LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
1.
Nama
: Ny. W
2.
Umur
: 65 tahun
3.
Jenis Kelamin
: Perempuan
4.
Agama
: Islam
5.
Status perkawinan
: Menikah
6.
Alamat
: Klaten
7.
Tgl pemeriksaan
: 28 September 2015
B. ANAMNESIS
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Luka pada jempol kaki kanan
Pasien datang ke poli dengan keluhan luka pada kaki kanan sejak
6bulan yang lalu yang tidak sembuh-sembuh . Pasien mengaku hanya
membalut kakinya yang luka dengan kain.Luka tidak sembuh-sembuh
walaupon sudah beberapa minggu. Dirasa luka makin meluas dan pasien
merasa
Riwayat DM diakui
Vital Sign
TD
: 140/80 mmHg
Suhu
: 37 C
Nadi
: 88 x/menit
Respirasi
: 20x/menit.
Mata : Konjunctiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-, reflek cahaya +/+
Leher : Tiroid dan kelenjar getah bening tidak teraba membesar
2. Thorak
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
3. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Timpani (+)
4. Status Lokalis
Palpasi
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Hematologi
Hasil
Nilai normal
Hemoglobin
12,5 g/dL
12,5-17,5 g/dL
Leukosit
14,400/uL
4,100-10900/uL
Hematokrit
29 %
41-53 %
Trombosit
334000/uL
140000-440000 /uL
269
<180
Kimia darah
GDS
E. DIAGNOSIS
Lanjut pengelolaan DM
Metronidazol 500 mg 3x 1
2. Nonmedikamentosa
Diet DM
3. Tindakan Operatif
Amputasi Gangren
G. PROGNOSIS
1.
Ad vitam
: Bonam
2.
Ad sanasionam
: Dubia
3.
Ad fungsionam
: Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIABETES MELLITUS
1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah kelainan yang ditandai dengan kadar glukosa
darah yang melebihi normal (hiperglikemia) dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon
insulin secara relatif maupun absolut, apabila dibiarkan tidak terkendali
dapat terjadinya komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler
jangka panjang yaitu mikroangiopati dan makroangiopati 4,5.
Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah 3,11.
2. Epidemiologi
Menurut survei yang di lakukan oleh organisasi kesehatan dunia
(WHO), jumlah penderita Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000
terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di
dunia, sedangkan urutan di atasnya adalah India (31,7 juta), Cina (20,8
juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta). Jumlah penderita Diabetes Mellitus
tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat 175,4 juta orang 6,7.
Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan
prevalensi Diabetes mellitus sebesar 1,5 2,3% pada penduduk yang usia
lebih 15 tahun, bahkan di daerah urban prevalensi DM sebesar 14,7% dan
daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali
dibandingkan dengan negara maju, sehingga Diabetes mellitus merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius3,4,6,8. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 penduduk Indonesia yang berusia di
atas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa, maka pada tahun 2003 diperkirakan
terdapat penderita DM di daerah urban sejumlah 8,2 juta dan di daerah
rural sejumlah 5,5 juta 3.
iii.
pankreatopati fibrokalkulus
Endokrinopati : Akromegali, sindroma cushing, Feokromositoma,
iv.
hipertiroidisme
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM : Sindrom Down,
Sindrom Klinefelter, Sindrom Turner dan lain-lain.
gejala kronik.
a. Gejala Akut Penyakit Diabetes mellitus
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi
bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat
tertentu.
1. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak
(Poli),yaitu:
Banyak
makan
(poliphagia);
Banyak
minum
5. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi pada Diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua
yaitu :
1. Komplikasi Metabolik Akut
B. ULKUS DIABETIKUM
1. Definisi ulkus Diabetikum
Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus
berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya
kematian jaringan setempat 19.
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri
aerob maupun anaerob 12,14,16
2. Epidemiologi
Prevalensi penderita ulkus diabetika di Indonesia sebesar 15% dari penderita
Dm. di RSCM, pada tahun 2003 masalah kaki diabetes masih merupakan
masalah besar. Sebagian besar perawatan DM selalu terkait dengan ulkus
diabetika. Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi,masing-masig
sebesar 32,5% dan 23,5%. Nasib penderita DM paska amputasi masih sangat
buruk, sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun paska amputasi dan
sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun pasca amputasi 20
3. Etiologi dan Faktor Resiko ulkus diabetikum
Beberapa
etiologi
yang
menyebabkan
ulkus
diabetikum
meliputi
jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang
menjadi ulkus diabetika12,14.
Proses angiopati pada penderita Diabetes mellitus berupa penyempitan dan
penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama
kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi
berkurang kemudian timbul ulkus diabetika17.
A. Definisi
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada :
1. kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi
glukosa hepatik) dan di jaringan perifer (otot dan lemak)
2. sekresi insulin oleh sel beta pankreas
3. atau keduanya
(A. Aziz Rani, 2006)
B. Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes Melitus
Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel pulau
Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung
Insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel dan resistensi insulin
(Arif Mansjoer, 2001).
C. Diagnosis
Cara yang umum dipakai untuk mendiagnosis penyakit diabetes
didasarkan pada berbagai tes kimiawi terhadap urin dan darah :
1) Glukosa urin
Pada umumnya jumlah glukosa yang dikeluarkan dalam urin
orang normal sukar dihitung, sedangkan pada kasus diabetes,
glukosa yang dilepaskan jumlahnya dapat sedikit sampai banyak
sekali,
sesuai
dengan
berat
penyakitnya
dan
asupan
karbohidratnya.
2) Kadar glukosa darah puasa
Kadar glukosa darah puasa sewaktu pagi hari, normalnya adalah
80 sampai 90 mg/dl, dan 110 mg/dl dipertimbangkan sebagai batas
atas kadar normal. Kadar gula darah puasa di atas nilai ini,
seringkali menunjukkan adanya penyakit diabetes mellitus, atau
yang kurang umum, mungkin diabetes hipofisis atau diabetes
adrenal.
3) Uji toleransi glukosa
Bila orang normal yang puasa memakan 1 gram glukosa per
kilogram berat badan, maka kadar glukosa darahnya akan
meningkat dari kadar kira kira 90 mg/dl menjadi 120 sampai 140
mg/dl dan dalam waktu kira kira dua jam kadar ini akan
menurun lagi kembali ke nilai normalnya.
Pada penderita diabetes, konsentrasi glukosa darah puasa hampir
selalu diatas 110 mg/dl dan sering diatas 140 mg/dl.
4) Pernapasan aseton
Sejumlah kecil asam aseto asetat, yang sangat meningkat pada
penderita diabetes yang berat, dapat diubah menjadi aseton.
Aseton bersifat mudah menguap dan dikeluarkan dalam udara
ekspirasi. Juga, asam keto dapat ditemukan dalam urin melalui
cara kimia, dan jumlah asam keto ini dipakai untuk menentukan
tingkat penyakit diabetes.
(Guyton dan Hall, 1997)
Belum pasti
DM
DM
DM
< 110
< 90
110 199
90 - 199
200
200
< 110
< 90
110 125
90 - 109
126
110
D. Klasifikasi
Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI ( Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia ) adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi
DM menurut American Diabetes Association (ADA) 1997, sbg berikut :
1. Diabetes Melitus tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut) :
Autoimun
Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
2. Diabetes Melitus tipe 2 (bervariasi mulai dari yang terutama dominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin)
3. Diabetes Melitus tipe lain :
A. Defek genetik fungsi sel beta :
B.
C.
D.
E.
F.
mikrovaskular
dan
makrovaskular,
dimana
risikonya
tergantung pada kontrol terhadap kadar glukosa dan faktor risiko vaskular
konvensional (Amalia Safitri, 2006).
Komplikasi Mikrovaskular pada Diabetes
Penyakit pembuluh darah kecil merupakan tanda utama diabetes
mellitus dan membutuhkan waktu 10 tahun atau lebih untuk dapat terjadi.
a. Penyakit mata (retinopati)
Satu dari antara tiga orang dengan diabetes mengalami penyakit mata
dan 5% mengalami kebutaan pada umur 30 tahun. Retinopati terjadi
akibat penebalan membran basal kapiler, yang menyebabkan pembuluh
darah mudah bocor (perdarahan dan eksudat padat), pembuluh darah
tertutup (iskemia retina dan pembuluh darah baru), dan edema makula
(Amalia Safitri, 2006).
Katarak pada pasien diabetes mellitus terjadinya lebih dini dibanding
pada populasi normal (Sarwono Waspadji, 1998).
Katarak terjadi 10 15 tahun lebih cepat pada penderita diabetes
(Amalia Safitri, 2006).
b. Nefropati diabetik
Keadaan ini terjadi 15 25 tahun setelah diagnosis pada 35 45%
pasien dengan diabetes tipe 1 dan kurang dari 20% pasien dengan
diabetes tipe 2 (Amalia Safitri, 2006).
Pasien dengan nefropati diabetik dapat menunjukkan gambaran gagal
ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat, sampai keluhan sesak napas
akibat penimbunan cairan (Sarwono Waspadji, 1998).
Nefropati diabetik melibatkan dua pola patologik yang berbeda yang
dapat berada bersama sama atau tidak : difus dan noduler. Difus yang
lebih sering, terdiri atas pelebaran membrana basalis glomerulus
Tahun
Prevalensi kaki
diabetik
1975
7,00%
1984
32,90%
Askandar
Surabaya
Ikram
Palembang
Hardi
Semarang
Nashruddin P
Ujung Pandang
1987
27,60%
1987
25,40%
1987
17,30%
1990
20,60%
(John M F Adam, 2005).
lesi
atau
ulserasi
yang
kemudian
masuknya
(makrofag)
meliputi
proses
kemotaksis,
perlekatan
monophosphate
(nicotinamide
adenine
shunt
yang
dinucleotide
memerlukan
phosphate).
Pada
NADPH
keadaan
Sifat
Deraja
t
Luka/ tukak
Abse
s
Selulitis
Osteomieliti
s
Gangren
Superfisial
II
Dalam sampai
tendon/ tulang
III
Dalam
+/-
+/-
IV
Dalam
+/-
+/-
+/-
Jari
Gangren
Seluruh
kaki
(Sjamsuhidajat, 1997).
1.
2.
3.
4.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997. Tindakan Bedah : Organ dan Sistem
Organ dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit
EGC. Hal. 646-8
Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani,
Wiwiek Setiowulan. 2001. Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta. Penerbit Media Aesculapius
FKUI. Hal. 580
Guntur, A. 2006. Bed Side Teaching Ilmu Penyakit Dalam. Surakarta.
Penerbit Sebelas Maret University Press. Hal. 33
Suyono, Slamet. 1998. Masalah Diabetes di Indonesia dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi ketiga. Jakarta. Penerbit FKUI. Hal.
571-575
Guyton Arthur C, Hall John E., 1997. Endokrinologi dan Reproduksi dalam
dr. Irawati Setiawan Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton dan Hall
Edisi 9. Jakarta. Penerbit EGC. Hal. 1235
Amalia Savitri. 2005. Diabetes Melitus dalam At a glance Medicine Patrick
Davey. Jakarta. Penerbit Erlangga. Hal. 266-269
Foster, W. Daniel. 2000. Diabetes Mellitus dalam Prof. Dr. Ahmad H. Asdie,
Sp.PD-KE. Harrison Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 5
Edisi 13. Jakarta. Penerbit EGC. Hal. 2196 dan 2213
A. Aziz Rani, dkk. 2006. Diabetes Melitus dalam Panduan Pelayanan Medik
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta.
Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal. 8
Anonim. 2009. Ulkus Diabetikum. Ilmu Bedah. www.bedahugm.net/ulkusdiabetikum/
John Marthin Frederik Adam. 2005. Komplikasi Kronik Diabetik Masalah
Utama Penderita Diabetes dan Upaya Pencegahan. Suplement Vol 26
No.3 Juli-September 2005
John Marthin Frederik Adam. Kaki Diabetes. 1985. Cermin Dunia
Kedokteran No. 39
Hastuti, Rini Tri. 2007. Faktor-Faktor Risiko Ulkus diabetika pada penderita
Diabetes mellitus (studi kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta)
dr. A. Yuda Handaya. 2009. Ulkus Kaki Diabetes.
Alwi Shahab. 2009. Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus
(disarikan
dari
Konsensus
Pengelolaan
Diabetes
Melitus
di