BAB I
PENDAHULUAN
ditandai oleh sesak nafas dan fatik(saat istirahat atau saat aktivitas) yang
dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh atau
kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung yang
yang utama pada beberapa Negara industri maju dan Negara berkembang seperti
Indonesia.2
Data epidemiologi untuk gagal jantung di Indonesia belum ada, namun ada
di Indonesia.3
gaya hidup masyarakat yang turut berperan dalam meningkatkan faktor risiko
penyakit ini seperti kadar kolesterol lebih dari 200 mg%, HDL kurang dari 35mg
sebesar 27 % (2002), 30%( 2003) , dan 23,2%( 2004). Gagal jantung menempati
urutan ke-5 sebagai penyebab kematian yang terbanyak pada sistim sirkulasi pada
tahun 2005.4
kontribusi untuk terjadinya gagal jantung sebesar 75% yang termasuk didalamnya
bersamaan dengan penyakit jantung koroner. Gagal jantung dengan sebab yang
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn.M.Mahmudin
Umur : 70 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
ANAMNESA
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Telaah :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dengan keluhan
Sesak nafas sejak 4 bulan yang lalu dan memberat, beberapa jam sebelum masuk
rumah sakit. Sesak dirasakan pada saat pasien melakukan aktivitas yang berat,
Sesak nafas menganggu aktivitas fisik sehari-hari, sehingga menyebabkan
aktivitas pasien sedikit terbatas. Keluhan sesak nafas ini terkadang disertai
berdebar-debar. Sesak nafas disertai batuk ringan, dan tidak dipengaruhi oleh
cuaca dan debu. Sesak berkurang saat pasien beristirahat, Pasien juga sering
terbangun pada malam hari karena sesak.Pasien juga saat tidur harus
menggunakan dua bantal, dan tidur miring. Selain itu pasien juga merasa sering
cepat lelah. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada pada sebelah kiri, terutama pada
saat beraktifitas ringan. Pasien juga mengeluhkan nyeri pinggang sebelah kanan
dan nyeri persendian yang dirasakan sejak setahun yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan adanya penambahan berat badan dalam beberapa bulan ini. Pasien
menjelaskan selama ini selalu rutin berobat / kontrol ulang ke spesialis
jantung.Saat ini pasien hanya melakukan aktifitas yang ringan,namun masih
masih sanggup berjalan menuju masjid, dan mengangkat beban yang ringan.
Batuk (+) dahak(-), mual (+), muntah (-), nyeri dada (+), demam (-), BAB dan
BAK dalam batas normal.
3. Riwayat DM (-)
4. Riwayat Penyakit Jantung (+)
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat kebiasaan : pasien sebelumnya pernah merokok namun sudah berhenti
sekitar 20 tahun yang lalu, pasien tidak pernah mengkonsumsi bahan zat-zat
terlarang dan tidak pernah meminum minuman keras
Riwayat Konsumsi Obat-Obatan : Ada, terutama obat-obat jantung
Anemnesa Organ:
Jantung : Ada kelainan Tulang : Tidak ada kelainan
Sirkulasi : Tidak ada kelainan Otot : Tidak ada kelainan
Saluran Pernafasan : Ada kelainan Darah : Tidak ada kelianan
Ginjal dan Saluran kencing : Tidak Ada kelainan Endokrin : tidak ada
kelainan
Saluran Cerna : Tidak ada Kelainan Genitalia : Tidak ada
kelainan
Hati dan Saluran Empedu : Tidak Ada kelainan Pancaindra : Tidak ada
kelainan
Sendi : Tidak ada kelainan Psikis : Tidak ada kelainan
STATUS PRESENT
Sensorium : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Temperatur : 36,2°C
Pernafasan : 27 x/menit
Nadi : 94 x/menit
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA LEHER
Inspeksi : Inspeksi:
Rambut : Tidak ada kelainan Kelenjar thyroid : Tidak ada
Wajah : Tidak ada kelainan pembesaran pembesaran
Alis mata : Tidak ada kelainan Kelenjar limfe pembesaran
:Tidak ada
THORAK
THORAK DEPAN THORAK BELAKANG
Inspeksi Inspeksi
Bentuk : Normal Bentuk : Asimetris
Dada Tertinggal : tidak ada Dada tertinggal : tidak ada
Venektasi : tidak ada
Venektasi : tidak ada
Palpasi Palpasi
Paru : Nyeri tekan : tidak ada Paru : Nyeri tekan : tidak ada
Fremitus taktil : Kanan = kiri pada Fremitus taktil : Kanan = kiri pada
ABDOMEN GENITALIA
Inspeksi Tidak dilakukan pemeriksaan
Simetris, Bengkak (-), Venektasi (-)
Sikatrik (-)
Palpasi
Hepar : Tidak ada pembesaran
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
EKSTREMITAS
Pemeriksaan Penunjang
EKG
Keterangan EKG
- Irama : sinus aritmia
- HR : 60 x/menit
- Axis : normoaxis
- Kelainan : VES di lead II, III, AVR, AVL, AVF, T terbalik di lead AVL,
V4, V5, V6, ST depresi di lead II, III, AVF, LVH di V6
- Kesimpulan : Atrial Flater + iskemik anterior lateral + VES + LVH
DIAGNOSIS BANDING
1. Congestive Heart Failure NYHA II
2. Cor Pulomonal Cronicum (CPC)
3. Asma Bronkial
4. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
DIAGNOSIS KERJA
1. Congestive Heart FailureNYHA II
PENATALAKSANAAN
Nonfarmakologis :
1. Bedrest total
2. Diet jantung I
3. O2
Farmakologis :
- IVFD RL 8 gtt/i
- Inj Ranitidin 1 amp / 12 jam
- Inj Furosemid 1 amp / 12 jam
- ISDN 3 x ½
- Sucralfat Syruf 3xC1
- Ambroxol Syruf 3x C1
- Alprazolam 0,5 mg 0 - 0 – 1
- Meloxicam tab 2x1
Anjuran:
1. Darah Rutin
2. Foto Thorax PA
3. Kolestrol
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1DEFINISI
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan
curah jantung (cardiacoutput = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh. Penurunan CO mengakibatkan volume darah yang efektif berkurang5.
Untuk mempertahankan fungsi sirkulasi yang adekuat maka di dalam
tubuh terjadi suatu refleks homeostasis atau mekanisme kompensasi melalui
3.2EPIDEMIOLOGI
Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF)
mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang
buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur (age-dependent). Menurut
penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam
pada usia 75 – 84 tahun. Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4%-2% dan
meningkat pada usia yang lebih lanjut dengan rata-rata umur 74 tahun. Prognosis
dari gagal jantung akan jelek bila dasar atau penyebabnya tidak dapat diperbaiki.
Seperdua dari pasien gagal jantung akan meninggal dunia dalam 4 tahun sejak
diagnosis ditegakkan dan pada keadaan gagal jantung berat lebih dari 50 % akan
meninggal pada tahun pertama.6
3.3ETIOLOGI DAN FAKTOR PENCETUS
Penyebab gagal jantung kongestif dapat dibagi menjadi tiga, yaitu5 :
a. Kelainan Miokardium
- Penyakit jantung coroner
- Kardiomiopati
- Miokarditis dan penyakit jantung reumatik
- Iatrogenik akibat obat-obat seperti adriamisin dan diisopiramid atau
akibat radiasi.
b. Kelainan Mekanis
3.4 PATOFISIOLOGI
Peningkatan
Aktivitas Adrenergik
Simpatis, Aktivasi Faktor
RAAS, Hipertrofi Pencetus
Ventrikel
Pada awal gagal jantung, akibat CO yang rendah di dalam tubuh terjadi
peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin-aldosteron, serta
penglepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan cardiac output yang adekuat5,7.
Respon Kompensatorik5,7
Peningkatan Aktivitas Adrenergik Simpatis
Penurunan cardiac output menstimulasi peningkatan respon simpatis
(adrenergik) yang kemudian akan merangsang pengeluaran katekolamin oleh
Pada gagal jantung kiri terdapat dyspnea d’effort, fatig, prtopnea, dispnea
nokturnal paroksimal, batuk, pembesaran jantung, irama derap, ventrikular
heaving, bunyi derap S3, dan S4, pernapasan Cheyne stokes, takikardi, pulsus
alternan, ronki dan kongesti vena pulmonalis.
tanda tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat, bunyi P 2
mengeras, asites, hidrothorax, peningkatan tekanan vena, hepatomegali, dan
edema pitting. Sedang, pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan
gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan.4
3.6 DIAGNOSIS
Anamnesis: Dispnead’effort
orthopnea
paroxysmal nocturnal dispnea
lemas
anoreksia dan mual
gangguan mental pada usia tua
Pemeriksaan fisik
Takikardia, gallop bunyi jantung ketiga, peningkatan atau distensi vena
jugularis, refluks hepatojugular, pulsus alternans, kardiomegali, ronkhi basah
halus di basal paru dan bisa meluas di kedua lapang paru bila gagal jantung berat,
edema pretibial pada pasien yang rawat jalan, edema sakral pada pasien tirah
baring. Efusi pleura lebih sering pada paru kanan daripada paru kiri.Asites sering
terjadi pada pasien dengan penyakit katup mitral dan perikarditis konstriktif,
hepatomegali, nyeri tekan, dapat diraba pulsasi hati yang berhubungan dengan
hipertensi vena sistemik, ikterus berhubungan dengan peningkatan kedua bentuk
bilirubin, ekstremitas dingin, pucat dan berkeringat.
Kriteria diagnosis1,6,7:
Kriteria Framingham: Diagnosis ditegakkan bila terdapat paling sedikit satu
kriteria mayor dan dua kriteria minor.
Kriteria mayor
Paroksismal nocturnal dispnea
Distensi vena-vena leher
Peningkatan tekanan vena jugularis (JVP)
Ronki
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop bunyi jantung III
Refluks hepatojugular positif
Kriteria minor
Edema ekstremitas
Batuk malam
Sesak pada aktivitas
Hepatomegali
Efusi pleura
Kapasitas vital berkurang 1/3 dari normal
Takikardia (>120 denyut/menit)
Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen dada: pembesaran jantung, distensi vena pulmonaris dan
redistribusinya ke apeks paru(opasifikasi hilus paru bisa sampai ke apeks),
peningkatan tekanan vascular pulmonary, kadang-kadang ditemukan efusi
pleura.
Elektrokardiografi: membantu menunjukkan etiologi gagal jantung (infark,
iskemia, hipertrofi dll) dapat ditemukan low voltage, T inverse, QS,
depresi ST dll.
Laboratorium
- Kimia darah (termasuk ureum, kreatinin, glukosa, elektrolit),
hemoglobin, tes fungsi tiroid, tes fungsi hati, dan lipid darah
- Urinalisa untuk mendeteksi proteinuria atau glukosuria
Ekokardiografi
Dapat menilai dengan cepat dengan informasi yang rinci tentang fungsi
dan struktur jantung, katup dan perikard.1,6,7
3.7DIAGNOSIS BANDING
Penyakit paru: pneumonia, PPOK, asma eksaserbasi akut, infeksi paru
berat misalnya ARDS, emboli paru
Penyakit ginjal: gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
3.8PENATALAKSANAAN
Tindakan Umum7
Pada umumnya semua penderita gagal jantung dianjurkan untuk
membatasi aktifitas sesuai dengan beratnya keluhan ( kelas fungsional ). Penderita
gagal jantung ringan mungkin hanya perlu membatasi aktifitas yang lebih berat
dari biasa, namun penderita gagal jantung berat harus dirawat dirumah sakit untuk
menjalani tirah baring. Semua penderita harus diberi edukasi sebab-sebab dan
paktor pencetus penyakitnya agar dapat menhindari hal-hal yang berat kondisinya.
Upaya pencegahan1,6:
Pencegahan gagal jantung harus selalu menjadi objektif primer terutama
pada kelompok dengan resiko tinggi:
Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, factor resiko jantung
koroner.
Pengobatan hipertensi yang agresif.
Koreksi kelainan congenital serta penyakit jantung katup.
Terapi
Non farmakologi1,7
Anjuran umum:
1. edukasi: terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan
2. aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan
seperti biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan profesi yang
masih bisa dilakukan
3. gagal jantung berat harus menghindari penerbangan panjang
Tindakan umum:
1. diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 gram pada gagal jantung
ringan dan 1 gram pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada
gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
2. hentikan rokok
3. aktivitas fisik ( latihan jasmani: jalan 3-5 kali/minggu selama 20-
30menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan
beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan
dan sedang)
4. istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi akut
Farmakologi
1. diuretik
kebanyakan pasien dengan gagal jantung membutuhkan paling
sedikit diuretik regular dosis rendah tujuan untuk mencapai tekanan vena
jugularis normal dan menghilangkan edema. Permulaan dapat digunakan
loop diuretik atau tiazid. Bila respons tidak cukup baik dosis diuretik dapat
dinaikkan, berikan diuretic intravena, atau kombinasi loop diuretic dan
tiazid. Diuretik hemat kalium, spironolakton dengan dosis 25 -50 mg/hari
dapat mengurangi mortalitas pada paien dengan gagal jantung sedang
sampai berat (klas fungsional IV) yang disebabkan gagal jantung sistolik
2. Penghambat ACE
Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivasi
neurohormonal, dan pada gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik
ventrikel kiri.
3. Penyekat beta
Penyekat Beta bermanfaat sama seperti penghambat ACE.
Penyekat beta yang digunakan carvedilol, bisoprolol atau metoprolol.
Biasa digunakan dengan bersama-sama dengan penghambat ACE dan
diuretik.
4. Antagonis penyekat reseptor angiotensin II
Masih merupakan alternatif bila pasien tidak toleran terhadap
penyekat enzim konversi angiotensin
5. glikosida jantung (digitalis)
Digitalis merupakan indikasi pada fibrilasi atrium pada berbagai
derajat gagal jantung.
6. kombinasi hidralazin dengan isosorbide dinitrat
Memberi hasil yang baik pada pasien yang intoleran dengan
penghambat ACE.
7. antikoagulan dan antiplatelet.
Aspirin dindikasikan untuk pencegahan emboli serebral pada
penderitadengan fibrilasi atrialdengan fungsi ventrikel yang
buruk.Antikoagulan perlu diberikan pada fibrilasi atrial kronis maupun
dengan riwayat emboli, trombosis dan transient ischemic attacks, trombus
intrakardiak dan aneurisma ventrikel.
3.9PROGNOSIS
Gagal jantung akut ditemukan berbagai prediktor mortalitas univariate dan
multivariate. Meningkatnya kadar BNP atau peningkatan kecil marker nekrosis
miokard seperti troponin telah ditunjukan memiliki kemampuan baik untuk
memperkirakan outcome selama perawatan dan mortalitas setelah dipulangkan.
Anemia juga merupakan faktor prediktor yang hingga kini kurang dihargai, dan
saat ini telah menjadi target terapi intervensi pada banyak uji klinis. Neurohormon
seperti endothelin, dan marker inflamasi (seperti C-reactive protein, IL-6), juga
merupakan prediktor kuat mortalitas.2
Kasus Persentase
BAB IV
KESIMPULAN
- Kelainan Miokardium
- Kelainan Mekanis
- Kelainan Irama Jantung
DAFTAR PUSTAKA
1. Manurung, Daulat. Gagal Jantung. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W
Sudoyo (Editor), Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006.
2. Hess OM, Carrol JD. Clinical Assessment of Heart Failure. In: Libby P,
Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, editor. Braunwald’s Heart Disease.
Philadelphia: Saunders; 2007. p. 561-80.
3. Darmojo B. Penyakit Kardiovaskuler pada Lanjut Usia. Dalam : Darmojo B,
Martono HH, editor. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2004.
h. 262-264