaget dalam Ali & Asrori 2012) mengatakan bahwa secara

spikologis, remaja adalah sesuatu usia ketika individu menjadi

terintergrasi ke dalam masyarakat dewasa, sesuatu usia saat anak tidak


10

merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua

melainkan merasa sama, atau palin tidak sejajar. Berdasarkan definisi-

definisi tersebut di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa remaja adalah

suatu usia ketika individu mulai menunjukan tanda-tanda seksual

sekundernya sampai mencapai kematangan seksual, mengalami

perkembangan spikologis dan pola identifikasih dari kanak menjadi

dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi

menuju keadaan yang relatif lebih mandiri, menjadi terintergrasi ke

dalam masyarakat dewasa, serta individu tidak merasa bawah dirinya

berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama,

atau paling tidak sejajar (WHO, Dalam Sarwono, 2012; Piaget, dalam

Ali & Asrori, 2012).

I.5.2 Karakteristik Remaja

Secara fisik masa remaja di tandai dengan pematangan alat-alat

kelamin pada seorang anak. Secara anatomi berarti alat-alat kelamin

khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya

yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah dapat

berfungsi secara sempurna pula. Pada remaja putri yang memasuki masa

remaja tanda-tanda yang akan Nampak yaitu pinggul membesar payudara

membesar, tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu, serta

mengalami mestruasi setiap bulannya. Sedangkan pada remaja putra ciri-

ciri yang nampak adalah jakun membesar, suara berubah menjadi berat,

bahu melebar serta dada bidang, otot-otot membentuk dengan baik,


11

tumbuh rambut pada daerah-daerah tertentu, tumbuh kumis dan janggut,

serta mengalami mimpi basah. Masa pengamatan ini berlangsun kurang

lebih 2 tahun sejak mestruasi pertama pada remaja putrid dan mimpi basah

pertama pada remaja putra. Masa 2 tahun ini di namakan pebertas.

Adapun beberapa kriteria yang di miliki oleh remaja, yaitu antara lain:

1. Peningkatan emosional yang secara cepat pada masa remaja awal

yang di kenal sebgai masa storm dan stress. Peningkatan emosional

ini merupakan fisik terutama hormone yang terjadi pada masa

remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan

tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbedah dari

masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang

di tunjukan pada remaja, misalnya mereka di harapkan untuk tidak

lagi bertingka seperti anak-anak, maka harus bisah lebih mandiri

dan bertanggung jawab, kemandirian dan tanggung jawab ini akan

terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan Nampak jelas pada

remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kulia

2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga di sertai kematangn

seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak

yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik

yang terjadi secara cepat, perubhsn internal seperti sistem sirkulasi,

pencernaan dan respirasi maupun perubahan ekternal seperti tinggi

badan, berat badan, proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap

konsep diri remaja


12

3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan

dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik

bagi dirinya di bawah dari masa kanak-kanak di gantikan dengan hal

menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan

adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka

remaja di harapkan untuk dapat mengarakan ketertarikan mereka

pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam

hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya

dengan individu dari jenis kelamin yang sama, detapi juga dengan

lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa

kanak-kanak menjadi sudah tidak penting karena sudah mendekati

masa dewasa.

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi

perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasa,

tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai

kebebbasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri

untuk memikul tanggung jawab tersebut.

6. Berkeinginan besar untukmencoba segalah hal yang belum di

ketahuinya.

7. Keinginan untuk menjelaja ke alam sekitar lebih luas, misalnya

melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan pramuka, kelompok

pencinta alam.
13

8. Aktifitas berkelompok tumbuh sedemikian besar.

9. Sering menghayal dan berfantasi.

I.5.3 Pembagian Usia Remaja

Sa’id (2015), membagi usia remaja menjadi tiga fase sesuai

tingkatan umur yang di lalu oleh remaja Menurut Sa’id, setiap fase

memiliki keistimewaan nya tersendiri. Ketiga fase tingkatan umur

tersebut antara lain:

1. Remaja awal (early adolescence)

Tingkatan usia remaja yang pertama adalah remaja awal. Pada

tahap ini, remaja berada pada rentang usia 12 hingga 15 tahun.

Umumnya remaja tengah berada di masa sekolah menengah pertama

(SMP). Keistimewaan yang terjadi pada fase ini adalah remaja tengah

berubah fisiknya dalam kurun waktu yang singkat. Remaja juga

mulai tertarik kepada lawan jenis dan mudah terangsang secara

erotis

2. Remaja pertengahan (middle adolescence)

Tingkat usia remaja selanjutnya yaitu remaja pertegahan, atau

ada pula menyebutnya dengan remaja madya. Pada tahap ini, remaja

berada pada rentang usia 15 hingga 18 tahun. Umumnya remaja

tengah berada pada masa Sekolah Menegah Atas (SMA).

Keistimewaan dari fase ini adalah mulai sempurnanya perubahan fisik

remaja, sehingga fisiknya sudah menyerupai orang dewasa. Remaja

yang masuk pada tahap ini sangat mementingkan kehadiran teman-


14

teman sebayanya, dan remaja akan senang jika banyak teman yang

menyukainya

3. Remaja Akhir (late adolescence)

Tingkatan usia remaja akhir. Pada tahap ini remaja telah berusia

sekitar 18 hingga 21 taahun. Remaja pada usia ini umumnya tengah

berada pada usia pendidikan di perguruan tinggi, atau bagi remaja

yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka bekerja dan

mulai membantu menafkahi angota keluarga. Keistimewaan pada fase

ini adalah seorang remaja selain dari segi fisik sudah menjadi orang

dewasa, dalam bersikap remaja juga sudah menganut nilai nilai orang

dewasa.

I.5.4 Perkembangan Remaja

Masa remaja sering di sebut juga dengan masa pubertas.

(Hurlock). Berpendapat bahwa masalah puber adalah fase dalam rentang

perkembangan ketika anak–anak berubah dari makhluk aseksual menjadi

makhluk seksual. Adapun Root (dalam Al- Mighwar, 2006 : 17)

berpendapat bahwa masa puber adalah suatu tahap dari perkembangan

saat terjadi kematangan alat–alat seksual dan tercapai kemampuan

reproduksi. Tahap ini di sertai dengan perubaha-perubahan dalam

pertumbuhan dan perkembangan somatic dan perspektif spikologi, seperti

pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, emosi, dan spikososial.


15

a. Pertumbuhan dan perkembangan fisik

Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada remaja meliputi

perubahan progresif yang bersifat internal maupun ekternal.

Perubahan internal meliputi perubahan ukuran alat pencenaan

makanan, bertambahnya besar dan berat jantung dan paru-paru, serta

bertamba sempurnanya sistem kelenjar edoktrin dan berbagai jaringan

tubuh.bertambahnya jaringan eksternal meliputih bertambah tinggi

dan berat badan, dan bertambahnya proposi tubuh, bertambahnya

ukuran besarnya organ seks, dan munculnya tanda-tanda klamin

sekunder seperti pada laki-laki tumbuh kumis dan janggut, jakun,

bahu besar dan dada melebar, suara berat, tumbuh buluh di ketiak,

tumbuh buluh di dada, di kaki, di lengan dan sekitar kemaluan, serta

otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan, tumbuhnya

payudara, pinggul membesar, suara menjadi halus,tumbuh bulu di

sekitar ketiak dan sekitar kemaluan (Ali.M dan Asrori.M,2006)

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif pada remaja menurut Jean Piaget (dalam

desmita ,2008:195) adalah telah mencapai tahap pemikiran oprasional

formal (formal operational thought) yaitu sudah dapat berpikir secara

abstrak dan hipotesis, serta sudah mampu berpikir tentang sesuatu

yang akan tau mungkin terjadi. Mereka juga sudah mempu

memikirkan semua kemugkinan secara sistematik (sebab-akibat)

untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah-masalah


16

c. Perkembangan Psikososial.

Perkembangan Psikososial yang terjadi pada remaja yaitu,

remaja mulai mencari identitas jati dirinya. Remaja mulai menyadari

adanya rasa suka dan tidak suka pada sesuatu, sudah mempunyai

tujuan-tujuan yang ingin dicapai dimasa depan, sudah mempunyai

kekuatan dan hasrat untuk menggontrol kehidupan sendiri. Dalam

hubungan relasi, remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan

teman sebayanya dari pada dengan orang tuanya, sehingga lebih

terjaling kedekatan secara pribadi dengan teman sebaya dari pada

dengan orang tua.

Hal ini membuat mereka lebih suka bercerita masalah-masalah

pribadi seperti masalah pacaran dan pandangan-pandangan tentang

seksualitas kepada teman sebayanya.Sedangkan masalah-masalah

yang mereka ceritakan kepada orang tua hanya seputar masalah

sekolah dan rencana karir. (Desmita 2008)

II.2 Konsep Narkoba

I.5.5 Pengertian Narkoba

Menurut Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika pada Bab 1 Pasal , narkotika adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sentesis maupun

semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan
17

Narkoba merupanakan akronim dan narkotika, spikotropika dan

zat adiktif lainya (Napza), secara umum Narkoba adalah zat-zat

kimiawi yang apabila di masukan ke dalam tubuh baik secara oral

( diminum, di hisap, dihirup dan di sedot) maupun di suntik, dapat

mempengaruhi pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang,

hal ini dapat menimbulkan ganguan keadaan sosial yang di tandai

dengan indikasih negatif waktu pemakaian yang panjang dan

pemakaian yang berlebihan. Menurut farmakologi medis bahwa

Narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan (terutama) rasa

nyeri yang berasal dari daerah visceral dan dapat menimbulkan efek

stupor ( bingung, masih sadar dan masih harus digerakan) serta adiksi

Di sebabkan hanya ketergantungan, pengunaan dan peredaran

arkoba di atur Undang-undang no, 22 tahun 1997 tentang narkotika.

Karena itu, menurut Undang-undang, narkoba di bagi ke dalam

narkotika dan spikotropika.

a. Narkotika

Menurut profesi yang menyebabkan ketergantungannnya,

narkoba di kelompokan menjadi:

1. Narkotika Golongan I: berpotensi tinggi menyebabkan

ketergantungan dan tidak di gunakan untuk terapi. Contoh

heroin, kokain, ganja, putaw.


18

2. Narkotika Golongan II : berpotensi tinggi merupakan

ketergantungan dan di gunakan pada terapi pilihan terakir.

Contoh morfin dan petidin.

3. Narkotika Golongan III : Berpotensi ringan menyebabkan

ktergantungan dan banyak di gunakan pada terapi Contoh :

kodein

b. Psikotropika

1. Psikotropika golongan I: amat kuat meyebabkan ketergan-

tungan dan tidak digunakan dalam terapi. Contoh Ekstasi,

LSD dan STP

2. Spikotropika Golongan II: kuat menyebabkan ketergantungan,

banyak digunakan dalam terapi, contoh: amfetamin,

metafetamin (sabu), fensiklidin, (pcp) dan relatin.

3. Spikotropka Golongan III: potensi sedang menyebabkan

keretgantungan, banyak I gunakan dalam terapi,

pentobarbital dan flunitrazepam.

4. Spikotrpika Golongan IV: potensi ringan meyebabkan

ketergantungan dan sangat luas di gunakan dalam terapi.

Contoh: diazepam dan klobazam.


19

I.5.6 Jenis-Jenis Narkoba

1. Opiat/Opium

Opiat atau opium adalah bubuk yang dihasilkan langsun oleh

tanaman yang bernama poppy/papaver somniferum di mana di dalam

bubuk haram tersebut terkandung morfin yang sangat baik untuk

menghilangkan rasa sakit dan kodein yang berfungsi sebagai obat

antitusif.

2. Morfin

Morfin adalah alkoloida yang merupakan hasil ekstraksi serta

isolasi opium dengan zat kimia tertentu untuk menghilangkan rasa

sakit atau hipnoanalgetik bagi pasien yang mengalami penyanyakit

tertentu.

3. Heroin

Heroin adalah keturunan dari morfin atau opioda semisintatik

dengan proses kimiawi yang dapat menimbulkan ketergantungan atau

kecanduan yang berlipat ganda di banding dengan morfin. Heroin di

pakai oleh para pecandunya dengan cara menyuntikan heroit ke otot,

kulit/sub kutan atau membulh vena.

4. Kodein

Kodein adalah sejenis obat bentuk yang di gunkan oleh dokter,

namun dapat menyebabkan ketergantungan atau efek adiksi sehingga

peredarannya di batasih dan di awasih secara ketat.


20

5. Opiate Sintetik/sintesis

Jenis obat yang yang berasal dari opiat di buat seperti metadon,

penitit dan dektropropoksiven (distalgesic) yang memiliki fungsi

sebagai obat penghilang rasa sakit. Metadon berguna untuk

menyembuhkan ketagihan pada opium / opiate yang berbentuk serbuk

putih.

6. Kokain /Cocaine hydrochooride

Kokain adalah bubuk Kristal yang di dapat dari ekstraksi serta

isolasi daun coca (erythoroxylon coca) yang dapat menjadi

perangsang pada sambungan syaraf dengan cara/teknik di minum

caranya mencampur dengan minuman , di hisap seperti rokok, di

suntik ke pembulu darah, di hirup dari hidung dengan pipa kecil, dan

beragam metode lainnya.

7. Ganja /Mariyuana/ Kanabis

Mariyuna adalah tanaman semak/ perdu yang tumbu secara liar di

hutan yang mana daun, bunga, dan biji kanabis berfungsi untuk

relaksan dan mengatasi keracunan ringan (intoksitasi ringgan). Zat

getah ganja /THC (delta -9 tetra hidrocannabinol) yang kering bernama

hasis, sedangkan di cairkan menjadi minyak kanabasis. Minyak

tersebut sering di gunakan sebagai campuran rokok atau lintingan

tembakau yang di sebut sebagai cimenk, cimeng, cimenx, joint, spleft,

dan sebagainya.
21

2.2.3. Faktor-Faktor Penyebab Penyalagunaan Narkoba

Pada Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Bab II Pasal 4 Ayat (a), menyatakan bahwa: “menjamin kesediaan

narkotika untuk kepentinggan pelayanan kesehatan dan/ pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi”. Sedangkan pada Bab III pasal 7,

menyatakan bahwa: “ narkotika hanya dapat di gunakan untuk kepentingan

pelayanan kesehatan dan/ pengebangan ilmu pengetahuan dan teknologi”.

Namun pada kenyataan saat ini dalam lingkungan masyarakat yang terjadi

adalah penyalagunaan narkotika itu sendiri. Adapun beberapa faktor yang

menjadi penyebab penyalagunaan Narkoba pada seseorang terdiri dari:

1. Faktor Individu

Tiap individu memiliki perbedaan tingkat resiko untuk

penyalagunaan Narkoba. Faktor yang mempengarui individu terdiri

dari faktor keperibadian dan faktor konstitusi

2. Coba-Coba

Merasa tertarik dengan efek yang di timbulkan oleh suati zat yang

di larang. Seseorang dapat memiliki rasa inggin tahu yang kuat untuk

mencoba zat terlarang tersebut. Tanpa di adari penguna yang awalnya

coba coba itu diah akan menjdi ketagihan dan akan melakukannya

lagi berulang-ulang tanpa bisah berhenti.

3. Ikut-Ikutan

Orang yang sudah menjadi korban mungkin akan berusaha

mengajak orang lain yang bekum terkontaminasi narkoba agr ikut


22

merasakan penderitaan yang di rasakannya. Pengedar dan pemakai

biasanya pertama akan memberikan secara gratis. Seseorang yang

melihat orang lain lagi asyik memakai zat terlarang bisah jadi akan

mencoba mengikuti gaya pakai tersebut termasuk penyalagunaan

tempat umum menikmati zat terlarang tersebut.

4. Untuk Melupakan Masalah

Orang yang mengalami bayak masalah dan inggin lari dari

masalah dapat terjerumus dalam penyalagunaan narkoba, mereka

berniat lari dari masalah meskipun cumah sesaat. Zat terlarang dapat

membatu seseorang untuk melupakan maslah dan mengejar

kenikmatan dengan jalan mengunakan narkoba yang menyebabkan

halusinasi atau khayalan yang menyenagkan.

5. Gaya Hidup

Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pemakainya lebih

berani, keren, percaya diri, kreaatif, santai dan sebagainya. Jelas bagi

orang yang ingin di sebut gaul oleh golongan atau kelompok dia harus

memakai zat tersebut.

6. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang. Faktor internal yang dapat mempengaruhi seseorang

meyalagunakan Narkoba antara lain faktor keluarga, ekonomi, dan

kepribadian ( handoyo, 2004:23), fungsi dari analisis faktor internal


23

adalah mengungkap apa yang menjadi penyalagunaan narkoba dari

sudut keluarga, ekonomi dan kepribadian

7. Faktor Ekternal

Bentuk faktor ekternal dari penyalagunaan narkoba berasal dari

berbagai faktor, antara lain: faktor pergaulan, faktor penyebaran

penghasil, dan undang undang narkotika. Dalam analisa ini kedua hal

tersebut akan di paparkan sesui dengan kondisi Negara Indonesia

sekarang ini fungsi analisa faktor ekternal adalah pengungkapan

penyebab penyalagunaan zat spikotropika yang di lakukan tokoh utama

dari luar dirinya dalam pergaulan yang kurang terkontrol.

Adapun faktor pendorong penyalagunaan narkoba di kalangan

remaja dari data yang di peroleh menurut permasalahan penyalagunaan

narkoba merupakan permasalahan yang demikian komplek yang

merupakan hasil interaksi 3 (tiga) faktor, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Individu

a. Aspek Kepribadian

1. Tingka laku anti sosial antara lain keinginan melanggar, sifat

memberontak, tak inggin hal yang bersifat otoritas, menolak

nilai nilai tradisional, mudah kecewa, tidak sabar serta adanya

keinginan di terima di kelompok pergaulan, dan untuk

bergembira.
24

2. Kecemasan dan depresi antara lain tidak mampu

menyelesaikan kesulitan hidup, menghindari rasa cemas, dan

depresi, sehingga melarikan diri ke penyalagunaan narkoba.

b. Aspek Pengetahuan

1. Sikap dan kepercayaan antara lain mengikuti orang lain,

mengetahui bahaya narkoba, ingin coba-coba agar di terimah

di lingkungan pergaulan.

2. Keterampilan berkomunikasih menolak tekanan teman

sebaya.

2. Faktor lingkunggan/sosial

Faktor lingkungan /sosial antara lain kondisi keluarga / orang

tua, pengaruh teman/ kolompok sebaya, faktor sekolah, pengaruh

iklan , dan kehidupan masyarakat modern

3. Faktor ketersediaan

Fakrtor ketersediaan antara lain: tersediah di mana-mana dan

mudah di peroleh karena maraknya peredaran narkoba, Indonesia

sudah sebagai produsen Narkoba, bisnis Narkoba yang menjajikan

keuntungan besar, kultifasi gelap ganja di beberapa daerah di

Indonesia serta penekanan hukum yang belum tegas di konsisten.

2.2.4. Dampak Penyalahgunaan Narkoba

Dampak penyalagunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung

pada jenis Narkoba yang di pakai, kepriibadian pemakai an situasi atau


25

kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat

terlihat pada fisik, spikis maupun sosial seseorang.

1. Dampak Terhadap Fisik

a. Ganguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,

halusinasi, ganguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.

b. Ganguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiofaskuler)

seperti: infeksi akut otot jantung, ganguan peredaran darah.

c. Ganguan pada kulit (dermattologis)seperti: (abses), alergi.

d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi

pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.

e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus suhu

tubuh meningkat pengecilan hati dan sulit tidur.

f. Dampak penyalagunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi

adalahganguan pada endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon

reproduksi (estrogen, progesterone, testosteron), serta gaguan

fungsi seksual.

g. Dampak penyalagunaan narkoba terhadapkesehatan reproduksi

pada remaja perempuan antara lain perubahan periode mentruasi,

ketidak teraturan mentruasi,dan amenorhor (tidak haid).

h. Bagi penguna narkoba melaui jarum suntik, khusunya pemakaian

jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit

seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada

obatnya.
26

i. Penyalaguna narkoba bisah berakibat fatal ketika terjadi over

dosis yaitu komsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk

menerimahnya. Over dosis bisah menyebabkan kematian.

2. Dampak Terhadap Spikis.

a. Lambat kerja, ceroboh kerja, sering tegag dan gelisah.

b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.

c. Agitatif, menjadi ganas dan tinggah laku yang brutal.

d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan .

e. Cenderung menyakiti diri sendiri, perasaan tidak aman, bahkan

bunuh diri.

3. Dampak Terhadap Lingkungan.

a. Akan menganggu kerharmonisan keluarga.

b. Merongsong keluarga.

c. Membuat aib keluarga.

d. Hilangnya harapan keluarga.

e. Menganggu keaman dan ketertiban.

f. Mendorong tindak kejahatan.

g. Mengakibatkan hilangnya kepercayaan.

h. Menimbulkan beban ekonomi dan sosial yang besar.

Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat termasuk juga dalam

lingkungan sekolah, banyak di jumpai remaja yang yang hanya menjadi

pemakai narkoba, pengedar ataupun kedua-duanya. Senagai pengedar dan

juga pemakai. Dalam lingkungan masnyarakat yang lebih luas banyak di


27

jumpai ulah para pengedar dan pemakai narkoba yang meresahkan.

Mereka tidak segan segan untuk melakukan tindak criminal seperti

mendorong, mencopet, marampok, mencuri, marak hanya semata mata-

untuk mendapat narkoba. Bagi mereka yang sudah sampai pada tingkat

ketergantungan yang tinggi. apapun resikonya tidaj di perhitungkan lagi

yang penting untuk mendapatkan narkoba”

I.6 Konsep Pengetahuan

I.6.1 Pengertian Pengetahuan

1. Menurut (Syafiie & Welasari, 2015), penetahuan berasal dari

kata dasar “tahu” dan padar prinsipnya “tahu” adalah terdiri dari

sebagai berikut : Tahu menertjakan (Know to do)

2. Tahu bagaimana (Know how)

3. Tahu mengapa (Know)

Pengetahuan adalah hasil pengi nderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap suatu objek dari indra yang di milikinya

(Notoadmodjo, 2012)

I.6.2 Tingkat Pengetahuan

Sebagaian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui

mata dan teliga. Pengatahuan atau koknitif merupakan 6 tingkatan,

yaitu:

1. Tahu (know) diartikan sebagai mengigat suatau materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur


28

bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari antar lain

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkam

dan sebagainya terhadap objek yang di pelajari.

3. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk

mengunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi

real (sebenarnya)

4. Analisis (analysis) diartikan sebagai suatu kemampuan

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-

komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan

masih ada kahitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dari pengunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagang), membedakan, memisahkan, megelompokkan,

dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation) berdekatan dengan kemampuan untuk

melakukan justrifikasih atau menilaian terhadap suatu materi atau


29

objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kreteria yang

di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada. (Notoatmojo, 2007).

Menurut (Arikunto 2006) terdapat 3 kategori tingkat

pengetahuan yang tingkat pengetahuan kategori baik, tingkat

pengetahuan kategori cukup, dan tingkat pengetahuan kategori

kurang, yang didasarkan pada nilai presetase sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%.

2. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56 – 74%

3. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 55%

I.6.3 Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara

atau anket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan

I.6.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Budiman dan Riyanto) faktor yang mempengaruhi

pengetahuan meliputi pendidikan, informasi (media masa), sosial dan

ekonomi, lingkungan pengalaman dan usia.

a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku

seseorang atau kelompok dan usaha mendewasakan manusia


30

melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto

2013). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

cepat menerima dan memahami suatu informasi sehingga

pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi (Sriningsih,

2011).

b. Informasi/ media masa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektonik

berbagai informasi dapat diterima masyarakat, sehingga orang

yang sering terpampang media masa (televise, radia, majalah,

pamflet) akan memperoleh informasi yang lebih, dibandingkan

dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media masa.

c. Sosial dan ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tampa

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan

menambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang di

butuhkan untuk kegiatan tertentu sehinga status ekonomi akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang

d. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses maksutnya pengetahuan

kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun

yang tidak akan direspon sebagai pengetahuan oleh individu.

Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang di dapatkan akan


31

baik tapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang

didapatkan juga akan kurang baik.

e. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman yang sudah

diperoleh dapat meningkatkan dari pengetahuan seseorang.

Pengelaman seseorang tentang suatu permasalahan akan

memebuat orang tersebut menegtahui bagaimana cara

menyelesaikan permasalahan dari pengelaman sebelumnya yang

telah di alami sehingga pengalam yang di dapatkan bisa di

jadikan sebagai pengetahuan apabila mendapatkan masalah yang

sama

f. Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehinga

pengetahuan yang sama akan semakin membaik dan bertambah.

I.6.5 Cara-Cara Memperoleh Pengetahuan

a. Cara tradisional atau nonilmiah

1. Cara coba salah (trial and error)

Cara coba salah inidi lakukan dengan mengunakan

kemungkinan dalam memecahkan, dan apabilah

kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka akan di coba

dengan kemungkinan yang lain.

2. Cara kekuasaan dan otoritas


32

Prinsip cara ini adalah orang lain orang lain menerimah

pendapat yang di kemukakan oleh orang yang mmpunya

aktivitas tampa terlebih dulu menguji atau membuktikan

kebenaran, baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan penalaran sendiri

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan

merupa-kan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

oengetahuan. Hal ini di lakukan dengan cara mengulagi

kembali pengalaman yang di peroleh dalam memecahkan

permasalahan pada masa yang lalu.

4. Melalui jenis pikiran

Daam memperoleh kebenaran pengetahuan, telah

mengunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi. Induksi adalah proses pembuatan kesimpulan itu

melalui pernyatan-pernyataan khusus pada umum. Deduksi

adalah proses pembuatan kesimpulandari pernyataan umum

ke khusus.

b. Cara modern atau ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

saat ini lebih sistematik, logis, dan ilmiah. Dalam meperoleh

kesimpulan di lakukan dengan cara mengadakan observasi


33

langsun dan membuat pencatatan-pencatatan pada semuah fakta

sehubung dengan objek penelitiannya.

I.7 Konsep Pencegahan

I.7.1 Pengertian pencegahan

Pencegahan adalah proses, cara, tindakan pencehagan atau

tindakan menahan agar suatu tidak terjadi. Dapat dikatakan suatu

upaya yang dilakukan sebelum terjadi pelanggaran.

Upaya pencehagan kejahata merupakan upaya awal dalam

menaggulagi kelahatan. Upaya dalam menaggulagi kejahatan dapat

di ambil beberapa langkah meliputih penindakan (represif)

disampaikan langkah pencegahan (preventif)

I.7.2 Pencegahan umum

Narkoba merupakan suatu wabah International yang akan

menjalar ke setiap Negara, apakah Negara itu sedang maju atau

berkembang. Semua jadi sasaran dari sindikat sindikat narkoba,

menghadapi kenyataan seperti ini pemerintatelah berupaya dengan

mengeluarkan:

1. Impres No. 6 tahun 1971

Dalam impres ini masalah penyalagunaan narkotika sudah di

masukan ke dalam (6) enam permasalahan nasional yang perlu

segerah di tanggulagi
34

2. Undang-undang nomor 09 tahun 1976

Disini lebih di pertegas lagi dan kepada pengedar dan sindikat-

sindikat narkotika serta yang menyalagunakan narkotika diancam

dengan hukuman yang cukup berat, baik hukuman penjara,

kurungan maupun denda.

3. Keputusan menteri kesehatan nomor : 65/menkes. SK/IV/1907

Penetapan bahan-bahan yang dilarang digunakan untuk

kepentingan pengobatan.

4. Keputusan menteri kesehatan nomor : 28/menkes/per/I/1978

Penyimpangan narkotika.

5. Undang-undang nomor 22 tahun 1997

Tindak pidana narkotika

I.7.3 Pencegahan Dalam Lingkungan Rumah Tangga

1. Jadikanlah rumah untuk berteduh seluruh keluarga dalam arti

yang seluas luasnya

2. Antar komunikasih yang harmonis antar seluruh anggota

keluarga.

Hubungan antar Ayah, Ibu, dan Anak harus terjalin cukup

harmonis dalam arti saling menghormati pupuk rasa kasih saying

yang sedalam-dalamnya.

3. Keterbukaan orang tua dalam batas tertentu kepada anak akan

member kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggung

jawab terbatas dalam rumah tangga meskipun dalam arti yang


35

sangat kecil. Keikutsertaan anak dalam tanggung jawab

bagaimanapun kecilnya akan menjadi kebanggaan anak itu

sendiri sebagai anggota keluarga yang diperhitungkan.

I.7.4 Pencegahan di luar lingkungan rumah tangga

Lingkungan diluar rumah tangga adalah merupakan

masyarakat tersendiri yang merupakan bagaian dari kegiatan sehari-

hari yang tak dapat dipisahkan. Dalam lingkungan ini akan tercipta

suatu masyarakat sendiri dengan latar belakang sosial ekonomi yang

berbeda-beda, budaya yang berbeda, agama yang berbeda dan

banyak lagi perbedaan-perbedan yang kemudian berkumpul jadi

satu kelompok. Kedalam lingkungan ini pengaruh narkoba mudah

masuk dan berkembang. Untuk itu, kelompok ini harus cepat

diarahkan pada kegiatan-kegiatan dimana perbedaan-perbedaan tadi

tidak jadi penghalang, seperti : kegiatan ola raga, kesenian, kegiatan

penggamanan lingkungan, kegiatan sosial, membantuh kegiatan-

kegiatan lainnya yang positif.

I.7.5 Pencegahan Seluruh Masyarakat & Berperan Serta

Dengan Pemerintah

Meskipun sudah diancam hukum yang berat kepada pengedar

dan sindikat narkoba namun pelanggaran tidak perna berhenti,

mungkin karena perdanggan ini sangat menguntungkan atau

subversi yang sangat berat.Pemgancuran tanaman ganja terjadi

dimana-mana namun masih di jumpai tanaman baru.Hal ini harus


36

dihadapi bersama oleh seluruh lapisan masyarakat dengan aparat-

aparat pemerintah dalam penumpasnya.Masyarakat harus cepat

tanggap terhadap hal-hal yang sekiranya menurus kearah kejahatan

narkoba. Komunikasi harus dijalin sebaik-baiknya antar masyakat

dan aparat-aparat pemerintah dalam mengadakan pemberantas

penyalagunaan narkoba.
37

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Kerangka Konsep

Variabel Tunggal

Karanteristikremaja
Pengetahuan remajatentang pencegahan narkoba, di Kelurahan Wahno, Kotaraja Jayapura.
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan Baik
Suku kurang
Agama
pekerjaan

Gambar 2.Kerangka Konsep

Variabel tunggal adalah variabel yang bersifat tunggal, tidak memiliki

variabel lain. Variabel tunggal sering digunakan dalam metode penelitian

deskriptif (Donsu 2016).

II.2 Definisi Opersional

Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

dapat diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang

dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional.

Dapat diamati artinyamemungkinkan peneliti untuk melakukan observasi

atau pengukuran secara cermat terhadap satu objek atau fenomena yang

kemudian dapat di ulangi lagi oleh orang lain (nursalam, 2012).

37
38

Variabel Definisi Alat / Cara Hasil Ukur


Skala
Penelitian Operasional Ukur
Karakteristik Usia adalah suatu Kuisioner Klasifikasi Usia Ordinal
responden. waktu yang Dengan 1. Remaja awal
a. Umur mengukur waktu cara ceklis (12-17 Thn)
keberadaan suatu 2. Remaja
benda atau tengah (18-21
makluk, baik Thn)
yang hidup 3. Remaja akhir
maupun yang (21-22 Thn)
mati.
b. Jenis Adalah perbedaan Kuesioner Kategori Nominal
Kelamin bentuk, sifat dan dengan 1. Laki-laki
fungsi laki-laki cara ceklis 2. Perempuan
dan perempuan
yang menentukan
perbedaan peran
mereka dalam
menyelegarakan
upaya meneruskan
garis keturunan.
c. Pendidikan Adalah kata didik Kuesioner Kategori Ordinal
yang mendapatkan Dengan 1. SD
imbuhan ‘pe’ dan cara ceklis 2. SMP
‘an’… sedangkan 3. SMA
sedangkan definisi 4. Mahasiswa
pendidikan sendiri
adalah proses
pengubahan sikap
dan dan tata laku
seseorang atau
kelompok yang
dalam usah
mendewasakan
manusia memalui
uapaya pengajaran
dan pelatihan
d. Suku Kelompok etnik, Kuesioner Kategori Nominal
etnik atau suku Dengan 1. Papua
bangsa adalah cara di isi / 2. Maluku
suatu golongan menulis. 3. Taraja
manusia yang 4. Jawa
angota angotanya
mengidentififkasih
kan dirinya
dengan
39

sesesamanya
biasanya grais
keturunan yang di
anggap sama.
e. Agama Adalah sebuah Kuesioner Kategori Nominal
koleksi dengan 1. Isalam
terorganisir dari cara ceklis 2. Krisen
kepercayaan, 3. Katolik
system budaya, 4. Hindu
dan pandangan 5. Budha
dunia yang 6. Khonghucu
mengubungakan
manusia dengan
tatanan /perintah
dari kehidupan.
Pengetahuan Pengetahuan Kuesioner Kategori Ordinal
adalah “segenap denan cara Baik : ≥75%
apa yang kita ceklis Kurang : <55%
ketahui tentang
suatu objek
tertentu”
Pencegahan Pencegahan Kuesioner Kategori Ordinal
adalah proses / dengan Baik : ≥ 75%
cara, tindakan cara ceklis Kurang : < 55%
mencegaha atau
menahan agar
sesuatu tidak
terjadi.
Tabel 3-1Definisi Operasional

II.3 Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif

dengan metode penelitian bersifat deskripsi untuk mengambarkan variabel

yang telah diteliti tentang gambaran pengetahuan remaja tentang

pencegahan narkoba diKelurahan Wahno Kotaraja Jayapura. Desain

penelitian yang digunakan cross sectional, dimana telah dilakukan

pengumpulan data mulai pertanyan-pertanyaan didalam kuesioner untuk


40

melihat kualitas untuk menilai pengetahuan remaja tentang pencegahan

narkoba.

II.4 Tempat dan Waktu Penelitian

II.4.1 Tempat Penelitian

Adapun tempat Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Wahno.

II.4.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Juli 2019

II.5 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif kuantitatif

dengan pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data variabel

tunggal dilakukan pada tahap awal, di Kelurahan Wahno Kotaraja Jayapura.

II.6 Populasi dan Sampel

II.6.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti Notoatmodjo (2012). Populasi dalam penelitian ini

adalah remaja putri/ remaja putra di lingkungan Furia Puskopad

Gunung Kotaraja Dalam, dengan jumlah remaja sebanyak 70 Orang

II.6.2Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi obajek

pengamatan/penelitian. Sampel diambil untuk mewakili

keseluruhanpopulasi (Arikunto, 2010) besar sampel mengunakan

total sampling sehingga jumlah sampel sebanyak 70 remaja.


41

II.7 Alat Pengumpulan Data.

II.7.1 Sumber data

Data yang akan di gunakan dalam penelitian ini yaitu data

primer yang diambil secara langsung pada saat penelitian tentang

gambaran pengetahuan remaja tentang pencegahan narkoba di

Kelurahan Wahno Instrument penelitian

Instrument penelitian yang dipergunakan dalam dalam

penelitian berupa angket atau kuesioner yang dibuat sendiri oleh

peneliti. (Sugiyono, 2014) menyatakan bahwa “ instrument

penelitian adalah suatu alat pengumpulan data yang digunakan

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”

dengan demikian, penggunaan intrumen penelitian yaitu untuk

mencari informasi yang lengkap mengenai gambaran remaja

tentang pencegahan narkoba di Kelurahan Wahno.

II.8 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2016) penelitian menggunakan beberapa langkah

untuk mengumpulkan data sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan

b. Menyusun proposal penelitian


42

c. Peneliti meminta surat ijin melakukan penelitian diKelurahan

Wahno, Kotaraja Jayapura

2. Tahap pelaksanaan.

a. Penelitian membawa surat ijin kepada pihak yang bersangkutan

untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian.

b. Penelitian memili partisipan sesuai sampel yang telah di tentukan.

c. Peneliti menyiapkan kuesioner dan lembar persetujuan

d. Peneliti menjelaskan didalam kuesioner maksut dan tujuan dari

penelitian kemudian membagi kuesioner.

e. Peneliti akan menjaminkerahasian jawaban yang telah diberikan

oleh responden.

f. Peneliti melakukan analisa data setelah yang dikumpulkan

lengkap, selanjutnya membuat pembahasan.

II.9 Pengelolaan Data

Menurut Hidayat ( 2007) pengelolahan data meliputi:

II.9.1 Editing (pemeriksaan data)

Kegiatan dalam penyutingan ini adalah memeriksa seluruh

daftar pernyataan yang telah dikembalikan responden, dengan

memperhatikan beberapa hal dalam pemeriksaan yaitu:

a. Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang

diajukan.

b. Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan.

c. Mengecek macam isian data.


43

II.9.2 Coding (Penyutingan)

Setelah penyutingan selesai, kegiatan selanjutnya pemberian

kode tertentu melaui pengelompokan keperluan untuk

memudahkan data.

II.9.3 Skoring

Hal ini dilakukan untuk mempermudah menganalisis data

dengan memberikan nilai, mulai dari nilai tertinggi sampai nilai

terendah dari kuesioner yang diajukan.

II.9.4 Tabulating (Tabulasi)

Data hasil pengkodean disusun dan dihitungkemudian

disajikan dalam bentuk tabel atau narasi.

II.9.5 Melakukan Teknik Analisa

Dalam melakukan analis, khususnya terhadap data penelitian

akan mengunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan

tujuan yang hendak dianalisis.

II.10 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan menggunakan beberapa ujian alias antara lain

sebagai berikut:

Analisa Univariat (Analisis Deskritif)

Analisis unuvarian bertujuan untuk mendeskripsikan karakte-ristik

masing-masing. Variabel yang diteliti. Analisis univarian dalam penelitian

ini menggambarkan frekunsi dari seluruh variabel yang diteliti yaitu

karakteristik responden. Variabel tunggal yaitu faktorpencegahan narkoba.


44

Rumus yang digunakan:

f
p= ×100 %
n

Keterangan:

P : presentase

f : frekuensi jawaban

n : jumlah sampel.

II.11 Etika Penelitian

Menurut Nasrulla (2014), prinsip etika keperawatan adalah

menghargai hak dan martabat manusia, sert tidak akan berubah. Berikut ni

adalah prinsip-prinsip etika yang digunakan penelitian selama penelitian

berlangsung :

1. Otonomi (Autonomy)

Otonomi adalah suatu bentuk respek terhadap terhadap seseorang

dan sebagai persetujuan dan tidak memaksa dan bertindak secara

rasional, otonomi juga di artikan sebagai kemandirian dan

kebebasan individu untuk menurut perbedaan diri.

2. Berbuat baik (Beneficience)

Berbuata baik adalah suatu bentuk wujut kemanusian dan juga

memerlukan pengetahuan keselahan atau kejadian yang di

sebabkan oleh diri sendiri dan orang lain.


45

3. Keadilan (Justice)

Keadilan adalah suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain yang

menjunjung tinggi proses moral, legal dan kemanusian, prinsip

keadilan merupakan suatu benuk prinsip yang dapat

menyeimbangkan dunia.

4. Tidak merugikan (Non-Maleficience)

Tidak merugikan adalah prinsip yang mempunyai arti bahwa setiap

tindakan yang di lakukan pada seseorang tidak menimbulkan secara

fisik maupun mental.

5. Kejujuran (Veracity)

Kejujuran adalah suau nilai yang menunjukan tinggi untuk

menyampaikan kebenaran apa yang sebenarnya terjadi.

6. Loyalitas / ketaatan (Fedelity)

Layalitas/ ketaatan, ini di butuhkan orang yang dapat menghsrgsi

janji dan berkomitmen kepada orang lain

7. Kerahasian (Confidentiality)

Kerahasian adalah prinsip yang harus di lakukan oleh semua manusia

ketika mengiyakan sesuatu rahasia yang di berikan oleh orang lain.


47

BAB IV

HASIL

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasih Penelitian

Kelurahan Wahno adalah salah satu Kelurahan yang ada di

Distrik Abepura kota Jayapura.

Di kota jayapura memiliki 5 distrik yaitu:

1. Distrik Jayapura Utara

2. Distrik Jaypura Selatan

3. Distrik Muara Tami

4. Distrik Abepura

5. Distrik Heram

Distrik Abepura memiliki 3 kelurahan.

1. Kelurahan Wai Mhorock

2. Kelurahan Vim

3. Kelurahan Wahno

Penelitian ini di lakukan di Kelurahan Wahno, Kotaraja

Jayapura,Kelurahan wahno terdiri dari 5 RW dan 24 RT,

1. RW 01 memiliki 06 RT,

2. RW 02 memiliki 04 RT,

3. RW 03 memiliki 04 RT,

4. RW 04 memiliki 04 RT,

5. RW 05 memiliki 06 RT.

47
48

4.2. Hasil Analisa Univariat

4.2.1. Analisis Karakteristik Responden

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di


Kelurahan Wahno (n =70)
Umur Frekuensi (n) Persen (%)
Remaja Awal 25 35.7
Remaja Tengah 32 45.7
Remaja Akhir 13 18.6
Jenis Kelamin
Laki-laki 48 68.6
Perempuan 22 31.4
Pendidikan
SD 5 7.1
SMP 24 34.3
SMA 23 32.9
Mahasiswa 18 25.7
Suku
Papua 29 41.4
Toraja 17 24.3
Maluku 15 21.4
Jawa 9 12.9
Agama
Islam 9 12.9
Kristen 43 61.4
Katolik 18 25.7
Total 70 100
49

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 70 responden

menurut umur paling banyak yaitu responden dengan kategori

umurremaja tengah sebanyak 31 (45.7%) orang, responden dengan

kategori remaja awal sebanyak 25 (35.7%) orang, dan responden

dengan kategori remaja akhir sebanyak 13 (18,6%) orang.

Menurut jenis kelamin paling banyak adalah responden dengan

jenis kelamin laki-laki sebanyak 48 (68,6%) orang dan responden

dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 22 (31,4%) orang.

Menurut pendidikan responden dengan tingkat pendidikan

paling banyak adalah SMP sebanyak 24 (34,3%) orang, responden

dengan tingkat pendidkan SMA sebanyak 23 (32,9%) orang, responden

dengan tingkat pendidikan Mahasiswa sebanyak 18 (25,7%) orang, dan

ynag paling sedikit adalah responden dengan tingkat pendidikan SD

sebanyak 5 (7,1%) orang.

Menurut Suku yang paling banyak responden suku Papua

sebanyak 29 (41,4%) orang, responden suku Toraja sebanyak 17

(24,3%) orang, responden suku Maluku sebanyak 15 (21,4%) orang,

dan responden suku Jawa sebanyak 9 (12,9%) orang.

Menurut agama paling banyak yaitu responden beragama

Kristen sebanyak 43 (61,4% orang, responden beragama Katolik

sebanyak 18 (25,7%) orang, dan responden paling sedikit beragama

Islam sebanyak 9 (12,9%) orang.


50

2. Distribusi Pengetahuan Remaja

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan hasil penelitian


tentang pengetahuan diKelurahan Wahno (n =70)
Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 49 70
Kurang 21 30
Total 70 100
Sumber :Data Primer 2019

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 70 responden

menurut pengetahuan yang paling banyak responden dengan pengetahuan

baik sebanyak 49 (70%), dan responden dengan pengetahuan kurang

sebanyak 21 (30%) orang.

3. Distribusi Penceghan Narkoba

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan hasil penelitian


tentang pencegahan narkoba diKelurahan Wahno (n =70)
Pencegahan Narkoba Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 50 71.4
Kurang 20 28.6
Total 70 100
Sumber :Data Primer 2019

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 70 responden

menurut pencegahan narkoba yang paling banyak responden dengan

pencegahan narkoba baik sebanyak 50 (71,4%) orang, dan responden

dengan pencegahan narkoba kurang sebanyak 20 (28,6%) orang.


51

BAB PEMBAHASAN

5.1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

5.1.1. Karakteristik Responden Dan Pencegahan Narkoba

a. Umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 70 responden

menurut umur paling banyak yaitu responden dengan kategori umur

remaja tengah sebanyak 31 (45.7%) orang, responden dengan kategori

remaja awal sebanyak 25 (35.7%) orang, dan responden dengan

kategori remaja akhir sebanyak 13 (18,6%) orang.

Remaja pada usia 14-19 tahun mengalami banyak perubahan

secara kognitif, emosional dan sosial, sehingga mereka berfikir lebih

kompleks. Pada tahap perkembangan ini remaja mempunyai rasa ingin

tahu yang sangat besar sehingga akan mencari tahu informasi dan

berperilaku sesuai informasi yang didapatkan. (Catur, 2015)

Usia remaja merupakan ambang batas dengan masa dewasa

remaja dimana pada masa ini remaja memusatkan perilakunya yang

selaras dengan status orang dewasa, seperti merokok, minuman keras,

narkoba, dan perilaku seks bebas. Untuk dapat menjadi dasar

pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan

yang kuat. Oleh karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan

faktor emosional (A.Wawan dan Dewi M, 2011).

51
52

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitiandiketahui bahwa dari 70 responden

menurut jenis kelamin paling banyak adalah responden dengan jenis

kelamin laki-laki sebanyak 48 (68,6%) orang dan responden dengan

jenis kelamin perempuan sebanyak 22 (31,4%) orang.

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa. Pengaruh teman kelompok pada masa remaja sangat

besarpengaruhnyaterhadap penyalahgunaan narkoba oleh para remaja.

Remaja yangberteman dengan para pemakai narkoba umumnya mudah

terpengaruhdan terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.

Teori yang mendukung hasil penelitian ini adalah teori dari

(Iswanti, D.I Suhartini, & supriyadi.2007) yang mengatakan bahwa

sebagian besar penyalahguna narkoba berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 90%. Penelitian dari Nababan (2008), mengatakan bahwa

dari beberapa kasus narkoba yang melibatkan anak kebanyakan adalah

anak laki-laki, karena pada umumnya anak laki-laki yang terlibat

berusia sekitar 14-16 tahun sudah merokok, rokok tersebut merupakan

pintu awal anak untuk masuk ke dalam jurang narkoba.

Pengaruh teman sangat besar kemungkinan terhadap penyalah-

gunaan obat atau zat terlarang. Hukuman oleh kelompok teman sebaya

yang berbentuk pengucilan bagi mereka yang mencoba berhenti

dirasakan lebih berat dari pengguna obat itu sendiri (Junaedi, et al.

2009).
53

c. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitiandiketahui bahwa dari 70 responden

menurut pendidikan responden dengan tingkat pendidikan paling

banyak adalah SMP sebanyak 24 (34,3%) orang, responden dengan

tingkat pendidkan SMA sebanyakk 23 (32,9%) orang, responden

dengan tingkat pendidikan Mahasiswa sebanyak 18 (25,7%) orang, dan

yang paling sedikit adalah responden dengan tingkat pendidikan SD

sebanyak 5 (7,1%) orang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Milanes dan Gomez-Bustamente (2012) yang menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan penyalahgunaan

narkoba pada 246 remaja dari masyarakat umum di Kota Cartagena,

Kolombia. Begitupula dengan hasil penelitian Amiri et al (2010)

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan

dengan penyalahgunaan narkoba pada klien yang berpartisipasi dengan

sukarela dipusat pengobatan diKota Shahroud, Iran. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan

penyalahgunaan narkoba.Namun, pendidikan memberikan peranan

penting dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba.Sekolah sebagai

institusi atau lembaga pendidikan memiliki peranan membantu siswa-

siswi berperilaku sehat.Sekolah membentuk pengetahuan, sikap, dan

keterampilan siswa dalam berperilaku menghindari penyalahgunaan

narkoba. Peningkatan pengetahuan yang diperoleh dari bangku sekolah


54

(pendidikan) terhadap narkoba dapat mempengaruhi sikap individu,

dan selanjutnya hal ini juga akan mempengaruhi perilakunya.

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.

Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari

atau mengerti atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan

mereka, dan kesehatan oranglain (Notoatmodjo, 2003).

d. Suku

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 70 responden

menurut Suku yang paling banyak responden suku Papua sebanyak 29

(41,4%) orang, responden suku Toraja sebanyak 17 (24,3%) orang,

responden suku Maluku sebanyak 15 (21,4%) orang, dan responden

suku Jawa sebanyak 9 (12,9%) orang.Lingkungan tempat tinggal di

mana terdapat penyalahgunaan Narkoba memberikan kesempatan

untuk para pelajar ikut mencoba pelajar ikut mencoba zat tersebut.

Penyalahgunaan Narkoba pada lingkungan yang masyarakatnya

mayoritas menyalahgunakan Narkoba dan membentuk pola pikir

bahwa penyalahgunaan tersebut merupakan suatu kewajaran dan hal

yang biasa untuk dilakukan.

Keadaan di sekitar tempat tinggal baik dari aspek fisik, sosial

maupun lingkungan Menurut hasil penelitian Hawari (2009), faktor

lingkungan substance availibility berperan sebagai faktor pencetus

perilaku penyalahguna Narkoba dengan predisposisi gangguan


55

kepribadian.Lingkungan fisik adalah kondisi sekitar tempat tinggal

yang dinilai ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana.

Hasil penelitian dari Setiawan (2008), menunjukkan bahwa remaja

yang hidup dilingkungan tersebut akan mudah terpengaruh

penyimpangan sosial karena hal tersebut merupakan suatu hal yang

biasa misalnya remaja yang suka mengonsumsi alkohol atau Narkoba

yang melakukan perilaku tersebut di tempat umum tanpa merasa risih.

Pola pertemanan dan lingkungan pergaulan memiliki risiko terkait

kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan Narkoba.Teman

kelompok sebaya memiliki pengaruh yang dapat mendorong

penyalahgunaan Narkoba pada diri seseorang.Pengaruh teman

kelompok dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan sehingga

sulit untuk melepaskan diri.Pengaruh teman kelompok tersebut tidak

hanya pada saat perkenalan pertama saja namun bisa juga

menyebabkan kekambuhan.

e. Agama

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 70 responden

menurut agama paling banyak yaitu responden beragama Kristen

sebanyak 43 (61,4% orang, responden beragama Katolik sebanyak 18

(25,7%) orang, dan responden paling sedikit beragama Islam sebanyak

9 (12,9%) orang.

Pendidikan agama adalah bekal penting mendasar sebagai hidup

menjalani proses kehidupan ini sesuai tuntunan agama untuk berada


56

dijalan yang benar, tidak mudah terkontaminasi lingkungan yang tidak

baik,bermoral tinggi, berkualitas, berprilaku baik dalam bersosial,

teguh, jujur dan peka terhadapsegala hal disekitar. Karena sejatinya,

pendidikan agama menanamkan nilai-nilai mulia dan moral yang

mempengaruhi perkembangan jiwa raga dan sikapnya menjalan

iberagam masalah, mampu menghindari perbuatan yang

merusak/merugikan, tidak bertanggung jawab, pergaulan bebas,

kenakalan atau lari dari masalah dengan menyalah gunakan pemakaian

narkoba.

f. Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan Narkoba Di Kelurahan

Wahno

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 70 responden

yang berpengetahuan baik tentang pencegahan narkoba baik sebanyak

41 (58,6%) orang, responden dengan pengetahuan cukup tentang

pencegahan narkoba kurang sebanyak 15 (21,%) orang, dan responden

dengan pengetahuan kurang tentang pencegahan narkoba kurang

sebanyak 4 (5,7%) orang. Berdasarkan hasil diatas maka didapatkan

kesimpulkan pengetahuan remaja tentang pencegahan narkoba di

kelurahan wahno dengan kategori baik sebanyak 41 (58,6%) orang.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.

Pengetahuan seseorang bisa diperoleh dari pengalaman yang berasal

dari berbagai macam sumber, seperti media massa, media elektronik,


57

buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan

sebagainya. Sumber-sumber tersebut didapatkan melalui

pengeinderaan khususnya melalui mata dan telinga. Seseorang dengan

sumber informasi yang banyak dan beragam akan menjadikan orang

tersebut memiliki pengetahuan yang luas (Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan responden juga mengetahui cara

penggunaan narkotika, cara pencegahan dan mengatasi

penyalahgunaan Narkoba yang semuanya tercakup dalam 37

pertanyaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya oleh Amiruddin (2013) tentang “Gambaran Pengetahuan

dan Sikap Siswa-siswi tentang NAPZA di SMA Negeri 1 Bungoro

Kabupaten Pangkep, dimana terdapat 86 orang responden (95,6%)

yang berpengetahuan baik dan 4 orang responden (4,4%) yang

berpengetahuan kurang tentang NAPZA.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatchurahman,etal(2006),

menyebutkan bahwa peran guru pembim bing sangat besar

pengaruhnya terhadap upaya pencegahan dalam penanggulangan

narkotika khususnya kepada para siswa-siswi SMA Negeri dan Swasta

diKota Palangka Raya dan umumnya kepada para remaja yang saat ini

sedang berkembang, oleh karena itu disarankan perlu ada pendekatan

secara khusus kepada para siswa yang pecandu rokok, hendaknya

diusahakan untuk dilaksanakan secara regular adanya penyuluhan


58

narkotika atau narkoba, sehingga siswa dapat terhindar dari perbuatan

negative sepertihalnya penyalahgunaan narkotika.

Hasil Crosstabulation berdasarkan klasifikasi Pengetahuan pada

Umur diketahui responden yang mengalami Pengetahuan Baik berada

pada umur remaja tengah (18-21) tahun sebanyak 19 orang 46.3%,

Remaja awal (13-17) tahun sebanyak 14 orang 43.1% , Sedangkan

responden yang terendah berada pada remaja akhir (21-22) tahun

sebanyak 8 orang 19.5%. Sedangkan pengetahuan kurang berada

pada umurremaja tengah (18-21) tahun sebanyak 13 orang 44.8%,

remaja awal (13-17) tahun sebanyak 11 orang 37.9%, sedangkan

responden terendah berada pada remaja akhir (21-22) tahun sebanyak

5 orang 17/ 2%.

Hasil Crosstabulation berdasarkan klasifikasi pengetahuan baik

pada Jenis kelamin diketahui responden yang mengalami Pengetahuan

berada pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang 61.0%,

Perempuan sebanyak 16 orang 39.0% Sedangkan Pengetahuan kurang

berada pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang 79.3%,

perempuan sebanyang 6 orang 20.7%.

Hasil Crosstabulation berdasarkan klasifikasi pada Agama di

ketahui responden yang mengalami Pengetahuan Baik berada pada

Agama Kristen sebanyak 22 orang 53,7%, Katolik sebanyak 11 orang

26.8%, Islam sebanyak 8 orang 9.5%. Sedangkan pengetauan kurang


59

berada pada pada Agama Katolik sebanyak 7 orang 24.1%, Kristen

Protestan sebanyak 21 orang 72.4%, Islam sebanyak 1 orang 3.4%.

Hasil Crosstabulation berdasarkan klasifikasi Pengetahuan pada

Suku di ketahui responden yang mengalami pengetahuan baik berada

pada suku Papua sebanyak 19 orang 46.3%, Toraja sebanyak 10 orang

24.4%, Maluku sebanyak 6 orang 14.6%, Jawa sebanyak 6 orang

14.6%. Sedangkan pengetahuan kurang berada pada suku Papua

sebanyak 10 orang 34.5%, Maluku sebanyak 9 orang 31.0%, Toraja

sebanyak 7 orang 24.1%, Jawa Sebanyak 3 orang 10.3%.

Hasil Crosstabulation berdasarkan klasifikasi Pengetahuan Baik

pada Pendidikan diketahui responden yang mengalami Pengetahuan

Baik berada pada SMA sebanyak 15 orang 36.6%, SMP sebanyak 13

orang 31.7%, Mahasiswa sebanyak 11 orang 26.8%, SD sebanyak 2

orang 4.9%. Sedangkan Pengetahuan Kurang berada pada pendidikan

SMP sebanyak 11 orang 37.9%, SMA sebanyak 8 orang 27.6%,

Mahasiswa Sebanyak 7 orang 24.1%, SD sebanyank 3 orang 10.3%.

Hasil Crosstabulation terhadap umur yang mengalami

Pengetahuan baik pada umur Remaja tengahTingkat usia remaja

selanjutnya yaitu remaja pertegahan, atau ada pula menyebutnya

dengan remaja madya. Pada tahap ini, remaja berada pada rentang

usia 15 hingga 18 tahun. Umumnya remaja tengah berada pada masa

Sekolah Menegah Atas (SMA). Keistimewaan dari fase ini adalah

mulai sempurnanya perubahan fisik remaja, sehingga fisiknya sudah


60

menyerupai orang dewasa. Remaja yang masuk pada tahap ini sangat

mementingkan kehadiran teman-teman sebayanya, dan remaja akan

senang jika banyak teman yang menyukainya.

Sedangkan pengetahuan kurang berada pada remaja awal

Tingkatan usia remaja yang pertama adalah remaja awal. Pada tahap

ini, remaja berada pada rentang usia 12 hingga 15 tahun. Umumnya

remaja tengah berada di masa sekolah menengah pertama (SMP).

Keistimewaan yang terjadi pada fase ini adalah remaja tengah

berubah fisiknya dalam kurun waktu yang singkat. Remaja juga

mulai tertarik kepada lawan jenis dan mudah terangsang secara

erotis.

Hasil Crosstabulation terhadap jenis kelamin yang mengalami

Pengetahuan baik pada jenis kelamin yang mengalami pengetahuan

baik berada pada jenis kelamin laki-laki Kecenderungan

penyalagunaan narkoba lebih banyak oleh laki-laki, dibanding

perempuan karena adanya kebiasaan merokok biasanya lebih banyak

dilakukan oleh laki-laki disbanding perempuan, sehingga pengetahuan

Narkoba lebih dominal pada laki-laki.

Hasil Crosstabulation berdasarkan klasifikasi Pengetahuan pada

Suku di ketahui responden yang mengalami pengetahuan baik berada

pada suku Papua sebanyak 19 orang 46.3%, Toraja sebanyak 10 orang

24.4%, Maluku sebanyak 6 orang 14.6%, Jawa sebanyak 6 orang

14.6%. Sedangkan pengetahuan kurang berada pada suku Papua


61

sebanyak 10 orang 34.5%, Maluku sebanyak 9 orang 31.0%, Toraja

sebanyak 7 orang 24.1%, Jawa Sebanyak 3 orang 10.3%.

Menurut Saputra, (2014). suku merupakan himpunan manusia

yang memeliki atau mempunyai kesanaan dari segi ras, agama, bangsa,

juga sama-sama terikat didalam nilai kebudayaan tertentu. Suku adalah

merupakan golongan manusia yang mengidentifikasikan dirinya

dengan sesamanya, biasanya dengan berdasarkan garis keturunan yang

dianggap sama. Satu.

Hasil Crosstabulation berdasarkan klasifikasi pada Agama di

ketahui responden yang mengalami Pengetahuan Baik berada pada

Agama Kristen sebanyak 22 orang 53,7%, Katolik sebanyak 11 orang

26.8%, Islam sebanyak 8 orang 9.5%. Sedangkan pengetauan kurang

berada pada pada Agama Katolik sebanyak 7 orang 24.1%, Kristen

Protestan sebanyak 21 orang 72.4%, Islam sebanyak 1 orang 3.4%.

Menurut Hanun, (2011). Agama adalah hubungan batin antara

manusia dengan Tuhan yang dapat mempengaruhi kehidupannya.

Hubungan batin antara manusia dengan Tuhan dalam kehidupan

sehari-hari seperti menjalankan ibadah Agama merupakan nilai

keagamaan yang dianut seseorang dimana terdapat aturan dan ajaran

untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil Crosstabulationterhadap pendidikan yang mengalami

Pengetahuan Baik pada Pendidikan SMA. Tingkat Pendidikan berarti

yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain


62

menuju kearah suatu cita-cita tertentu Menurut Nursalam, 2011 Secara

umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas.

Sedangkan Pengetahuan Kurang berada pada pendidikan SMP,

Pendidikan SMP pada tahap ini pola pikir seseorang belum matang

atau belum rasional di bandingkan dengan seseorang yang tingkat

Pendidika yang lebih tinggi akan memberikan respon yang lebih

rasional terhadap pengetahun Narkoba

5.2. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian tentu saja peneliti memiliki keterbatasan

dan kendala dalam melaksanakannya.Keterbatasan dalam penelitian ini

dapat menjadi pertimbangan untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan

penelitian yang sejenisnya. Kendala dalam penelitian adalah,peneliti pada

saat melakukan penelitian tidak bisa mengumpulkan responden dalam satu

waktu, sehingga membutuhkan waktu yang lama dan setiap responden

memiliki waktu luang yang berbeda dalam menjawab kuesioner. Dan adanya

kuesioner yang di titipkan sehingga peneliti tidak dapat menjamin bahwa

kuesioner di isi oleh responden.

5.3. Implikasi Terhadap Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian

1. Implikasi Pelayanan

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data penelitian

dengan cara membagikan kuesioner. Kepada remajaDi Furia Puskopad

Gunung Kotaraja Jayapura.Kepada pelayanan kesehatan agar dapat


63

meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan tentang pencegahan

narkotika dengan memberikan informasi dan penyuluhan sebagainya

menyangkut tentang narkoba.

2. Implikasi Pendidikan

Kemampuan seorang tenaga kesehatan baik dokter, perawat,

maupun bidan sangat penting dalam memberikan pelayanan yang

baik.Puskesmas sebagai wadah penyedia pelayanan untuk bisa

meningkatkan kemampuan tenaga medis terutama tenaga kesehatan

lingkungan maupun tenaga-tenaga kesehatan lainnya dengan melakukan

berbagai kegiatan seminar atau pelatihan dilingkungan sekolah dan

kampus.

3. Implikasi Penelitian

Metode dalam penelitian ini memerlukan penyempurnaan dengan

metode penelitian yang lain sehingga dapat menyatukan hasil yang

dapat digunakan untuk melengkapi hasil pengujian dengan menambah

aspek yang akan diteliti. Penelitian ini hanya meneliti beberapa faktor

tertentu, diharapkan untuk melakukan penelitian faktor-faktor yang

lain tentang pencegahan narkoba.


65

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Umur responden yang paling tinggi dengan kategori umur remaja tengah

18-21 sebanyak 19 orang (46.3%), sedangkan responden dengan jumlah

terenda berada pada remaja akhir sebanyak 21-22 tahun sebanyak 5 orang

(17.2%)

2. Jenis kelamin paling tinngi adalah responden dengan jenis kelamin laki-

laki sebanyak 25 orang (61.0%). Sedangkan yang terenda berada pada

jenis kelamin perempuan 6 orang (20.7%)

3. Pendidikan responden paling tinggi adalah SMA sebanyak 15 orang

(36.6%), sedangkan pengetahuan terenda berada pada SD sebanyak 3

orang (10.3%)

4. Suku responden paling banyak suku Papua sebanyak 29 (41,4%) orang.

Sedangkan paling sedikit suku papua sebanyak 19 orang ( 43.3%) paling

sedikit jawa 3 orang (10.3%)

5. Agama responden paling banyak beragama Kristen sebanyak 22 orang

(53,7% orang). Sedangkan paling renda berada pada katolik 9 orang

(31,0%)

6. Pengetahuan remaja tentang pencegahan narkoba dikelurahan wahno di

simpulkan baik.

65
66

6.2. Saran

1. Bagi Remaja

Tindakan yang dilakukan bagi remaja yang berpengetahuan kurang,

adalah agar lebih banyak membaca Koran, majalah atau ikut sosialisasi

mengenai bahaya narkoba agar terhindar dari bahaya narkoba, namun yang

berikut adalah lebih banyak terlibat dalam kegiataan keagamaan misal di

masjid atau di gereja, dan kegiatan sekolah.

66
66

2. Bagi Masyarakat dan Orang Tua

Orang tua diharapkan bersikap lebih terbuka kepada anak mengenai

bahaya narkoba dan memberikan informasi yang tepat kepada anak

mengenai narkoba dan dampaknya.

3. Bagi puskesmas

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasih bagi

pengunjung puskesmas, gambaran pengetahuan remaja tentang

pencegahan narkoba dan peneitian ini di harap dan dapat bermanfaaat

bagi pembaca.

4. Bagi pendidikan

Agar lebih sering melakukan seminar atau memberikan materi

tentang pengetahuan pencegahan narkoba

5. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dari Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang

Pencgahan Narkoba Di Kelurahan Wahno Kotaraja Jayapura, dapat di

lanjutkan menjadi data dasar untuk menerapkan tindakan keperawatan

dan mengatasi dan menguranggi pencegahan narkoba dan untuk peneliti

selanjutnya dapat di ketahui.

66
67

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, Syahrir, H., & DP, H, I. 2013. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Tentang NAPZA Di SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten
Pangkep

A.Wawan & dewi M. 2011. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan
perilaki manusia. Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika

Al-Mighwar.(2006). Psikologi Remaja :petunjukbagi guru danorangtua.


Bandung :pustakasetia.

Ali, M. dan Asrori, M (2006).Pkikologis Remaja Perkembangan Peseta Didik.


Jakarta;BumiAksara.

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif.J akarta :BumiAksara

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rinike Cipta.

Ali, M. &Asrori, M.(2006). SpikologiRemaja, Perkembangan Peserta Didik.


Jakarta: BumiAkasara.

Al-Mighwar,M. (2006). Spikologi Remaja. Bandung : CV PustakaSetia.

Budiman & Riyanto. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta :Selemba Media pp 66-69

Desmita, R 2008.Spiklogis Perkembangan. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya.

Donsu, J, D, T, (2016), Metodelogi Penelitian Keperawatan. Yokyakarta: Pustaka


Baru Press. Cetakan I. (diakses 27 Juli 2016, jam09.00 PM)

DediHumas, “ Faktor Penyebab Penyalagunaan Narkotika.:” sumber:


http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel2013/07/23/704/faktor-
penyebab-penyalagunaan-narkotika

Hanun, 2011. Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta : Kanwa Publisher

Handoyo. 2004. Autisma :Petunjuk Praktis Dan Pedoman Materi Mengajar


Untuk Anak Normal, Autis Dan Perilaku Lain. Jakarta :PT.Bhuana
IlmuPopuler.

67
68

Iswanti, D.I Suhartini, dan supriyadi 2007. Koping keluarga terhadap anggota
kelusrgs mengslsmi ketergantungan narkoba di wilaya kota
samarang.http://ejournal.undip,ac.id/index/php/medianers/articele/vie
w/316. Diakses tanggal 25 september 2013.

Jenita, doli, tine, donsu. Metode Penelitian Keperawatan. Yokyakarta :Pustaka


Baru.

Mapiare (dalam Ali &Asrori 2012).Psikologi Remaja Perkembangan Peserta


Didik. Jakarta: PT. BumiAksara.

Menurut Rice (dalamgunarsa, 2004). Psikologi PraktisAnak, Remajadan


Keluarga, Cetakan. 7. Jakarta : PT. Gunung Mulia

Nababan, B.S (2008). Analisa Kriminologi dan Yuridis terhadap Penyalagunaan


Narkoba yang di lkukn oleh Anak. Skripsi Departemen Hukum
Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Meda

Notoatmodjo,S.2012. Metodelogi Penlitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta :Rineka


Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineke Cipta


Jakarta.

Nursalam, (2012).Konsep Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis Dan IstrumenPenelitian Keperawatsan. Jilid
I, Jakarta :Salemba Medika.

(Piaget dalam Ali &Asrori 2012).PsikologiRemaja.Jakarta: BumiAksara.Sa’id


(2015).

Sarwono, S. W .Psikologi Remaja Edisi Revisi.Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada. 2012

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.Yokyakarta : Salemba


Medik

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Afabeta.

Soerjono Soekarno, Faktor-Faktor Dasar Interaks iSosial Dan Kepatuhan


PadaHukum. Hukum Nasiona lNomor 25.

68
69

Syafie, I.K dan Welasari. 2015. Ilmu Administrasi. Yokyakarta:PustakaPelajar.

Said, Alamsyah.(2015), 95 StrategiMengajar Multiple Intelligences. Bandung:


Sinar Baru Algesindo.

Sofyan S. willis. Remaja Dan Masalahnya: Mengpas Berbagai Bentuk Kenakalan


Remaja Seperti Narkoba, Freessex Dan Pemecahannya (Bandung:
alfabeta, 2012)

69
70

Lampiran 1 Daftar Arti Lambang Dan Sinkatan

DAFTAR ARTI LAMBING DAN SINGKATAN

1. WHO World Health Organization


2. RI Republik Indonesia
3. BNN Badan Narkotika Nasional
4. MENKES Menteri Kesehatan
5. UI Universitas Indonesia
6. CASA Center AddicatinSubstanceebause
7. RT Rukun Tetangga
8. RW Rukun Warga
9. SMP Sekolah Menegah Pertama
10. SMA Sekolah Menegah Atas

70
71

Lampiran 2Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


No. Responden :………………
Tanggal : ……………..
.
Setelah membaca dengan seksama, memahami penjelasan dan informasih yang
di berikan, saya bersedia berpartisipasih sebagai responden dalam penelitian
yang di lakukan oleh sodari AgustaWonggor, sampai dengan berakir masa
penelitian di maksut.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan jujur sesuai kondisi yang
sesunguhnya dan tanpa ada pemaksaan dari siapapun untuk dapat di pergunakan
sebagaimana mestinya.

Responden Jayapura, Juli 2019

(…………………..) (Agusta Wonggor)

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG


PENCEGAHAN NARKOBA DI KELURAHAN WAHNO

71
72

KOTARAJA JAYAPURA

Pentunjuk Pengisian
1. Berilah tanda chech list (√) pada pernyataan di bawah ini sesuai pilihan
anda.
2. Setiap pertanyaan hanya membutukan satu jawaban yang menurut anda
paling benar.
3. Jika kurang mengeri atau ragu-ragu tanyakan pada peneliti.
4. Mohon berikan jawaban yang benar-benarnya.

IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama inisial :
2. Umur : ……. Tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan

4. Status tempat tinggal : Bersama orang tua


Kost
Bersama sodara / teman
5. Pendidikan : SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
6. Agama : Islam Hindu
Kristen Budha
Katolik Khonghucu

7. Suku : …………………

A. KUESIONER PENGETAHUAN
Pada pertanyaan – pertanyaan di bawah ini berilah tanda chech list (√) di
bawah huruf B ( Benar) atau S (Salah),

72
73

Jika pilihan itu sesuai dengan pendapat anda. Ingatlah bawah jawaban
anda tidak perlu sama dengar orang lain, karena setiap orang mempunyai
pendapat bebasan untuk memilih.
No PERTANYAAN B S

1. Narkoba adalah narkotika , psikotropika dan zat adiktif lainnya.

2. Narkoba ada yang berasal dari buatan.

3. Ganja mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi.

4. Ganja adalah salah satu jenis narkoba.

5. Ganja merupakan contoh dari narkotika alami.

6. Narkoba dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh.

7. Narkobah dapat menyebabkan kergantungan

8. Ciri-cir pemakai ganja yaitu, napsu makan meninkat, mata


merah lemas, kurang konsentrasi, merasa senang dan bahagia.

9. Ganja dapat menyebabkan perubahan fisik. Sikap, dan


perilaku.

10. Rokok dan alkohol adalah zat adiktif lainnya.

11. Tahapan penguna narkoba adalah coba-coba, pemulah berkala


dan tahap tetap.

12. Tahap awal narkoba di mulai dengan coba-coba.

13. Usia yang rentang terhadap penyalagunaan narkoba adalah


usia remaja.

14. Kewaspadaan yang perlu di lakukan orang tua, yaitu


kewaspaan terhadap manusianya, narkoba yang di komsumsi
dan peralatan.

15. Upaya penyalagunaan narkoba antara lain: pembinaan,


pencegahan, pengobatan pemulihan dan pendidikan.

16. Pemindahan pencegahan di tunjukan pada masyarakat yang


belum memakai narkoba.

17. Narkotika adalah suatu zat atau obat yang dapat mengakibatkan
seseorang seperti merasa di bius.

73
74

18. Spikotropika adalah obat-obatan yang termasuk narkotika dan


punya efek yang sama dengan narkotika dan dapat di salah
gunakan.

19. Morfin adalah salah satu jenis narkoba.

20. Putau adalah bukan jenis heroin

Adopsi dari Madania( 2014)

B. KUESIONER PENCEGAHAN
Petunjuk :

74
75

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan dengan
diri anda dengan cara memberikan tandachech list (√) di bawah jawaban
tersebut apabila :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No Pertanyaan S S T STS
S S

1. Upaya pencegahan narkoba dapat di lakukan


melalui keluarga.

2. Saya selalu menyibukan diri saya dengan hobi


yang positif agar saya terhindar dari narkoba

3. Saya selalu mencari tahu informasih narkoba dari


majala, buku internet dan rajin menghindari
seminar narkoba.

4. Pembinaan moral melalui lembaga keagamaan


merupakan salah satu cara untuk pencegahan
penyalagunaan narkoba.

5. Jika ada masalah atau sedang stres saya lebih


memili bercerita dengan orang tua/ teman.

6. Saya berpartisipasi dalam berorganisasi sekolah.

7. Saya bermain dan berkumpul hingga malam


hari.

8. Saya suka mengunjungi café/klup malam untuk


melepas penat.

9. Saya lebih banyak menghabiskan waktu


berkumpul denga teman-teman daripada dengan
kelurga.

10 Saya selalu berhati-hati dalam apaun yang di


. tawarkan teman.

11 Saya mudah percaya kepada ajakan teman yang


. baru di kenal.

75
76

12 Saya bersikap tegas ajak teman menjahui


. narkoba.

13 Saya tidak merokok .


.

14 Saya tidak mengomsumsi minuman yang


. beralkohol

15 Saya berprinsip untuk tidak berteman dengan


. pecandu narkoba

16 Saya tidak akan lebih percaya diri jikalau saya


mengunakan narkoba

17 Saya berpartisipasi dalam organisasi sekolah, agar


. terhindar dari narkoba

Adopsi dari Madania( 2014)

76

Anda mungkin juga menyukai