Anda di halaman 1dari 32

SMF Bagian Radiologi Laporan Kasus

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Juli 2017


Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana

Tuberkulosis Paru

Disusun Oleh
Ilham Revan Ananda, S. Ked
(1308012022)

Pembimbing :
dr. Elsye R. F. Thene, Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


SMF / BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
KUPANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Laporan kasus ini diajukan oleh :


Nama : Ilham Revan Ananda, S.Ked
NIM : 1308012022
Judul kasus : Tuberkulosis Paru
Telah disajikan dan berhasil dipertahankan di hadapan pembimbing, dalam
kegiatan kepaniteraan klinik bidang Radiologi RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes
sebagai persyaratan untuk menempuh ujian komprehensif.

Kupang, 5 Juli 2017


Pembimbing Klinik

dr. Elsye R. F. Thene, Sp. Rad


SPESIALIS RADIOLOGI

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 2



BAB I
PENDAHULUAN

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan


oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama adalah batuk selama
2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak, dahak
bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari
1 bulan. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan melalui pemeriksaan dahak, foto
thorax maupun keduanya.(1)
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia ini. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8
juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil
Tahan Asam) positif. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33
% dari seluruh kasus TB di dunia. Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah
8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004
menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia
tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortalitas sebesar 39 orang per 100.000
penduduk. Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus
TB setelah India dan Cina. TB di Indonesia adalah pembunuh nomor satu diantara
penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.(2)
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah sebagai syarat kelulusan
dalam kepaniteraan klinik bagian Radiologi RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes
Kupang, Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana.
Adapun isi dari laporan kasus ini meliputi data identifikasi pasien, hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang radiologis dan
laboratorium, penatalaksanaan pada pasien, dan tinjauan pustaka yang meliputi
definisi, anatomi, anatomi radiologi, patologi, penegakan diagnosa,
penatalaksanaan, dan differensial diagnosa.

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 3



BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. AH
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 19 tahun
Suku : Timor
Agama : Kristen
Status pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Bakunase, Kota Kupang

Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 12 Juni 2017 di
Ruang Isolasi I, IGD RSUD. Prof. W.Z. Johanes Kupang pukul 10.35 WITA.
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan batuk sejak tiga bulan yang lalu, berawal
dengan batuk kering kemudian berubah menjadi batuk berdahak sejak dua bulan
yang lalu.
Riwaya Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan batuk selama tiga bulan. Selama periode
tiga bulan tersebut, batuk pada pasien awalnya adalah batuk kering yang
kemudian berkembang menjadi batuk berdahak sejak dua bulan terakhir yang
memberat pada malam hari. Dahak yang keluar berwarna putih kekuningan. Tidak
dilaporan oleh pasien adanya riwayat batuk darah. Pasien juga mengeluhkan
demam hilang timbul dan berkeringat pada malam hari sejak tiga bulan tersebut.
Penurunan berat badan, sesak nafas (nafas pendek) dan nyeri dada dirasakan oleh
pasien sejak sebulan yang lalu. Mual dan muntah sejak tiga hari SMRS. Pasien
dirawat di bangsal Tulip RSUD. Prof. W.Z. Johanes Kupang sejak tanggal 12
hingga 15 Juni 2017.

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 4



Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah ada gejala yang sama pada pasien sebelumnya. Tidak ada
riwayat penyakit metabolik maupun kelainan kongenital yang dilaporkan pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga dengan keluhan dan penyakit yang sama dengan
pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah menjalani pengobatan di Puskesmas Bakunase pada waktu
satu bulan sejak gejala batuk muncul. Menurut pasien dan keluarga pasien,
pengobatan yang diberikan adalah antibiotik dan paracetamol. Tidak ada riwayat
pengobatan lain yang diterima oleh pasien.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 12 Juni 2017 pukul 11.15 WITA
di ruang Isolasi I, IGD RSUD. Prof. W.Z. Johanes Kupang.
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis, GCS 4-5-6
Tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Frekuensi nadi : 84 kali/menit
Frekuensi nafas : 24 kali/menit
Kulit : turgor kulit normal, elastisitas baik, tidak ada ruam
Kepala
Bentuk : bulat, simetris, normocephal
Rambut : pendek, warna hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, edema palperbra
-/-, mata cekung -/-, hematom peripalpebra -/-, reflek cahaya +/+
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada perdarahan, nafas tidak cuping
hidung.
Telinga : tidak ada sekret, perdarahan -/-, pendengaran dalam batas
normal.

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 5



Mulut/bibir : tidak sianosis, perdarahan gusi (-).
Lidah : tidak kotor, tidak hiperemi
Tenggorok : faring dalam batas normal, tidak terjadi pembesaran
tonsil.
Leher
Inspeksi : simetris, tidak tampak pembesaran KGB leher
Palpasi : tidak tampak pembesaran KGB leher serta tidak terjadi
pembesaran kelenjar tiroid.
Dada
- Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung masih dalam batas normal
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
- Paru
Anterior Posterior
I Simetris, retraksi -/-, tidak ada Simetris, retraksi -/-, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan penggunaan otot bantu pernafasan
P Taktil Fremitus +/+ normal Taktik Fremitus +/+ normal
P Sonor +/+, redup setinggi ICS 2-4 Sonor +/+
dextra
A Vesikuler +/+, Rh+/+, Wh -/- Vesikuler +/+, Rh-/-,Wh -/-

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 6



Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah Tn.AH



Pemeriksaan laboratorium pada pasien dilakukan pada tanggal 12 Juni 2017. Jenis
Pemeriksaan yang diminta adalah pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
(glukosa sewaktu). Hasil pemeriksaan menunjukkan peningkatan dan penurunan
beberapa komponen darah, diantaranya :
Tabel resume hasil pemeriksaan laboratorium Tn.AH

Peningkatan Penurunan
Jumlah Leukosit / WBC total Hemoglobin
Monosit Hematokrit
Neutrofil MCV & MCH
Trombosit Limfosit
PCT

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 7



Pemeriksaan Dahak

Pemeriksaan Sputum BTA Tn.AH

Pemeriksaan sputum BTA (Basil Tahan Asam) pasien dilakukan pada tanggal 9
dan 10 Juni 2017 di puskesmas Bakunase. Hasil pemeriksaan sputum BTA
menunjukkan hasil negatif.

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 8



Pemeriksaan Radiologi Foto Thorax

Hasil foto Thorax posisi Postero-Anterior Tn.AH

Pemeriksaan radiologi yang dilakukan pada pasien adalah pemeriksaan foto


Thorax konvensional posisi Postero-Anterior (PA) yang diambil pada tanggal 12
Juni 2017.
Hasil Foto thorax PA Tn.AH :
- Terdapat identitas, tanggal dan marker pada hasil foto thorax.
- Kelayakan foto :
- Penetrasi cukup, masih terlihat secara samar bayangan corpus vertebra
di belakang jantung.

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 9



- Inspirasi cukup, masih terlihat bayangan costae, hingga costa posterior
kesepuluh dan costa anterior keenam di lapangan paru.
- Tidak terjadi rotasi berlebih, dimana bayangan processus spinosus
corpus vertebra terletak ditengah diantara clavicula.
- Tidak terjadi angulasi, dimana letak clavicula menyilang costa posterior
ketiga.
- Foto layak dibaca.
- Penilaian :
- Aligment normal, tidak ada malposisi.
- Bone and soft tissue tidak terdapat fraktur maupun pembengkakkan,
tidak ada tanda destruksi tulang.
- Diafragma kanan dan kiri sama tinggi, berbentuk cembung / dome
shaped. Sinus costophrenicus dextra dan sinus cardiophrenicus dextra
et sinistra berbentuk lancip sementara sinus costophrenicus sinistra
tumpul. Tidak terlihat gastric bubble.
- Jantung terletak di kiri, ukuran jantung normal, tidak ada pembesaran
jantung. Cardio-Thorax Ratio kurang dari 50%.
- Hilus pulmonal, pinggang jantung, dan aorta tampak normal.
- Mediastinum tampak normal.
- Trachea berbentuk normal dan tidak ada pergeseran.
- Paru-paru :
- Terdapat gambaran konsolidasi inhomogen / infiltrat / bayangan
berawan pada daerah suprahiler, parahiler dan paracardial paru
dextra.
- Terdapat gambaran konsolidasi inhomogen / infiltrat / bayangan
berawan yang lebih tipis pada daerah suprahiler dan parahiler paru
sinistra.
- Terdapat massa tunggal berbentuk bulat dengan densitas opak
tanpa disertai air-fluid level, pada parahiler paru dextra disebelah
medial mendekati hilus pulmonal dextra. Kesan suatu tuberkuloma.

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 10



- Terdapat gambaran perselubungan homogen yang menunjukkan
kesan efusi pleura pada supra diafragma hemithorax sinistra
setinggi costa anterior keenam.
- Kesan : Tuberkulosis Paru.
Saran pemeriksaan radiologis lanjutan : foto thorax posisi PA lanjutan untuk
evaluasi terapi dan CT-scan Thorax.

Diagnosis Kerja
Tuberkulosis Paru.

Diagnosis Banding
CAP (Community Acquired Pneumonia).

Penatalaksanaan
Pada perawatan pasien di bangsal Tulip tanggal 12 dan 13 Juni 2017, pasien
diberikan terapi sebagai berikut :
- O2 nasal kanul 2 - 4 l/min
- IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 1gr
- Combivent nebule K/P
- Salbutamol 3 x 2 mg
- GG 3 x 100 mg
- Ranitidine 2 x 1 tab
- Paracetamol 3 x 500 mg
Pasien dipersiapkan untuk melakukan pemeriksaan sputum BTA ulang,
pemeriksaan SGOT / SGPT, ureum / creatinin, elektrolit, dan konsul ke poli VCT.
Selanjutnya, pada perawatan pasien di bangsal Tulip tanggal 14 dan 15 Juni 2017,
pasien diberikan terapi sebagai berikut :
Terapi lanjutan dari hari sebelumnya :
- IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm
- Combivent nebule K/P

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 11



- Salbutamol 3 x 2 mg
- Ranitidine 2 x 1 tab
- Paracetamol 3 x 500 mg
Terapi tambahan :
- Codein 3 x 10 mg, menggantikan GG
- OAT Kategori I dan program poli DOTS menggantikan inj. Ceftriaxone

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 12



BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex. Tuberkulosis paru merupakan penyakit
menular langsung. Gejala utama adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk
disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan. Diagnosis penyakit ini
dapat ditegakkan melalui pemeriksaan dahak, foto thorax maupun keduanya.(1)(2)

Anatomi Paru
Paru-paru manusia merupakan dua buah organ yang lunak dan berongga.
Di dalam mediastinum, paru dipisahkan oleh jantung, pembuluh darah, dan
struktur lain mediastinum. Masing-masing paru berbentuk konus, memiliki apeks
yang tumpul dan menjorok keatas serta dilapisi oleh pleura yang terikat dengan
paru pada bagian hilusnya. Pada hilus pulmonalis yang terletak di bagian
medialnya terdapat suatu lekukan tempat masuknya bronkus, pembuluh darah dan
saraf ke paru-paru untuk membentuk radiks pulmonalis. Paru-paru kanan sedikit
lebih besar dari paru-paru kiri dan dibagi oleh fisura oblikua dan fisura
horisontalis menjadi 3 lobus, yaitu lobus superior, medius dan inferior. Sedangkan
paru-paru kiri dibagi oleh fisura oblikua menjadi 2 lobus, yaitu lobus superior dan
inferior.(3)
Bronkus merupakan bagian dari traktus respiratorius yang memasuki hilus
paru. Setiap bronkus lobaris akan bercabang menjadi beberapa bronkus
segmentalis. Bronkus segmentalis yang masuk ke lobus paru-paru secara
struktural dan fungsional adalah independen, dan dinamakan segmen
bronkopulmonalis. Segmen ini berbentuk piramid, mempunyai apeks yang
mengarah ke radiks pulmonalis dan basisnya mengarah ke permukaan paru-paru.
Tiap segmen dikelilingi oleh jaringan ikat, dan selain bronkus juga diisi oleh

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 13



arteri, vena, pembuluh limfe dan saraf otonom. Traktus respiratorius berakhir
pada alveolus. Alveolus adalah kantong udara terminal yang berhubungan erat
dengan jejaring kaya pembuluh darah. Sirkulasi pulmonal memiliki aliran udara
tinggi dengan tekanan yang rendah, kurang lebih 50 mmHg. Paru-paru dapat
menampung sampai 20% volume darah total, dan hanya 10% dari volume tersebut
yang tertampung dalam kapiler.(3) Bagian terpenting dari sistem ventilasi paru-
paru adalah upaya terus menerus untuk memperbarui udara dalam area pertukaran
gas paru-paru. Pertukaran gas secara difusi terjadi antara alveoli dan pembuluh
kapiler paru-paru. Difusi terjadi berdasarkan prinsip perbedaan tekanan parsial gas
yang bersangkutan.(4)

Gambaran anatomi Thorax(7)

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 14



Gambaran anatomi radiologi foto thorax normal posisi PA(8)

Gambaran anatomi
radiologi foto thorax
normal posisi PA.(9)
- tampak angka 1
hingga 10 yang
menunjukkan
penghitungan costae
pada foto thorax untuk
menentukan
kecukupan inspirasi.
- warna hijau
menunjukkan clavicula
dan warna ungu
menunjukkan proc.
Spinosus untuk
menentukan adanya
rotasi pada foto.
- anak panah kuning
menunjukkan
bayangan corpus
vertebrae dibelakang
jantung untuk
menentukan
kecukupan penetrasi

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 15



Epidemiologi
Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga
kesehatan tahun 2013 adalah 0.4 persen, tidak berbeda dengan 2007. Lima
provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI
Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua Barat (0.4%).
Proporsi penduduk dengan gejala TB paru batuk 2 minggu sebesar 3,9 persen
dan batuk darah 2.8 persen. Berdasarkan karakteristik penduduk, prevalensi TB
paru cenderung meningkat dengan bertambahnya umur, pada pendidikan rendah,
tidak bekerja. Dari seluruh penduduk yang didiagnosis TB paru oleh tenaga
kesehatan, hanya 44.4% diobati dengan obat program. Lima provinsi terbanyak
yang mengobati TB dengan obat program adalah DKI Jakarta (68.9%). DI
Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat (56,2%), Sulawesi Barat (54,2%) dan Jawa
Tengah (50.4%) (Buku Riskesdas 2013 dalam angka).(1)

Patologi
Tuberkulosis merupakan penyakit yang ditransmisikan via udara melalui
droplet yang dikeluarkan pada saat pasien batuk. Untuk lebih memahami berbagai
aspek tuberkulosis, perlu diketahui proses patologik yang terjadi. Batuk yang
merupakan salah satu gejala tuberkulosis paru, terjadi karena kelainan patologik
pada saluran pernapasan akibat kuman M.tuberculosis. Kuman tersebut bersifat
sangat aerobik, sehingga mudah tumbuh di dalam paru, terlebih di daerah apeks
karena pO2 alveolus paling tinggi. Kelainan jaringan terjadi sebagai respons
tubuh terhadap kuman. Reaksi jaringan yang karakteristik ialah terbentuknya
granuloma, kumpulan padat sel makrofag. Respons awal pada jaringan yang
belum pernah terinfeksi ialah berupa sebukan sel radang, baik sel leukosit
polimorfonukleus (PMN) maupun sel fagosit mononukleus. Kuman berproliferasi
dalam sel, dan akhirnya mematikan sel fagosit. Sementara itu sel mononukleus
bertambah banyak dan membentuk agregat. Kuman berproliferasi terus, dan
sementara makrofag (yang berisi kuman) mati, sel fagosit mononukleus masuk
dalam jaringan dan menelan kuman yang baru terlepas. Jadi terdapat pertukaran
sel fagosit mononukleus yang intensif dan berkesinambungan. Sel monosit

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 16



semakin membesar, intinya menjadi eksentrik, sitoplasmanya bertambah banyak
dan tampak pucat, disebut sel epiteloid. Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip
sel epitel tanpa jaringan diantaranya, namun tidak ada ikatan interseluler dan
bentuknya pun tidak sama dengan sel epitel. Sebagian sel epiteloid ini membentuk
sel datia berinti banyak, dan sebagian sel datia ini berbentuk sel datia Langhans
(inti terletak melingkar di tepi) dan sebagian berupa sel datia benda asing (inti
tersebar dalam sitoplasma). Seiring dengan berjalannya waktu granuloma ini
dikelilingi oleh sel limfosit, sel plasma, kapiler dan fibroblas. Di bagian tengah
mulai terjadi nekrosis yang disebut perkijuan, dan jaringan di sekitarnya menjadi
sembab dan jumlah mikroba berkurang. Granuloma dapat mengalami beberapa
perkembangan, bila jumlah mikroba terus berkurang akan terbentuk simpai
jaringan ikat mengelilingi reaksi peradangan. Pada individu yang telah terinfeksi
sebelumnya reaksi jaringan terjadi lebih cepat dan keras dengan disertai nekrosis
jaringan. Akan tetapi pertumbuhan kuman tertahan dan penyebaran infeksi
terhalang. Ini merupakan manifestasi reaksi hipersensitivitas dan sekaligus
imunitas.(2)

Perjalanan penyakit tuberkulosis(2)

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 17



Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
terlihat peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami
perkembangan penyakit sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum).
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran / kalsifikasi di hilus).
3. Menyebar dengan cara :
- Perkontinuitatum, menyebar ke struktur disekitarnya. Salah satu contoh
adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat penekanan
bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang
membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas pasien,
yang dapar berakibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar
sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan
menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang
dikenal sebagai epituberkulosis.
- Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya.
- Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini
sangat bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil.
Sarang / fokus yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila
tidak terdapat imunitas yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan
cukup gawat seperti tuberkulosis milier, bahkan meningitis tuberkulosa.
Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada organ tubuh lainnya,

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 18



misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan
penyebaran ini mungkin berakhir dengan kesembuhan dengan meninggalkan
sequele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak setelah mendapat
ensefalomeningitis tuberkuloma) atau pasien dapat berujung pada
kematian. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.(2)

Panah merah : primary complex of ranke, Panah merah : Simon Foccus,


menunjukkan parahilar lymphadenopathy menunjukkan scarring karena inflamasi di
pada pasien TB primer.(5) daerah apeks paru bilateral.(5)

Kelainan yang terjadi pada tuberkulosis primer.(5)

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 19



Tuberkulosis Post-Primer
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian
tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post
primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk
dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk
tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat
menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini,
yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib
sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut : (2)
1. Direabsorbsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan
cacat.
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan pembentukan jaringan fibrosis.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).
Kavitas akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas
awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal
(kavitas sklerotik).

Skema perkembangan sarang tuberculosis post primer dan perjalanan


penyembuhannya.(2)

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 20



Gambaran radiologi TB post-primer dapat menyerupai :(5)
1. Upper lobe infiltrates
2. Cavitary lesions
3. Tuberculoma
4. Absence of lymphadenopathy
5. Opasifikasi salah satu lobus paru
6. Atelectasis
7. Gambaran Komplikasi :
- Efusi pleura
- Empyema
- Bronchiectasis
- Mililary pattern
- Pneumothorax spontan

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 21



Gambaran fibrosis dan kavitas pasien TB post-primer.(5)

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 22



Gambaran kavitas pada pasien TB post-
primer.(5)

Anak panah merah : Gambaran


tuberkuloma pada pasien TB post-primer.(5)

- Anak panah biru : Gambaran kavitas pada pasien TB post-primer berdinding tipis opak
dan reguler.(5)
- Anak panah merah : Gambaran kavitas dengan air-fluid level pada pasien TB post-
primer di parahiler paru kanan.(5)
- Anak panah kuning : Gambaran kavitas dengan air-fluid level pada pasien TB post-
primer di suprahiler paru kiri terletak di bagian lateral mendekati dinding thorax /
pleura.(5)
Adanya gambaran kavitas pada pasien TB menunjukkan tingkat penularan yang tinggi
(highly infectious). Gambaran air-fluid level dapat merupakan suatu superinfeksi dengan
jamur.

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 23



Klasifikasi Tuberkulosis
Berdasar hasil pemeriksaan dahak
(BTA)
TB paru dibagi dalam :(2)

1. Tuberkulosis Paru BTA (+)


- Sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak menunjukkan
hasil BTA positif.
- Hasil pemeriksaan satu
spesimen dahak menunjukkan
BTA positif dan kelainan
radiologik menunjukkan
gambaran tuberkulosis aktif.
- Hasil pemeriksaan satu
spesimen dahak menunjukkan
BTA positif dan biakan positif.

2. Tuberkulosis Paru BTA (-)


- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali
menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinik dan kelainan
radiologik menunjukkan
tuberkulosis aktif serta tidak
respons dengan pemberian
antibiotik spektrum luas.
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali
menunjukkan BTA negatif dan
biakan M.tuberculosis positif.
Jika belum ada hasil pemeriksaan
dahak, tulis BTA belum diperiksa.

Penegakan Diagnosa
Diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan
pemeriksaan penunjang lainnya.(2)
Gejala klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 24



1. Gejala respiratorik
- Batuk 3 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lain : malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan
menurun.
Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis. Cara
pengumpulan dan pengiriman bahan Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3
hari berturut- turut atau dengan cara :
- Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Dahak Pagi ( keesokan harinya )
- Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto thorax PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi :
- foto apiko-lordotik.
- oblik.
- CT-Scan.
Pada pemeriksaan foto thorax, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-
macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB
aktif :
- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah.
- Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular.
- Bayangan bercak milier.
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 25



Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif :
- Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas.
- Kalsifikasi atau fibrotik.
- Kompleks ranke.
- Fibrotoraks / Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura.

Skema alur diagnosis TB paru.(2)


LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 26



Penatalaksanaan Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan.(2)
Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
- Rifampisin (R)
- Isoniazid (H)
- Pirazinamid (Z)
- Streptomisin (S)
- Etambutol (E)
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi :
1. TB paru (kasus baru), BTA positif atau lesi luas
- Paduan obat yang diberikan : 2 RHZE / 4 RH
- Alternatif : 2 RHZE / 4R3H3 atau 2 RHZE/ 6HE
2. TB Paru (kasus baru), BTA negatif
- Paduan obat yang diberikan : 2 RHZ / 4 RH
- Alternatif : 2 RHZ/ 4R3H3 atau 6 RHE
Evaluasi Pengobatan
Evaluasi penderita meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, dan
efek samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.(2)
Evaluasi klinik
Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan
selanjutnya setiap 1 bulan.
- Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta
ada tidaknya komplikasi penyakit.
- Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.
Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9)
Tujuannya adalah untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik :
- Sebelum pengobatan dimulai

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 27



- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
- Pada akhir pengobatan
Evaluasi radiologik (0 - 2 6/9)
Pemeriksaan dan evaluasi foto thorax dilakukan pada:
- Sebelum pengobatan
- Setelah 2 bulan pengobatan
- Pada akhir pengobatan

Peranan CT-Scan pada Tuberkulosis paru


Foto thorax konvensional tetap merupakan modalitas radiologi utama
untuk mendeteksi TB paru. CT-Scan dapat mendeteksi kelainan yang tidak
muncul pada gambaran foto konvensional namun dengan kecurigaan pasien TB
paru aktif. CT-Scan dapat membedakan TB primer dan post-primer dalam
diagnosa TB paru. CT-Scan juga dapat membedakan gambaran kavitas pada TB
dengan gambaran kavitas pada kanker paru atau penyakit paru granulomatosa.(5)

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 28



Komplikasi
- Efusi pleura
- Empyema
- Bronchostenosis
- Broncholithiasis
- Pneumothorax spontan
- Penyebaran ke organ lain

Differensial Diagnosa
Tuberkulosis sering disertai dengan differensial diagnosa pneumonia.
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan
peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi,
aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis. Foto toraks
(PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan
"air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kavitas.
Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia
lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai
beberapa lobus. Secara radiologik, pneumonia memiliki gambaran yang hampir
sama dengan gambaran infiltrat tuberkulosis.(6)

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 29



BAB IV
KESIMPULAN

Telah dilaporkan suatu kasus pada pasien laki-laki, berusia 19 tahun.


Pasien datang dengan keluhan batuk selama tiga bulan. Pada anamnesis,
didapatkan bahwa selama periode tiga bulan tersebut, batuk pada pasien awalnya
adalah batuk kering yang kemudian berkembang menjadi batuk berdahak sejak
dua bulan terakhir yang memberat pada malam hari. Dahak yang keluar berwarna
putih kekuningan. Tidak dilaporan oleh pasien adanya riwayat batuk darah. Pasien
juga mengeluhkan demam hilang timbul dan berkeringat pada malam hari sejak
tiga bulan tersebut. Penurunan berat badan, sesak nafas (nafas pendek) dan nyeri
dada dirasakan oleh pasien sejak sebulan yang lalu. Mual dan muntah sejak tiga
hari SMRS. Pasien dirawat di bangsal Tulip RSUD. Prof. W.Z. Johanes Kupang
sejak tanggal 12 hingga 15 Juni 2017. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan ronchi
basah halus pada paru kanan setinggi ICS 2 4 dextra. Pemeriksaan penunjang
bakteriologis menunjukkan hasil BTA negatif, sementara pemeriksaan radiologis
menunjukkan adanya gambaran konsolidasi inhomogen / infiltrat / bayangan
berawan pada daerah suprahiler, parahiler dan paracardial paru dextra dan
terdapat gambaran konsolidasi inhomogen / infiltrat / bayangan berawan yang
lebih tipis pada daerah suprahiler dan parahiler paru sinistra. Hasil pemeriksaan
radiologis menunjukkan kesan TB paru aktif. Penatalaksanaan pada pasien ini
dengan antibiotik spektrum luas namun tidak ada perbaikan, sehingga ditegakkan
diagnosa TB paru BTA negatif dengan pemeriksaan radiologis positif dan diterapi
dengan OAT Kategori I dengan program poli DOTS.

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 30



BAB V
PENUTUP

Telah dilaporkan kasus TB paru pada seorang laki-laki, berusia 19 tahun.


Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang radiologis dan
laboratorium, penatalaksanaan pada pasien, dan tinjauan pustaka yang meliputi
definisi, anatomi, anatomi radiologi, patologi, penegakan diagnosa,
penatalaksanaan, dan differensial diagnosa telah dibahas dalam laporan kasus ini.
Demikian laporan kasus ini dibuat sebagai bahan pembelajaran dan referensi bagi
dokter muda ataupun pembaca dalam menangani kasus TB paru.

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 31



DAFTAR PUSTAKA

1. RI DEPKES. Laporan Hasil Riskesdas Nasional. Jakarta; 2013.


2. PDPI. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis & Pentalaksanaan di indonesia.
Perhimpun Dr Paru Indones [Internet]. 2006; Available from:
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
3. Snell R. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Suwahjo A, Liestyawan Y,
editors. Jakarta: EGC; 2012. 59-67 p.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Rachman
LY, Hartanto H, Novrianti A, Wulandari N, editors. jakarta: EGC; 2008.
917-918 p.
5. Walton D, Liebermann G. The Radiographic Appearance of Pulmonary
Tuberculosis. Harvard. 2010;
6. PDPI. Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. PDPI. 2003;
7. Shier D, Butler J, Lewis R. Holes Essentials of Human Anatomy and
Physiology. 11th ed. Philadelphia: Mc Graw Hill Medical; 2012.
8. Agur A, Dalley A. Grants Atlas of Anatomy. 13th ed. Philadelphia:
Wolters Kluwer | Lippincot Williams & Wilkins; 2013.
9. CITC. Curry International Tuberculosis Center: Basic Chest Radiology for
the TB Clinician. CITC. 2009;

LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU | ILHAM REVAN ANANDA 32

Anda mungkin juga menyukai