Anda di halaman 1dari 15

Nama Peserta Dr.

Paramitha Kusumadewi
Nama Wahana RS Pupuk Kaltim
Tanggal (kasus) 07 Juni 2017
Nama Pasien Tn.S No. RM 29xxxx
dr. Ivan Virnanda Amu
Tgl Presentasi 08 Juni 2017 Pendamping Sp.PD, dr. Harmawati
dan dr. Zukhrida
Tempat
Ruangan Auditorium Fisioterapi, RS Pupuk Kaltim
Presentasi
OBYEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka
o Diagnostik o Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil
o Deskripsi :
Laki-laki,35 tahun, datang ke UGD RS PKT dengan keluhan mual muntah sejak 1 hari SMRS,
sebanyak 8x isi makanan dan cairan. Disertai demam 5 hari naik turun dengan obat, dan batuk lama 1
bulan disertai keringat malam.
o Tujuan :
Menegakkan diagnosis, tatalaksana awal dan indikasi rawat inap/rujuk pada kasus ini.
Bahan
o Tinjauan Pustaka o Riset o Kasus o Audit
Bahasan:
Cara
o Diskusi o Presentasi Kasus o Email o Pos
Membahas:
DATA UTAMA UNTUK BAHAN DISKUSI

1. Diagnosis :
Tuberculosis Paru disertai dyspepsia
2. Gambaran Klinis
Pasien laki- laki, usia 35 tahun datang ke UGD RS Pupuk Kaltim dengan keluhan mual muntah sejak 1
hari SMRS, keluhan drasakan tiba-tiba setelah makan mie ayam. Mual muntah sebayak 8x isi makanan
dan cairan, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri perut dan ulu hati. Ada demam selama 5 hari,
demam dirasa naik turun dengan obat penurun panas, dan batuk lama selama 1 bulan, batuk dirasa
hilang timbul, disertai keringat malam. Nafsu makan menurun. Penurunan berat badan disangkal. BAB
dan BAK dalam batas normal. Tidak ada nyeri dada ataupun sesak
3. Riwayat pengobatan:
Tidak ada pengobatan khusus.
4. Riwayat kesehatan / penyakit :
Sebelum sakit, pasien tidak pernah menderita sakit apapun.
5.Riwayat keluarga :
Tidak ada riwayat alergi. Riwayat penyakit serupa di keluarga disangkal.
6. Riwayat pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai wirausaha
7. Kondisi lingkungan sosial dan fisik :
Pasien tinggal di kawasan padat penduduk dengan sanitasi baik.
8.Lain-lain : pasien mempunyai kebiasaan merokok sejak SMA, sehari bisa habis 1 bungkus rokok.
Daftar Pustaka :
1. Zumla A., Raviglione M., Hafner R., von Reyn CF. “Tuberculosis.” (2013). The New England
Journal of Medicine.
2. Houston A., Macallan DC. “Extrapulmonary Tuberculosis.” Medicine Journal.
3. American Thoracic Society, Centers for Disease Control and Prevention, Infectious Diseases
Society of America (2003). “Treatment of Tuberculosis.” American Journal of Respiratory and
Critical Care Medicine.
4. Pasipanodya J, et al. (2011). “Tuberculosis and Other Mycobacterial Diseases.” Conn’s Current
Therapy.
5. Keshavjee S., Farmer P. (2012). “Tuberculosis, Drug Resistance, and the History of Modern
Medicine.” The New England Journal of Medicine.

Hasil Pembelajaran :
1. Memahami cara mendiagnosis tuberculosis
2. Memahami pemeriksaan fisik dan penunjang tuberculosis
3. Memahami komplikasi dari tuberculosis
4. Memahami tatalaksana dari tuberculosis

Rangkuman Hasil Pembelajaran


1. Subjektif
Pasien laki- laki, usia 35 tahun datang ke UGD RS Pupuk Kaltim dengan keluhan mual muntah
sejak 1 hari SMRS, keluhan drasakan tiba-tiba setelah makan mie ayam. Mual muntah sebayak 8x isi
makanan dan cairan, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri erut dan ulu hati. Ada demam selama 5
hari, demam dirasa naik turun dengan obat penurun panas, dan batuk lama selama 1 bulan, batuk
dirasa hilang timbul, disertai keringat malam. Nafsu makan menurun. Penurunan berat badan
disangkal. BAB dan BAK dalam batas normal. Tidak ada nyeri dada ataupun sesak
2. Objektif
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik pada saat pasien masuk ke rumah sakit mendukung
diagnosis tuberculosis paru disertai dispepsia. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Gejala klinis
Adanya keluhan batuk lama 1 bulan, dirasa hilang timbul, disertai dengan adanya keringat
malam hari, tapi disangkal adanya penurunan berta badan, dan lingkungan sekitar yang
mengalami keluhan serupa. Selain itu pasien juga mengalami demam 5 hari,naik turun dengan
obat penurun panas, dan mual muntah sebanyak 8x isi makan dan cairan disertai nyeri uluhati
dan nyeri perut.
 Keadaan umum : Tampak lemas
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 100/50 mmHg
 Nadi : 102 x/menit
 Laju pernapasan : 20 x/menit
 Suhu aksila : 39.9 0C
 Tinggi badan : 165 cm
 Berat badan : 60 kg

 KEPALA DAN WAJAH


 Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
 Mata: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor 3mm/3mm
 Telinga : Membran timpani intak, sekret -/-, serumen -/-
 Hidung : Septum nasi di tengah, sekret -/-
 Mulut : Mukosa oral basah, berwarna merah muda

 LEHER
Trakea di tengah, KGB tidak teraba
 THORAX
 Paru-Paru
I : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
P : Stem fremitus kiri = kanan
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikular +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
 Jantung
I : Iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis teraba pada ICS IV linea midklavikularis sinistra
P : Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS V linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS IV linea midklavikularis sinistra
A : Bunyi Jantung I dan II regular, gallop (-), murmur (-)
 ABDOMEN
I : Bentuk abdomen datar, tidak terlihat pelebaran vena
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) region epigastrik
P : Timpani
A : Bising Usus (+) 4-5 x/menit

 PUNGGUNG
I : Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, maupun kifosis, simetris dalam keadaan
statis dan dinamis
P : Stem fremitus sama di kanan dan kiri, nyeri ketok CVA -/-
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Suara vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
 EKSTREMITAS
a. Ekstremitas Atas :
 Eutrofi, normotonus, akral hangat, CRT < 2”, kekuatan 5/5.
 Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
b. Ekstremitas Bawah :
 Eutrofi, normotonus, akral hangat, CRT < 2”, kekuatan 5/5.
 Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-

Pemeriksaan Penunjang:

Lab Nilai Nilai Normal

Hb 12.4mg/ dl 12-16 mg/dl

Ht 35.70 % 37-47 %

Leukosit 16.420 sel/uL 4.000-10.000 sel/uL

Trombosit 199.000sel/uL 150.000-400.000 sel/uL

BTA (3x berturut- +1 (ditemukan kuman


turut) BTA)

natrium 127mmol/L 135-148 mmol/L

Kalium 2.4 mmol/L 3.5-4.5mmol/L

clorida 93 mmol/L 98-107mmol/L


o Rontgen Thorax (07/06/17 )

3. Objektif
Tuberculosis Paru dengan dyspepsia
4.Planning
IUFD NaCl 0.9% 12tpm
Ambroxol 30mg/8jam/oral
Ondansentron 4mg/12jam/iv
Ozid G 40mg/12jam/iv
Dexketoprofen 1amp/8jam/iv
Neurodex 1 tab/12 jam/oral
4 tab FDC

Tinjauan Pustaka
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis,
yang berkembang biak di dalam bagian tubuh dimana terdapat banyak aliran darah dan oksigen. Infeksi
bakteri ini biasanya menyebar melewati pembuluh darah dan kelenjar getah bening, tetapi secara utama
menyerang paru-paru. Kuman ini menyebar melalui inhalasi droplet nuclei. Kemudian masuk ke saluran
nafas dan bersarang di jaringan paru hingga membentuk afek primer.
Meski demikian, penularan TB tidaklah semudah penyebaran pilek atau flu karena umumnya
membutuhkan beberapa waktu. Makin lama seseorang terpapar atau berinteraksi dengan penderita TB,
risiko penularan akan makin tinggi. Misalnya, anak yang tinggal serumah dengan pengidap TB akan
memiliki risiko tinggi untuk tertular.
Risiko penularan TB juga berpotensi meningkat bagi kelompok-kelompok orang tertentu, di antaranya
adalah:
 Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh.
 Petugas medis yang sering berhubungan dengan pengidap TB.
 Manula serta anak-anak.
 Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya pengidap HIV, diabetes, kanker,
serta orang yang kekurangan gizi.
 Pengguna obat-obatan terlarang.
 Orang yang kecanduan minuman keras.
 Pengguna tembakau, misalnya dalam bentuk rokok. Hampir 20 persen kasus TB dipicu oleh
merokok.
Selain paru-paru, basil TB juga bisa menyerang tulang, otak, sistem pencernaan, kelenjar getah bening,
sistem saluran kemih, serta sistem saraf.

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan suatu definisi
kasus yang meliputi empat hal, yaitu:

1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA Positif atau BTA
Negatif;

Tuberkulosis paru BTA positif. :

1. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.


2. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuuberkulosis.
3. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
4. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya memberi hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan
selama pemberian antibiotika non OAT.

Tuberkulosis paru BTA negatif. Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru
BTA positif. Kriteria diagnosis TB paru BTA negatif harus meliputi:

1. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.


2.Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3.Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4.Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

3. Tingkat keparahan penyakit: ringan dan berat;


4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati

Baru. Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menekan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

Kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan


pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

Pengobatan setelah putus obat (default) adalah pasien yang telah berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.

Gagal (failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

Kasus kronik adalah hasil sputum BTA tetap positif setelah pengobatan ulang dengan
pengawasan ketat.

Pindahan (transfer in) adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register
TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.

Gejala Tuberkulosis
TB paling sering menyerang paru-paru dengan gejala klasik berupa batuk, berat badan turun,
tidak nafsu makan, demam, keringat di malam hari, batuk berdarah, nyeri dada, dan lemah. Jenis batuk
juga bisa berdahak yang berlangsung selama lebih dari 21 hari.
TB memiliki gejala-gejala klasik yang umumnya berupa:
 Batuk-batuk yang bisa menjadi batuk berdahak. Batuk ini berlangsung selama 21 hari atau lebih.
 Batuk yang mengeluarkan darah.
 Dada yang terasa sakit saat bernapas atau batuk.
 Tidak nafsu makan.
 Penurunan berat badan.
 Demam dan menggigil.
 Berkeringat secara berlebihan pada malam hari.
 Kelelahan.

Saat tubuh kita sehat, sistem kekebalan tubuh dapat memberantas basil TB yang masuk ke dalam
tubuh. Tapi, sistem kekebalan tubuh juga terkadang bisa gagal melindungi kita.
Basil TB yang gagal diberantas sepenuhnya bisa bersifat tidak aktif untuk beberapa waktu
sebelum kemudian menyebabkan gejala-gejala TB. Kondisi ini dikenal sebagai tuberkulosis laten.
Sementara basil TB yang sudah berkembang, merusak jaringan paru-paru, dan menimbulkan gejala
dikenal dengan istilah tuberkulosis aktif.
Penyebab dan Faktor Risiko Tuberkulosis
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil tersebut menyebar di udara
melalui semburan titik-titik air liur dari batuk pengidap TB aktif.
Terdapat sejumlah orang yang memiliki risiko penularan TB yang lebih tinggi. Kelompok-kelompok
tersebut meliputi:
 Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS, diabetes, atau
orang yang sedang menjalani kemoterapi.
 Orang yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi.
 Perokok.
 Pecandu narkoba.
 Orang yang sering berhubungan dengan pengidap TB aktif, misalnya petugas medis atau keluarga
pengidap.
Proses Diagnosis Tuberkulosis
Tuberkulosis termasuk penyakit yang sulit untuk terdeteksi. Dokter biasanya menggunakan beberapa
cara untuk mendiagnosis penyakit ini, antara lain:
 Rontgen dada.
Dicurigai lesi TB aktif :

- Bayangan berawan/nodular di lobus atas paru segmen apical dan posterior, lobus bawah segmen
posterior

- Kavitas

- Bercak millier
- Biasanya disertai Efusi pleura unilateral
 Tes Mantoux.

Tes Mantoux umumnya digunakan untuk menguji keberadaan TB laten. Dalam tes ini,
dokter akan menyuntikkan substansi tuberkulin PPD ke lapisan kulit dan memantau
reaksi kulit dalam 2 hingga 3 hari.

Ukuran pembengkakan pada bagian yang disuntik akan mengindikasikan kemungkinan


Anda menderita TB. Jika seseorang mengalami infeksi TB yang aktif, reaksi kulit akan
lebih signifikan.

Berbeda dengan orang yang telah menerima vaksin TB, dia hanya akan mengalami reaksi
kulit yang tergolong ringan. Tetapi ini bukan berarti Anda pasti mengalami TB laten

 Tes darah.
 Tes dahak.
Untuk pengambilan specimen dahak dilakukan 3 kali yaitu sewaktu ( saat kunjungan), pagi
(keesokan harinya), dan sewaktu (saat mengantarkan dahak pagi). Pemeriksaan specimen ini
dilakukan secara mikroskopis dan biakan.
Pengobatan dan Pencegahan Tuberkulosis
Penyakit yang tergolong serius ini dapat disembuhkan jika diobati dengan benar. Langkah
pengobatan yang dibutuhkan adalah dengan mengonsumsi beberapa jenis antibiotik dalam jangka waktu
tertentu. Sementara langkah utama untuk mencegah TB adalah dengan menerima vaksin BCG (Bacillus
Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum
bayi berusia 2 bulan. Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT (obat anti tuberkulosis).

Jenis, sifat dan dosis OAT

Jenis OAT Sifat Dosis harian (mg/kg) Dosis 3x seminggu


(mg/kg)

Isoniasid/INH (H) bakterisid 5(4-6) 10(8-12)

Rifampisin (R) bakterisid 10(8-12) 10(8-12)

Pirasinamid (Z) bakterisid 25(20-30) 35(30-40)

Streptomisin (S) bakterisid 15(12-18) –

Etambutol (E) bakteriostatik 15(15-20) 30(20-35)


Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
 OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian
OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
 Untn langsung (DOT directly observed treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan.
o Tahap awal (intensif)

 Pada tahap awal (intensif) pasien mandapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
 Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
 Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.
o Tahap lanjutan

 Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
 Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) merekomendasikan
panduan OAT standar yaitu:
Kategori 1:
 2HRZE/4H3R3
 2HRZE/4HR
 2HRZE/6HE
Kategori 2:
 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
 2HRZES/HRZE/5HRE
Kategori 3:
 2HRZ/4H3R3
 2HRZ/4HR
 2HRZ/6HE
Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia
adalah:
 Kategori 1: 2HRZE/4(HR)3
 Kategori 2: 2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3
Di samping kedua kategori ini, disediakan panduan OAT sisipan: HRZE dan OAT anak: 2HRZ/4HR
Panduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan berat badan pasien. Panduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Paket kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid dan
Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan
dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan OAT disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan
menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu pasien dalam satu
masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan
mengurangi efek samping.
 Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan risiko terjadinya resistensi obat ganda
dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan
meningkatkan kepatuhan pasien.
Paduan OAT dan peruntukannya
Kategori-1
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
 TB paru BTA positif
 TB paru BTA negatif foto toraks positif
 TB ekstra paru
Dosis paduan OAT KDT kategori-1: 2(HRZE)/4(HR)3

Berat badan Tahap intensif tiap hari selama 56 Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 16
hari RHZE (150/75/400/275) minggu RH (150/150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT

38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT


55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT

≥71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT

 
Dosis paduan OAT Kombipak kategori-1: 2HRZE/4H3R3

Jenis obat Dosis per hari/kali menelan obat Dosis per hari/kali menelan obat
Tahap Intensif 2 bulan, 56 hari Tahap Lanjutan 4 bulan, 48 hari

Tablet Isoniasid @ 300mg 1 2

Kaplet Rifampisin @ 450mg 1 1

Tablet Pirazinamid @ 500mg 3 –

Tablet Etambutol @ 250mg 3 –

Kategori-2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
 Pasien kambuh (relaps)
 Pasien gagal (failure)
 Pasien putus obat (default)
Dosis paduan OAT KDT kategori-2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

berat tahap intensif tiap hari tahap sisipan tiap hari tahap lanjutan 3 kali seminggu RH
badan RHZE(150/75/400/275)+S RHZE (150/75/400/275) (150/150)+E(400) selama 20
(kg) selama 56 hari selama 28 hari minggu

30-37 2 tab 4 KDT + 500mg 2 tab 4 KDT 2 tab 2 KDT + 2 tab Etambutol
Streptomisin inj.

38-54 3 tab 4 KDT + 750mg 3 tab 4 KDT 3 tab 2 KDT + 3 tab Etambutol
Streptomisin inj.

55-70 4 tab 4 KDT + 1000mg 4 tab 4 KDT 4 tab 2 KDT + 4 tab Etambutol
Streptomisin inj.

≥71 5 tab 4 KDT + 1000mg 5 tab 4 KDT 5 tab 2 KDT + 5 tab Etambutol
Streptomisn inj

 
Dosis paduan OAT Kombipak kategori-2: 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
jenis obat tahap intensif tiap hari tahap sisipan tiap hari tahap lanjutan 3 kali
selama 2 bulan (56 selama 1 bulan (28 seminggu selama 4
hari/kali) hari/kali) bulan (60 hari/kali)

tablet Isoniazid 1 1 2
@300mg

kaplet Rifampisin 1 1 1
@450mg

tablet Pirazinamid 3 3 –
@500mg

tablet Etambutol 3 3 1
@250mg

tablet Etambutol – – 2
@400mg

Streptomisin inj 0,75g – –

Efek samping OAT dapat dibagi menjadi efek samping ringan dan berat.

Efek samping ringan

Efek samping Penyebab Penatalaksanaan


tidak ada nafsu makan, mual, Rifampisin Semua OAT diminum malam
sakit perut sebelum tidur
Nyeri sendi Pirasinamid Beri aspirin
Kesemuatan s.d. rasa terbakar INH Beri vitamin B6 (piridoksin)
di kaki 100mg per hari
Warna kemerahan pada air Rifampisin Tidak perlu diberi apa-apa,
seni (urine) tapi perlu penjelasan kepada
pasien

Efek samping berat

Efek samping Penyebab Penatalaksanaan


Gatal dan kemerahan kulit Semua jenis OAT Ikuti petunjuk
penatalaksanaan di bawah *)
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan, ganti
Etambutol
Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua OAT Hentikan semua OAT sampai
ikterus menghilang
Bingung dan muntah-muntah Hampir semua OAT Hentikan semua OAT, segera
(permulaan ikterus karena lakukan tes fungsi hati
obat)
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol
Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin Hentikan Rifampisin

Penatalaksanaan pasien dengan efek samping “gatal dan kemerahan kulit”:

Jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-gatal singkirkan dulu
kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti-histamin, sambil meneruskan OAT dengan
pengawasan ketat.

Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien menghilang, namun pada sebagian pasien malah
menjadi suatu kemerahan kulit. Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu sampai
kemerahan tersebut menghilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu
dirujuk.

Pada unit pelayanan kesehatan rujukan (UPK Rujukan) penanganan kasus-kasus efek samping
obat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Bila jenis obat penyebab efek samping itu belum diketahui, maka pemberian kembali
OAT harus dengan cara “drug challenging” dengan menggunakan obat lepas. Hal ini
dimaksudkan untuk menentukan obat mana yang merupakan penyebab dari efek samping
tersebut.
 Efek samping hepatotoksisitas bisa terjadi karena reaksi hipersensitivitas atau karena
kelebihan dosis. Untuk membedakannya, semua OAT dihentikan dulu kemudian diberi
kembali sesuai prinsip dechallenge-rechallenge. Bila dalam proses rechallenge yang
dimulai dengan dosis rendah sudah timbul reaksi, berarti hepatotoksisitas karena reaksi
hipersensitivitas.
 Bila jenis obat penyebab dari reaksi efek samping itu telah diketahui, misalnya
pirasinamid atau etambutol atau streptomisin, maka pengobatan TB dapat diberikan lagi
tanpa obat tersebut. Bila mungkin, ganti obat tersebut dengan obat lain. Lamanya
pengobatan mungkin perlu diperpanjang, tapi hal ini akan menurunkan risiko terjadinya
kambuh.
 Kadang-kadang, pada pasien timbul reaksi hipersensitivitas (kepekaan) terhadap
Isoniasid (INH) atau Rifampisin. Kedua obat ini merupakan jenis OAT yang paling
ampuh sehingga merupakan obat utama (paling penting) dalam pengobatan jangka
pendek. Bila pasien dengan reaksi hipersensitivitas terhadap Isoniasid (INH) dan atau
Rifampisin tersebut HIV negatif, mungkin dapat dilakukan desensitisasi. Namun, jangan
lakukan desensitisasi pada pasien TB dengan HIV positif sebab mempunyai risiko besar
terjadi keracunan yang berat.
Risiko Komplikasi Tuberkulosis
Apabila tidak diobati, bakteri TB dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan berpotensi mengancam
jiwa pengidap. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
 Nyeri tulang punggung.
 Meningitis.
 Kerusakan sendi.
 Gangguan hati, ginjal, atau jantung.

Anda mungkin juga menyukai