ILMU RADIOLOGI
RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU-KLATEN
Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Radiologi
Disusun Oleh :
Devita Diatri
(H2A011015)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
Identitas Pasien :
Nama
: Tn. DS
Jenis kelamin
Usia
: Pria
: 72 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Alamat
MRS
II.
: Parjangka Gondosa
: 08-07-2015
Anamnesa :
juga
mengeluhkan
dirinya
gampang
lelah,
dan
sering
disertai dengan batuk ataupun nafas yang berbunyi. Sesak juga tidak
dipengaruhi oleh cuaca panas atau dingin. Pasien juga mengeluhkan
tidak selera makan dan bila makan akan terasa penuh dan semakin
sesak. Sebelumnya pasien sudah merasakan timbulnya sesak sejak 3
tahun yang lalu. Dan pasien juga sudah sering ( > 5 x) dirawat
karena sesaknya itu.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah dirawat di RS dengan keluhan yang sama yaitu
sesak nafas sejak tahun 2011 (3 tahun yang lalu)
Ada riwayat tekanan darah tinggi
Tidak ada riwayat kencing manis
Riwayat asma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
seperti ini.
Tidak ada anggota keluarga yang meninggal mendadak karena
Riwayat Kebiasaan :
III.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Gizi
: Cukup
Berat Badan
: 70 kg
Tinggi Badan
: 170 cm
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 100 / 60 mmHg
- Nadi
- Pernafasan
- Suhu
: 37 0 C (Aksiler)
Status Generalis
Kepala
Normocephali,
distribusi
rambut
merata, rambut
tidak mudah dicabut
Mata
Telinga
: Sekret -/-
Hidung
Mulut
Tenggorokan
(-)
Leher
Deviasi
trakea
(-),
membesar, otot
bantu pernafasan (+)
4
KGB
tidak
teraba
Thorax depan
Jantung
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Paru
-
tertinggal,nyeri
tekan (-/-),
taktil fremitus dextra melemah.
Thorax belakang :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Extremitas
tungkai
(+/+), sianosis -/-
IV.
Pemeriksaan Penujang :
1. Darah Rutin
NON
PEMERIKSAAN
HASIL
RUJUKAN
SATUAN
HB
8,7
12,0-16,0
g/dl
LEUKOSIT
13,6
4,0 12,0
10^3 / ul
TROMBOSIT
489
150,0 400,0
10^3 / ul
ERITROSIT
4,91
4,00 5,00
10^6/ ul
HT
28
37,0 43,0
vol
GRANULOSIT
86,8
50,0 80,0
LIMFOSIT
7,7
20,5 51,1
MONOSIT
2-9
MCV
57,0
78,6 102,2
U^3
10
MCHC
17,7
25,2 34,7
Pg
11
13
14
15
16
MCHC
CREATININ
SGOT
SGPT
GDS
31,1
1,40
46
36
55
31,3 35,4
0,60-1,10
6-21
4-30
<180
2. Rontgen Thoraks
Diagnosis :
Decompensatio cordis
VI.
VII.
VIII.
g/dl
mg/dl
u/l
u/l
mg/dl
BAB III
PEMBAHASAAN
Anamnesa
FAKTA
Sesak nafas
saat
TEORI
melakukan Dispneu on effort
aktivitas ringan
Paroxysmal nocturnal dispneu
Sering terbangun pada malam
hari karena sesak
Tidur dengan diganjal 2 bantal Orthopneu
untuk mengurangi sesaknya
Sesak nafas tidak disertai batuk
Gampang lelah
semakin sesak
jantung
atau
gagal
jantung.
Dan
berdasarkan
klasifikasi
kelas
adanya
edema
tungkai
yang
disebabkan
oleh
adanya
disfungsi jantung
Pada gagal jantung yang berat,
Nadi : 60 x/menit, frekuensi
tekanan nadi mungkin berkurang
ireguler, isi lemah
menunjukkan penurunan volume
sekuncup
JVP 5 + 4
Distensi vena jugularis
Rhonki basah halus pada
Rhonki basah karena peningkatan
basal (+)
9
: ICS
10
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
IV.1 Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan / atau
kemampuannya hanya ada bila disertai peninggian volume diastolik
secara abnormal. Kegagalan jantung untuk memompa darah atau
penurunan kemampuan pompa jantung menyebabkan 2 efek utama
yaitu penurunan curah jantung dan pembendungan darah divena
yang menimbulkan kenaikan tekanan vena. Dua hal inilah yang akan
menyebabkan berbagai manifestasi klinis pada pasien.
Bila terjadi penurunan curah jantung sampai derajat yang
membahayakan, akan muncul bahaya reflek sirkulasi pada tubuh
yang diaktifkan, diantaranya adalah reflek baroreseptor, reflek
kemoreseptor yang akan mengaktifkan sistem saraf pusat. Selain itu
sistem renin angiotensin juga berperan penting dalam merespon
penurunan curah jantung. Pembendungan darah di vena terjadi
11
karena aliran darah yang tertahan didalam vena, sebagai akibat dari
penurunan kemampuan pompa jantung. Penurunan curah jantung ini
memberikan pengaruh yang luas terhadap fungsi ginjal. Aliran darah
yang rendah mengakibatkan kemampuan ginjalmensekresikan garam
dan air menjadi rendah sehingga urin yang dikeluarkan menjadi
sedikit. Oleh karena itu mulailah terjadi retensi cairan dan akan
berlangsung terus menerus sehingga aliran darah tertahan dalam
vena, kecuali jika dilakukan tindakan terapi.
IV.2 Etiologi
Gagal jantung merupakan keadaan klinis yang harus selalu dicari
penyebabnya. Penyebab gagal jantung dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Gangguan fungsi sistolik
1) Gangguan unit miokardium
Infark miocard
Fibrosis otot jantung
Kardiomiopati
Miokarditis berat
Aritmia
Gangguan miokard akibat obat obatan atau alkohol
2) Pembebanan mekanik yang berlebihan dalam waktu lama
Kenaikan beban tekanan
o Tahanan sentral yang meninkat (misal: pada
stenosis katup mitral)
o Tahanan perifer yang
hipertensi)
Kenaikan beban volume
o Regurgitasi katup aorta
o Fistula arteriovena
b. Gangguan fungsi diastolik
Kardiomiopati
Fibrosis
Amiloidosis
meningkat
(misal:
pada
1. Infark miocard
Pada pasien dengan penyakit jantung iskemik kronik tetapi
terkompensasi, selain tidak ada gejala klinis, kadang kadang
infark baru yang terjadi dapat lebih mengganggu fungsi
ventrikel dan memicu terjadinya gagal jantung.
2. Miokarditis
Pada reumatik akut dan sejumlah proses
infeksi
atau
paling
sering.
Aritmia
menimbulkan
efek
yang
yang
khas
menyebabkan hilangnya
pada
kebanyakan
aritmia
normal
Bradikardi yang nyata disertai AV blok komplit atau
bradiaritmia
berat
lainnya
akan
mengurangi
curah
tungkai
bawah
atau
13
panggul.
Dalam
perjalanan
metabolisme
hanya
dapat
dipenuhi
dengan
IV.4 Patofisiologi
Bila terjadi gangguan kontraktilitas miokard primer atau beban
hemodinamik berlebih diberikan pada ventrikel normal, jantung akan
mengadakan sejumlah mekanisme adaptasi untuk mempertahankan
curah jantung dan tekanan darah.
Mekanisme Kompensasi
Tiap mekanisme kompensasi jantung berikut memberikan manfaat
hemodinamik segera, namun dengan konsekuensi merugikan jika
terjadi dalam jangka panjang yang berperan dalam perkembangan
gagal jantung kongestif
1. Efek Neurohormonal
Aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron (sistem RAA)
Akibat curah jantung yang berkurang akan menyebabkan
penurunan perfusi ginjal yang selanjutnya menstimulasi sistem
RAA. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor kuat pada arteriol
eferen ginjal, yang menstimulasi pelepasan norepinefrin dari
ujung saraf simpatis dan menghambat tonus vagal. Selain itu,
angiotensin II membantu pelepasan aldosteron dari kelenjar
adrenal yang menyebabkan retensi natrium dan air serta eksresi
kalium diginjal. Gangguan fungsi hati pada gagal jantung dapat
menurunkan metabolisme aldosteron sehingga meningkatkan
lebih lanjut.
Peptida natriuretik
Peptida natriuretik memiliki berbagai efek pada jantung,
ginjal dan sistem saraf pusat.
1) Peptida natriuretik atrial (ANP) dilepaskan dari
jantung
sebagai
respon
terhadap
peregangan
atrium
serta
2. Efek Hemodinamik
Hipertrofi miokard
Pada hipertrofi miokard, terjadi peningkatan massa elemen
kontraktil yang memulihkan peningkatan stres dinding ventrikel
menjadi normal dan memperbaiki kontraksi sistolik, namun juga
meningkatkan kekakuan dinding ventrikel serta menurunkan
preload),
pemanjangan
sarkomer
dan
kontraksi
myofibril
diperkuat.
Redistribusi curah jantung
Redistribusi ini paling jelas waktu pasien gagal jantung
melakukan
exercise,
tetapi
bila
gagal
jantung
berlanjut,
bertanggungjawab
untuk
banyak
manifestasi
gagal
bagian
jantung
yang
mengalami
kegagalan
Pada
gagal
jantung
kanan
timbul
fatigue,
edema,
liver
17
Kelas I
saat
istirahat
tetapi
aktivitas
fisik
ringan
menyebabkan
Radiografi thorax
Bayangan jantung dapat membesar pada proyeksi PA (CTR
>50%).
Pembesaran
atrium
kiri
dapat
diperlihatkan
oleh
edema
paru,
akan
didapatkan
gambaran
infiltrat
sudut
costofrenikus
yang
tumpul.
Proyeksi
lateral
Penemuan-penemuan
biasanya
non
spesifik,
(normal, >50%)
Kateterisasi jantung
Teknik ini adalah alat diagnostik yang terakhir untuk menetapkan
penyebab gagal jantung kongesif. Penilaian tekanan intrakardiak
dan curah jantung akan menentukan beratnya gangguan fungsi
miokardium
atau
lesi
katup.
Sineangiografi
koroner
akan
regurgitasi trikuspidalis.
Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan
darah
lengkap
menyingkirkan
anemia
dan
direkomendasikan
infeksi
(leukositosis)
untuk
sebagai
untuk
menghindari
terjadinya
hiponatremia
atau
hiperkalemia.
Tes fungsi ginjal
Pada pasien gagal ginjal biasanya terjadi peningkatan serum
ureum
dan
kreatinin
karena
renal
insufisiensi
akibat
bukan
gagal
jantung,
100
500
pg/mL
IV.7 Penatalaksanaan
Terapi dekompensatio kordis secara logis dapat dibagi menjadi tiga
komponen:
1) Menghilangkan faktor predisposisi
2) Memperbaiki penyebab yang mendasari
3) Mengendalikan keadaan dekompensatio kordis, dengan cara:
a) Mengurangi beban kerja jantung
Mengurangi kegiatan fisis
Mengistirahatkan emosi
Mengurangi afterload
b) Mengendalikan retensi berlebih garam dan air
Diet rendah garam
Diuretika
Indikasi. Diuretika diindikasikan untuk semua pasien
dengan gangguan fungsi jantung sistolik, karena retensi
natrium dan air adalah sekuel patofisiologi dalam keadaan
ini.
Cara kerja. Diuretika meningkatkan ekskresi natrium dan
air, memperbaiki gejala kongesti dengan mengurangi
tekanan pengisian, dan memperbaiki fungsi ventrikel
dengan mengurangi tekanan dinding ventrikel karena
1.
2.
vasodilator
angka
telah
mortalitas
terbukti
pada
dapat
penderita
aktivitas
neurohumoral
yang
penting
pada
dekompensatio
kordis.
yang
meningkat
juga
mengakibatkan
curah jantung.
Pilihan
ACE ihibitor
Dianjurkan sebagai obat lini pertama baik dengan atau
tanpa keluhan untuk meningkatkan morbiditas dan
mortilitas.
Harus diberikan sebagai terapi awal bila tidak ditemui
retensi cairan. Bila disertai retensi cairan harus
22
ACE
inhibitor
pada
dekompensatio
kordis
dalam
sama
efektif
dengan
menurunkan mortalitas.
Dapat dipertimbangkan
pemakaian
3
ACE
ACE
inhibitor
penambahan
inhibitor
pada
dalam
ARB
pada
pasien
yang
miokard
(inotropik
positif)
Digitalis
Indikasi : Pasien dengan kardiomegali, penurunan fungsi
sistolik dan kongesti vena pulmonalis harus dimulai
dengan digitalis. Karena hipokalemia yang diakibatkan
oleh pemberian terapi diuretika dapat menyebabkan
predisposisi untuk aritmia yang berkaitan dengan digitalis,
maka elektrolit serum harus dipantau dengan teliti bila
obat ini mulai diberikan.
Cara kerjA : Daya kerja utama senyawa digialis adalah
berlaku
sebagai
perangsang
inotropik
positif,
yang
adalah
peningkatan
konsentrasi
natrium
katekolamin
atau
peningkatan
kepekaan
utama
dari
digitalis
pada
jantung
dengan
pengurangan
kecepatan
ventrikel,
IV. 8 Prognosis
Studi dari Framingham dengan data selama 30 tahun
menggambarkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun pada
pasien gagal jantung adalah 60% pada laki laki dan 45% pada
perempuan. Sejumlah faktor yang berkaitan dengan prognosis
gagal jantung yaitu sebagai berikut :
Keadaan klinis
Semakin buruk
24
vasopresin
dan
peptida
natriuretik
plasma.
Klasifikasi KILLIP
Merupakan
klasifikasi
yang
digunakan
untuk
menentukan
Gambaran Klinis
Tidak ada tanda disfungsi LV
Gallop S3 dengan atau
III
IV
kongesti paru
Edem berat paru akut
Syok kardiogenik
Mortalitas
0 6%
tanpa 30%
40%
>80%
25