Anda di halaman 1dari 92

Sit visc abd.

Blok IV 2014

Referensi : 1. R. Kanagasuntheram. Anatomy – Regional, Functional,


Clinical.
2. BD. Chaurasia, Human Anatomy
3. Anatomi Klinik, Richard S. Snell, MD,Phd.

Situs Viscerum Abdominis

I.Pendahuluan

A. Abdomen
Truncus corporis terbagi menjadi 2 bagian oleh diaphragma.
Bagian diatas diaphragma adalah thorax dan bagian bawah
adalah abdomen.
Abdomen ini dibatasi disebelah cranial oleh processus xiphoideus
dan arcus costarum, disebelah caudal oleh crista iliaca
ligamentum inguniale dan os pubis, dan disebelah lateral dorsal
garis longitudinal yang berjalan lateral anguli costarum. Bentuk
abdomen ditentukan oleh musculi abdominis, panniculus
adiposus dan umbilicus, serta viscera dalam cavitas abdominalis.
Abdomen dapat dibedakan dinding dan isi. Dinding abdomen
terdiri atas dinding ventral, dinding lateral dan dinding dorsal.
processus xiphoideus

arcus costarum

Angulus
costarum

Regiones abdominis
B. Dinding abdomen
Dinding ventral dan lateral abdomen terdiri atas :
1. Cutis
2. Tela subcutanea/panniculus adiposus
3. Fascia superfisialis
4. Musculi abdominis dengan osseum ditempatnya
5. Fascia transversalis, fascia profunda diaphragmatika, fascia iliaca,
fascia thoraco lumbalis, fascia pelvica.
6. Jaringan ikat extra peritoneal
7. Vasa dan nervi
8. Peritoneum, jaringan yang licin memungkinkan usus bergerak.

C. Markah tubuh
1. Dinding anterior membentang dari proccesus xiphoideus
sampai symphysis pubis, dinding posterior lateral sebagian
besar ditempati skeleton thoracis (sangkar dada ) dan regio
glutealis dibawah.
2. Margo costalis costa cartilaginea 7.8.9.10, bidang subcostal
(garis subcostal) lewat tepi bawah costae setinggi L3.
3. Angulus infra sternalis proc. xiphoideus sebagai apex.
4. Angulus renalis : antara costa terakhir dengan tepi m. rectus
spinae.
5. Spina iliaca anterior superior.
6. Spina iliaca posterior superior.
7. Tuberculum crista iliaca.
8. Ligamentum inguinale
9. Funiculus spermaticus, dapat diraba saat melewati medial
tuberculum pubicum dan turun ke scrotum.
10. Linea alba.
11. Linea semilunaris : tepi lateral m. rectus abdominis.
12. Inskripsiones tendinea .
2
Markah Tubuh
Gambar : 2

D. Markah Orientasi dinding depan abdomen


1. Bidang transpylorica
2. Bidang transumbilicalis
3. Regio hypochondrium (dext - sin)
4. Regio epigastrium
5. Regio umbilicalis
6. Regio lumbalis (dext - sin)
7. Regio hypogastrium (suprapubicum)
8. Regio inguinalis / iliacalis (sin - dext)

3
E. Struktur Bangunan
1. Cutis
Cutis tipis dapat diangkat dan digerakkan. Pada umbilicus cutis
melekat pada jaringan dibawahnya. Tebalnya panniculus adiposus
tergantung dari keadaan gizi dan habitus.
Pada orang laki-laki umumnya panniculus adiposus terkumpul
diatas umbilicus dan wanita dibawah umbilicus. Umbilicus
merupakan bekas keluarnya funiculus umbilicus.
Daya regang yang besar terlihat pada (kehamilan, obesitas,
ascites, tumor infra abdominal). Regangan ini bisa menyebabkan
goresan putih pada kulit bagian bawah sebagai“linea albicantes”.

1.1 Umbilicus : merupakan sisa (cicatrix) tempat melekatnya


funiculus umbiicalis selama kehidupan foetal.
Kepentingan umbilicus :
a. Anatomis : saluran lymph dan darah venosa tidak
menyilang bidang umbilicus. Vasa
lymphatica dan vasa venosa, bagian atas
tetap diatas, bagian bawah tetap dibawah .
o Innervasi oleh n. spinalis T10 menunjukkan ia dari
miotom thoracis .
o Merupakan tempat istimewa untuk anastomosis
portocavalis. Obstruksi v. porta menyebabkan vena
memberikan gambaran radiasi dengan pusat di umbilicus
(caput medusae).

4
b. Embryologis
1) Umbilicus tempat bertemunya ke empat plica dari
lamina embrionalis.
2) Juga tempat titik temu 3 system
- Digestif (dct vitellointestinalis)
- Excretoris (urachus)
- Vasculer (vasa umbilicalis)
3) Di sini tempat melekatnya funiculus umbilicalis
selama kehidupan foetal.
c. Klinis
1) Ductus vitello intestinalis persisten membentuk
tumor warna merah dan umbilicus yang menonjol.
Persistensi dari seluruh ductus menyebabkan
fistula faecalis
2) Perisisten urachus  fistula urinarius
3) Persisten hernia fisiologis midgut  exomphales
4) Gagal pembentukan bagian infraumbilical
dinding depan abdomen  ectopia vesicae

2. Fascia superficialis
a. Di bawah umbilicus fascia superficialis terbelah menjadi
lamina adipose superficialis (fascia Camper) dan lamina
membranosa profunda (fascia Scarpa)
b. Dilinea mediana lamina membranosa membentuk
lig.suspensorium penis/clitoridis
c. Fascia mengandung : 1) lemak, 2) nn cutanei, 3)vasa
cutanea , 4) vasa lymfatica superficialis

5
d. Nervus cutaneus
1) N. cutaneus anterior (7buah) berasal dari n.
intercostalis (T7-T11), n. subcostalis (T12) dan n. ilio
hypogastrica (L1)
2) n. cutaneus lateralis (2 buah) dari n. Intercostalis.
(T10,T11) ramus anterior yang besar juga
menginnervasi m.obliqus externus.

Nervi cutanei dinding depan abdomen


Gambar : 3

e. Vascularisasi
1) Arteria cutanea anterior, cabang a. epigastrica sup &
inf
2) a. cutanea lateralis, cabang, a. intercostalis
terbawah
3) a. inguinialis superficialis dari a.femoralis ; a.
epigastrica superficialis, a. pudendalis externa
superfisialis, a. iliaca circumflexa superficialis.

Arteriae dinding depan abdomen


Gambar : 4 6
4) Vena Cutanea
Vena mengikuti arteri ; v. inguinalis superficialis masuk ke v.
cava inf, bila ini obstruksi maka v. abdominalis dilatasi untuk
sirkulasi kolateral. Obstruksi v. porta caput medusae sekitar
umbilicus.

Sirkulasi collateral vena subcutanea : (A) obstruksi v.porta, (B) obstruksi v.cava
superior,(C) obstruksi v.cava inverior. Tanda panah menunjukkan arah aliran darah.
Gambar : 5

5) Vasa lymfatica superficialis


Diatas umbilicus mengalir ke nodus lymfaticus axillaris.
Dibawah umbilicus masuk ke nodus lymphaticus inguinalis
superficialis.

Vasa lymphatica superfisialis dinding depan abdomen


Gambar : 6

7
3. Otot- otot dinding depan perut
Ada 6 otot pada tiap samping
- Otot yang besar : m. obliq abd ext, m. obliq abd
internus, m. transversus abddominis dan m. rectus
abdominis.
- Otot yang kecil : m. cremaster, dan m. pyramidalis.

M.obliqus abdominis externus


Gambar : 8

Otot – otot dinding depan perut


Gambar : 7

M.obliqus abdominis internus


Gambar : 9

M.transversus abdominis dextra


Gambar : 10 8
 Fungsi :
1) Support viscera abdominis
2) Expulsi : menghejan, mixi, defekasi, partus
3) Expirasi kuat (batuk, bersin,tiup)
4) Gerakan truncus (flexi, rotasi)
5) Cremaster : reflex cremaster
6) M. pyramidalis. Menegangkan linea alba

4. Ligamentum inguinale
1) Dibentuk oleh penebalan tepi bawah aponeurosis m. obliqus
externus dan melipat ke belakang. Letak sepanjang spina
iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum.
2) Untuk melekatnya : m. obliqus internus, m. transversus abd
dan m. cremaster.
3) Permukaan lengkung bagian medial menjadi dasar canalis
inguinalis dan ditempati funiculus spermaticus
(lig. teres, pada wanita)
4) Perpanjangan (extension)
a. Pars pectinealis inguinalis
b. Lig pectineum / lig Cooper
c. Pars reflexi lig inguinale

5. Falx inguinalis / conjoint tendon, dibentuk oleh bersatunya


fibra inguinale bagian bawah m. obliq internus dan m. tranversus
dan melekat pada crista pubica dan bagian medial pecten
pubis. Conjoint tendon berguna menjaga bagian yang lemah
pada anulus inguinalis superficilis.
6. Inscriptiones tendinae mm. rectus abdominis, tendo
transversal yang membagi musculus menjadi bagian yang kecil
ada 3 jumlahnya. Otot menjadi lebih kuat kerjanya.
9
Sit visc abd. Blok IV 2014

7. Bidang neuro vascularis


Bidang diantara m. obliqus internus dan m. tranversus. Beberapa
saraf dan pembuluh lewat bidang ini.
8. Reflex cremaster
Dengan meraba kulit bagian medial paha terjadi reflex kontraksi
m. cremaster dan menjadikan elevasi tes-tes atau retraksi testes. Lesi
pada bagian atas segmen L1, reflex akan hilang.
9. Innervasi oleh saraf profundal Persarafan oleh T6-12 dan L1
terdiri atas 6 n.intercostalis, n subscostalis, n. iliohypogastricus &
n. ilio inguinalis N. ilioinguinalis tidak punya r. cutaneus.
10.Arteri profundal pada dinding depan.
1) Dua buah arteri besar bagian atas a. epigastrica sup
dan a. musculophrenica
2) Dua arteri besar dibagian bawah a. epigastrica inf dan a.
iliaca circumflexa profunda
3) Cabang –cabang kecil a. intercostal dan a. lumbalis yang
mengikuti saraf.

Vagina Musculi recti abdominis


Gambar : 11
10
11.Vagina musculus rectus
Selubung aponeurotik yang menutupi m. rectus abdominis dan m.
pyramidalis dengan pembuluh dan sarafnya terdiri atas dinding
anterior dan posterior.
Fungsi :
1) Menghalangi lengkungya otot selama kontraksi sehingga
meningkatkan efisiensi otot
2) Mempertahankan kekuatan dinding depan abdomen

Vagina mm.recti : (A) dinding posterior vagina recti tidak pada bagian atas disebelah atas margo
costalis, dan bagian bawah disebelah bawah linea arcuata. (B) potongan transversal lewat
bagian atas diatas margo costalis. (C) potongan transversal lewat bagian tengah diantara margo
costalis dan linea arcuata. (D) potongan transversal lewat bagian bawah dibawah linea arcuata.
EO = obliqus externus, IO = obliqus internis, TA = tranversus abdominis

Gambar : 12

12. Fascia transversalis


Fascia transversalis merupakan bagian dari fascia
abdominopelvicum, dipermukaan dalam musculus abdominalis.
Anulus inguinalis profunda merupakan pintu pada fascia
transversalis diatas titik midinguinal dilewati funiculus spermaticus
pada laki-laki dan lig teres uteri pada perempuan.
11
13. Canalis inguinalis
Kanal berjalan obliqe dibagian bawah dinding abdomen
anterior, terletak sedikit diatas separo bagian ligamentum
inguinale. Panjang 4cm .
 Dinding-dinding
a. Anterior : a) cutis, fascia superficialis,b) 1/3 bagian
lateral- fibra m. obliqeus internus.
b. Posterior : a) fascia transversa jaringan ikat
extraperitoneal peritoneum parietal b) conjoint
tendon, ligament inguinalis pars reflexa, lig.
Interfoveolare.
c. Atap : arcus fibra m. obliqus internus dan m.
transversus abdominalis.
d. Dasar :
1) Persatuan lig. inguinale dengan fascia transversa.
2) lig lacunare.

Lokasi dan arah canalis inguinalis Anulus inguinalis superficialis et profunda


Gambar : 11 Gambar : 12

 Struktur yang lewat canalis inguinalis


1) Funiculus spermaticus pada laki-laki, lig. teres uteri
pada perempuan
2) N.Ilioinguinalis
12
 Isi Funiculus spermaticus
1)Vas deferens 5) ramus n. genito femoralis
2) A. testicularis 6) jaringan areolar
3) plexus pampiniformis 7)sisa processus vaginalis
4) vasa lymfatica testis

Mekanisme canalis inguinalis


1) Mekanisme penutupan oleh m. obliqus internus
2) Kontraksi m. cremaster
3) Kontraksi m. obliqus externus
4) Mempertahankan tonus oleh hormone

Batas-batas canalis inguinalis : (A) penampang horisontal dinding anterior


dan posterior canalis inguinalis. (B) penampang sagital pada atap dan
dasar canalis inguinalis.
Gambar : 13

 Hernia inguinalis
Protrusio viscera abdominalis (intestinum, omentum) ke dalam
canalis inguinalis
1) Indirek
2) Direk
13
II. System Digestiva
 System digestiva (pencernaan), merupakan organ yang berbentuk
tubulomuskuler mulai dari oris diatas sampai canalis ani dibawah,
serta beberapa organ assesoris yang menyertainya.
 Sistem gastro intestinalis (sistem alimentaris / viscera alimentaris
yang terdapat di dalam cavum abdominalis).

1. Oris dan Glandula Salivarius


Oris (mulut) terdiri atas rongga mulut (Cavum oris) dengan
dinding-dindingnya
 Cavum oris
a) Cavum oris in sensu strictiori (dalam arti terbatas)
b) Vestibulum oris (bagian luar)

a) Cavum oris in sensu strictiori


- Batas : anterolateral oleh dentis, ginggiva,
arcus alveolaris mandibulae dan maxillae. Atap :
palatum molle dan durum. Dasar : lingua.
Kedorsal berhubungan dengan pharynx lewat
oropharyngeal lsthmus (isthmus faucium).
Interior : lidah dan pada samping oleh arcus
palatoglossus.
- Area sublingualis tempat muara gld.
submandibularis dijumpai frenulum linguae dan
plica sublingualis.
- Lymphe dari nodulus submentalis

b) Vestibulum Oris
- Labium superior & inferior dan buccae dibagian
luar.
- Dentis dan gingiva di bagian dalam 14
- Muara dct. parotis setinggi M2 atas.
Gingiva
Jaringan lunak yang membungkus processus alveolaris
mandibulae dan maxillae melingkungi collum dentis.

Palatum Durum
Anatomi terapan :
1) Palatoshisis
2) Perforasi palatum (syphilis std 3)
3) Epignatus – teratoma dari palatum

 Palatum Molle
Plica muscularis, terikat pada tepi post palatum durum.
Memisahkan oropharynx dan nasopharynx. Traffic controle pada
lintasan makanan dan suara.
 Otot Palatum molle :
1) m. tensor veli palatini
2) m. levator veli palatini
3) m. uvulae
4) m. palatoglossus
5) m. palatopharyngeus
 Fungsi :
a. Mengontrol pintu masuk isthmus pharyngeus
dan isthmus oropharyngeus.
b. Berperan penting pada mastikasi,
deglutition, bicara, batuk, bersin dll.
1) Menutup mulut terhadap oropharynx sewaktu
mengunyah.
2) Menutup oropharynx dari nasopharynx pada fase
2 menelan
3) Mengatur besar kecilnya isthmus faucium,
qualitas suara dapat diubah dan konsonan bicara
dapat dilafalkan.
15
4) Selama bersin dapat dibagi lewat hidung dan
mulut tanpa merusak hidung yang sempit. Juga
 Anatomi terapan :
1) Paralisis palatini sebab lesi pada n X, atau
diphteri  a) Hidung pilek, b) Bindeng, c) Arc palatini
mendatar.
2) Palatoshisis congenital defect.
 Mastikasi :
Empat otot pengunyah : a) m. masseter, b) m. temporalis,
c) m.pterygoideus lat, d) m. pterygodeus med.
Semua menggerakkan mandibula. Embryyologis otot – otot ini
dari arcus branchialis I di innervasi N V.

2. Glandula salivarius
Ada 3 pasang gl salivarius besar:
1) gld. Parotis
2) gld. Submandibularis
3) gld. Sublingualis
1) Glandula parotis : terbesar, sifat sereus
- letak : dibawah dan diluar meatus acusticus ext, antara
ramus mandibulae dan m.sternocleidomastoid
- Capsula gland adalah fascia cervicalis profunda
- Ductus, 5cm, dinding tebal, muara di vestibulum ori
setinggi M2 atas
2) Glandula sub mandibularis, mix gland (sereus mucos)
- Letak : pars anterior trigonum digastricum terdiri atas
pars superfisialis dan pars profunda (superficial dari
m.mylohyoid, profundal dari m. mylohyoid).
- Ductus Wharton dinding tipis, 5cm.
Bermuara pada dasar mulut, pada pertemuan papilla
sublingualis samping frenulum linguae.
3) Glandula sublingualis
Mixgland utamanya mucosa. Diatas m. mylohyoid, bawah
mucosa dasar mulut. 16
- Ductus = 15 biji, muara langsung ke dasar mulut
3. Pharynx
Tuba muscularris : 12-15 panjang
Pharynx bagian atas (nasopharynx)
Pharynx bagian tengah (oropharynx)
Pharynx bagian bawah (laryngopharynx)
 Struktur Dinding
1) Mucosa (epith collumner bercilia)
2) Sub mucosa
3) Fascia pharyngobasillaris. Tebal dibagian atas
melekat pada basis occipitalis
4) Muscularis : circular (luar), longitudinal (dalam) yang
terdiri:
a. m. constrictor pharyngeus superior
b. m. constrictor ph. med
c. m. constrictor ph inf
5) Fascia buccopharyngea menutupi facies externa
 Innervasi
Plexus pharyngeus:
1) r. pharyngeus N x (N. access cranial)
2) r. pharyngeus N.glosso pharyngeus
3) r. pharyngeus ggl. symphathis cervical superior
Fibra N x  motorik, Fibra IX  sensorik,
Fibra symp  vaso motorik
Fibra motorik N x dan N IX  m.stylopharynx. Sensoris
(GVA, general visceral afferent) N IX dan N x.
Nasopharynx oleh n. maxillaris lewat ggl.
pterygopalatinum. Tonsilla, palatum molle oleh nIX.
Pengecap sampai valecula & epiglottis oleh N.laryngeus
internus cab N x.
Secretomotor, parasymp ke pharynx dari n. petrosus major
(N VII) lewat r.palatinus minor dari ggl. pterygo palatina.
17
 Deglutitio (menelan)
Phase I :
1) Atas kehendak (volunter)
2) Apex linguae diangkat dan menekan palatum durum
oleh otot instrinsic lingua m. longitudinallis superior dan
transversus. Gerakan dari depan ke belakang, bolus
didorong ke posterior cavum oris.
3) Palatum molle menutup ke bawah ke dorsum linguae,
membantu membentuk bolus.
4) Os hyoid naik kedepan oleh m. suprahyoid, bagian
posterior lingua terangkat ke atas belakang oleh
m.styloglossus. Bolus lewat isthmus faucium dan mulai phase
2.
Phase II :
1) Phase yang mulai tidak menurut kehendak (involunter).
Bolus didorong dari oropharynx kebagian bawah laryngo
pharynx
2) Isthmus nasopharynx tertutup karena elevasi palatum
molle. Proses ini berguna untuk menghindari bolus masuk
hidung.
3) Pintu masuk larynx (orificium laryngeus), tertutup oleh
pemendekan plica aryepiglottica, sehingga bolus tidak
masuk larynx.
4) Larynx dan pharynx terangkat di belakang os hyoid dan
bolus didorong ke bawah di permukaan dorsal epiglottis
dan menutup pintu masuk larynx. Oleh gravitasi, kontraksi
m. constrictor superior & medius dan m. palato pharyngeus
bolus didorong ke bawah.
Phase III :
1) Involunter, bolus lewat bagian bawah pharynx ke
oesophagus 18
2) Kontraksi m. constrictor pharyngeus inferior.
4. Oesophagus
Tuba muscularis untuk lewatnya makanan dari pharynx ke
gaster. Panjang: 25 cm, lumen collaps, dilatasi bila ada makanan
lewat. Taut pharyngo oesophageal (pharyngo oesophageal
junction) dibelakang cartilago cricoidea merupakan bagian yang
tersempit dari tractus intestinalis.
Ada 3 bagian oeshophagus:
a) Pars cervicalis
b) Pars thoracalis
c) Pars abdominalis

a) Pars cervicalis
Dileher mulai ditepi bawah cartilago cricoidea sebagai
lanjutan ke caudal dari pharynx. Berjalan di depan
collumna vertebalis di belakang trachea.

b) Pars Thoracalis
Turun dari pars cervicalis lewat mediastinum superior dan
post dan menembus diaphragma di T10 pada hiatus
oesophagei.

 Syntopi:
- Anterior : trachea, a pulmonalis dext, bronchus sin,
atrium sin dan pericardium diaphragmatis.
- Posterior : coll vertebralis, a intercostalis post dext,
dct. thoracicus, v. azygos, aorta thoracalis,
recessus pleura dext, diaphragma.
- Lateral dext : pulmo dext, v.azygos, N x.
- Lat sinister : arcus aorta, a. subclavia sin, dct.
thoracicus, pulmo, n.laryngeus recurrent
sin (semua di mediastinum superior).
Dengan mediastinum posterior berkaitan aorta 19
thoracica, pulmo sin dan pleura.
Sit visc abd. Blok IV 2014

 Innervasi
a. N. parasymp = ½ bagian atas oleh n. laryngeus
recurrens, ½ bagian bawah oleh plexus oesophagei di
bentuk oleh kedua N x. Bersifat sensoris, motorik &
secretomotorik.
b. N. Sympaticus = ½ bagian atas dari ggl. cerivicalis
medius, ½ bagian bawah dari ggl. thoracalis yang
diatas dan membentuk plexus oesophagei bersama N x.
Bersifat vasomotor.
 Vascularisasi
1/3 bagian atas oleh a. thyroidea inferior, 1/3 bagian
tengah r. oesophagei a. thoracalis, 1/3 bagian bawah
oleh r.gastricus sin a. coeliaca.
 Drainage vena
- 1/3 bagian atas = v. thyroida inferior
- 1/3 bagian tengah = sistem azygos
- 1/3 bagian bawah = sist azygos (sist sistemik)
v. gartrica sin (sist porta)
Adanya sistem ganda maka terjadi anastomosis porto
sistemik.
 Anatomi terapan
Adanya cirrhosis hepatis → kenaikan tekanan portal
menyebabkan naiknya tekanan v. gastric sinistra. Vena ini
menjadi regang dan rapuh (varices oesophagei) →
mudah ruptura → hematemesis.

20
Traktus gastrointestinalis atas
Usus embrionik : foregut, midgut, dan hindgut masing – masing
mendapat darah dari a. seliaka, a. mensenterika superior dan
a.mesenterika inferior. Foregut, esofagus sampai tempat
masuknya duktus biliaris komunis dibagian kedua duodenum.
Midgut terbentang ke bawah sampai dua pertiga bagian kolon
transversum. Hindgut terbentang ke bawah sampai ke setengah
bagian atas kanalis analis.

Esofagus abdominal
• Esofagus abdominal panjangnya 1 cm
• Disertai trunkus vagal anterior dan posterior dari nn.vagus
dekstra dan sinistra serta cabang – cabang esofageal dari a.gastrika
sinistra.
• Sepertiga bawah esofagus merupakan tempat anastomosis vena
porto – sistemik. Dibentuk oleh cabang – cabang v. gastrika sinistra
dan v. azigos.
Adanya drainase ganda pada sepertiga bagian bawah membentuk
anastomosis porto sistemik. Pada sirosis hepatis yang berat,
kenaikan tekanan portal menyebabkan menurunnya tekanan pada
cabang v. gastrika sinistra di esofagus bagian bawah. Vena ini
menjadi regang dan rapuh (varises esofagus), sehingga mudah
ruptur, menyebabkan pasokan darah kurang yang membahayakan
jiwa.
• Esofagus abdominal
Mulai dari hiatus oesophagei diaphragma sampai pintu masuk
cardia ventriculus. Pada kejadian inkoordinasi neuromuskuler
bagian bawah oesophagus tidak dapat dilatasi sehingga bolus
akumulasi di tempat itu. Ini dikenal sebagai “Achalasia cardia”.

21
5. Gaster (ventriculus)
Lumen = 30 cc pada neonatus 1Liter pada remaja, 1 ½ - 2 Liter
pada dewasa, 20 cm panjang.
 Ada 2 Orificium = - Orificium cardiacum
- Orificium pilorikum
 Ada 2 Curvatura = - Curvatura minor
- Curvatura major
 Ada 2 facies = - facies ant (antero superior)
- facies post (postero
inferior)
Terdiri atas 2 bagian yang masing-masing terbagi jadi 2 :
1) Cardia = - fundus
- corpus
2) Pylorus = - antrum pylory
- canalis pyloricus
Letak : intraperitoneal, obliq di epigastrium dan hypochondrium
sin, umbilical.

Lambung (Gaster)
• Insisura, pada kurvatura minor, antara korpus dan antrum pilori,
disebut insisura angularis.
• Sfingter pilori, mengendalikan pengosongan isi lambung ke
duodenum. Sfingter otot polos sirkular bekerja sebagai sfingter
anatomis sekaligus fisiologis. Sambungan pilorus dan duodenum
terlihat dari luar sebagai konstriksi dengan vena di atasnya v.
prepilorika (Mayo).

22

Pembagian lambung
• Orifisium kardia, merupakan tempat masuknya isi esofagus
ke lambung. Sfingter kardia mencegah refluks isi lambung ke
esofagus. Tidak ada sfingter anatomis, pengaturanya serabut
otot orifisium kardia bekerja sebagai sfingter fisiologis ;
angulus tempat masuknya esofagus ke lambung memiliki efek
katup ; kruris dekstra diafragma dan kompresi segmen pendek
esofagus meningkatkan tekanan intra – abdomen membantu
mencegah refluks.
• Omentum minus, melekat kurvatura minor dan omentum
majus kurvatura mayor. Kedua omentum membawa darah dan
limfe ke lambung.
• Mukosa lambung berlipat – lipat rugae.

Lambung diberi garis tipis (titik –


titik) namun bentuknya tetap konstan

23
• Pasokan darah, lambung secara efektif dari cabang-cabang arteri
seliaka, vena lambung mengalir ke sistem portal.
• Persarafan : trunkus vagal anterior dan posterior dari pleksus
esofagus memasuki abdomen melalui hiatus esofagus. Cabang
hepatika dari n. vagus anterior ke hepar. Cabang seliaka dari n.vagus
posterior ke ganglion seliaka kemudian mempersarafi usus bagian
bawah sampai kolon transversum distal. Trunkus vagal anterior dan
posterior berjalan ke bawah sepanjang kurvatura minor sebagai
saraf Latarjet anterior dan posterior terjadi percabangan terminal
mempersarafi lambung. N. vagus membawa saraf motoris dan
sekretoris ke lambung. Saraf sekretoris mempersarafi bagian
yang mensekresi asam lambung – korpus.

Innervasi
a) Sympatis : T6 - T10 chorda spinalis : vasomotor, motorik
ke m. Sphincter pylori, sensasi sakit ke gaster.
b) Parasympatis :
- n X lewat plexus oesophagei dan n.gastricus.
- n. gastricus ant menjadi r. gastricus ke fundus, corpus.
- n. pylorieus ke antrum dan bagian yang lain.
- n. gastricus post untuk facies post fundus.

Vascularisasi
1) A.gastrica sin – cab truncus coeliacus
2) A.gastrica dext – cab a. hepatika communis
3) A. gastro epiploica dext – cab a. gastroduodenalis
4) A. gastro epiploica sin – cab a. lienalis
5) A. gastrica – cab a. lienalis

24
Aliran Lymfa
1) Area gastrica superior  nodus coeliacus
2) Area gastrica inferior  nod. gastricus – nodulus
sub piloricus – nod coeliacus
3) Area pancreaticolienalis  nodulus coeliacus
Dari pylorus masuk nod subpyloricum ke nod hepaticus  nod.
coeliacus

6. Intestium Tenue (Usus halus)


Dimulai dari pylorus sampai ileocoecal junction (taut
ileocoecal), panjang 6 m terdiri atas :
a) Duodenum (25 cm)
b) Jejenum
c) Ileum : berkelok dan mobile (2/5 bagian jejenum,
3/5 bagian ileum).
 Fungsi : digesti dan absorpsi serta bangunan yang relevan:
1) Area yang luas = untuk absorbsi, juga kerena
panjangnya, adanya plica circular pada mucosa,
villi microvilli.
2) Gld. Intestinalis menghasilkan enzyme digestif dan
mucus. Mucosa epithel diganti tiap 2 – 4 hari.
3) Follicel lymphatic :
a. follikel soliter
b. folikel agregat
Folikel agregat ini pada typhus abd mengalami ulcerasi.
4) Vascularisasi : jejenum dan ileum oleh r. jejenalis
dan r.ilealis a.mesenterica superior.
5) Lympha : berjalan circuler didinding intestinum.
Ulcus yang desebabkan TBC berjalan sepanjang
25
pembuluh ini.
A. Intestinum tenue
a) Duodenum
Bagian teratas intestinum tenue. Panjang 25 cm berliku
sekitar caput pancreatis. Fungsi : absorbsi produk digesti walau
pendek tetapi permukaan luas, karena mucosa berlipat-lipat
dan ada villi. Letak retroperitoneal kecuali bagian pertama (2,5
cm) adalah intraperitoneal. Dibagi menjadi 4 bagian :
1) Bagian pertama (5cm)
2) Bagian kedua (7,5cm) : pars descendens (sekeliling
caput pancreas). Ada tonjolan kecil pada mucosa :
papilla duodeni. Disini tempat masuknya ductus biliaris
dan dct pancreaticus utama (dct.Wirsungianus). Sfingter
Oddi menjaga tempat masuk ini. Duktus pankreaticus
tambahan (Santorini) lebih kecil masuk ke duodenum di
atas papila.
3) Bagian ketiganya (10cm) : pars transversa, didepannya
dilewati pangkal mesenterium dan a.mesenterica sup.
4) Bagian keempat (2,5cm) : pars ascendens berakhir pada
duodenojejenal junction, ujung bawah ditandai
lipatan peritoneal dari crus dexter diaphragma :
lig.suspensorium Treitz. Bagian terminal v.mesenterica
inferior terletak di sambungan duodenojejenal
junction dan berfungsi sebagai penanda.

26
Vascularisasi
A.pancreatico duodenalis sup & inf berjalan antara duodenum dan
caput pancreatis.
A.pancreatica sup berawal dari a. coeliaca dan a.pancreatica inf dari
a.mesenterica sup.

Ulkus Pepticum
Terjadi di gaster dan duodenum proximal. Akibat adanya imbalance
sekresi asam dan pertahanan mucosa.

 Pancreas
Terdiri atas kaput, korpus, kauda. Letak retro peritoneal, terletak
sepanjang bidang transpilorik. Kaput terikat pada lekuk
duodenum dan kauda memanjang ke hilus lienalis pada
ligamentum lienorenalis. A.mesenterica sup melewati belakang
pancreas terus ke anterior diatas processus uncinatus dan
bagian ketiga duodenum, selanjutnya menuju pangkal mesenterium
intestinum tenue.

Struktur
Ductus pankreaticus Wirsungi berjalan sepanjang kelenjar,
mengalirkan sekresi pancreas ke ampula Vateri bersama dct
biliaris komunis menuju bagian ke-3 duodenum.

27
Vascularisasi
Caput pancreas mendapat aliran dari a.pancreaticum duodeni sup &
inferior. Corpus menerima dari a.lienalis yang berasal dari
a.pancreatica magna.

Aliran Lympha
Mengikuti jalan arteri dan masuk ke nodus lymphaticus pancreatico
lienalis, coeliacus, dan kelompok lymphonodi mesenterica superior.

Innervasi
N.X (parasymp) dan n.splanchnicus (sympatis) mensarafi pancreas
lewat plexus keliling arteri. Saraf sympatis adalah vasomotor,
parasympatis mengontrol phase nervosa sekresi pancreas, cairan vagal
ini kaya enzyme. Phase chemis sekresi pancreas distimulasi oleh CCK-
PZ (cholocystokinin pancreozymin).

Struktur Kelenjar
Terdiri atas :
- Pars exocrin : gld. serosa menghasilkan secreet cairan
pancreatic (digestif).
- Pars endocrin : pulau Langerhans terdapat banyak di
caudal ada 200.000 – 1.700.000 pulau
- Terdiri atas : a) Alpha cell, b) Beta cell, c) CFX cell
- Alfa sel subtipe A1 (D Sel) dan A2
A1 = scereet gastrin & serotonin
A2 = scereet glucagon
- Beta sel mengisi 80% pancreas memproduksi insulin
- C,F,X sel pada lain spesies

28
Fungsi
1) Digestif
cairan pancreas mengandung enzyme digestif yaitu:
trypsin memecah protein (polypeptid) kedalam pepoid yang
rendah (diamino acid), amylase menghidrolise tepung dan
glycogen menjadi disacharid, lipase memecah lemak ke asam
lemak dan glycerol.
2) Endrocrine
Karbohidrat adalah sumber energy ; insulin membantu
penggunaan gula dalam sel. Deficiensi insulin menyebabkan
terjadinya hyperglycaemi pada penyakit diabetes mellitus.
Glucagon bekerja sebaliknya insulin
3) Cairan pancreatic memberikan alkalin yang cukup (ph8) untuk
aktivitas enzyme pancreas.

29
Sit visc abd. Blok IV 2014

30
Stimulasi N.x pada vesica fellea
Gambar : 13 a
Penyakit ulkus peptikum
Sebagian besar usus peptikum terjadi di lambung dan duodenum
proksimal. Ulkus terjadi akibat ketidakseimbangan antara sekresi asam
dan pertahanan mukosa. Infeksi Helicobacter pylori merupakan faktor
etiologi yang signifikan sehingga dasar pengobatan medis untuk penyakit
ini adalah pembasmian organisme ini serta pengurangan sekresi asam.
Pada sebagian kecil kasus gejala tidak bisa dikendalikan oleh obat –
obatan saja sehingga diperlukan pembedahan. “Vagotomi yang amat
sangat selektif”, merupakan teknik di mana hanya dilakukan denervasi
pada serabut vagal aferan yang menuju korpus tempat sekresi asam
sehingga tidak mempengaruhi persarafan motoris ke lambung dan oleh
karenanya tidak memerlukan prosedur drainase (misalnya
gastrojejunostomi).

Usus halus
Usus halus panjangnya 6 m terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum.
Area permukaan dalam luas membantu absorpsi produk – produk
pencernaan. Usus halus menggantung dari dinding posterior abdomen
ditahan oleh mesenterium yang mengandung pembuluh darah
mesenterika superior, pembuluh limfe, dan saraf otonom. Mesenterium
panjang sekitar 15 cm berjalan dari fleksura duodenojejunalis sampai
sendi sakro iliaka dekstra.
• Selain duodenum, dua perlima proksimal usus halus merupakan
jejunum, tiga perlima distal sisanya merupakan ileum. Lingkaran- lingkaran
jejunum mengisi regio umbilikalis ileum mengisi bagian bawah
abdomen dan pelvis.
• Mukosa usus halus memiliki lipatan sirkular “valvula
koniventes”.Lipatan lebih jelas pada jejunum dibandingkan pada
ileum.
• Diameter jejunum cenderung lebih besar daripada ileum.
• Mesenterium jejunum cenderung lebih tebal daripada ileum.

31
• Pembuluh darah mesenterika superior berjalan sepanjang
bagian ketiga duodenum dan memasuki pangkal mesenterium ke
arah regio iliaka dekstra. Cabang jejunal dan ileal terpisah
beranastomosis kembali dalam mesenterium membentuk gang
beratap (arcade). Arteri keluar dari gang beratap memasok darah ke
dinding usus.

Obstruksi usus halus


Obstruksi usus halus (SBO – small bowel obstruction) bisa terjadi
akibat faktor – faktor luminal, mural, atau ekstraluminal yang
menyebabkan blokade luminal. Adhesi pasca bedah dan hernia
merupakan penyebab tersering. Banyak kasus yang sembuh hanya
dengan pengobatan konservatif, namun, bila terjadi perburukan
keadaan klinis yang menuju pada infark atau perforasi usus,
laparotomi eksploratif merupakan suatu keharusan. Gambaran
klasik SBO pada foto rontgen adalah adanya lingkaran usus halus
yang berdilatasi. Gambaran ini bisa dibedakan dari usus besar
dengan ditemukannya valvula koniventes (hanya terdapat di usus
halus) yang bisa ditemukan sepanjang lumen sedangkan haustra
usus halus hanya melintasi sebagian lumen.
32
 Hepar
Kelenjar yang terbesar dalam tubuh menempati hipochondrium
dexter dilindungi oleh costae dan costa cartilaginea, kecuali
bagian atas di tutup oleh dinding anterior abdomen.
Secara anatomis terdiri atas lobus dext yang besar dan lobus sin
yang lebih kecil. Dipisahkan di anterosuperior oleh lig.falciforme
hepatis dan postero inferior oleh fissura lig.venosum dan lig.teres
hepatis.
Klasifikasi anatomis lobus dexter terdiri atas lobus kaudatus dan
lobus quadratus. Tetapi secara fungsional lobus kaudatus dan
sebagian besar lobus quadratus merupakan bagian lobus
sinister karena mendapat darah dari a.epigastrica sin dan aliran
empedunya menuju ductus hepatictus sinister. Karenanya klasifikasi
fungsional menyatakan bahwa batas antara lobus dexter dan sinister
terlatak pada bidang vertical yang berjalan ke posterior dari
kantong empedu menuju v.cava interior.
Permukaan visceral hepar terlihat huruf H yang terdiri atas
sulcus dan fossa.
 Kaki ant dext : fossa kandung empedu
 Kaki post dext : sulcus untuk v.cava inf
 Kaki ant sin : fissura isi lig teres (sisa v.umbilicalis
sin foetus yang mengalirkan kembali
darah oksigen dari placenta ke foetus).
 Kaki post sin : fissura untuk lig.venosum (sisa dct
venosus pada foetus, ductus ini berfungsi
sebagai jalan pintas yang mempersingkat
aliran darah dari v.umbilicalis sin langsung
ke v.cava inf tanpa melalui hepar.
 Kaki horisontal : portal hypatis lobus caudatus dan
lobus quadratus hepar daerah yang terletak
diatas dan dibawah batang horisontal (H).
33
 Porta hepatis : adalah hilus hepar tempat berjalannya
v.porta (dari post ke ant) ; cabang-cabang
a.hepatica dan dct hepaticus. Porta
dilapisi peritoneum ganda yaitu omentum
minus yang melekat ke lig.venosum pada
fissuranya.
Hepar dilapisi peritoneum kecuali pada area telanjang.
 Arsitektur Dalam
Hepar terdiri atas banyak unit funsional “lobulus”. Cabang-
cabang v.porta dan a.hepatica mentranspor darah melalui
kanalis porta menuju v.centralis yang mengalirkan darah dari
hepar disekitarnya kembali ke v.cava inferior. Kanalis porta
mendapat percabangan ductus hepaticus yang
dikonsentrasikan dalam vesica fellea dan dialirkan ke
duodenum. Panjang usus yang darahnya mengalir melalui
v.porta menjelaskan predisposisi tumor usus bermetastase ke
hepar.

 Kandung empedu (vesica fellea)


Fungsi : Reservoir empedu (50cc), Empedu dikeluarkan
lewat ductus sistikus ke dct biliaris komunis ke duodenum sebagai
respons kontraksi kandung empedu yang diinduksi oleh hormon
usus.
Struktur : Fundus, korpus, dan kolom (memiliki pintu ke
duktus sistikus).
Pasokan darah : berasal dari dua sumber : a.Sistikus,
merupakan suatu cabang dari a.hepatika dekstra, dan cabang-
cabang kecil a.hepatika yang melalui fosa. A.sistikus sumber
pasokan darah yang paling signifikan. Tidak ada v.sistikus,
drainase vena terjadi melalui vena-vena kecil yang melewati alas
kandung empedu.
34
Cabang Biliaris
Ductus hepaticus komunis dibentuk dari penyatuan dct hepaticus dext
dan sin dalam porta hepatis. Dct hepatis komunis bergabung dengan
dct sistikus membentuk ductus biliaris komunis. Struktur ini berjalan
pada tepi bebas omentum minus pada sulcus antara duodenum bagian
ke-2 dan caput pancreatic. Selanjutnya membentuk pintu pada papilla
di bagian medial duodenum bagian ke-2. Biasanya bergabung dengan
dct. Pancreaticus Wirsungi.
Kolelitiasis
Batu empedu terbentuk dari kolesterol, pigmen empedu. Bila batu ini
pindah ke cabang bilier bisa terjadi komplikasi kolesistitis akut dan ada
kolik bilier.

35
36

37
38
39
Sit visc abd. Blok IV 2014

b) Jejenum
Diameter lebar kira-kira 4cm dan tebal serta vascular warna lebih
gelap daripada ileum, sehingga beratnya juga lebih. Valvula
circular mucosa tebal, villi lebih basar dari ileum. Nodus
lymphaticus agregate tidak ada.
c) Ileum
Diameter lebih kecil 3,75 cm, dinding lebih tipis, kurang
vascularisasi dibanding jejunum. Nodus lympha aggregat banyak
(bercak Peyer) dan besar.
Bagian terminal terletak di pelvis dan pada fossa iliaea dext
bermuara pada coecum.
Jejenum dan ileum terikat pada dinding abdomen post oleh
mesenterium. Jejenum ileum terletak intra peritoneal.
Dinding terdiri atas :
a) pars serosa, b) pars muscularis
c) pars mucosa
Pars mucosa mengandung :
1) plica circularis, 2)villi, 3)gl. duodenalis, 4)
gl.intestinalis, 5) nodulus lymphaticus solitaries, 6)
nodulus lympha agregat.
 Vascularisasi
A.mesenterica sup. Banyak cabang menembus tunica
muscularis. Vena berjalan mengikuti arteri.
 Innervasi
Plexus n.sympaticus disekitar a.mesenterica sup, bersama
fibra post ganglioner sympatis dari plexus coeliacus. Dari sini
melanjutkan plexus myentericus Auerbach yang
terletak antara otot circular dan longitudinal tunica muscularis.
Selanjutnya adalah plexus sub mucosa (Meisner) yang
lebih halus dari plexus Auerbach
40
Sympatis = (T9 - T11)
Parasymp = (N x)
Keduanya membentuk plexus coeliacus dan plexus
mesentericus sup. Saraf dari plexus myentericus Auerbach
(ggl. parasymp) terdapat antara dua lapisan m.
longitudinalis. Fibra ini juga membentuk plexus submocosus
Meisner.
N.sympaticus adalah motorik untuk m.sphincter mucosae
dan melakukan inhibisi untuk gerak paristaltik, n.
parasympaticus : menstimulasi peristaltik, tetapi
menginhibisi m.sphincter.

 Fungsi Intestinum tenue


Melakukan digesti secara lengkap dan absorpsi bahan hasil
digesti dalam bentuk cairan digesti.

 Obstruksi intestium tenue (SBO – Small Bowl Obstruction)


Terjadi akibat faktor-faktor luminal, mural atau extramural
yang menyebabkan blockade lumen.
Adhesia pasca bedah.

Tractus gastro intestinalis bawah


B. Intestinum Crassum
Dimulai dari ileocoecal junction sampai anus (1,5 mm).
Terbagi atas :
1) Appendix (9 cm)
2) Coecum (7,5 cm)
3) Colon ascendens (15 cm)
4) Colon transversum (20 cm)
5) Colon descendens (25 cm)
6) Colon sigmoideum (15 cm)
41
7) Rectum (16 cm)
8) Canalis analis (4 cm)
Sekum dan kolon
Panjang usus besar sekitar 1,5 m. Sekum, kolon asendens,
transversum, desendens, dan sigmoid semuanya memiliki :
• Epiploika apendiks, ekor peritoneal yang mengandung lemak
berada diseluruh permukaan sekum dan kolon.
• Teniae koli, tiga pita datar yang merupakan selubung muskulus
longitudinalis usus besar yang memadat. Perjalanannya dari
pangkal apendiks merupakan cara mencari struktur ini saat
operasi menuju sambungan rekto – sigmoid.
• Sakulasi ; karena teniae lebih pendek dari usus, kolon tampak
mengalami sakulasi (berkantung – kantung – penerjemah).
Pada foto polos abdomen, kolon, memiliki prosesus yang mirip
rak (haustra) yang menonjol ke dalam lumen.
• Kolon transversum dan sigmoid, melekat pada dinding
posterior abdomen melalui mesokolon seluruhnya tertutupi
peritoneum. Kolon asendens dan desendens tidak memiliki
mesokolon.

42
 Fungsi sebagai gudang bahan faecal dan absorpsi cairan yang
berasal dari bahan tersebut.
1) Coecum
Bagian intestinum crassum yang buntu. Terletak pada
fossa iliaca dextra diatas lig. Inguinale. Keatas berlanjut
ke colon ascendens.
Anatomi terapan :
Ditempat ini dapat adanya amoebiasis ;
tuberculosis ; carcinoma
Bagian bawah ileum bermuara pada coecum didapati
“taut coecoiliacal” yang terletak postero medial
dengan valvula ileocoecalis.
2) Appendix Vermiformis
Suatu diverticulum coecum pada dinding
posteromedial, dibawah orificium ileocoecalis, difossa
iliaca dextra.
Posisi : jam 11,12, 2, 3, 4, 6.

 Bagian-bagian yang penting intestinum Crassum :


1) Intestinum crasum lebar lumennya.
2) Sebagian besar intestinum terikat kecuali appendix,
colon transversum, dan colon sigmoideum.
3) Tunica muscularis yang m.longitudinal tipis beberapa
lainnya membentuk sebagai pita disebut taenia
coli. Taenia pada bagian proximal menuju kesatu
tempat di appendix, sedang yang distal menyebar ke
pars terminalis sigmoid.
4) Karena taenia lebih pendek dari otot circular maka
colon mengalami sacculasi dan disebut haustra.
5) Appendix epiploicae kantong – kantong kecil isi lemak,
tersebar pada permukaan intestinum crassum, 43
kecuali pada appendix, coecum dan rectum.
Banyak pada colon sigmoideum dan permukaan
 Vascularisasi
Berasal dari a.marginalis yang bercabang menjadi vasa longa
dan vasa brevia.

 Aliran Lymph
Lewat 4 nodus : a) nodus lymph epicolica, b) nodus
paracolica, c) nodus intermediale, d) nodus terminalis.

 Innervasi
Sympatis dan parasimpatis
Simpatis dari ggl. mesentericum sup dan plexus coeliacus
(T11- L1). Parasymp dari N x. Kedua saraf ini bersama lewat
plexus mesentericus superior. Innervasi tersebut diatas
untuk usus yang berasal dari midgut.
Usus dari midgut menerima seraf sympatis dari (L1,2) dan
parasymp dari n.splanchnicus pelvicus (nervi erigentes).
N.parasymp adalah motorik ke intestinum crassum dan
inhibisi untuk sphincter ani internum.
Impuls sakit dari usus sampai colon descendens lewat
n.sympatis dan dari colon sigmoideum dan rectum lewat
n. splanchnicus pelvicus.

3) Colon Ascendens
Panjang 13 cm dari coecum ke facies inferior lobus dext
hepatis, membelok ke kiri sebagai flexura coli dext. letak retro
peritoneal.

4) Colon Transversum
Panjang 50 cm, menyilang abdomen dari flexura dext ke
flexura sin. letak intraperitoneal. 44
5) Colon Descendens
Panjang 25 cm dari flexura coli sin sampai colon
sigmoideum. Berjalan vertical dan kemudian belok melintas
ke medial diatas m.psoas major pada pintu masuk pelvis.
Meneruskan sebagai colon sigmoid. Colon
descendens lebih sempit di banding colon ascendens.
Letak retroperitoneal. Sebelumnya colon
descendens waktu berjalan dari crista iliaca ke pintu
masuk panggul disebut colon iliacum.

6) Colon sigmoideum (colon pelvicum)


Panjang 5 cm dari pintu masuk pelvis ke S3 dan menjadi
rectum. Membentuk pipa berkelok menggantung
pada bagian dalam pelvis melintas vesica urinaria dan
uterus. Karena pendek ia berjalan langsung. Digantung
pada (ligamentum) mesocolon sigmoideum dan
ditutupi intestinum tenue.

7) Rectum
Panjang (10 – 15 cm). Sebagai lanjutan colon sigmoideum
mengikuti lengkung sacrum berakhir pada canalis
analis. Didepan os.coccygis tiba-tiba berbelok
kebelakang menjadi canalis analis. Bagian ujung bawah
mengalami dilatasi disebut ampula recti yang disebelah
lateralnya didukung oleh m.levator ani.
Distensi pada rectum menyebabkan adanya kebutuhan
defecasi. Peritoneum menutup 2/3 bagian atas rectum.
Pada perempuan peritoneum membentuk cavum rectouterina
(Douglasi).
Rectum dipisah dari struktur didepannya oleh fascia yang
kuat “fascia rectovesicalis (Denonvillier)” 45
 Bagian fungsional Rectum
Ada 2 bagian fungsional:
1) Bagian atas rectum (terkait pada peritoneum) yang
berasal dari usus (hindgut) dan terletak di bagian atas plica
rectum berlaku sebagai reservoir faeces.
2) Bagian bawah (tanpa peritoneum) berasal dari cloaca
terletak dibawah plica medialis rectum. Bagian ini
kosong pada keadaan normal, pada konstipasi berisi faeces
atau setelah mati. Colon sigmoideum adalah reservoir faeces
sedang rectum kosong pada individu normal dan sensitive
terhadap distensi.

 Vascularisasi
1) A. rectalis sup, sebagai lanjutan a.mesenterica inf
2) A.rectalis medialis, kurang penting karena hanya
mendarahi tunica superficialis dari bagian bawah rectum.
3) A. sacralis media cabang kecil dari bagian belakang
aorta abdominalis mensuplai dinding posterior taut
anorectal.

 Venae
1) V.rectalis superior mulai dari plexus venosus rectalis
dalam canalis analis. Ada 6 buah biji jalan ke caranial dalam
submucosa dan bersatu menjadi v.meseanterica inf
2) V. rectalis medialis bermuara ke v. iliaca interna.

 Lympha
1) Lebih dari separo bagian atas lewat pembuluh rectalis
superior ke nodus mesentericus inferior lewat nodus
pararectalis dan nodus sigmoideus.
2) Bagian separo bawah lewat sepanjang vasa rectalis
medialis ke nodus iliacus internus. 46
 Innervasi
Sympatis (L1,2) dan parasymp (S2,3,4) lewat plexus
hypogastricus inf dan plexus mesentericus inf (rectalis
sup).
1) Sympatis adalah vasoconstrictor, inhibisi pada otot-
otot rectal dan motorik untuk m. sphincter internus.
2) Parasympatis adalah motorik untuk otot-otot rectum
dan inhibisi untuk m.sphincter internus.
3) Sensasi distensi lewat n. parasympatis sedang
sensasi sakit dibawa (dikonduksi) baik oleh sympatis
maupun para sympatis.

 Bangunan penopang (support) rectum


1) Dasar pelvis.
2) Fascia Waldeyer = kondensasi fascia pelvica di dorsal
rectum.
3) Ligamentum lateralis rectum.
4) Fascia rectovesicalis (Denonviliers).
4) Peritoneum pelvis.

Kanalis Analis
Bagian terakhir dari intestinum crassum. Terletak sebelah
bawah diaphragma pelvis. Mempunyai m.sphincter
externus dan internus pada pintu keluar rectum. Panjang 3
cm. Sama dengan rectum ketiga karakteristik intestinum
crassum (haustra, appendix epiploicae dan taenia) tidak
ada.
Tempat kedudukan canalis analis di perineum (trigonum
analis) diantara kedua fossa ischiorectalis yang
memungkinkan expansi pada waktu jalannya faeces.
Anorectal junction ditandai convexitas flexura rectum
didepan os coccygis. Di tempat ini ampula recti langsung 47
menyempit dan menembus diaphragma pelvis. Pada
orang laki-laki letaknya sesuai dengan puncaknya prostat.
 Bagian bagian canalis analis ada 3 :
1) Pars superior – mucosa
2) Pars media – zona transisi
3) Pars cutanea

M. Sphincter ani internus dan m. sphincter ani externus

Potongan frontal lewat fossa ischiorectalis

48
 Musculatur canalis analis
1) M. sphincter ani
a. M. sphincter ani externus – menurut kehendak.
Terbentuk dari otot seran lintang dan di
innervasi oleh n.rectalis inf dan r. perineus n.
sacrales 4 (S4).
b. M. sphincter ani internus – involunter tidak
menurut kehendak. Dibentuk oleh penebalan
otot circular. Meliputi ¾ bagian atas canalis
analis.
2) Anulus Anorectalis
Cincin muscularis pada anorectal junction dibentuk
oleh fusi m. puborectalis, m. sphincter externus bagian
dalam dan m. sphincter internus.
3) Spatium chirurgicum
a. Spatium ishiorectalis
b. Spatium perianalis
c. Spatium submucosa

 Vascularisasi
1) Diatas linea pectinea (valvula analis) dialiri
a.rectalis superior.
 Aliran Vena
2) Dibawah linea pectinea dialiri a.rectalis inferior.
1) Plexus venosus rectalis internus (plexus
haemorrhoidales). Vena ini penting untuk komunikasi
porto sistemik.
2) Plexus venosus rectalis externa diluar tunica
muscularis rectum dan canalis analis. Secara
bebas berkomunikasi dengan v.rectalis inferior dan
masuk ke v. pudenda interna. Bagian medial lewat
v.rectalis media ke v.iliaca interna.
49
Sit visc abd. Blok IV 2014

Bagian yang penting dari komunikasi porto sistemic ; 1) pada akhiran oesophagus bagian
bawah, 2) disekitar umbilicus, 3) canalis analis

3) V. analis. Disekitar anus, berhubungan dengan plexus


rectalis internus dan v. rectalis inferior. Defaecasi
yang keras dapat merobek vena ini dan
membentuk haematoma perinealis subcutanea atau
haemorroid externa.
 Aliran Lympha
1) Diatas linea pectinea bermuara ke nodus iliacus internus
2) Dibawah linea pectinea bermuara ke kelompok medial
nodus inguinalis superficialis.
50
 Innervasi
1) Diatas linea pectinea : n. otonomicus baik
sympaticus plexus hipogastricus inferior (L1,2) dan
parasympatis (n. splanchnicus pelvicus
S2,3,4). Sensasi dibawa melalui keduanya.
2) Dibawah linea pectinea aleh saraf somatic
(n. rectalis inferior S2, 3 ,4 ).
3) M. sphincter externus oleh ramus perineus dan
ramus rectalis inferior dari n. sacralis ke – 4.
 Anatomi terapan
1) Haemorroids :
a. Haermorrhoid interna (haermorrhoid vera),
dilatasi sacculer plexus venosus rectalis
interna.
b. Haemorrhoid externa, haematoma perianalis
subcutanea
2) Fissura ani
Ruptur dari salah satu valvula ani.
3) Fistula ani
Hubungan abnormal dari suatu rongga dengan
bagian luar. Disebabkan ruptura secara spontan atau
akibat chirurgis karena abscess disekitar anus.
4) Incontinensia rectalis
Disebabkan karena rusaknya anulus rectalis pada
operasi fistula. Karenanya harus hati-hati pada
waktu operasi. Bila mengenai anulus rectalis akan
terjadi incontinensia recti.
5) Anomali congenital
Pada perkembangan rectum dipisahkan oleh
membran analis dari proctodeum. Bila membran ini
tetap ada terjadi anus imperforatus.
Lain kelainan yang lebih berat :
51
a. Stenosis
b. Anal agenesis
III. Anatomi Fungsional Sistem Digestiva

A. Gerakan gastrointestinal
Fungsi sistem gastro intestinal (dari cavum oris sampai anus) adalah
menyediakan nutrient untuk tubuh.
Makanan setelah masuk mulut didorong ke gaster lewat oesophagus
selanjutnya lewat intestinum tenuae dan intestinum crassum dan
dikosongkan lewat anus.
Selama perjalanan enzyme digestive yang disekresi gld. gastrointestinalis
mengadakan reaksi dengan makanan, memecahkannya dalam bentuk
substansi kimia yang sederhana supaya dapat di absorpsi lewat dinding
intestinum masuk ke circulasi cairan tubuh.
 Fungsi secara umum dapat dirinci :
1) Ingesti dalam cavum oris
2) Propulsi dan pencampuran isi makanan
3) Sekresi cairan digestive
4) Digesti makanan
5) Absorpsi makanan
 Gerakan tractus gastro intestinal ada 2 macam:
1) propulsi dan gerakan
2) gerakan mencampur
Ini di mungkinkan karena otot-otot gastro intestinal disusun circular
(memungkinkan konstriksi) dan longitudinal yang memungkinkan
memendek.
a) Propulsi
Makanan bergerak sepanjang saluran gastrointestinal karena
gerak peristaltic.

52
b) Mixing (mencampur)
Bagian yang berbeda dari tract gastrointestinal berbeda pula
cara mixing. Pada gaster mixing sebagian besar karena gerak
peristaltic yang kuat. Dimulai dari pylorus yang mempunyai otot
circular yang kuat pada pintu keluar.
Bila makanan belum sempurna mixingnya anulus circularis
tetap kontraksi dan menutup pintu sehingga gelombang
peristaltic berulang kembali sehingga mixing lagi sehingga
makanan tercampur dengan cairan gastric.
Mixing pada intestinum tenue. Umumnya sekresi tract gastro
intestinalis di intestinum tenue, dan disini pula hasil akhir
digesti di absorpsi. Gerakan modifikasi peristaltic .
Bila ada makanan lebih menjadikan distensi menyebabkan
peristaltic yang berjalan keatas maupun kebawah (jarak kira-
kira 10-20 cm) kecuali peristaltic diatas ada type “segmental” dan
gerak “pendular”.
 Mixing pada intestinum crassum
Dilakukan dengan kontraksi segmental. Gerakan ini
menjadikan haustra dan bahan faecal terpotong kecil-
kecil mudah diabsorpsi airnya.
B. Physiologi
Kegiatan digesti mulai dari oris sampai anus :
a) Oris
1) Ingesti – volunter – cavum oris
2) Digesti mekanis : mastikasi, gigi dan lingua
3) Digesti khemis : pemecahan tepung oleh amylase saliva.
4) Propulsi – volunter – phase buccal
Deglutitio : dimulai pangangkatan linguae mendorong
makanan ke pharynx
b) Pharynx dan oesophagus
Propulsi : gerak peristaltic, bolus didorong masuk gaster.
Deglutitio : phase pharyngo oesophageal.
Inn : involunter. 53
c) Gaster
1) Digesti mekanik : propulsi dan peristaltic,
mencampur / mixing dengan cairan lambung dan
mendorong ke duodenum.
2) Digesti chemis : digesti protein dimulai dengan
adanya pepsin.
3) Absorpsi : substansi yang larut dalam lemak (aspirin,
alcohol, beberapa obat).
d) Intestinum tenuae serta gld accessoris
(hepar, pancreas,vesica fellea).
1) Digesti mekanis : propulsi gerak segmentasi, gerak
mixing menggerakkan makanan sepanjang
tractus, mencampur makanan dengan cairan
digesti, dan mendorong makanan untuk melewati
valvula ileocoecalis dengan cukup untuk digesti
dan absorpsi.
2) Digesti chemis = enzyme digesti berasal dari
pancreas dan enzyme lain (brush border enzyme yang
terikat membran villi) menyelesaikan digesti
dari semua bentuk makanan.
3) Absorpsi : produk pemecahan karbohidrat, protein,
lemak asam nuvkleat hasil digesti, vitamin, electrolyt,
air diabsorpsi dengan cara aktif dan pasif.
e) Intestinum Crassum
1) Digesti chemis : beberapa makanan yang tersisa
(residue) digesti oleh bacteri enteron yang juga
menghasilkan vitamin K dan vitamin B.
2) Absorpsi : absorpsi air, electrolyt (NaCl besar) dan
vitamin yang dihasilkan bakteri.
3) Propulsi : mendorong faeces ke rectum dengan
peristaltic, pelumatan oleh haustrum dengan kontraksi
54
segmental.
4) Defekasi : reflek yang ditrigger oleh distensi rectum
C. Peritoneum
Embriologi
Setelah terbentuknya rongga badan. (cavitas trunci) yang berasal dari
coelom intra embryonalis dan terjadinya septum transversum yang
tumbuh pada dinding depan badan maka cavitas trunci akan terbagi
menjadi dua bagian atas yang akan menjadi cavitas thoracis dan
bagian bawah menjadi cavitas abdominis. Sedang septum tranversum
menjadi diaphragma yang memisahkan cavitas abdominis dari cavitas
thoracis.
Pada waktu itu usus purba (canalis alimentaris) yang berasal dari
entoderm berkembang dan diliputi membrana serosa
menggantungkan usus purba ke dinding depan dan belakang
abdomen serta meliputi bagian dalam dinding cavitas abdominalis.
Membrana serosa ini disebut peritoneum atau membrana
peritoneum atau membrana peritonei. Peritoneum yang meliputi
canalis alimentaris (enteron) disebut peritoneum viscerale sedang
yang meliputi dinding abdomen disebut peritoneum parietale.
Peritoneum yang menggantungkan enteron ke dinding ventral
abdomen dikenal sebagai mesenterium ventrale dan yang ke dinding
dorsal mesenterium dorsale.

Enteron bagian tengah (midgut) yang terletak dibawah diaphragma


akan mengalami dilatasi menjadi gaster (ventriculus).
Peritoneum visceral dihubungkan dengan peritoneum perietale yang
merupakan alat penggantung organ visceral intraperitonal.
Pada masa pertumbuhan embryonal tuba endodermalis yang menjadi
canalis alimentaris tumbuh lebih cepat dari cavitas abdominalis
sehingga usus purba mengalami perputaran sehingga terjadi
berubahnya letak alat – alat intraperitoneal, pangkal alat
penggantung pada peritoneum parietale berubah tempat.
55
Alat penggantung sendiri dapat tumbuh melekat dengan
peritoneum parietale, lembaran mesothelium yang saling
melekat dapat hilang, akibatnya alat yang digantungkannya
tidak terletak intraperitoneal dan pada perkembangan
selanjutnya menjadi retroperitoneal.

g
t

Organ intraperitoneal menjadi retroperitonea

Pada kehidupan embryonal seluruh dinding dorsal enteron


purba digantungkan pada dinding dorsal cavitas abdominis
dilinea mediana oleh mesenterium (mesogastrium) dorsale,
sedang pada dinding ventral hanya sampai daerah umbilicus
disebut mesogastrium ventrale.

56
Pada dinding depan enteron purba bagian tengah (midgut) yang akan
menjadi gaster mengadakan tonjolan kedepan dan kranial kanan (yang
nantinya menjadi hepar) sehingga gaster terdorong ke kiri dan ventral,
demikian juga calon lien yang tumbuh di mesogastrium dorsale
menyebabkan gaster terdesak ke kiri.

Setelah ductus omphaloentericus


menghilang

Perubahan letak viscera abdominis dan pangkal alat penggantinya.

57
Pada waktu ini gaster berputar pada axis longitudinal sesuai arah
jarum jam dan pada axis sagital. Masing – masing kurang lebih 90,
sehingga cavitas peritonei terbagi menjadi dua saccus (kantung), yaitu
saccus peritonei major yang sehari – hari disebut “cavum peritonei”
saja, dan saccus peritonei minor yang disebut bursa omentalis.
Hubungan kedua saccus tersebut disebut foramen epiploicum
(Winslow).
Pada dewasa saccus peritonei major mengisi seluruh cavitas
abdominis mulai dari diaphragma sampai dasar pelvis, sedang bursa
omentalis bersembumnyi dibelakang gaster.

58
Lipatan peritoneum visceral yang memanjang disebut sebagai
omentum, mesenterium dan ligamentum, sedang peritoneum
parietale hanya menjadi plica dan ligamenta.
Omentum, lipatan peritoneum viscerale yang melekat pada curvatura
major dan minor.
Mesenterium, lipatan peritoneum viscerale yang menggantungkan
sebagian intestinum tenue dan sebagian intestinum crassum kedinding
dorsal abdomen.
Umumnya mesenterium istilah dipakai untuk intestinum tenue, sedang
untuk intestinum crassum dipakai mesocolon.
Ligamentum, lipatan peritoneum viscerale yang terletak pada tepi
bebas lipatan.
Setelah terbentuknya hepar mesogastrium ventrale terbagi menjadi
bagian :
1) Yang terletak antara hepar dan gaster sebagai omentum minus.
2) Yang terletak antara hepar dan diaphragma sebagai ligamentum
coronarium dan ligamentum triangulare.
3) Yang terletak antara hepar dan diaphragma dibagian cranial
menjadi ligamentum falciforme hepatis, sedang yang caudal tetap
sebagai lipatan pada dinding ventral abdomen yang didalamnya
terisi ligamentum teres hepatis sebagai sisa dari v.umbilicalis yang
mengalami obliterasi.

Potongan sagital abdomen menunjukkan


letak peritoneum
Gambar : 19 59
Sit visc abd. Blok IV 2014

Peritoneum yang menyelubungi organ lebih dari 2/3 bagian organ


disebut peritoneum viscerale dan organnya dinyatakan terletak
intraperitoneal, sedang yang menutupi organ hanya kurang dari 2/3
disebut peritoneum parietale, organnya letak retro peritoneal.
 Alat – alat intraperitoneal serta alat – alat retro peritoneal sekunder
Oleh karena alat-alat intraperitoneal mempunyai alat penggantung
yang menggantungnya kepada diaphragma dan dinding dorsal
abdomen maka dapat digerakkan, sedang alat-alat retroperitoneal
tidak ada alat penggantung sehingga tidak dapat digerakkan.
Alat-alat intraperitoneal ini ialah ventriculus, jejunum, ileum,
appendix vermiformis, calon transversum, colon sigmoideum dan hepar.
Alat-alat retroperitoneal sekunder ialah duodenum, colon
ascendens, colon descendens dan pancreas.
Alat – alat di dalam bagian cranial abdomen ialah ventriculus,
hepar, lien, colon transversum, duodenum dan pancreas.
 Omentum minus
Terdiri atas lamina anterior dan posterior dengan tepi bebas
menghadap ke kanan, ke caudal melekat pada oesophagus pars
abdominalis, curvatura minor, dan pars oralis duodeni.
 Perlekatan ke cranial dari kiri ke kanan adalah :
1) Diaphragma
2) Fissura ligamenti venosi
3) Limbus portae hepatis
 Isi omentum minus :
1) Vasa gastrika dextra et sinistra, membentang dekat
curvatura minor.
2) Cabang – cabang truncus vagali sinistra dan serabut saraf
simpatis
3) Simtem limfatica
4) Triad portal (ductus biliaris, arteriola porta, venula porta)
yang terletak pada sisi bebasnya.
60
 Omentum majus
Terdiri atas empat lembar. Dua lembar dimulai dari curvatura
major, berjalan ke caudal terus membalik ke cranial menjadi dua
lembar yang belakang ini kelihatan sebagai lanjutan mesocolon
transversum. Diantara dua lembar depan dan dua lembar belakang
merupakan bagian bawah bursa omentalis.
Omentum majus berisi vasa gastropiploica dextra dan sinistra yang
letaknya agak jauh dari curvatura major untuk memungkinkan
gaster berdilatasi.
Omentum majus mengandung banyak lemak, saraf dan sistem
limfatis. Omentum majus berfungsi sebagai barier terhadap berbagai
radang yang hendak masuk abdomen, dia membantu melokalisir
radang dengan jalan membentuk adhesi disekitar area peradangan.

Bursa omentalis dan omentum majus terlihat dari sebelah kiri pada
potongan sagital cavum abdominis.
Gambar : 20

61
 Bursa omentalis
Berfungsi membantu memberi keleluasaan pada gerakan gaster.
Bursa terletak dibelakang omentum minus, lobus caudatus
hepatis dengan gaster, dan diantara kedua lembar depan dan
dua embar belakang omentum majus.
Bursa terdiri atas dua bagian yaitu recessus inferior dan
recessus superior yang dipisah oleh vestibulum yang sempit.
Lipatan peritoneum dalam pelvis : pada perempuan terdapat pada
sisi lateral uterus disebut ligamentum latum yang meluas ke
dinding lateral pelvis. Didalamnya di jumpai tuba uterina, ovarium,
pembuluh darah, saraf, vasa limfatik dan sisa tubuli
mesonephridici, dan ductus Wolfi.

Potongan sagital yang menunjukkan posisi peritoneum dalam cavum


abdomino pelvicum. 62
 Anatomi terapan
 Struktur dan fungsi peritoneum
Pada keadaan normal rongga perut (cavitas abdominis)
merupakan rongga potensial yang mengelilingi viscera abdominis.
Membran peritonei mempunyai permukaan yang luas yaitu + 2 m.
Pada orang dewasa, memiliki aliran darah yang tinggi yang
menembus jaringan sekitarnya.
Hal ini menyebabkan peritoneum (cavitas peritonei) dilapisi
lapisan tipis peritoneum dan dalam keadaan normal berisi cairan
sekitar 5-20 ml, menjaga kelembaban peritoneum.
Secara anatomis dibedakan peritoneum viscerale dan peritoneum
perietale.
Susunan peritoneum terdiri atas lapisan superficial yaitu lapisan
mesothelial dan daerah submesothelial yang terdiri atas 5 lapisan
jaringan ikat penghubung yang mengandung sel fibroblast, sel
mast, makrophag dan pembuluh darah.
Sel mesothel berperan menghasilkan cairan pelicin yang tersusun
atas fosfolipid dan glukosaminoglikan, cairan pelicin ini
mengurangi gesekan yang terjadi antara viscera abdominis dengan
peritoneum parietale.
Peritoneum berperan sebagai “barier” (sawar) merupakan bagian
dari kekebalan tubuh alamiah dan secara fisiologis berperan untuk
transport cairan maupun partikel terlarut ke dalam dan keluar
cavitas peritonei.
 Barier peritoneum merupakan struktur tiga dimensi yang kompleks.
Ini tersusun atas lapisan peritoneum dan jaringan sekitarnya yang
meliputi : sel parenkhim, sel interstitial, perisit dan endothel
pembuluh darah.
 Omentum majus tidak hanya membatasi radang dan membentuk
barier disekeliling radang tetapi juga menggunakan macrophag yang
banyak dikandungnya yang berguna untuk mengontrol radang.
63
 Cairan peritoneum mengandung sel dan beberapa komponen
terlarut. Sel – sel tersebut adalah sel makrofag, sel NK (natural
killer), limfosit,eosinofil, sel mesothelial, dan sel mast. Sel – sel
inilah yang merupakan barier imunologis terhadap adanya infeksi.

 Peritoneum mempunyai banyak recessus yang dibatasi oleh


plicae. Pada duodenum terdapat recessus duodenalis superior,
inferior, para dan retro duodenalis.
Pada coecum terdapat recessus ileocecalis superior, inferior dan
retrocecalis. Pada mesocolon sigmoideum ada recessus
intersigmoideus. Lengkung – lengkung usus dapat memasuki beberapa
recessus dan usus dapat terjepit mengakibatkan sumbatan usus.

Folliculi lymphatici aggregasi, recessus ileocecalis sup, plica cecalis vascularis, valva
ileocecalis,recessus intersigmoideus dll. 64
 Lengkungan usus dapat juga memasuki bursa omentalis lewat
foramen epiploicum. Usus ini akan mendesak pembuluh-pembuluh
darah pada foramen epiploicum sehingga terjadi penyempitan.
Mengatasi masalah ini dengan melakukan penekanan dinding depan
abdomen, jarum ditusukkan ke bagian usus yang masuk tadi dan
dihisap keluar isinya.
 Cairan serosa dalam cavitas peritonei diresorpsi cepat oleh vasa
limfatikum yang ada disekitar diaphragma.
Bila terjadi infeksi pada peritoneum tempat tidur penderita di
daerah kepala harus ditinggikan untuk mencegah material
peradangan naik ke kepala, dengan demikian toxin tidak terabsorpsi
oleh sistem limfatica yang terdapat banyak diaphragma.
 Cairan yang berlebihan dalam cavitas peritonei disebut ascites,
umumnya terjadi karena obstruksi portal atau kegagalan jantung.
 Pensarafan peritoneum parietale sama seperti pensarafan segmental
dinding abdomen. Bila ada radang dan dilakukan penekanan dinding
perut timbul rasa sakit. Juga bila peritoneum parietale meradang, maka
otot dinding abdomen meregang dan keadaan tersebut dinamakan
“defance muscular”. Hal ini sebenarnya adalah usaha badan untuk
membatasi penyebaran radang.
 Rasa sakit yang berasal dari organ viscera, dirasa diffus dan sukar
ditentukan lokasinya oleh orang yang mengalaminya. Rasa sakit itu
dialihkan kedinding abdomen sesuai segmen medulla, medulla
spinalis yang mensarafi organ viscera. Fenomena ini disebut “sakit
alih”.
Contoh : fibra afferen dari appendix vermiformis mencapai radix
posterior medulla spinalis segmental T.10. Dengan demikian di regio
umbilicalis yang juga mendapat pensarafan dari medulla spinalis
segmental T.10 akan merasa sakit. Tetapi bila peritoneum parietale di
daerah appendix meradang maka rasa sakit terlo kalisir pada fossa
iliaca dextra tempat peritoneum disarafi oleh n.iliohypogastricus dan
n. ilioinguinalis. 65
D. Vasa sanguinea
Aorta descendens melalui hiatus aorticus datang di dalam cavitas
abdominale. Ia disebut sekarang aorta abdominalis dan berjalan ke
caudal, ventral corpora vertebralia lumbalia. Setinggi vertebra lumbalis
ke – 4, ia bercabang menjadi a. iliaca communis dextra et sinistra.
A. iliaca communis pergi ke caudal lateral dan datang di ventral
articulatio sacroiliaca setinggi linea arcuata. Di sini ia bercabang
menjadi a. iliaca externa dan a. iliaca interna.
A.iliaca externa mengikuti linea arcuata ke lateral, caudal untuk
kemudian keluar dari cavitas abdominale melalui lacuna vasorum
bagian lateral dan disebut a. femoralis.

Aorta abdominalis mempercabang 4 pasang a.lumbalis. Satu a.lumbalis


berjalan ke lateral dorsal m. psoas major, mempercabangkan r.spinalis
dan r. posterior dan berjalan kemudian antara m. quadratus lumborum
dan m. transversus abdominis ke lateral.
Tepat sebelum a. iliaca externa keluar melalui lacuna vasorum ia
mempercabangkan a. epigastrica inferior yang pergi ke medial cranial
untuk masuk ke dalam vagina m. recti abdominis, dorsal m.rectus
abdominis, dan a. circumflexa ilium profunda yang mengikuti
ligamentum inguinale ke lateral.
Kira – kira cranial spina iliaca superior anterior, a.circumflexa ilium
profunda mempercabangkan a. epigastrica lateralis yang pergi ke
cranial medial, menembus m. transversus dan m. obliquus internus.

Tepat setelah a. femoralis keluar dari lacuna vasorum, ia


mempercabangkan a. epigastrica superfisialis yang pergi ke medial
cranial, ventral m. obliquus externus, dan a. circumflexa ilium
superfisialis yang mengikuti ligamentum inguinale ke lateral.
66
A. epigastrica superior adalah lanjutan a. thoracica interna. Ia masuk ke
dalam cavum abdominale antara pars costalis dan pars sternalis.
Kemudian ia pergi ke ventral dibawah processus xyphoideus. Caudal ia
beranastomosis dengan a. epigastrica inferior.
V. Cava inferior mulai ventral corpus vertebrae lumbalis ke-4 disebelah
kanan aorta abdominalis. Ia terus pergi ke cranial disebelah kanan aorta
ascendens untuk masuk ke dalam cavitas thoracis melalui foramen
venae cavae. Ke dalam v. cava inferior bermuara v. iliaca communis
dextra et sinistra. Venae ini mengikuti kembali arteriae di sebelah
dorsalnya.
V. iliaca externa ialah lanjutan v. femoralis. Ia masuk ke dalam lacuna
vasorum medial a. iliaca externa untuk kemudian mengikutinya kembali
di sebelah medialnya dan bermuara ke dalam v. iliaca communis.
Ke dalam v. cava inferior bermuara juga 4 pasang v. lumbalis.
V. lumbalis ini merupakan cabang – cabang v. lumbalis ascendens yang
berjalan ke cranial di sebelah lateral corpora vertebralis untuk disebelah
kanan melanjutkan diri ke dalam v. azygos dan disebelah kiri ke dalam
v.hemiazygos. Ke dalam v. lumbalis ascendens bermuara venae yang
datang dari dinding abdomen.
Dan v. iliaca externa yang melalui lacuna vasorum tidak mengisi seluruh
lacuna. Sudut medial lacuna diisi oleh suatu ligamentum yang
terbentang antara os pubis dan ligamentum inguinale, yaitu ligamentum
lacunare.
Antara tepi lateral ligamentum ini dan v. iliaca externa masih ada lubang
yaitu anulus femoralis. Lubang ini dari sebelah dalam ditutup oleh fascia
transversalis, dari sebelah luar oleh suatu nodus lymphaticus inguinalis.
V. epigastrica superior, v. epigastrica superficialis dan v. epigastrica
inferior mengikuti kembali aa. Dengan nama yang sama.
Ketiga pasang venae itu di keliling umbilicus beranastomosis satu
dengan yang lain. Anastomosis ini ialah vv. parumbilicales. Venae
cutaneae abdominis bermuara ke dalam v. epigastrica superficialis,
vv.parumbilicales, v. epigastrica superior dengan menembus vagina
m.recti v. thoracoepigastrica. 67
Vasa sanguinae.

68
E.Vacularisasi viscera abdominis

Arteriae yang pergi ke viscera abdominis ialah truncus celiacus,


a. mesenterica superior dan a. mesenterica inferior.
Truncus celiacus dipercabangkan aorta abdominalis setinggi corpus
vertebrae thoracicae ke-12. ia mempercabangkan a. gastrica sinistra,
a. hepatica communis dan a. lienalis.
F.gastrica sinistra pergi ke cranial dan mencapai cardia untuk
kemudian mengikuti curvatura minor ventriculi dan beranastomosis
dengan a. gastrica dextra. A. lienalis pergi ke caudal datang pada tepi
cranial pancreas, mengikutinya masuk ke dalam ligamentum
lienorenale dan datang di hilus lienis.
Di sini ia bercabang menjadi rr. lienales, yang masuk ke dalam lien,
aa. gastrica breves yang masuk ke dalam ligamentum gastrolienale
dan datang di curvatura major bagian oral, dan a.gastroepiploica
dextra yang juga masuk ke dalam ligamentum gastrolienale datang di
curvatura major dan mengikuti tepi cranial pancreas, ia
mempercabangkan rr. pancreatica.

A. hepatica communis pergi caudal kanan, datang di sebelah cranial


permulaan pars superior duodeni dan bercabang menjadi a. gastrica
dextra, a. hepatica propria dan a. pancreaticoduodenalis.
A.gastrica dextra pergi ke sebelah cranial pylorus dan mengikuti
curvatura minor ventriculi untuk akhirnya beranastomosis dengan a.
gastrica sinistra.
G.hepatica propria berjalan di sebelah cranial pars superior duodeni
untuk masuk ke dalam ligamentum hepatoduodenale dan datang di
porta hepatis dimana ia bercabang menjadi r. dextra, r. sinister dan a.
cystica, yang berturut – turut pergi ke lobus dextra hepatis, lobus
sinister hepatis dan vesica fellea.
69
Sit visc abd. Blok IV 2014

A.mesenterica superior dipercabangkan oleh aorta abdominalis


setinggi corpus vertebrae lumbalis ke-1. ia pergi ke caudal kanan
dorsal caput pancreatis, melalui incisura pancreatis, kemudian
menyilang pars horizontalis duodeni di sebelah ventralnya. Cabang-
cabangnya ialah a. colica media, a.pancreaticoduodenalis inferior,
a.colica dextra, aa. jejunales, aa. iIei dan a. iliocolica.
Venae yang mengikuti kembali cabang – cabang a. mesenterica
inferior, bermuara ke dalam v. mesenterica inferior. V. mesenterica
inferior tidak mengikuti kembali a. mesenterica inferior, tetapi
berjalan ke cranial lebih ke kiri untuk melalui flexura
duodenojejunalis di sebelah kiri, datang dorsal pancreas dan
bermuara ke dalam v.lienalis.
Venae yang mengikuti kembali cabang – cabang a.mesenterica
superior bermuara ke dalam v.mesenterica superior yang mengikuti
kembali a.mesenterica superior di sebelah kanannya.
V.pancreaticoduodenalis superior yang mengikuti kembali a.
pancreaticoduodenalis superior dan v. gastroepiploica dextra yang
mengikuti kembali a.gastroepiploica dextra, caudal pylorus bersatu
dan bermuara ke dalam v. mesenterica superior.
Venae yang bermuara ke dalam v. mesenterica superior dapat
menderita radang dan di dalamnya dapat terjadi thrombosis.

Venae yang mengikuti kembali cabang-cabang a. lienalis bermuara


ke dalam v. lienalis. V. lienalis berjalan dorsal pancreas ke kanan.
Di dorsal caput pancreatis, v. mesenterica superior dan v. lienalis
bermuara ke dalam v. portae. V. portae pergi ke cranial, dorsal pars
superior duodeni. Masuk ke dalam ligamentum hepatoduodenale
dan datang di porta hepatis untuk bercabang menjadi r. dextra dan r.
sinistra.

70
V. gastrica dextra yang mengikuti kembali a. gastrica dextra
bermuara ke dalam v. portae, begitu pula v. gastrica sinistra yang
mengikuti kembali a. gastrica sinistra.
Ke dalam v. portae bermuara juga v. cystica, yang datang dari vesica
fellea. Vv. parumbilicales, yang datang dari daerah umbilicus dan
mengikuti ligamentum teres hepatis, bermuara ke dalam r. sinister v.
portae.
V. gastrica sinistra beranastomosis dengan vv. esophagei yang
bermuara ke dalam v. azygos. Vv. parumbilicales beranastomosis
dengan v. epigastrica superior, thoracoepigastrica, v. epigastrica
inferior dan v. epigastrica superficialis.

Bila vv. interlobulares di dalam trigona interlobularia di dalam hepar,


menyempit oleh karena penambahan jaringan pengikat (cirrhosis
hepatis), darah kurang dapat melalui venae tersebut untuk datang di
v. cava inferior.
Oleh karena itu darah mengalir melalui vv. parumbilicalis ke
vv. epigastricae dan v. thoraco epigastricae terus ke v. axillaris dan
v.subclavia dan v. femoralis dan v. iliaca externa untuk datang di
v.cava superior dan v. cava inferior. Oleh karena itu di bawah kulit
abdomen kelihatan membesarnya v. epigastrica inferior,
v.thoracoepigastrica dan vv. cutaneae abdominis lain.
Hal ini disebut caput medusae (medusa ialah suatu dalam cerita
Yunani kuno yang rambut kepalanya berupa ular). Darah juga
mengalir melalui v. gastrica sinistra ke vv. esophagei untuk lewat
v.azygos datang di v. cava superior. Oleh karena itu anastomoses
antara v. gastrica sinistra dan vv. esophagei yang ada di dalam pars
cardiaca ventriculi membesar. Venae yang membesar ini dapat pecah
sehingga terjadi perdarahan, dan orang muntah darah
(hematemesis). 71
Bendungan di dalam vv. interlobulares menimbulkan transudat di
dalam cavitas peritonei. Transudat ini dapat di kenal dengan adanya
undulatio atau fluctuatio.
Bila dinding abdomen pada satu pihak ditekan sekonyong-konyong,
tangan yang diletakkan pada dinding abdomen pihak ini dapat meraba
tekanan yang dihantarkan kesitu oleh transudat tadi. Pembesaran v.
epigastrica inferior dapat juga terjadi, bila v. iliaca externa tertekan
oleh suatu tumor. Darah dalam hal ini mengalir ke arah umbilicus.
Pembesaran v. thoracoepigastrica dapat juga terjadi, bila v. cava
superior tertekan oleh suatu tumor di dalam mediastinum.
F. Nodi lymphatici
Vaca lymphatica dari dinding ventriculus bermuara ke dalam nodi
lymphatici gastrici sinistri, nn. lymph gastrici dextri, nn. lymph pylorici
dan nn. lymph pancreaticoduodenales. Nn. lymph gastrici sinistri
terdapat sepanjang a. gastrica sinistra. Nn. lymph gastrici dextri
terdapat sepanjang a. gastrici dextra, nn. lymph pylorici terdapat
ventral caput pancreatis, nn. lymph pancreaticoduodenales terdapat
sepanjang a. lienalis. Neoplasmata ventriculus terutama terdapat
manjalar ke nn. lymph pylorici dan nn. lymph gastrici sinistri, tetapi
juga ke nn. lymph pancreaticoduodenales.
Vasa lymphatica yang datang dari hepar pergi ke nn. lymph hepatici,
nn. lymph parasternales dan nn. lymph mediastinales posteriores.
Vasa lymphatica yang datang dari dalam hepar mengikuti kembali
cabang-cabang v. portae dan datang di nn. lymph hepatici yang
terdapat di porta hepatis. Pembesarannya dapat menekan v. portae.
Ada juga vasa lymphatica yang mengikuti v. hepatica dan bermuara ke
dalam nn. lymph yang mengelilingi v. cava inferior.
Dari sini berjalan vasa lymphatica ke nn. lymph mediastinales
posterior. Vasa lymphatica yang datang dari sudut daerah subserosa
pada facies diaphragmatica pergi ke nn. lymph parasternales dan nn.
lymph yang mengelilingi v. cava inferior dan yang datang dari daerah
subserosa pada facies visceralis ke nn. lymph hepatici.
72
Vasa lympatica yang datang dari duodenum dan pancreas pergi ke nn.
lymph pylorici dan nn. lymph pancreaticolienales.
Vasa lymphatica dari jejunum dan ileum pergi ke nn. lymph
mesenterici. Nodi lymphatica ini tersusun dalam tiga baris. Satu baris
terletak di dalam mesenterium dekat usus, baris ke-2 di dalam
mesenterium dan baris ke-3 dekat radix mesenterii. Bila nn. lymph ini
membesar pada ketika menderita radang, mereka dapat menekan
bangunan-bangunan yang ada disekitarnya.
Vasa lymphatica dari colon pergi ke nn. lymph mesocolici yang tidak
tersusun secara teratur.
Vasa lymphatica dari cecum dan appendix vermiformis pergi ke
nn.lymph ileocolici, yang terletak di dalam sudut antar a. colon dan
ileum.
Vasa lymphatica yang datang dari nn. lymph pancreaticolienales, nn.
lymph hepatici, nn. lymph mesenterici pergi ke nn. lymph celiaci yang
terdapat di keliling pangkal truncus celiacus.
Vasa lymphatica yang datang dari nn. lymph mesocolici dapat
langsung pergi ke nn. lymph lumbales yang ada sepanjang aorta
abdominalis bagian caudal.
Dari nn. lymph celiaci pergi ke truncus intestinalis yang bermuara ke
dalam cisterna chyli. Cisterna chyli terdapat disebelah ventral corpus
vertebrae lumbalis ke-2. Padanya mulai ductus thoracicus. Ke
dalamnya bermuara juga truncus lumbalis yang datang dari nn. lymph
lumbales.

G. Innervasi
Peritoneum parietale mendapat cabang- cabang sensibel dari n.
intercostalis ke-7 s/d 11, n. iliohypogastricus dan n. ilioinguinalis.
Serabut – serabut saraf yang pergi ke alat – alat dalam abdomen
bersifat parasympathis dan sympathis. Dari alat-alat dalam itu juga
pergi serabut – serabut saraf afferen. 73
Neuron – neuron parasympathis berasal dari nucleus dorsalis
n.vagi. Mereka berjalan di n.vagus sampai esophagus. Di dinding
esophagus, n. vagus dexter et siniter membentuk plexus esophagus.
Dari plexus ini berjalan truncus vagalis anterior dan truncus vagalis
posterior ke caudal berturut – turut di sebelah ventral dan disebelah
dorsal esophagus. Mereka ikut dengan esophagus melalui hiatus
esophagus dan berjalan berturut – turut pada dinding ventral dan
dinding dorsal ventriculus.
Truncus vagalis anterior memberi rr. gastrici anteriores ke dinding
ventral ventriculus dan rr. hepatici ke hepar. Rr. hepatici berjalan di
dalam omentum minus. Truncus vagalis posterior memberi
rr.gastrici ke dinding dorsal ventriculus dan rr. celiaci ke ganglia
celiaca. Rr. celiaci mengikuti kembali a. gastrica sinistra.
Ganglia celiaca terdapat di keliling pangkal truncus celiacus. Neuron-
neuron tidak berhenti di dalam ganglia ini, tetapi terus berjalan di
dalam plexus yang mulai dari ganglia ini bersama dengan neuron-
neuron symphatis.
Neuron - neuron sympathis berasal dari cornu lateral medulla
spinalis segmentum thoracicum ke-6 s/d 12 dan segmentum
lumbale ke-1 dan 2. Neuron - neuron itu melewati ganglion
thoracicum ke-6 s/d 9 dan membentuk n. splanchnicus major dan
melewati ggl.thoracicum ke-10 s/d 12 dan membentuk
n.splanchnicus minor.
Nn. Splanchnici tersebut lewat celah antara crus mediale dan crus
intermedium pars lumbalis diaphragmatica dan datang di ganglia
celiaca. Ganglia celiaca dihubungkan oleh serabut – serabut saraf
dengan ganglion mesentericum superius yang terdapat pada
pangkal a. mesenterica superior dan ganglion aorticorenale, yang
terdapat pada pangkal a. renalis.
Dari ganglia celiaca pergi serabut-serabut saraf, yang membentuk
plexus yang ikut percabangan truncus celiacus, yaitu plexus
hepaticus, plexus lienalis dan plexus gastricus. 74
Dari ganglion aorticorenale pergi plexus renalis yang ikut a. renalis.
Dari ganglion mesentericum superius pergi plexus yang ikut a.
mesenterica superior, serta cabang – cabangnya, yaitu plexus
mesentericus superior. Dengan demikian pengaruh n. vagus ke anal
hanya sampai flexura coli sinistra.
Serabut-serabut afferent terutama mengikuti neuron-neuron
sympathis, sehingga mereka melewati ganglion thoracicum ke-6 s/d
12, kemudian r. communicans albus, radix posterior dan berakhir
pada cornu laterale, pangkal cornu anterius.
Serabut – serabut sympathis dapat berganti neuron di dalam ganglion
thoracicum, di dalam ganglion celiacum, di dalam gangliom
aorticorenale atau di dalam ganglion mesentericum superius.
Serabut – serabut sympathis dapat menimbulkan vasokonstriksi di
dalam dinding ventriculus, dinding intestinum tenue, dan di dalam
lien.
Mereka dapat menghambat aktivitas otot – otot ventriculus dan usus,
tetapi dapat menyebabkan kontraksi otot pada capsula fibrosa lien.
Serabut – serabut parasympathis dapat menambah aktivitas otot
ventriculus dan intestinum tenue dan menimbulkan sekresi kelenjar –
kelenjar ventriculus.
Ujung dendrit – dendrit afferent rupanya dapat distimulasi oleh
spasmus otot, penarikan dinding usus, oleh radang dan dengan
adanya kerusakan jaringan seperti pada ulcus. Oleh karena stimulasi
itu dapat timbul rasa sakit setempat, rasa sakit yang diproyeksikan
dan dapat timbul reflex viscerosomatis.
Radang appendix menimbulkan spasmus ototnya yang menimbulkan
rasa sakit setempat. Kemudian terjadi pembesaran dan dinding
appendix tertarik. Ini juga menimbulkan rasa sakit setempat. Kecuali
itu timbul rasa sakit yang diproyeksikan ke kulit yang innervasi oleh n.
intercostalis ke-6 s/d 9.
75
Bila radang menjalar ke peritoneum parietale disebelah ventralnya,
timbul juga rasa sakit di quadrant caudal kanan. Baik impuls-impuls
yang dihantarkan oleh serabut-serabut afferent dari appendix,
maupun impuls-impuls yang dihantarkan oleh serabut sensibel dari
peritoneum parietale, menimbulkan kontraksi reflektoris otot-otot
perut di quadrant tersebut, yang disebut “defence musculare.”

 Lien
lien adalah organ lymphatic yang berkaitan dengan sistem
pembuluh darah. Ia berkerja sebagai filter untuk darah dan
mempunyai peranan penting untuk respon imun dari tubuh.
Terletak di hypochondrium sin (2/3 bagian bawah), bagian akhiran
posterior sampai pada epigastrium. Terletak antara diaphragma
dan gaster sepanjang dinding abdomen bagian lateral dan
posterior.
Posisi lien adalah obliq sepanjang axis costa ke-10.
Bentuk luar :
Lien adalah lunak dan sangat vascular. Mempunyai dua ujung dan
dua permukaan serta tiga tepi.
a. Dua ujung :
1) Ujung anterior merentang dan berlaku sebagai tepi
anterior menghadap ke bawah dan depan mencapai linea
axillaris medialis.
2) Ujung posterior bulat. Menuju kearah atas, belakang
dan medial dan sampai pada polus superior ren.

76
b. Tiga tepi :
1) Margo superior, karakteristiknya dibagian ujung anterior
terdapat incisura.
2) Margo inferior, bulat dan terpisah dari impresio renalis
terhadap diaphragma.
3) Margo intermediale, bulat dan memisahkan impresio
gastrica dari impresio renalis.
c. Dua permukaan :
1) Facies diaphragmatica convex dan halus
2) Facies visceralis concaf dan irregular mempunyai
beberapa impresio. i) impresio gastrica, ii) impresio renalis,
iii)impresio colica, iv) impresio pancreatica dan hilum.
d. Lien accessoris :
Nodules lienalis yang gagal melakukan konsolidasi pada waktu
perkembangan akan menjadi lien accessoris. Dapat ditemukan
pada :
a) sebagai derivat mesogastrium dorsale (lig.gastrosplenicum,
lig.lienorenale, lig.gastrophrenicum, dan omentum major).
b) didalam broad lig.dari uterus.
c) dalam funiculus spermaticus.

Keterkaitan :
A. Kaitan peritoneal, lien dikelilingi oleh peritonium dan
digantungkan oleh beberapa ligament ; i) lig. gastrolienale, ii)
lig.lienorenale, iii) lig.phrenico colica,
B. Kaitan dengan viscera ;
i) Facies diaphragmatica berkaitan dengan
diaphragmatica yang memisahkan lien dari pleura sin
(recessus costo diaphragmatica), pulmo dan costa
9,10, 11.
ii) Facies visceralis berhubungan dengan fundus ventriculi,
facies anterior ren sinister, flexura lienis colon77
dan ekor pancreas.
Facies visceral lien menunjukkan
beberapa impressio
Ligamenta peritoneal yang terikat pada lien

Pancreas

Superior

Venae lienalis dengan cabang-cabangnya.


Relasi (keterkaitan) visceral dari lien

78
Vascularisasi :
Lien di pasok darah dari a.lienalis yang merupakan cabang terbesar
dari truncus coeliacus. A.lienalis berjalan berkelok-kelok mengikuti
gerakan lien. Lewat lig.lienorenale mencapai hilus lienis dan
bercabang menjadi 5 atau lebih. Di dalam lien ia bercabang-cabang
menjadi pembuluh yang lurus disebut penicili, elipsoid dan capiler.
Jalan selanjutnya kurang diketahui. Namun ada 3 teori :
i) Teori tertutup : sirkulasi lien capiler ada didalam pulpa rubra ;
sinusoid bergabung bersama membentuk vena.
ii) Terori terbuka : capiler berakhir dengan pembukaan ke pulpa
rubra sesuai dengan masuknya darah ke dalam sinusoid lewat
dinding.
iii) Teori kompromi : sirkulasi terbuka dalam lien yang meregang
dan tertutup bila lien dalam waktu contraksi.
Juga dinyatakan bahwa dinding sinusoid dapat berbeda dalam
keadaan berbeda.
Apapun sirkulasi lien diadaptasi dengan mekanisme pemisahan
dan penyimpanan sel darah merah dan erythroblas.
Cabang a. lienalis yang banyak menuju ke pankreas dan ada 5
cabang pendek ke gaster, arteria gastrica brevis dan a.gastro
epiploica sinistra.

Aliran vena :
vena lienalis dibentuk pada hilus lienis. Berjalan lurus dibelakan
pankreas, menggabung dengan v.mesenterica superior dibelakang
collum pankreas membentuk v. porta. Cabang-cabang menuju ke
v.gastrica brevis, v.gastro epiploica sinester, v.pankreatica, dan
v.mesenterica inferior.

79
Sit visc abd. Blok IV 2014

Aliran lymfa :
Pulpa rubra lien tidak mengandung lymfa. Beberapa timbul pada
capsula dan trabecula yang masuk ke dalam lymfonodi pankreatico
lienalis sepanjang a.lienalis.
Innervasi :
Fibra sympatis dari plexus coeliacus adalah vasomotorik. Sel-sel otot
polos pada capsula dan trabecula juga dipasok oleh saraf ini.
Struktur :
Histologis terdiri atas 4 komponen :
i) Jaringan pendukung : fibro elastik capsula, trabecula dan
reticulum. Bagian ini dapat melakukan distensi dan contraksi
sehingga dapat mengatur aliran darah.
ii) Pulpa alba : terdiri atas nodus lymphaticus disekitar arteriole,
merupakan selubung lymphatic.
iii) Pulpa rubra : dibentuk oleh kumpulan sel-sel reticulum
interstitial dalam sinusoid. Sel-sel ini terdiri atas : a) semua jenis
lymphosit (kecil,medium dan besar), b) tiga jenis sel darah (RBC,
WBC, dan platelet), c) histosid bebas dan terikat (macrophag).
lymphosit secara bebas ditransformasi ke sel plasma yang
menghasilkan beberapa anti bodies (imunoglobulin).
iv) Sistem vascular meliputi seluruh organ dan menembusnya.
Fungsi :
1. Phagocytosis : lien merupakan pusat organ penting untuk
sistem reticulo endothelial. Phagocyt lien terdiri atas : a) sel
reticular dan macrophag bebas dari pulpa rubra, b) sel reticular
dan elipsoid yang mengalami modifikasi , c) macrophag bebas dari
sel endothelial dari sinusoid venosa, d) sel reticular permukaan
dari folliculus lymphaticus. Phagocyt menghapus kotoran-kotran
sisa sel yang dihancurkan yang menghasilkan RBC tua, sel darah
lain dan mikro organisme. Dengan demikian terjadi filtrasi darah.
Phagocyt dari antigen yang beredar menginisiasi respons
imunitas humoral dan selular.
80
2. Haemopoisis : lien merupakan organ penting untuk haemopoisis
selama kehidupan foetal dan ini berlanjut selama hidup.
Lymphosit yang diproduksi menjadi bagian dari sistem imun tubuh.
Pada lien dewasa haemopoisis dapat mulai pada beberapa
penyakit, umpama pada myeloidleukaemia kronis dan
myelosclerosis.
3. Respons imun : dibawah stimulasi antigenic terjadi kenaikan l
ymphopoisis untuk respons selular dan kenaikan formasi sel plasma
untuk respon humoral.
4. Penyimpanan RBC pada manusia contraksi lien untuk auto
transfusi adalah sebab dilepasnya kumparan fibra elastis dari lien
yang mengalami distensi.
Organogenesis :
Lien berkembang dari bagian cephalical mesogastrium dorsale, dari
lembaran sebelah kiri pada minggu ke-6 kehidupan intra uterin
untuk menjadi nodul-nodul yang selanjutnya bersatu menjadi lobus.
Bila tidak dapat menyatu nodul ini menjadi lien accessoris.

Anatomi terapan :
1. Palpasi dari lien. Lien dapat diraba dibawah margo costalis
sinister pada waktu inspirasi. Kadang-kadang dibantu dengan
memutar tubuh ke arah kanan.
2. Splenomegali. Pembesaran lien terjadi pada tiphus, malaria,
hipertensi porta, penyakit Hodgkin, anemia haemolitica, dan
purpura. Pembesaran lien menuju kearah fossa iliaca dextra sesuai
dengan arah axis costa ke – 10.
3. Splenectomi. Indikasi melakukan splenectomi adalah robean
pada lien, spherocytosis kongenital, hipper splenisme.

81
Tidak ada bahaya kehidupan pada splenectomi tetapi akan
diikuti oleh : a) leucocytosis dari lymphocyt, neutrophil, dan
eosinophil. b) thrombocytosis dan, c) kenaikan susseptibilitas
pada infeci terutama pada permulaan kehidupan.
4. Punctura lien. Lien dapat dipunksi lewat spatium intercostal
ke-8 dan ke-9 pada linea midaxillaris.
5. Infarc lien. Cabang-cabang pendek a.lienalis merupakan end
arteri. Obstruksi cabang-cabang tadi bisa menyebabkan infarc
pada lien yang memberikan sakit alih pada pundak kiri (tanda
Kehr).

82
 Persarafan dalam abdomen

83
84
85
86
87
88
89
90
processus xiphoideus

arcus costarum

Angulus
costarum

Regiones abdominis
Gambar : 1

91
92

Anda mungkin juga menyukai