□ Tujuan :
1. Menganalisa etiologi timbulnya manifestasi klinis pada pasien.
2. Menentukan diagnosa yang tepat sehingga mendapatkan penanganan tepat pula.
3. Memberikan edukasi tentang penyakit pada pasien dan keluarga.
Bahan bahasan : □ Tinjauan □ Riset □ Kasus □ Audit
pustaka
Cara membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan □ E-mail □ Pos
diskusi
3. Riwayat Pengobatan :
Pasien hanya mengonsumsi obat penurun panas (paracetamol) saja namun keluhan
tidak berkurang..
4. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
• Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien tidak pernah dirawat
di Rumah Sakit/ Puskesmas sebelumnya
• Riwayat alergi disangkal
5. Riwayat Keluarga :
-
6. Riwayat Pekerjaan :
-
7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
-
8. Lain-lain : (-)
Daftar pustaka :
Acerra JR. 2011. Pharyngitis in Emergency Medicine. Available at: http://emedicine.
medscape.com. di akses tanggal 4 November 2014.
Badan Litbangkes Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Diakses dari :
http//www.Riskesdas.litbang.com pada tanggal 4 November 2014
Choby BA. 2009. Diagnosis and treatment of streptococcal pharyngitis. Am Fam Physician 79
(5): 383–90.
Frye R, Bailey J, Blevins AE. Clinical inquiries. Which treatments provide the most relief for
pharyngitis pain. J Fam Pract.2011;60(5):293-294.
Marx, John. 2010. Rosen's emergency medicine: concepts and clinical practice (7th ed.).
Philadelphia, Pennsylvania: Mosby/Elsevier.
Merlina, Q.A., 2012. Pola Penggunaan Antibiotika Dalam Penatalaksanaan Faringitis Akut di
RSUD Sleman Yogyakarta Tahun 2009-2011. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Rafei, K. dan Richar Lichenstein. 2006. Airway Infectious Disease Emergencies. Pediatric
Clinics of North America. 53 (2): 215–242.
Rusmarjono dan Efiaty AS. 2007. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepala, Leher Edisi VI. Jakarta : FK UI.
Soesanto BA. 2006. Faktor Resiko Faringitis kronik. Thesis, Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Weber, R. 2011. Pharyngitis. In: Conn’s Current Therapy 201 1st ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier.
1. WHO. 2008. Penyakit Saluran Pernapasan di Benua Dunia online). Diakses pada tanggal 4
November 2014.
Hasil pembelajaran :
1. Pengetahuan tentang diagnosis Faringitis Akut
2. Pengetahuan tentang tatalaksana Faringitis Akut
+5 +5 - -
Sianosis - -
- -
Pemeriksaan Penunjang
Nama test Hasil Unit Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 13,1 g/dL 13,0-16,0
Hematokrit 38,7 % 40-50
Eritrosit 4,94 Juta/uL 3.95-5.5
Leukosit 17,300 /mm3 4000-10.000
Trombosit 245,000 /mm3 150,000-450,000
KIMIA KLINIK
Gula darah
Gula darah sewaktu 90 mg/dL <140
3. ”Assessment” (penalaran klinis):
Berdasarkan gambaran klinis pasien tersebut dimana seorang anak laki-laki berusia An. X
usia 10 tahun datang ke Puskesmas Cimanggu 1 bersama ibunya dengan keluhan nyeri
ketika menelan. Keluhan dirasakan sejak ± 4 hari yang lalu sebelum pasien ke Puskesmas.
Ibu pasien mengatakan ± 1 minggu yang lalu anaknya mengeluh demam disertai batuk
berdahak, selain itu pasien merasakan nyeri kepala, nafsu makan berkurang. Pilek (-),
mual (-), muntah(-), mencret(-), pasien suka minum minuman dingin, merokok(-),
disekitar leher/dagu muncul benjolan 2 hari dan tidak terasa nyeri. BB 27 kg, TB 135 cm,
masuk dalam kategori gizi baik.
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yaitu antara tonsil dan laring. Hal dapat
disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan bahan iritan
(asap, uap dan zat kimia lain) (Rusmarjono dan Efiaty, 2007; Marx, 2010). Faringitis
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu akut dan kronik. Faringitis akut merupakan peradangan
mukosa dan submukosa faring yang masih baru, dipengaruhi virulensi agen penyebab dan
kondisi imun seseorang, serta disertai dengan gejala nyeri tenggorok/nyeri menelan.
Faringitis kronik merupakan peradang faring yang sudah berlangsung lama, tidak disertai
nyeri menelan, dan dapat bersifat atrofi atau hipertrofi faring (Rafei, 2006).
Epidemiologi
Faringitis akut adalah penyebab paling umum infeksi saluran pernapasan akut. Faringitis
terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin. Di dunia diperkirakan sekitar
400 juta orang menderita faringitis tiap tahunnya dan lebih dari setengahnya mengalami
faringitis berulang atau kambuh. Di Amerika Serikat, prevalensi faringitis mencapai lebih
dari 1,9 juta orang per tahun. Faringitis terjadi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada
pada dewasa. Sekitar 15 – 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4 – 7
tahun, dan sekitar 10% diderita oleh usia dewasa. Faringitis ini jarang terjadi pada anak usia
<3 tahun (Acerra, 2011; Frye, 2011). Di Indonesia, faringitis biasanya terjadi saat pancaroba
dan musim hujan. Menurut hasil Riskesdas 2007, prevalensi Nasional ISPA termasuk
faringitis sekitar 25,50% (Badan Litbangkes Depkes RI, 2008)
Penegakan diagnosis
Beberapa tanda gejala, hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
faringitis akut akibat virus dan bakteri adalah sebagai berikut (Rusmarjono dan Efiaty,
2007)
1. Anamnesis
1) Faringitis viral
1) Demam disertai rinorea,
2) mual,
3) nyeri tenggorokan (odinofagia) dan sulit menelan (disfagia)
4) batuk
5) Malaise
2) Faringitis bakterial
1) Nyeri tenggorok, disfagia,
2) Eksudat tonsil/faring
3) Demam (diatas 38oc )
4) Nyeri kepala hebat
5) Muntah
6) Pembesaran kelenjar leher anterior
7) Jarang disertai batuk.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Faringitis viral
1) faring dan tonsil hiperemis
2) Virus influenza, Coxsachievirus, dan cytomegalovirus tidak menghasilkan
eksudat
3) Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit
berupa maculopapular rash.
4) Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala
konjungtivitis
5) Epstein-Barr virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi
eksudat pada faring banyak
6) pembesaran kelenjar limfe servikal
2) Faringitis bakterial
1) Peningkatan suhu tubuh
2) tonsil membesar
3) faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya.
4) Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring.
5) Kelenjar limfa leher anterior membesar (Anterior Cervical
lymphadenopathy), kenyal dan nyeri pada penekanan.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin dapat menunjukkan peningkatan jumlah leukosit.
2. Gold Standar: pemeriksaan kultur apusan tenggorok
3. Rapid antigen detection test untuk mendeteksi antigen Streptokokus grup A
mempunyai spesifisitas tinggi, sensitifitas rendah.
4. Tes antibodi terhadap streptococcus (ASTO)
2. Farmakologis
a. Faringitis viral
1) Obat anti inflamasi
Digunakan untuk menurunkan demam, analgetik dan mengurangi inflamasi
pada faring (Weber, 2011).
a) Acetaminophen (paracetamol) dengan dosis 10 -15 mg/kg BB/per kali
digunakan 3 kali dalam sehari.
b) Prednisone dengan dosis 1–2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis.
Prednison digunakan untuk faringitis viral dengan kelenjar limfe yang
sangat bengkak seperti infectious mononucleosis.
2) Antivirus
Metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi virus herpes simpleks
dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/ hari pada
orang dewasa dan anak <5 tahun diberikan 50mg/KgBB dibagi dalam 4-6 kali
pemberian/hari (Rusmarjono dan Efiaty, 2007).
b. Faringitis bakterial
Terapi farmakologis untuk faringitis bacterial diantaranya (Rusmarjono dan
Efiaty, 2007):
1) Antibiotik
a) Penisilin V oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis selama 10 hari
atau Penisilin G Banzatin 50.000 U/kgBB IM dosis tunggal faringitis
akibat Streptokokus beta hemolitikus grup A
b) Amoksisilin dengan dosis 50mg/kgBB/hari dibagi 3 kali/hari selama 10
hari pada anak dan pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari
c) Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin etil suksinat 40
mg/kgBB/hari
2) Kortikosteroid (deksametason) untuk menurunkan proses inflamasi. Dosis
yang digunakan 8-16 mg IM 1 kali pada dewasa dan pada anak 0,08-0,3
mg/kgBB IM 1 kali
3) Analgetik
4. ”Plan” :
Penatalaksanaan awal
- IVFD RL 15 tpm
- Inf. Parasetamol 3 x 270 mg (iv) jika suhu lebih dari 38oC
- Inj. Dexamethasone 2 x 5 mg (k/p)
- Po. Cefadroxil 2 x 500 mg
Faringitis Akut
Pendamping:
dr. Yani Amaroh
Disusun oleh:
dr. Nurshela Fariska
Dokter Internsip
Periode 21 November 2017 – 22 November 2018
PUSKESMAS CIMANGGU I
Cilacap
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Portofolio
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus
sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia
di Puskesmas Cimanggu I
Mengetahui,