EPIDURAL HEMATOM
Dosen Pembimbing
dr. Agus B.S, Sp.BS
Disusun Oleh :
Diah Rizky Faradila
G4A015093
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
EPIDURAL HEMATOM
Disusun Oleh :
Diah Rizky Faradila
G4A015093
Telah disetujui,
Pada tanggal :
Agustus 2016
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul Epidural
Hematom. Referat ini merupakan salah satu syarat yang disusun untuk
memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagi CoAss Universitas Jenderal Soedirman
yang sedang menjalani program kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo.
Pada kesempatan ini, penulis juga berkeinginan untuk mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Agus B.S, Sp.BS selaku pembimbing
yang telah banyak memberikan arahan dan masukan yang berarti, serta terima
kasih bagi teman-teman atas kerjasama yang baik.
Kami menyadari bahwa presentasi kasus ini masih jauh dari sempurna dan
memiliki banyak keterbatasan. Oleh sebab itu, penulis menerima dengan senang
hati segala kritik dan saran yang membangun demi kebaikan penulis. Akhir kata
semoga pembahasan kasus ini dapat berguna bagi penulis maupun pembaca
sekalian.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Hematoma epidural (EDH) merupakan kumpulan darah di antara dura
mater dan tabula interna karena trauma. Pada penderita traumatik hematoma
epidural, 85-96% disertai fraktur pada lokasi yang sama. Perdarahan berasal
dari pembuluh darah-pembuluh darah di dekat lokasi fraktur (Price et al.,
2006).
Sebagian besar hematoma epidural (EDH) (70-80%) berlokasi di daerah
temporoparietal, sedangkan 10% EDH berlokasi di frontal maupun oksipital.
Biasanya disertai dengan terjadi fraktur kranium ( 85-96% ) pada daerah yang
sama. Perdarahan diakibatkan robeknya arteri meningea media atau cabangcabangnya, kadang dapat berasal dari vena. Volume EDH biasanya stabil,
mencapai volume maksimum hanya beberapa menit setelah trauma, tetapi
pada 9% penderita ditemukan progresifitas perdarahan sampai 24 jam
pertama (Valadka et al., 1999; Aarabi et al., 2005).
2. Epidemiologi
Angka kejadian EDH adalah 2-4 % dari seluruh perdarahan
intraserebral dan paling sering terjadi pada usia produktif 20-30 tahun. EDH
jarang terjadi pada orang tua >60 tahun dan anak - anak kurang dari 2 tahun.
Pada anak - anak, usia 5-10 tahun merupakan usia tersering menderita EDH.
EDH lebih sering terjadi pada laki laki dengan perbandingan 4: 1 (Bullock
et al., 2006).
3. Etiologi
Epidural hematom biasanya berasal dari benturan linear calvaria yang
menyebabkan pemisahan periosteal dura dari tulang dan mengenai pembuluh
darah karena robekan dari tekanan tersebut. Fraktur tengkorak terjadi pada
85-95% kasus pada dewasa, namun lebih jarang terjadi pada anak-anak
karena plastisitas calvaria yang immatur. Struktur arteri dan vena menjadi
4. Anatomi Meningens
a. Duramater
Secara konvensional, duramater diuraikan sebagai dua lapisan,
lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Lapisan endosteal tidak lebih
dari suatu periosteum yang menutupi permukaan dalam tulang-tulang
kranium. Pada foramen magnum lapisan endosteal tidak berlanjut dengan
duramater medulla spinalis. Pada sutura, lapisan endosteal berlanjut
dengan ligamentum sutura. Lapisan endosteal paling kuat melekat pada
tulang diatas dasar kranium (Snell, 2011).
Lapisan meningeal merupakan duramater yang sebenarnya.
Lapisan meningeal merupakan membrane fibrosa kuat, padat menutupi
otak, dan melalui foramen magnum berlanjut dengan duramater medulla
spinalis. Lapisan meningeal ini memberikan sarung tubuler untuk sarafsaraf kranial pada saat melintas melalui lubang-lubang kranium. Ke dalam
ke
dalam
pleksus
venosus
pterygoideus
atau
sinus
kanan,
berhubungan
dengan
sinus
transversus
yang
b. Arachnoidea Mater
Arachnoidea mater merupakan membran tidak permeable, halus,
menutupi otak dan terletak diantara pia mater di interna dan duramater di
eksterna. Arachnoidea mater dipisahkan dari duramater oleh suatu ruang
potensial, ruang subdural, terisi dengan suatu lapisan tipis cairan,
dipisahkan dari piamater oleh ruang subarachnoidea, yang terisi dengan
cairan serebrospinal. Permukaan luar dan dalam arachnoidea ditutupi
oleh sel-sel mesothelial yang gepeng. Pada daerah-daerah tertentu,
arachnoidea terbenam ke dalam sinus venosus untuk membentuk villi
arachnoidalis. Villi arachnoidalis bertindak sebagai tempat cairan
serebrospinal berdifusi kedalam aliran darah. Arachnoidea dihubungkan
ke piamater oleh untaian jaringan fibrosa halus yang menyilang ruang
subarachnoidea yang berisi cairan. Cairan serebrospinal dihasilkan oleh
pleksus choroideus dalam ventrikulus lateralis, ketiga dan keempat otak.
Cairan ini keluar dari ventrikulus memasuki subarachnoid, kemudian
TIK
masih
tetap
normal.
Namun,
sewaktu
batas
terjadinya
Terbent
uk
ruang
epidural
Ruptur a.
meningea
media, sinus
dura
Darah masuk
ke ruang
epidural
Hemato
ma
epidural
Herniasi
Hematoma di
frontal/subfron
tal
Interval
lucid
Penurunan
perfusi darah ke
otak
Efek
desak
ruang
Hematoma
di temporal
Herniasi
unkus
Meneka
n
korteks
cerebri
Integritas
neuron
menurun
Menekan
traktus
piramidalis
Meneka
n N.
okulomo
torius
Hipoksia
Hemiparese
kontralateral
Paralisis
serabut
parasim
patis
Penurunan
kesadaran
Dilatasi
pupil
ipsilater
al
2) Radiologi
Dibuat foto kepala dan leher, bila didapatkan fraktur servikal,
collar yang telah terpasang tidak dilepas. Foto ekstremitas, dada, dan
abdomen dilakukan atas indikasi. CT Scan dapat membantu diagnosis
EDH bisa ditegakkan dengan cepat dan akurat. Lokasi perdarahan dan
perkiraan volume perdarahan juga dapat di perkirakan dengan tepat.
Kelainan lain seperti hematoma subdural, perdarahan intraserebral,
perdarahan intraventrikel, hydrocephalus, edema cerebri, dan tumor,
yang dapat mengakibatkan peningkatan TIK juga dapat dilihat dari CT
Scan. Gambaran EDH pada CT Scan adalah lesi hiperdens berbentuk
bikonveks (Perron, 2008).
TIK normal adalah 0-15 mmHg. Di atas 20 mmHg sudah harus diturunkan
dengan cara (Soertidewi, 2012) :
1) Posisi tidur : Bagian kepala ditinggikan 20-30 derajat dengan kepala
dan dada pada satu bidang.
2) Terapi diuretik :
Diuretik osmotik (manitol 20%) dengan dosis 0,5-1 g/kgBB,
diberikan dalam 30 menit. Untuk mencegah rebound, pemberian
diulang setelah 6 jam dengan dosis 0,25-0,5/kgBB dalam 30 menit.
Pemantauan : osmolalitas tidak melebihi 310 mOsm.
Loop diuretic (furosemid) : Pemberiannya bersama manitol, karena
mempunyai efek sinergis dan memperpanjang efek osmotik serum
manitol. Dosis : 40 mg/hari IV.
c. Terapi Bedah
lndikasi operasi pada cedera kepala harus mempertimbangkan hal
dibawah ini (Japardi, 2004) :
Status neurologis
Status radiologis
Pengukuran tekanan intrakranial
Terapi operatif terutama diindikasikan untuk kasus perdarahan
epidural dengan volume perdarahan lebih dari 30mL/44mL dan/atau
pergeseran garis tengah lebih dari 3 mm serta ada perburukan kondisi
pasien (Soertidewi, 2012).
Sumber lain menyebutkan bahwa EDH dengan ketebalan lebih dari 5
mm dan pergeseran garis tengah dengan dengan GCS 8 atau kurang
disertai tanda-tanda lokal dan peningkatan tekanan intraknial lebih dari 25
mmHg juga merupakan indikasi operasi (Japardi, 2004).
9. Komplikasi
Banyak komplikasi EDH terjadi saat tekanan yang terjadi
mengakibatkan pergeseran otak secara signifikan. Ketika terjadi subfalcine
herniasi, arteri cerebri anterior dan posterior dapat menyempit dan
menyebabkan infark cerebri. Herniasi ke arah bawah menuju batang otak
BAB III
KESIMPULAN
1. Hematoma epidural (EDH) merupakan kumpulan darah di antara dura mater
dan tabula interna karena trauma yang menyebabkan robeknya arteri
meningeal media atau cabang-cabangnya, kadang dapat berasal dari vena.
2. Angka kejadian EDH adalah 2-4 % dari seluruh perdarahan intraserebral dan
paling sering terjadi pada usia produktif 20-30 tahun.
3. Epidural hematom biasanya berasal dari benturan linear calvaria, namun
dapat pula terjadi spontan atau karena trauma saat persalinan pada neonatus.
Daerah temporoparietal dan arteri meningeal media adalah yang sering
terlibat.
4. Diagnosis EDH ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
5. Terapi operatif pada EDH diindikasikan untuk kasus dengan volume
perdarahan lebih dari 30mL/44mL dan/atau pergeseran garis tengah lebih dari
3 mm serta ada perburukan kondisi pasien.
6. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu herniasi subfalcine, perdarahan duret, dan
herniasi transteritorial.
7. Prognosis hematoma epidural ini sangat baik bila ditangani dengan segera.
DAFTAR PUSTAKA
Aarabi et al. 2005. Management of Severe Head Injury. In : Moore AJ, Newell
DW. Editor. Neurosurgery : London.
Broder ,Joshua. 2016.An Evidence-Based Approach To Imaging Of Acute
Neurological Conditions.(Online) http://www.ebmedicine.net/topics.php?
paction=showTopicSeg&topic_id=117&seg_id=2285. Diakses pada 3
Agustus 2016.
Bullock et al. 2006. Surgical management of Acute Epidural Hematomas. In :
Neurosurgery, 58 (3).
Fan, Xue Zheng., You Chao. 2009. Spontaneous intracranial extradural
hematoma: Case report and literature review. Neurology India. 57 (3) : 324326.
Ganz, Jeremy C. 2013. The Lucid Interval Associated with Epidural Bleeding:
Evolving Understanding in Journal of Neurosurgery Vol, 118 pp. 739-745.
Ghajar J, Gordon D, Hartl R et al. 2005. Surgical management of acute epidural
hematomas. New York: Brain Trauma Foundation
Huisman TA, Tschirch FT. 2008. Epidural hematoma in children: Do cranial
sutures act as a barrier?. J Neuroradiol.
Japardi, Iskandar. Cedera Kepala. Jakarta: Buana lmu Populer. Kelompok Ilmu
Gramedia ; 2004
Japardi, Iskandar. 2004. Penatalaksanaan Cedera Kepala Secara Operatif.
Universitas Sumatera Utara
Japardi, Iskandar. 2002. Penatalaksanaan Cedera Kepala Akut. Makalah. Medan:
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Manley et al. 2001. Hypotension, Hypoxia, and Head Injury. In : Arch Surg. 136 :
1118 1123.
Moulton R J, Pitts L H. 2005. Head Injury and Intracranial Hypertension. In :
Principles of Critical Care, ed.3. USA : McGraw Hill.
Perron AD : How to read a head CT Scan. In :Injuries to Bones and Organs. New
York : Mc Graw Hill. March 2008:
Price DD, Wilson SR. 2006. Epidural hematoma. In: McNamara RM, Talavera F
editors.
Traumatic
brain
injury.
(Online)
http://www.emedicine.com/EMERG/topic167.htm. Diakses pada 3 Agustus
2016.
Purwirantono, 2002. Akurasi Beberapa Tanda dan Gejala Klinik Dalam
Menegakkan Diagnosis Hematoma Epidural pada Kasus Cedera Kepala.
Tesis. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.