Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DABETES MEILITUS

Di susun Oleh :

Nama : Ajeng Tary Kurniasih


NIM : 1516301003

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D-IV
2017
A.    PENGERTIAN
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat
lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Dychan, 2008).
Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang
dikarakteristikkan oleh kejang berulang. Kejang merupakan akibat dari pembebasan listrik
yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba,
terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, atau gangguan fenomena
sensori (Anonim, 2008).
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi otak
yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa gangguan, atau
kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan sistem otonom, serta
bersifat episodic (Turana, 2007).

B.     ETIOLOGI
Adapun penyebab epilepsi, yaitu: (Piogama, 2009)
1.      Epilepsi Primer (Idiopatik)
Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan kelainan
pada jaringan otak, diduga bahwa terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan zat kimiawi
dan sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal.
2.      Epilepsi Sekunder (Simtomatik)
Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan
otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau adanya jaringan parut
sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak, cedera
kepala (termasuk cedera selama atau sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi
(misalnya hipoglikemi, fenilketonuria (PKU), defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik
(putus alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan neoplasma.

C.    FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


Faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat memicu timbulnya epilepsi: (Dychan,
2008).
1.      Demam, kurang tidur, keadaan emosional.
2.      Pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-
kejang.
3.      Pernah menderita cedera otak/operasi otak
4.      Pemakaian obat-obat tertentu
5.      Ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
D.    PATOFISIOLOGI
Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum

Kelainan biokimiawi di tingkat membran sel:
-          Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan.
-          Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan
apabila terpicu akan melepaskan muatan menurun secara berlebihan.
-          Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam
repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam gama-
aminobutirat (GABA).
-          Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang
mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron
-          Peningkatan berlebihan neurotransmitter aksitatorik atau deplesi neurotransmitter
inhibitorik.

E.     TANDA DAN GEJALA


Manifestasi dari epilepsi, yaitu: (Turana, 2007)
1.      Sawan Parsial (lokal, fokal)
a.       Sawan Parsial Sederhana : sawan parsial dengan kesadaran tetap normal
1)      Dengan gejala motorik:
-          Fokal motorik tidak menjalar: sawan terbatas pada satu bagian tubuh saja
-          Fokal motorik menjalar : sawan dimulai dari satu bagian tubuh dan menjalar meluas ke
daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson.
-          Versif : sawan disertai gerakan memutar kepala, mata, tubuh.
-          Postural : sawan disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu
-          Disertai gangguan fonasi : sawan disertai arus bicara yang terhenti atau pasien
mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu
2)      Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial; sawan disertai halusinasi sederhana
yang mengenai kelima panca indera dan bangkitan yang disertai vertigo.
-          Somatosensoris: timbul rasa kesemuatan atau seperti ditusuk-tusuk jarum.
-          Visual : terlihat cahaya
-          Auditoris : terdengar sesuatu
-          Olfaktoris : terhidu sesuatu
-          Gustatoris : terkecap sesuatu
-          Disertai vertigo
3)      Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi epigastrium, pucat, berkeringat,
membera, piloereksi, dilatasi pupil).
4)      Dengan gejala psikis (gangguan fungsi luhur)
-          Disfagia : gangguan bicara, misalnya mengulang suatu suku kata, kata atau bagian
kalimat.
-          Dimensia : gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah mengalami,
mendengar, melihat, atau sebaliknya. Mungkin mendadak mengingat suatu peristiwa di masa
lalu, merasa seperti melihatnya lagi.
-          Kognitif : gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.
-          Afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut.
-          Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau lebih besar.
-          Halusinasi kompleks (berstruktur) : mendengar ada yang bicara, musik, melihat suatu
fenomena tertentu, dll.
b.      Sawan Parsial Kompleks (disertai gangguan kesadaran)
1)      Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran : kesadaran mula-mula baik
kemudian baru menurun.
-          Dengan gejala parsial sederhana {a1). - a4).} : gejala-gejala seperti pada golongan {a1). -
a4).}  diikuti dengan menurunnya kesadaran.
-          Dengan automatisme, yaitu gerakan-gerakan, perilaku yang timbul dengan sendirinya,
misalnya gerakan mengunyah, menelan, raut muka berubah seringkali seperti ketakutan,
menata sesuatu, memegang kancing baju, berjalan, mengembara tak menentu, dll.
2)      Dengan penurunan kesadaran sejak serangan; kesadaran menurun sejak permulaan
kesadaran.
-          Hanya dengan penurunan kesadaran
-          Dengan automatisme
c.       Sawan Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik, tonik, klonik)
-          Sawan parsial sederhana yang berkembang menjadi bangkitan umum.
-          Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan umum.
-          Sawan parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang
menjadi bangkitan umum.
2.      Sawan Umum (Konvulsif atau NonKonvulsif)
a.       Sawan lena (absence)
Pada sawan ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak
membengong, bola mata dapat memutar ke atas, tak ada reaksi bila diajak bicara. Biasanya
sawan ini berlangsung selama ¼ – ½ menit dan biasanya dijumpai pada anak.
b.      Lena tak khas (atipical absence)
Gangguan tonus yang lebih jelas serta permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak
mendadak.
c.       Sawan Mioklonik
Pada sawan mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah
sebagian otot atau semua otot, seringkali atau berulang-ulang. Bangkitan ini dapat dijumpai
pada semua umur.

d.      Sawan Klonik
Pada sawan ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan tunggal
multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai terutama sekali pada anak.
e.       Sawan Tonik
Pada sawan ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku pada wajah
dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai. Sawan ini juga terjadi pada
anak.
f.       Sawan Tonik-Klonik
Sawan ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal dengan nama grand
mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-tanda yang mendahului suatu sawan.
Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung kira-
kira ¼ – ½ menit diikuti kejang-kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti
sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika
kejang meningkat, mulut menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin pula pasien
kencing ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien tidur beberapa lamanya,
dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi sadar dengan
keluhan badan pegal-pegal, lelah, nyeri kepala.
g.      Sawan atonik
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien
terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Sawan ini terutama sekali
dijumpai pada anak.  
3.      Sawan Tak Tergolongkan
Termasuk golongan ini ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang
ritmik, mengunyah, gerakan seperti berenang, menggigil, atau pernapasan yang mendadak
berhenti sederhana.

F.     KOMPLIKASI
Menurut (Pinzon, 2007) komplikasi yang mungkin timbul akibat epilepsi antara lain:
cedera kepala, cedera mulut, luka bakar dan fraktur.

G.    PROGNOSIS
Pada dasarnya kualitas hidup penderita epilepsi lebih rendah daripada populasi
normal, Penelitian Shackleton dkk (1999) menyimpulkan bahwa risiko kematian meningkat
pada penyandang yang berumur kurang dari 20 tahun (RR 7,6, 95% CI 6,5-
8,7). Standardized Mortality Ratio  (SMR) pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan
3,6 (95% CI 3,1-4,0) berbanding 2,6 (95% CI 2,2-3,0). Penelitian Camfield dkk (2002)
menunjukkan bahwa prediktor utama terjadinya kematian pada penyandang epilepsi anak-
anak adalah adanya defisit neurologis yang menyertai epilepsi (RR : 22,03, 95% CI 6,97-
69,65). (Pinzon, 2007)

H.    PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


1.                  Penatalaksanaan medis (Sri D, 2007)
Efek samping yg mungkin
Obat Jenis epilepsi
terjadi
Jumlah sel darah putih & sel
Karbamazepin Generalisata, parsial
darah merah berkurang
Jumlah sel darah putih & sel
Etoksimid Petit mal
darah merah berkurang
Gabapentin Parsial Tenang
Lamotrigin Generalisata, parsial Ruam kulit
Fenobarbital Generalisata, parsial Tenang
Fenitoin Generalisata, parsial Pembengkakan gusi
Primidon Generalisata, parsial Tenang
Penambahan berat badan,
Valproat Kejang infantil, petit mal
rambut rontok
2.                  Penatalaksanaan keperawatan
Tindakan yang dapat dilakukan, antara lain: (Sri D, 2007)
-    Jangan panik karena serangan akan berhenti sendiri
-    Bebaskan jalan nafas, longgarkan baju
-    Bila mulut terbuka, masukkan bahan empuk diantara gigi
-    Bila mulut tertutup jangan dibuka paksa
-    Miringkan kepala agar ludah keluar
-    Jangan memberi minum sebelum klien benar-benar sadar

I.       PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada penderita epilepsi, yaitu: (Anonim, 2008)
ANAMNESA
Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien
ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol
dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji: Apakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh
gangguan kejang? Apakah pasien mempunyai program rekreasi? Kontak sosial? Apakah
pengalaman kerja? Mekanisme koping apa yang digunakan? Obsevasi dan pengkajian selama
dan setelah kejang akan membantu dalam mengindentifikasi tipe kejang dan
penatalaksanaannya.
1.      Selama serangan :
-          Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan.
-          Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
-          Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
-          Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-
klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
-          Apakah pasien menggigit lidah.
-          Apakah mulut berbuih.
-          Apakah ada inkontinen urin.
-          Apakah bibir atau muka berubah warna.
-          Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
-          Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu sisi atau
keduanya.
2.      Sesudah serangan
-          Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara
-          Apakah ada perubahan dalam gerakan.
-          Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi sebelum, selama dan
sesudah serangan.
-          Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung.
-          Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.
3.      Riwayat sebelum serangan
-          Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi.
-          Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.
-          Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik maupun
visual.

4.      Riwayat Penyakit
-          Sejak kapan serangan terjadi.
-          Pada usia berapa serangan pertama.
-          Frekuensi serangan.
-          Apakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur, keadaan
emosional.
-          Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan gangguan
kesadaran, kejang-kejang.
-          Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak
-          Apakah makan obat-obat tertentu
-          Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

PEMERIKSAAN FISIK
1.      Status Generalis
-          KU / kesadaran
-          Tanda Vital : TD, RR, N
-          Mata
-          THT
-          Leher
-          Jantung
-          Paru
-          Abdomen
-          Ekstremitas 
2.      Status Neurologis
-          Reflek fisiologis
-          Reflek patologis
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1.      CT Scan untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal,
gangguan degeneratif serebral
2.      Elektroensefalogram (EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan
3.      Magnetik Resonance Imaging (MRI)
4.      Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.

J.      DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.      Resiko cedera b.d perubahan kesadaran, kerusakan kognitif selama kejang, atau kerusakan
mekanisme perlindungan diri.
2.      Bersihan jalan napas/pola napas tidak efektif b.d penurunan energi/adanya benda asing di
jalan nafas saat kejang
3.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan b.d keterbatasan kognitif,
kurang pemajanan, atau kesalahan interpretasi informasi.
4.      Gangguan harga diri b.d stigma berkenaan dengan kondisi, persepsi tentang penyakit
K.    RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N Diagnosa Keperawatan Tujuan Tindakan Keperawatan Rasional
o
1 Resiko cedera b.d Setelah Environmental management
perubahan kesadaran, dilakukan safety:
kerusakan kognitif tindakan -    Identifikasi keamanan yang di
selama kejang, atau keperawatan, butuhkan klien baik -    Dengan
kerusakan mekanisme diharapkan klien fisik/kognitif  mengetahui
perlindungan diri. terhindar dari -    Modifikasi lingkungan level
cedera, dengan keamanan
kriteria hasil: yang
Neurological -    Gunakan pelindung dibutuhkan,
status: klien dapat
Fungsi otonom terhindar dari
dbn cedera
Tidak ada kejang
Kontrol resiko: -    Modifikasi
faktor lingkungan
lingkungan yang NIC : berfungsi
beresiko Airway Management untuk
Bersihan jalan napas/pola terpantau -    Buka jalan nafas, gunakan meminimalka
napas tidak efektif b.d Symptom teknik chin lift atau jaw thrust n cedera yang
penurunan energi/adanya control: bila perlu mungkin
2 benda asing di jalan nafas Tanda dan -    Identifikasi terjadi
saat kejang gejala, sumber pasien perlunyapemasangan -    Pengaman
serta onset nya alat jalan nafas buatan akan
dapat -    Keluarkansekret dengan batuk meminimalka
teridentifikasi atau suction n mobilisasi
-    Auskultasi suara nafas, catat dan mencegah
adanya suara tambahan dari situasi
Setelah -    Monitor respirasi dan status O2 berbahaya
dilakukan
tindakan
keperawatan, Oxygen Therapy
diharapkan -    Bersihkan mulut, hidung dan
bersihan jalan secret trakea
nafas/pola nafas -    Pertahankan jalan nafas yang
kembali efektif paten -    Jalan nafas
dengan kriteria -    Pertahankan posisi pasien yang terbuka
hasil: akan
NOC : memudahkan
-    Respiratory Vital sign Monitoring sirkulasi udara
status : -    Monitor TD, nadi, suhu, dan dalam tubuh
Ventilation RR -    Pemasangan
-    Respiratory alat ditujukan
status : Airway untuk
patency membentu
-    Vital sign Status -    Jelaskan pada keluarga tentang pengembanga
Kriteria Hasil : pengobatan epilepsi n paru secara
-   Mendemonstrasi spontan
kan batuk efektif -    Adanya sekret
dan suara nafas menyebabkan
yang bersih, sumbatan
tidak ada -    Jelaskan pada keluarga tentang jalan nafas
sianosis dan olahraga yang dapat dilakukan. -    Adanya
dyspneu (mampu -    Jelaskan pada keluarga tentang sumbatan
mengeluarkan efek samping penggunaan obat- pada jalan
sputum, mampu obatan. nafas ditandai
bernafas dengan -    Observasi pengetahuan dengan
Kurang pengetahuanmen mudah, tidak ada keluarga tentang penjelasan perubahan
genai kondisi dan aturan pursed lips) yang diberikan oleh petugas suara paru
pengobatan b.d -    Menunjukkan -    Kelainan pada
keterbatasan kognitif, jalan nafas yang Socialization enhancement pola jalan
kurang pemajanan, atau paten (klien -    Melibatkan dalam aktivitas nafas dapat
kesalahan interpretasi tidak merasa social ditunjukkan
3 informasi. tercekik, irama dari status
nafas, frekuensi -    Memberikan pujian terhadap respirasi
pernafasan apa yang dilakukan
dalam rentang Support system enhancement -    Adanya sekret
normal, tidak -    Mencatat responpsikologis menyebabkan
ada suara nafas terhadap situasi dan dukungan sumbatan
abnormal) -    Memastikan keadekuatanlingk jalan nafas
-    Tanda Tanda ungan social -    Kepatenan
vital dalam -    Identifikasisupport keluarga jalan nafas
rentang normal -    Pantau kondisikeluarga akan
(tekanan darah, -    Memastikan klien mempertahan
nadi, berpartisipasi dalam aktivitas kan hidup
pernafasan)  social dan masyarakat -    Posisi yang
-    Menjelaskan pada semua pihak baik akan
Gangguan harga diri b.d bagaimana cara membantu memaksimalk
stigma berkenaan dengan klien an ventilasi
kondisi, persepsi tentang Keluarga
penyakit memiliki
pengetahuan
yang cukup -    Tanda vital
setelah merupakan
mendapatkan indikator yang
penjelasan dapat diukur
dengan kriteria: untuk
4 -    Keluarga mengetahui
mampu kecukupan
menjelaskan lagi suplai
tentang oksigen.
pengobatan dan
penatalaksanaan -    Pengetahuan
pada klien yang memadai
epilepsy dengan memungkinka
menggunakan n klien dan
bahasanya keluarga
sendiri. mengerti
tujuan
dilakukannya
pemberian
terapi/
pengobatan.

-    Olahraga
ringan dapat
membantu
Setelah meningkatkan
dilakukan compliance
tindakan paru
keperawatan, -    Mencegah
diharapkan klien terjadinya
lebih percaya komplikasi
diri dengan akibat efek
kriteria hasil: samping
Family pengobatan.
environment:
internal,
dengan -    Kemampuan
indicator: keluarga
-      Selalu dalam
berpartisipasi memberikan
aktif penjelasan
-      Mendukung satu mencerminka
sama lain n tingkat
Social pemahaman
interaction keluarga.
skill, dengan
indicator:
-      Kooperatif -    Dengan
-      Asertif dukungan
-      Percaya lingkungan
sosial rasa
percaya diri
akan terpupuk
-    Reinforcemen
t positif  akan
memberikan
rasa bangga
dan percaya
diri

-    Untuk
mengetahui
sejauh mana
klien percaya
diri

-    Dengan
dukungan
lingkungan
sosial rasa
percaya diri
akan terpupuk
-    Keluarga
merupakan
pendukung
utama dalam
membentuk
rasa percaya
diri
-    Klien adalah
kunci utama
terbentuknya
percaya diri

-    Pihak luar
(ex:
masyarakat)
sangat
berpengaruh
terhadap
kepercayaan
diri seseorang

DAFTAR PUSTAKA

 Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,


Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta
 Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa
I Made, EGC, Jakarta
 NANDA, 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005 – 2006 Alih
bahasa  Budi Santosa. Prima Medika.

Anda mungkin juga menyukai