Anda di halaman 1dari 29

EPILEPSI

DISUSUN OLEH:
VIRDAUS (08171137)

PEMBIMBING
dr. Idris Nasution Sp. A
Defenisi
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri-
ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam
serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas
muatan listrik abnormal sel-sel saraf. Epilepsi
merupakan suatu gangguan kronik yang tidak hanya
ditandai oleh berulanya kejang, tetapi juga berbagai
implikasi medis dan psikososial.

Epilepsi merupakan penyakit kronis yang


memerlukan pengobatan dalam waktu yang lama.
Obat Anti Epilepsi (OAE) dikonsumsi untuk menekan
aktifitas listrik yang berlebihan penyebab epilepsi.
Etiologi
Gangguan fungsi otak yang bisa menyebabkan
lepasnya muatan listrik berlebihan di sel neuron saraf
pusat, bisa disebabkan oleh adanya faktor fisiologis,
biokimiawi, anatomis atau gabungan faktor tersebut.
Tiap-tiap penyakit atau kelainan yang dapat
menganggu fungsi otak, dapat menyebabkan
timbulnya bangkitan kejang.
Adapun penyebab lain epilepsi yaitu:
 Faktor Genetika, adanya gen tertentu yang bisa
menyebabkan seseorang terkena epilepsi
 Trauma di kepala, pernah mengalami cedera dikepala
 Tumor otak
 Kerusakan otak dalam proses kelahiran
 Stroke
 Alkohol
Dari faktor etiologi, epilepsi dibagi 2
kelompok:
a. Epilepsi Idiopatik
Sebagian dari jenis idiopatik disebabkan oleh
interaksi beberapa faktor genetik. Kata idiopatik
diperuntukkan bagi pasien epilepsi yang
menunjukkan bangkitan kejang umum sejak dari
permulaan serangan. Sebagai akibatnya dapat terjadi
gangguan kesadaran yang berlangsung singkat
(absens murni, petit mal), atau lebih lama dan
disertai kontraksi otot tonik-klonik (tonik-klonik
umum, grand mal).
b. Epilepsi Simtomatik
Hal ini dapat terjadi bila fungsi otak terganggu
oleh berbagai kelainan intrakranial dan ekstrakranial.
Penyebab intrakranial, misalnya anomali kongenital,
trauma otak, neoplasma otak, lesi iskemia,
ensefalopati, abses otak, jaringan parut.

Penyebab yang bermula ekstrakranial dan


kemudian menganggu fungsi otak, misalnya: gagal
jantung, gangguan pernafasan, gangguan metabolisme
(hipoglikemia, hiperglikemia, uremia), gangguan
keseimbangan elektrolit, intoksikasi obat, gangguan
hidrasi (dehidrasi, hidrasi lebih).
Epilepsi menurut strukturnya
Penyakit Epilepsi Partial Seizure , Penyakit ini
mempunyai Gejalanya, anak suka melamun atau
bengong tapi masih sadar akan sekelilingnya.

Penyakit  Epilepsi Generalized Seizures Penyakit ini


mempunyai  Gejalanya, melamun yang berlanjut
menjadi tak sadarkan diri plus badan lemas ,letih dan
lesu untuk beberapa waktu tertentu, dan biasanya itu
terjadi ketika si anak atau penderita mengalami
kelelahan atau aktivitas jantung meningkat akan
sangat berbahaya.
Gejala epilepsi pada anak
 Anak mempunyai tatapan kosong/melamun ( setelah anak
mengalami tatapn kosong kemudian anak menjadi kejang,
meskipun begitu kejang seperti ini tidak akan menyebabkan
anak menjadi hilang kesadaran dan setelah kejang berakhir
anak tidak akan menyadari apa yang telah terjadi ).

 Kejang total ( ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan


anak jatuh ketanah dan hilang kesadaran dan ini merupakan
gejala yang sangat serius. karena biasanya berlangsung antara 2
sampai 5 menit dan pada saat kejang biasanya tubuh anak akan
kaku dan bergetar tak terkendali. Biasanya anak juga akan
keluar seni dan air liur disertai bola mata memutar ke
belakang, setelah kejang biasanya anak akan tertidur dalam
waktu lama ).
 Aura ( Aura dianggap sebagian tanda peringatan. Aura
terjadi sesaat sebelum kejang berlangsung. Sebuah aura
dapat menyebabkan anak secara mendadak akan merasa
kesakitan tanpa ada penyebab yang jelas, mendengar suara
atau bisikan yang tidak nyata dan mencium bau yang tidak
ada sumbernya ). Anak juga akan mengalami masalah
dengan penglihatan atau perasaan aneh disuatu tempat
dibagian tubuhnya, terutama dibagian perut.
Klasifikasi
a.Eplepsi umum
 Grand mal ( tonik klonik ) ditandai dengan aura
sensasi pendengaran atau penglihatan, hilang
kesadaran, tonus otot meningkat sikap fleksi atau
ekstensi, sentakan kejang tonik, lidah dapat tergigit,
hypertensi, tachicardi, dan berkeringat, setelah
serangan pasien tertidur sampai 1 – 2 jam, pasien lupa
mengantuk dan bingung.

 Petit mal ditandai dengan hilangnya kesadaran, pasien


tampak melongo, apa yang dikerjakannya terhenti,
pasien terhuyung tapi tidak sampai jatuh.
b. Jenis parsial
 Epilepsi parsial sederhana, yaitu epilepsi parsial dengan
kesadaran tetap normal. Gejalannya :

 Versif : epilepsi disertai gerakan memutar kepala, mata,


tubuh.
 Postural : epilepsi disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam
sikap tertentu.
 Disertai gangguan fonasi : epilepsi disertai arus bicara yang
terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu
 Somatosensoris: timbul rasa kesemuatan atau seperti ditusuk
tusuk jarum.
 Visual : terlihat cahaya
 Auditoris : terdengar sesuatu
 Olfaktoris : terhidu sesuatu
 Gustatoris : terkecap sesuatu
 Epilepsiparsial kompleks, yaitu kejang disertai
gangguan kesadaran. Ditandai dengan gejala perilaku
yang timbul dengan sendirinya, misalnya gerakan
mengunyah, menelan, raut muka berubah seringkali
seperti ketakutan, menata sesuatu, memegang
kancing baju, berjalan, mengembara tak menentu, dll.
Kejang fokal atau umum
Klinis perbedaan dalam tipe kejang ini
menentukan pemilihan OAE (obat antiepilepsi) yang
akan dianjurkan pada pasien, kejang fokal melibatkan
satu daerah motor korteks pada satu hemisfer.
Berdasarkan International Classification of Epileptic
Seizures (ILAE 1981) membagi kejang fokal menjadi
kejang fokal sederhana dengan atau tanpa penjalaran
(march), versive (kepala menoleh ke satu sisi),
postural, asymmetric tonic motor seizures. Ada pun
kejang fokal disertai penurunan kesadaran stare
(bengong) atau tiba-tiba perubahan perilaku setelah
beberapa saat kemudian disertai automatisme.
Automatisme adalah tingkah laku yang kurang
terkoordinasi yang langsung pada saat kesadaran
sedang berubah, pada saat kejang atau postiktal,
disusul amnesia kejadian tersebut.
Kejang umum
 Absens
Ciri khas serangan absens adalah durasi yang sigkat, onset dan
terminasi mendadak, frekuensi sangat sering, gangguan
kesadaran dengan atau tanpa manifestasi lain. Variasi
serangan absens ini sangat banyak, yang antara lain dapat
dikelompokkan sebagai berikut:

 Absens sederhana berupa kehilagan kesadaran sejenak, terjadi


hanya pada 10% pasien.

 Absens dengan komponen ringan ditemukan pada 50% kasus,


gerakan klonik terbatas pada kelopak mata, kadang-kadang
dagu dan bibir sehingga terlihat sebagai twitching muka.
 Absens dengan komponen atonik, umumnya tidak sampai
jatuh, ditemukan pada 20% kasus. Kehilangan tonus hanya
pada tangan sehingga pasien menjatuhkan apa yang
dipegang

 Absens dengan komponen tonik, dapat mengenai mata


sehingga terbalik keatas, kepala sehingga jatuh kebelakang,
atau batang tubuh.

 Absens dengan automatisme, berbentuk mengecap,


menelan, mengusap wajah, menggaruk atau lebih kompleks
misalnya menangkap benda, menyanyi, mengigau.

 Absens dengan komponen autonomik berupa inkontinensia


urin, dilatasi pupil, dan pucat
Kejang mioklonik
Kejang mioklonik adalah kontraksi mendadak,
sebentar yang dapat umum atau terbatas pada wajah,
batang tubuh atau satu atau lebih ekstremitas, atau
satu grup otot. Dapat berulang atau tunggal. Banyak
gerak mioklonik yang bukan merupakan epilepsi.
Serangan mioklonik dapat terjadi pada penyakit
medula spinalis.
Kejang klonik
Kejang umum tonik klonik kadang-kadang tidak
memperlihatkan fase tonik tetapi hanya sentakan
klonik. Pada saat frekuensi gerak klonik menurun,
amplitudo tetap tinggi.
Kejang tonik
Merupakan kontraksi otot yang kaku,
menyebabkan ekstremitas menetap dlam satu posisi,
biasanya terdapat deviasi bola mata dan kepala ke satu
sisi, dapat disertai ritasi seluruh batag tubuh. Wajah
menjadi distrosi, pucat kemudian menjadi merah dan
kebiruan karena tidak dapat bernafas.
Tatalaksana penghentian kejang
0-5 menit:

 Yakinkah bahwa aliran udara pernapasan baik


 Tatalaksana kejang dirumah dengan pemberian
diazepam rektal 0,5 mg/ kg (berat badan < 10 kg = 5
mg; sedangkan bila berat badan > 10 kg = 10 mg) dosis
maksimal adalah 10mg / dosis. Frekuensi pemberian:
dapat diberikan 2 kali dengan interval 5 menit.
 Bila keadaan pasien stabil, pasien dianjurkan dibawa
ke IGD rumah sakit terdekat
5-10 menit di IGD rumah sakit:

 Bila pasien masih kejang, berikan oksigen, monitoring


tanda vital, perthankan perfusi oksigen kejaringan.
 Bila belum terpasang akses intravena, maka dapat
diberikan diazepam rektal 1 kali. Bila pasien berhenti
kejang, segera lakukan pemasangan akses intravena
disertai pengambilan darah rutin, glukosa, analisa gas
darah dan elektrolit sesuai kebutuhan.
 Bila kejang masih ada, diberikan diazepam 0,2-0,5
mg/kg berat badan secara intravena (kecepatan 5mg /
menit), dosis diazepam intravena atau rektal dapat
diulang 1 kali setelah 5-10 menit, jika didapatkan
hipoglikemi, berikan glukosa 25% 2 ml/kg
 Awasi tanda-tanda depresi pernapasan
Lebih dari 30 menit:

 Berikan fenobarbital 20 mg/kg intravena bolus


perlahan-lahan dengan kecepatan 50 mg/menit
 Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan
kirim ke Unit Perawatan Intensif / ICU.
Obat anti epilepsi
 Serangan parsial ( sederhana, kompleks dan umum sekunder
)
 OAE pilihan pertama : karbamazepin, fenobarbital, primidon, fenitoin
 OAE pilihan kedua : benzodiazepin, asam valproat
 Serangan tonik-klonik
 OAE pilihan pertma : karbamazepin, fenobarbital, primidon,
fenitoin, asam valproat
 OAE pilihan kedua : benzodiazepin, asam valproat
 Serangan absens
 OAE pilihan pertama : etosuksimid, asam valproat
 OAE pilihan kedua : benzodiazepin
 Serangan mioklonik
 OAE pilihan pertama : benzodiazepin, asam valproat
 Pilihan kedua : etosuksimid
 Serangan OAE tonik, klonik, atonik
 Semua OAE kecuali etosuksimid
Karbamazepin
Merupakan obat utama untuk epilepsy parsial (sederhana dan
kompleks) dan epilepsy umum tonik-klonik.

Dosis pada anak:


 <6 tahun adalah 10-30 mg/kgBB/hari
 6-12 tahun: 100 mg 2 kali sehari
 12 tahun 200 mg 2 kali sehari

Sebaiknya obat ini diberikan dengan dosis rendah dahulu tiga kali
sehari, lalu dosisnya dinaikkan perlahan-perlahan dalam 2 minggu
untuk mencegah tibulnya efek samping.

Efek samping bisa berupa ruam kulit dan diskrasia darah, akibat
pemberian kronik dapat menimbulkan hiponatremia, gangguan
fungsi hati dan leukopenia.
Fenitoin
Berguna untuk kejang tonik-klonik umum, serangan
parsial (sederhana-kompleks) dan beberapa jenis kejang
lainnya. Fenitoin jangan diberikan pada serangan
campuran, karena dapat memberat serangan absens.
Dosis rata-rata adalah 5-7 mg/kgBB/hari , Untuk
mencapai kadar terapetik yang cepat harus diberikan 4
dosis 5-6 mg/kgBB setiap 8 jam. Nistagmus dapat timbul
pada kadar 15-30 /ml, ataksia pada kadar diatas 30 /ml dan
perburukan kejang pada kadar 40 /ml.
Efek intoksikasi berupa vertigo, gerakan involunter,
pusing, mual, nistagmus, sakit kepala, ataksia, dan
perubahan perilaku. Efek samping pemberian kronik
berupa hirsutisme, hipertrofi ginggiva, gangguan perilaku
dan fungsi koknitif.
Fenobarbital dan Primidon
Kedua OAE ini berguna untuk mengatasi kejang tonik-
klonik umum (grand mal), serangan parsial sederhana
kompleks, sebagian kejang lain, status epileptikus dan
mencegah kejang demam.

 Dosis awal 4-5 mg/kgBB/hari


 Remaja 2-3 mg/kgBB/hari
 Anak 10-25 mg/kgBB/hari

Efek samping idiosinkritik (ruam kulit dan diskrasia darah


(jarang)), efek intoksikasi terbanyak adalah mengantuk
dan hiperaktivitas. Kadang-kadang terdapat mual, sakit
kepala dan gangguan keseimbangan.
Etosuksimid
Merupakan obat yang paling efektif untuk
mengatasi serangan absens (petit mal).

 Dosis <6 tahun: 15-20 mg/kgBB/hari


 Dosis >12 tahun: 250 mg/hari

Efek samping idiosinkratik berupa ruan kulit dan


diskrasia darah (leucopenia, pansitopenia dan SLE).
Gejala intoksikasi berupa vertigo, sefalgia, ataksia,
naunsea, letargi, anoreksia, batuk dan gangguan
gastrointestinal. Efek pemberian kronik adalah
sefalgia dan perubahan perilaku.
Penghentian obat anti epilepsi
Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan
epilepsy. Lama pengobatan tergantung pada jenis
epilepsinya dan resiko kekambuhan. Pada serangan yang
ringan pengobatan selama 2-3 tahun sudah cukup,
misalnya pada absens tipikal pengobatannya cukup 18
bulan sampai 2 tahun terutama bila pola EEG nya sudah
normal.

Pada serangan parsial, epilepsy simtomatik disertai


retradasi mental dan adanya deficit neurologis,
penghentian obat harus dimundur. Beberapa penulis
meneruskan pengobatan epilepsy selama EEG masih
abnormal misalnya ada yang meneruskan selama 1 tahun.
Penghentian OAE ini selalu harus dilakukan secara
bertahap selama 1-1/2 tahun.
TERIMA
KASIH
YO....?!?

Anda mungkin juga menyukai