Blok IV 2014
I.Pendahuluan
A. Abdomen
Truncus corporis terbagi menjadi 2 bagian oleh diaphragma.
Bagian diatas diaphragma adalah thorax dan bagian bawah
adalah abdomen.
Abdomen ini dibatasi disebelah cranial oleh processus xiphoideus
dan arcus costarum, disebelah caudal oleh crista iliaca
ligamentum inguniale dan os pubis, dan disebelah lateral dorsal
garis longitudinal yang berjalan lateral anguli costarum. Bentuk
abdomen ditentukan oleh musculi abdominis, panniculus
adiposus dan umbilicus, serta viscera dalam cavitas abdominalis.
Abdomen dapat dibedakan dinding dan isi. Dinding abdomen
terdiri atas dinding ventral, dinding lateral dan dinding dorsal.
processus xiphoideus
arcus costarum
Angulus
costarum
Regiones abdominis
B. Dinding abdomen
Dinding ventral dan lateral abdomen terdiri atas :
1. Cutis
2. Tela subcutanea/panniculus adiposus
3. Fascia superfisialis
4. Musculi abdominis dengan osseum ditempatnya
5. Fascia transversalis, fascia profunda diaphragmatika, fascia iliaca,
fascia thoraco lumbalis, fascia pelvica.
6. Jaringan ikat extra peritoneal
7. Vasa dan nervi
8. Peritoneum, jaringan yang licin memungkinkan usus bergerak.
C. Markah tubuh
1. Dinding anterior membentang dari proccesus xiphoideus
sampai symphysis pubis, dinding posterior lateral sebagian
besar ditempati skeleton thoracis (sangkar dada ) dan regio
glutealis dibawah.
2. Margo costalis costa cartilaginea 7.8.9.10, bidang subcostal
(garis subcostal) lewat tepi bawah costae setinggi L3.
3. Angulus infra sternalis proc. xiphoideus sebagai apex.
4. Angulus renalis : antara costa terakhir dengan tepi m. rectus
spinae.
5. Spina iliaca anterior superior.
6. Spina iliaca posterior superior.
7. Tuberculum crista iliaca.
8. Ligamentum inguinale
9. Funiculus spermaticus, dapat diraba saat melewati medial
tuberculum pubicum dan turun ke scrotum.
10. Linea alba.
11. Linea semilunaris : tepi lateral m. rectus abdominis.
12. Inskripsiones tendinea .
2
Markah Tubuh
Gambar : 2
3
E. Struktur Bangunan
1. Cutis
Cutis tipis dapat diangkat dan digerakkan. Pada umbilicus cutis
melekat pada jaringan dibawahnya. Tebalnya panniculus adiposus
tergantung dari keadaan gizi dan habitus.
Pada orang laki-laki umumnya panniculus adiposus terkumpul
diatas umbilicus dan wanita dibawah umbilicus. Umbilicus
merupakan bekas keluarnya funiculus umbilicus.
Daya regang yang besar terlihat pada (kehamilan, obesitas,
ascites, tumor infra abdominal). Regangan ini bisa menyebabkan
goresan putih pada kulit bagian bawah sebagai“linea albicantes”.
4
b. Embryologis
1) Umbilicus tempat bertemunya ke empat plica dari
lamina embrionalis.
2) Juga tempat titik temu 3 system
- Digestif (dct vitellointestinalis)
- Excretoris (urachus)
- Vasculer (vasa umbilicalis)
3) Di sini tempat melekatnya funiculus umbilicalis
selama kehidupan foetal.
c. Klinis
1) Ductus vitello intestinalis persisten membentuk
tumor warna merah dan umbilicus yang menonjol.
Persistensi dari seluruh ductus menyebabkan
fistula faecalis
2) Perisisten urachus fistula urinarius
3) Persisten hernia fisiologis midgut exomphales
4) Gagal pembentukan bagian infraumbilical
dinding depan abdomen ectopia vesicae
2. Fascia superficialis
a. Di bawah umbilicus fascia superficialis terbelah menjadi
lamina adipose superficialis (fascia Camper) dan lamina
membranosa profunda (fascia Scarpa)
b. Dilinea mediana lamina membranosa membentuk
lig.suspensorium penis/clitoridis
c. Fascia mengandung : 1) lemak, 2) nn cutanei, 3)vasa
cutanea , 4) vasa lymfatica superficialis
5
d. Nervus cutaneus
1) N. cutaneus anterior (7buah) berasal dari n.
intercostalis (T7-T11), n. subcostalis (T12) dan n. ilio
hypogastrica (L1)
2) n. cutaneus lateralis (2 buah) dari n. Intercostalis.
(T10,T11) ramus anterior yang besar juga
menginnervasi m.obliqus externus.
e. Vascularisasi
1) Arteria cutanea anterior, cabang a. epigastrica sup &
inf
2) a. cutanea lateralis, cabang, a. intercostalis
terbawah
3) a. inguinialis superficialis dari a.femoralis ; a.
epigastrica superficialis, a. pudendalis externa
superfisialis, a. iliaca circumflexa superficialis.
Sirkulasi collateral vena subcutanea : (A) obstruksi v.porta, (B) obstruksi v.cava
superior,(C) obstruksi v.cava inverior. Tanda panah menunjukkan arah aliran darah.
Gambar : 5
7
3. Otot- otot dinding depan perut
Ada 6 otot pada tiap samping
- Otot yang besar : m. obliq abd ext, m. obliq abd
internus, m. transversus abddominis dan m. rectus
abdominis.
- Otot yang kecil : m. cremaster, dan m. pyramidalis.
4. Ligamentum inguinale
1) Dibentuk oleh penebalan tepi bawah aponeurosis m. obliqus
externus dan melipat ke belakang. Letak sepanjang spina
iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum.
2) Untuk melekatnya : m. obliqus internus, m. transversus abd
dan m. cremaster.
3) Permukaan lengkung bagian medial menjadi dasar canalis
inguinalis dan ditempati funiculus spermaticus
(lig. teres, pada wanita)
4) Perpanjangan (extension)
a. Pars pectinealis inguinalis
b. Lig pectineum / lig Cooper
c. Pars reflexi lig inguinale
Vagina mm.recti : (A) dinding posterior vagina recti tidak pada bagian atas disebelah atas margo
costalis, dan bagian bawah disebelah bawah linea arcuata. (B) potongan transversal lewat
bagian atas diatas margo costalis. (C) potongan transversal lewat bagian tengah diantara margo
costalis dan linea arcuata. (D) potongan transversal lewat bagian bawah dibawah linea arcuata.
EO = obliqus externus, IO = obliqus internis, TA = tranversus abdominis
Gambar : 12
Hernia inguinalis
Protrusio viscera abdominalis (intestinum, omentum) ke dalam
canalis inguinalis
1) Indirek
2) Direk
13
II. System Digestiva
System digestiva (pencernaan), merupakan organ yang berbentuk
tubulomuskuler mulai dari oris diatas sampai canalis ani dibawah,
serta beberapa organ assesoris yang menyertainya.
Sistem gastro intestinalis (sistem alimentaris / viscera alimentaris
yang terdapat di dalam cavum abdominalis).
b) Vestibulum Oris
- Labium superior & inferior dan buccae dibagian
luar.
- Dentis dan gingiva di bagian dalam 14
- Muara dct. parotis setinggi M2 atas.
Gingiva
Jaringan lunak yang membungkus processus alveolaris
mandibulae dan maxillae melingkungi collum dentis.
Palatum Durum
Anatomi terapan :
1) Palatoshisis
2) Perforasi palatum (syphilis std 3)
3) Epignatus – teratoma dari palatum
Palatum Molle
Plica muscularis, terikat pada tepi post palatum durum.
Memisahkan oropharynx dan nasopharynx. Traffic controle pada
lintasan makanan dan suara.
Otot Palatum molle :
1) m. tensor veli palatini
2) m. levator veli palatini
3) m. uvulae
4) m. palatoglossus
5) m. palatopharyngeus
Fungsi :
a. Mengontrol pintu masuk isthmus pharyngeus
dan isthmus oropharyngeus.
b. Berperan penting pada mastikasi,
deglutition, bicara, batuk, bersin dll.
1) Menutup mulut terhadap oropharynx sewaktu
mengunyah.
2) Menutup oropharynx dari nasopharynx pada fase
2 menelan
3) Mengatur besar kecilnya isthmus faucium,
qualitas suara dapat diubah dan konsonan bicara
dapat dilafalkan.
15
4) Selama bersin dapat dibagi lewat hidung dan
mulut tanpa merusak hidung yang sempit. Juga
Anatomi terapan :
1) Paralisis palatini sebab lesi pada n X, atau
diphteri a) Hidung pilek, b) Bindeng, c) Arc palatini
mendatar.
2) Palatoshisis congenital defect.
Mastikasi :
Empat otot pengunyah : a) m. masseter, b) m. temporalis,
c) m.pterygoideus lat, d) m. pterygodeus med.
Semua menggerakkan mandibula. Embryyologis otot – otot ini
dari arcus branchialis I di innervasi N V.
2. Glandula salivarius
Ada 3 pasang gl salivarius besar:
1) gld. Parotis
2) gld. Submandibularis
3) gld. Sublingualis
1) Glandula parotis : terbesar, sifat sereus
- letak : dibawah dan diluar meatus acusticus ext, antara
ramus mandibulae dan m.sternocleidomastoid
- Capsula gland adalah fascia cervicalis profunda
- Ductus, 5cm, dinding tebal, muara di vestibulum ori
setinggi M2 atas
2) Glandula sub mandibularis, mix gland (sereus mucos)
- Letak : pars anterior trigonum digastricum terdiri atas
pars superfisialis dan pars profunda (superficial dari
m.mylohyoid, profundal dari m. mylohyoid).
- Ductus Wharton dinding tipis, 5cm.
Bermuara pada dasar mulut, pada pertemuan papilla
sublingualis samping frenulum linguae.
3) Glandula sublingualis
Mixgland utamanya mucosa. Diatas m. mylohyoid, bawah
mucosa dasar mulut. 16
- Ductus = 15 biji, muara langsung ke dasar mulut
3. Pharynx
Tuba muscularris : 12-15 panjang
Pharynx bagian atas (nasopharynx)
Pharynx bagian tengah (oropharynx)
Pharynx bagian bawah (laryngopharynx)
Struktur Dinding
1) Mucosa (epith collumner bercilia)
2) Sub mucosa
3) Fascia pharyngobasillaris. Tebal dibagian atas
melekat pada basis occipitalis
4) Muscularis : circular (luar), longitudinal (dalam) yang
terdiri:
a. m. constrictor pharyngeus superior
b. m. constrictor ph. med
c. m. constrictor ph inf
5) Fascia buccopharyngea menutupi facies externa
Innervasi
Plexus pharyngeus:
1) r. pharyngeus N x (N. access cranial)
2) r. pharyngeus N.glosso pharyngeus
3) r. pharyngeus ggl. symphathis cervical superior
Fibra N x motorik, Fibra IX sensorik,
Fibra symp vaso motorik
Fibra motorik N x dan N IX m.stylopharynx. Sensoris
(GVA, general visceral afferent) N IX dan N x.
Nasopharynx oleh n. maxillaris lewat ggl.
pterygopalatinum. Tonsilla, palatum molle oleh nIX.
Pengecap sampai valecula & epiglottis oleh N.laryngeus
internus cab N x.
Secretomotor, parasymp ke pharynx dari n. petrosus major
(N VII) lewat r.palatinus minor dari ggl. pterygo palatina.
17
Deglutitio (menelan)
Phase I :
1) Atas kehendak (volunter)
2) Apex linguae diangkat dan menekan palatum durum
oleh otot instrinsic lingua m. longitudinallis superior dan
transversus. Gerakan dari depan ke belakang, bolus
didorong ke posterior cavum oris.
3) Palatum molle menutup ke bawah ke dorsum linguae,
membantu membentuk bolus.
4) Os hyoid naik kedepan oleh m. suprahyoid, bagian
posterior lingua terangkat ke atas belakang oleh
m.styloglossus. Bolus lewat isthmus faucium dan mulai phase
2.
Phase II :
1) Phase yang mulai tidak menurut kehendak (involunter).
Bolus didorong dari oropharynx kebagian bawah laryngo
pharynx
2) Isthmus nasopharynx tertutup karena elevasi palatum
molle. Proses ini berguna untuk menghindari bolus masuk
hidung.
3) Pintu masuk larynx (orificium laryngeus), tertutup oleh
pemendekan plica aryepiglottica, sehingga bolus tidak
masuk larynx.
4) Larynx dan pharynx terangkat di belakang os hyoid dan
bolus didorong ke bawah di permukaan dorsal epiglottis
dan menutup pintu masuk larynx. Oleh gravitasi, kontraksi
m. constrictor superior & medius dan m. palato pharyngeus
bolus didorong ke bawah.
Phase III :
1) Involunter, bolus lewat bagian bawah pharynx ke
oesophagus 18
2) Kontraksi m. constrictor pharyngeus inferior.
4. Oesophagus
Tuba muscularis untuk lewatnya makanan dari pharynx ke
gaster. Panjang: 25 cm, lumen collaps, dilatasi bila ada makanan
lewat. Taut pharyngo oesophageal (pharyngo oesophageal
junction) dibelakang cartilago cricoidea merupakan bagian yang
tersempit dari tractus intestinalis.
Ada 3 bagian oeshophagus:
a) Pars cervicalis
b) Pars thoracalis
c) Pars abdominalis
a) Pars cervicalis
Dileher mulai ditepi bawah cartilago cricoidea sebagai
lanjutan ke caudal dari pharynx. Berjalan di depan
collumna vertebalis di belakang trachea.
b) Pars Thoracalis
Turun dari pars cervicalis lewat mediastinum superior dan
post dan menembus diaphragma di T10 pada hiatus
oesophagei.
Syntopi:
- Anterior : trachea, a pulmonalis dext, bronchus sin,
atrium sin dan pericardium diaphragmatis.
- Posterior : coll vertebralis, a intercostalis post dext,
dct. thoracicus, v. azygos, aorta thoracalis,
recessus pleura dext, diaphragma.
- Lateral dext : pulmo dext, v.azygos, N x.
- Lat sinister : arcus aorta, a. subclavia sin, dct.
thoracicus, pulmo, n.laryngeus recurrent
sin (semua di mediastinum superior).
Dengan mediastinum posterior berkaitan aorta 19
thoracica, pulmo sin dan pleura.
Sit visc abd. Blok IV 2014
Innervasi
a. N. parasymp = ½ bagian atas oleh n. laryngeus
recurrens, ½ bagian bawah oleh plexus oesophagei di
bentuk oleh kedua N x. Bersifat sensoris, motorik &
secretomotorik.
b. N. Sympaticus = ½ bagian atas dari ggl. cerivicalis
medius, ½ bagian bawah dari ggl. thoracalis yang
diatas dan membentuk plexus oesophagei bersama N x.
Bersifat vasomotor.
Vascularisasi
1/3 bagian atas oleh a. thyroidea inferior, 1/3 bagian
tengah r. oesophagei a. thoracalis, 1/3 bagian bawah
oleh r.gastricus sin a. coeliaca.
Drainage vena
- 1/3 bagian atas = v. thyroida inferior
- 1/3 bagian tengah = sistem azygos
- 1/3 bagian bawah = sist azygos (sist sistemik)
v. gartrica sin (sist porta)
Adanya sistem ganda maka terjadi anastomosis porto
sistemik.
Anatomi terapan
Adanya cirrhosis hepatis → kenaikan tekanan portal
menyebabkan naiknya tekanan v. gastric sinistra. Vena ini
menjadi regang dan rapuh (varices oesophagei) →
mudah ruptura → hematemesis.
20
Traktus gastrointestinalis atas
Usus embrionik : foregut, midgut, dan hindgut masing – masing
mendapat darah dari a. seliaka, a. mensenterika superior dan
a.mesenterika inferior. Foregut, esofagus sampai tempat
masuknya duktus biliaris komunis dibagian kedua duodenum.
Midgut terbentang ke bawah sampai dua pertiga bagian kolon
transversum. Hindgut terbentang ke bawah sampai ke setengah
bagian atas kanalis analis.
Esofagus abdominal
• Esofagus abdominal panjangnya 1 cm
• Disertai trunkus vagal anterior dan posterior dari nn.vagus
dekstra dan sinistra serta cabang – cabang esofageal dari a.gastrika
sinistra.
• Sepertiga bawah esofagus merupakan tempat anastomosis vena
porto – sistemik. Dibentuk oleh cabang – cabang v. gastrika sinistra
dan v. azigos.
Adanya drainase ganda pada sepertiga bagian bawah membentuk
anastomosis porto sistemik. Pada sirosis hepatis yang berat,
kenaikan tekanan portal menyebabkan menurunnya tekanan pada
cabang v. gastrika sinistra di esofagus bagian bawah. Vena ini
menjadi regang dan rapuh (varises esofagus), sehingga mudah
ruptur, menyebabkan pasokan darah kurang yang membahayakan
jiwa.
• Esofagus abdominal
Mulai dari hiatus oesophagei diaphragma sampai pintu masuk
cardia ventriculus. Pada kejadian inkoordinasi neuromuskuler
bagian bawah oesophagus tidak dapat dilatasi sehingga bolus
akumulasi di tempat itu. Ini dikenal sebagai “Achalasia cardia”.
21
5. Gaster (ventriculus)
Lumen = 30 cc pada neonatus 1Liter pada remaja, 1 ½ - 2 Liter
pada dewasa, 20 cm panjang.
Ada 2 Orificium = - Orificium cardiacum
- Orificium pilorikum
Ada 2 Curvatura = - Curvatura minor
- Curvatura major
Ada 2 facies = - facies ant (antero superior)
- facies post (postero
inferior)
Terdiri atas 2 bagian yang masing-masing terbagi jadi 2 :
1) Cardia = - fundus
- corpus
2) Pylorus = - antrum pylory
- canalis pyloricus
Letak : intraperitoneal, obliq di epigastrium dan hypochondrium
sin, umbilical.
Lambung (Gaster)
• Insisura, pada kurvatura minor, antara korpus dan antrum pilori,
disebut insisura angularis.
• Sfingter pilori, mengendalikan pengosongan isi lambung ke
duodenum. Sfingter otot polos sirkular bekerja sebagai sfingter
anatomis sekaligus fisiologis. Sambungan pilorus dan duodenum
terlihat dari luar sebagai konstriksi dengan vena di atasnya v.
prepilorika (Mayo).
22
Pembagian lambung
• Orifisium kardia, merupakan tempat masuknya isi esofagus
ke lambung. Sfingter kardia mencegah refluks isi lambung ke
esofagus. Tidak ada sfingter anatomis, pengaturanya serabut
otot orifisium kardia bekerja sebagai sfingter fisiologis ;
angulus tempat masuknya esofagus ke lambung memiliki efek
katup ; kruris dekstra diafragma dan kompresi segmen pendek
esofagus meningkatkan tekanan intra – abdomen membantu
mencegah refluks.
• Omentum minus, melekat kurvatura minor dan omentum
majus kurvatura mayor. Kedua omentum membawa darah dan
limfe ke lambung.
• Mukosa lambung berlipat – lipat rugae.
23
• Pasokan darah, lambung secara efektif dari cabang-cabang arteri
seliaka, vena lambung mengalir ke sistem portal.
• Persarafan : trunkus vagal anterior dan posterior dari pleksus
esofagus memasuki abdomen melalui hiatus esofagus. Cabang
hepatika dari n. vagus anterior ke hepar. Cabang seliaka dari n.vagus
posterior ke ganglion seliaka kemudian mempersarafi usus bagian
bawah sampai kolon transversum distal. Trunkus vagal anterior dan
posterior berjalan ke bawah sepanjang kurvatura minor sebagai
saraf Latarjet anterior dan posterior terjadi percabangan terminal
mempersarafi lambung. N. vagus membawa saraf motoris dan
sekretoris ke lambung. Saraf sekretoris mempersarafi bagian
yang mensekresi asam lambung – korpus.
Innervasi
a) Sympatis : T6 - T10 chorda spinalis : vasomotor, motorik
ke m. Sphincter pylori, sensasi sakit ke gaster.
b) Parasympatis :
- n X lewat plexus oesophagei dan n.gastricus.
- n. gastricus ant menjadi r. gastricus ke fundus, corpus.
- n. pylorieus ke antrum dan bagian yang lain.
- n. gastricus post untuk facies post fundus.
Vascularisasi
1) A.gastrica sin – cab truncus coeliacus
2) A.gastrica dext – cab a. hepatika communis
3) A. gastro epiploica dext – cab a. gastroduodenalis
4) A. gastro epiploica sin – cab a. lienalis
5) A. gastrica – cab a. lienalis
24
Aliran Lymfa
1) Area gastrica superior nodus coeliacus
2) Area gastrica inferior nod. gastricus – nodulus
sub piloricus – nod coeliacus
3) Area pancreaticolienalis nodulus coeliacus
Dari pylorus masuk nod subpyloricum ke nod hepaticus nod.
coeliacus
26
Vascularisasi
A.pancreatico duodenalis sup & inf berjalan antara duodenum dan
caput pancreatis.
A.pancreatica sup berawal dari a. coeliaca dan a.pancreatica inf dari
a.mesenterica sup.
Ulkus Pepticum
Terjadi di gaster dan duodenum proximal. Akibat adanya imbalance
sekresi asam dan pertahanan mucosa.
Pancreas
Terdiri atas kaput, korpus, kauda. Letak retro peritoneal, terletak
sepanjang bidang transpilorik. Kaput terikat pada lekuk
duodenum dan kauda memanjang ke hilus lienalis pada
ligamentum lienorenalis. A.mesenterica sup melewati belakang
pancreas terus ke anterior diatas processus uncinatus dan
bagian ketiga duodenum, selanjutnya menuju pangkal mesenterium
intestinum tenue.
Struktur
Ductus pankreaticus Wirsungi berjalan sepanjang kelenjar,
mengalirkan sekresi pancreas ke ampula Vateri bersama dct
biliaris komunis menuju bagian ke-3 duodenum.
27
Vascularisasi
Caput pancreas mendapat aliran dari a.pancreaticum duodeni sup &
inferior. Corpus menerima dari a.lienalis yang berasal dari
a.pancreatica magna.
Aliran Lympha
Mengikuti jalan arteri dan masuk ke nodus lymphaticus pancreatico
lienalis, coeliacus, dan kelompok lymphonodi mesenterica superior.
Innervasi
N.X (parasymp) dan n.splanchnicus (sympatis) mensarafi pancreas
lewat plexus keliling arteri. Saraf sympatis adalah vasomotor,
parasympatis mengontrol phase nervosa sekresi pancreas, cairan vagal
ini kaya enzyme. Phase chemis sekresi pancreas distimulasi oleh CCK-
PZ (cholocystokinin pancreozymin).
Struktur Kelenjar
Terdiri atas :
- Pars exocrin : gld. serosa menghasilkan secreet cairan
pancreatic (digestif).
- Pars endocrin : pulau Langerhans terdapat banyak di
caudal ada 200.000 – 1.700.000 pulau
- Terdiri atas : a) Alpha cell, b) Beta cell, c) CFX cell
- Alfa sel subtipe A1 (D Sel) dan A2
A1 = scereet gastrin & serotonin
A2 = scereet glucagon
- Beta sel mengisi 80% pancreas memproduksi insulin
- C,F,X sel pada lain spesies
28
Fungsi
1) Digestif
cairan pancreas mengandung enzyme digestif yaitu:
trypsin memecah protein (polypeptid) kedalam pepoid yang
rendah (diamino acid), amylase menghidrolise tepung dan
glycogen menjadi disacharid, lipase memecah lemak ke asam
lemak dan glycerol.
2) Endrocrine
Karbohidrat adalah sumber energy ; insulin membantu
penggunaan gula dalam sel. Deficiensi insulin menyebabkan
terjadinya hyperglycaemi pada penyakit diabetes mellitus.
Glucagon bekerja sebaliknya insulin
3) Cairan pancreatic memberikan alkalin yang cukup (ph8) untuk
aktivitas enzyme pancreas.
29
Sit visc abd. Blok IV 2014
30
Stimulasi N.x pada vesica fellea
Gambar : 13 a
Penyakit ulkus peptikum
Sebagian besar usus peptikum terjadi di lambung dan duodenum
proksimal. Ulkus terjadi akibat ketidakseimbangan antara sekresi asam
dan pertahanan mukosa. Infeksi Helicobacter pylori merupakan faktor
etiologi yang signifikan sehingga dasar pengobatan medis untuk penyakit
ini adalah pembasmian organisme ini serta pengurangan sekresi asam.
Pada sebagian kecil kasus gejala tidak bisa dikendalikan oleh obat –
obatan saja sehingga diperlukan pembedahan. “Vagotomi yang amat
sangat selektif”, merupakan teknik di mana hanya dilakukan denervasi
pada serabut vagal aferan yang menuju korpus tempat sekresi asam
sehingga tidak mempengaruhi persarafan motoris ke lambung dan oleh
karenanya tidak memerlukan prosedur drainase (misalnya
gastrojejunostomi).
Usus halus
Usus halus panjangnya 6 m terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum.
Area permukaan dalam luas membantu absorpsi produk – produk
pencernaan. Usus halus menggantung dari dinding posterior abdomen
ditahan oleh mesenterium yang mengandung pembuluh darah
mesenterika superior, pembuluh limfe, dan saraf otonom. Mesenterium
panjang sekitar 15 cm berjalan dari fleksura duodenojejunalis sampai
sendi sakro iliaka dekstra.
• Selain duodenum, dua perlima proksimal usus halus merupakan
jejunum, tiga perlima distal sisanya merupakan ileum. Lingkaran- lingkaran
jejunum mengisi regio umbilikalis ileum mengisi bagian bawah
abdomen dan pelvis.
• Mukosa usus halus memiliki lipatan sirkular “valvula
koniventes”.Lipatan lebih jelas pada jejunum dibandingkan pada
ileum.
• Diameter jejunum cenderung lebih besar daripada ileum.
• Mesenterium jejunum cenderung lebih tebal daripada ileum.
31
• Pembuluh darah mesenterika superior berjalan sepanjang
bagian ketiga duodenum dan memasuki pangkal mesenterium ke
arah regio iliaka dekstra. Cabang jejunal dan ileal terpisah
beranastomosis kembali dalam mesenterium membentuk gang
beratap (arcade). Arteri keluar dari gang beratap memasok darah ke
dinding usus.
35
36
37
38
39
Sit visc abd. Blok IV 2014
b) Jejenum
Diameter lebar kira-kira 4cm dan tebal serta vascular warna lebih
gelap daripada ileum, sehingga beratnya juga lebih. Valvula
circular mucosa tebal, villi lebih basar dari ileum. Nodus
lymphaticus agregate tidak ada.
c) Ileum
Diameter lebih kecil 3,75 cm, dinding lebih tipis, kurang
vascularisasi dibanding jejunum. Nodus lympha aggregat banyak
(bercak Peyer) dan besar.
Bagian terminal terletak di pelvis dan pada fossa iliaea dext
bermuara pada coecum.
Jejenum dan ileum terikat pada dinding abdomen post oleh
mesenterium. Jejenum ileum terletak intra peritoneal.
Dinding terdiri atas :
a) pars serosa, b) pars muscularis
c) pars mucosa
Pars mucosa mengandung :
1) plica circularis, 2)villi, 3)gl. duodenalis, 4)
gl.intestinalis, 5) nodulus lymphaticus solitaries, 6)
nodulus lympha agregat.
Vascularisasi
A.mesenterica sup. Banyak cabang menembus tunica
muscularis. Vena berjalan mengikuti arteri.
Innervasi
Plexus n.sympaticus disekitar a.mesenterica sup, bersama
fibra post ganglioner sympatis dari plexus coeliacus. Dari sini
melanjutkan plexus myentericus Auerbach yang
terletak antara otot circular dan longitudinal tunica muscularis.
Selanjutnya adalah plexus sub mucosa (Meisner) yang
lebih halus dari plexus Auerbach
40
Sympatis = (T9 - T11)
Parasymp = (N x)
Keduanya membentuk plexus coeliacus dan plexus
mesentericus sup. Saraf dari plexus myentericus Auerbach
(ggl. parasymp) terdapat antara dua lapisan m.
longitudinalis. Fibra ini juga membentuk plexus submocosus
Meisner.
N.sympaticus adalah motorik untuk m.sphincter mucosae
dan melakukan inhibisi untuk gerak paristaltik, n.
parasympaticus : menstimulasi peristaltik, tetapi
menginhibisi m.sphincter.
42
Fungsi sebagai gudang bahan faecal dan absorpsi cairan yang
berasal dari bahan tersebut.
1) Coecum
Bagian intestinum crassum yang buntu. Terletak pada
fossa iliaca dextra diatas lig. Inguinale. Keatas berlanjut
ke colon ascendens.
Anatomi terapan :
Ditempat ini dapat adanya amoebiasis ;
tuberculosis ; carcinoma
Bagian bawah ileum bermuara pada coecum didapati
“taut coecoiliacal” yang terletak postero medial
dengan valvula ileocoecalis.
2) Appendix Vermiformis
Suatu diverticulum coecum pada dinding
posteromedial, dibawah orificium ileocoecalis, difossa
iliaca dextra.
Posisi : jam 11,12, 2, 3, 4, 6.
Aliran Lymph
Lewat 4 nodus : a) nodus lymph epicolica, b) nodus
paracolica, c) nodus intermediale, d) nodus terminalis.
Innervasi
Sympatis dan parasimpatis
Simpatis dari ggl. mesentericum sup dan plexus coeliacus
(T11- L1). Parasymp dari N x. Kedua saraf ini bersama lewat
plexus mesentericus superior. Innervasi tersebut diatas
untuk usus yang berasal dari midgut.
Usus dari midgut menerima seraf sympatis dari (L1,2) dan
parasymp dari n.splanchnicus pelvicus (nervi erigentes).
N.parasymp adalah motorik ke intestinum crassum dan
inhibisi untuk sphincter ani internum.
Impuls sakit dari usus sampai colon descendens lewat
n.sympatis dan dari colon sigmoideum dan rectum lewat
n. splanchnicus pelvicus.
3) Colon Ascendens
Panjang 13 cm dari coecum ke facies inferior lobus dext
hepatis, membelok ke kiri sebagai flexura coli dext. letak retro
peritoneal.
4) Colon Transversum
Panjang 50 cm, menyilang abdomen dari flexura dext ke
flexura sin. letak intraperitoneal. 44
5) Colon Descendens
Panjang 25 cm dari flexura coli sin sampai colon
sigmoideum. Berjalan vertical dan kemudian belok melintas
ke medial diatas m.psoas major pada pintu masuk pelvis.
Meneruskan sebagai colon sigmoid. Colon
descendens lebih sempit di banding colon ascendens.
Letak retroperitoneal. Sebelumnya colon
descendens waktu berjalan dari crista iliaca ke pintu
masuk panggul disebut colon iliacum.
7) Rectum
Panjang (10 – 15 cm). Sebagai lanjutan colon sigmoideum
mengikuti lengkung sacrum berakhir pada canalis
analis. Didepan os.coccygis tiba-tiba berbelok
kebelakang menjadi canalis analis. Bagian ujung bawah
mengalami dilatasi disebut ampula recti yang disebelah
lateralnya didukung oleh m.levator ani.
Distensi pada rectum menyebabkan adanya kebutuhan
defecasi. Peritoneum menutup 2/3 bagian atas rectum.
Pada perempuan peritoneum membentuk cavum rectouterina
(Douglasi).
Rectum dipisah dari struktur didepannya oleh fascia yang
kuat “fascia rectovesicalis (Denonvillier)” 45
Bagian fungsional Rectum
Ada 2 bagian fungsional:
1) Bagian atas rectum (terkait pada peritoneum) yang
berasal dari usus (hindgut) dan terletak di bagian atas plica
rectum berlaku sebagai reservoir faeces.
2) Bagian bawah (tanpa peritoneum) berasal dari cloaca
terletak dibawah plica medialis rectum. Bagian ini
kosong pada keadaan normal, pada konstipasi berisi faeces
atau setelah mati. Colon sigmoideum adalah reservoir faeces
sedang rectum kosong pada individu normal dan sensitive
terhadap distensi.
Vascularisasi
1) A. rectalis sup, sebagai lanjutan a.mesenterica inf
2) A.rectalis medialis, kurang penting karena hanya
mendarahi tunica superficialis dari bagian bawah rectum.
3) A. sacralis media cabang kecil dari bagian belakang
aorta abdominalis mensuplai dinding posterior taut
anorectal.
Venae
1) V.rectalis superior mulai dari plexus venosus rectalis
dalam canalis analis. Ada 6 buah biji jalan ke caranial dalam
submucosa dan bersatu menjadi v.meseanterica inf
2) V. rectalis medialis bermuara ke v. iliaca interna.
Lympha
1) Lebih dari separo bagian atas lewat pembuluh rectalis
superior ke nodus mesentericus inferior lewat nodus
pararectalis dan nodus sigmoideus.
2) Bagian separo bawah lewat sepanjang vasa rectalis
medialis ke nodus iliacus internus. 46
Innervasi
Sympatis (L1,2) dan parasymp (S2,3,4) lewat plexus
hypogastricus inf dan plexus mesentericus inf (rectalis
sup).
1) Sympatis adalah vasoconstrictor, inhibisi pada otot-
otot rectal dan motorik untuk m. sphincter internus.
2) Parasympatis adalah motorik untuk otot-otot rectum
dan inhibisi untuk m.sphincter internus.
3) Sensasi distensi lewat n. parasympatis sedang
sensasi sakit dibawa (dikonduksi) baik oleh sympatis
maupun para sympatis.
Kanalis Analis
Bagian terakhir dari intestinum crassum. Terletak sebelah
bawah diaphragma pelvis. Mempunyai m.sphincter
externus dan internus pada pintu keluar rectum. Panjang 3
cm. Sama dengan rectum ketiga karakteristik intestinum
crassum (haustra, appendix epiploicae dan taenia) tidak
ada.
Tempat kedudukan canalis analis di perineum (trigonum
analis) diantara kedua fossa ischiorectalis yang
memungkinkan expansi pada waktu jalannya faeces.
Anorectal junction ditandai convexitas flexura rectum
didepan os coccygis. Di tempat ini ampula recti langsung 47
menyempit dan menembus diaphragma pelvis. Pada
orang laki-laki letaknya sesuai dengan puncaknya prostat.
Bagian bagian canalis analis ada 3 :
1) Pars superior – mucosa
2) Pars media – zona transisi
3) Pars cutanea
48
Musculatur canalis analis
1) M. sphincter ani
a. M. sphincter ani externus – menurut kehendak.
Terbentuk dari otot seran lintang dan di
innervasi oleh n.rectalis inf dan r. perineus n.
sacrales 4 (S4).
b. M. sphincter ani internus – involunter tidak
menurut kehendak. Dibentuk oleh penebalan
otot circular. Meliputi ¾ bagian atas canalis
analis.
2) Anulus Anorectalis
Cincin muscularis pada anorectal junction dibentuk
oleh fusi m. puborectalis, m. sphincter externus bagian
dalam dan m. sphincter internus.
3) Spatium chirurgicum
a. Spatium ishiorectalis
b. Spatium perianalis
c. Spatium submucosa
Vascularisasi
1) Diatas linea pectinea (valvula analis) dialiri
a.rectalis superior.
Aliran Vena
2) Dibawah linea pectinea dialiri a.rectalis inferior.
1) Plexus venosus rectalis internus (plexus
haemorrhoidales). Vena ini penting untuk komunikasi
porto sistemik.
2) Plexus venosus rectalis externa diluar tunica
muscularis rectum dan canalis analis. Secara
bebas berkomunikasi dengan v.rectalis inferior dan
masuk ke v. pudenda interna. Bagian medial lewat
v.rectalis media ke v.iliaca interna.
49
Sit visc abd. Blok IV 2014
Bagian yang penting dari komunikasi porto sistemic ; 1) pada akhiran oesophagus bagian
bawah, 2) disekitar umbilicus, 3) canalis analis
A. Gerakan gastrointestinal
Fungsi sistem gastro intestinal (dari cavum oris sampai anus) adalah
menyediakan nutrient untuk tubuh.
Makanan setelah masuk mulut didorong ke gaster lewat oesophagus
selanjutnya lewat intestinum tenuae dan intestinum crassum dan
dikosongkan lewat anus.
Selama perjalanan enzyme digestive yang disekresi gld. gastrointestinalis
mengadakan reaksi dengan makanan, memecahkannya dalam bentuk
substansi kimia yang sederhana supaya dapat di absorpsi lewat dinding
intestinum masuk ke circulasi cairan tubuh.
Fungsi secara umum dapat dirinci :
1) Ingesti dalam cavum oris
2) Propulsi dan pencampuran isi makanan
3) Sekresi cairan digestive
4) Digesti makanan
5) Absorpsi makanan
Gerakan tractus gastro intestinal ada 2 macam:
1) propulsi dan gerakan
2) gerakan mencampur
Ini di mungkinkan karena otot-otot gastro intestinal disusun circular
(memungkinkan konstriksi) dan longitudinal yang memungkinkan
memendek.
a) Propulsi
Makanan bergerak sepanjang saluran gastrointestinal karena
gerak peristaltic.
52
b) Mixing (mencampur)
Bagian yang berbeda dari tract gastrointestinal berbeda pula
cara mixing. Pada gaster mixing sebagian besar karena gerak
peristaltic yang kuat. Dimulai dari pylorus yang mempunyai otot
circular yang kuat pada pintu keluar.
Bila makanan belum sempurna mixingnya anulus circularis
tetap kontraksi dan menutup pintu sehingga gelombang
peristaltic berulang kembali sehingga mixing lagi sehingga
makanan tercampur dengan cairan gastric.
Mixing pada intestinum tenue. Umumnya sekresi tract gastro
intestinalis di intestinum tenue, dan disini pula hasil akhir
digesti di absorpsi. Gerakan modifikasi peristaltic .
Bila ada makanan lebih menjadikan distensi menyebabkan
peristaltic yang berjalan keatas maupun kebawah (jarak kira-
kira 10-20 cm) kecuali peristaltic diatas ada type “segmental” dan
gerak “pendular”.
Mixing pada intestinum crassum
Dilakukan dengan kontraksi segmental. Gerakan ini
menjadikan haustra dan bahan faecal terpotong kecil-
kecil mudah diabsorpsi airnya.
B. Physiologi
Kegiatan digesti mulai dari oris sampai anus :
a) Oris
1) Ingesti – volunter – cavum oris
2) Digesti mekanis : mastikasi, gigi dan lingua
3) Digesti khemis : pemecahan tepung oleh amylase saliva.
4) Propulsi – volunter – phase buccal
Deglutitio : dimulai pangangkatan linguae mendorong
makanan ke pharynx
b) Pharynx dan oesophagus
Propulsi : gerak peristaltic, bolus didorong masuk gaster.
Deglutitio : phase pharyngo oesophageal.
Inn : involunter. 53
c) Gaster
1) Digesti mekanik : propulsi dan peristaltic,
mencampur / mixing dengan cairan lambung dan
mendorong ke duodenum.
2) Digesti chemis : digesti protein dimulai dengan
adanya pepsin.
3) Absorpsi : substansi yang larut dalam lemak (aspirin,
alcohol, beberapa obat).
d) Intestinum tenuae serta gld accessoris
(hepar, pancreas,vesica fellea).
1) Digesti mekanis : propulsi gerak segmentasi, gerak
mixing menggerakkan makanan sepanjang
tractus, mencampur makanan dengan cairan
digesti, dan mendorong makanan untuk melewati
valvula ileocoecalis dengan cukup untuk digesti
dan absorpsi.
2) Digesti chemis = enzyme digesti berasal dari
pancreas dan enzyme lain (brush border enzyme yang
terikat membran villi) menyelesaikan digesti
dari semua bentuk makanan.
3) Absorpsi : produk pemecahan karbohidrat, protein,
lemak asam nuvkleat hasil digesti, vitamin, electrolyt,
air diabsorpsi dengan cara aktif dan pasif.
e) Intestinum Crassum
1) Digesti chemis : beberapa makanan yang tersisa
(residue) digesti oleh bacteri enteron yang juga
menghasilkan vitamin K dan vitamin B.
2) Absorpsi : absorpsi air, electrolyt (NaCl besar) dan
vitamin yang dihasilkan bakteri.
3) Propulsi : mendorong faeces ke rectum dengan
peristaltic, pelumatan oleh haustrum dengan kontraksi
54
segmental.
4) Defekasi : reflek yang ditrigger oleh distensi rectum
C. Peritoneum
Embriologi
Setelah terbentuknya rongga badan. (cavitas trunci) yang berasal dari
coelom intra embryonalis dan terjadinya septum transversum yang
tumbuh pada dinding depan badan maka cavitas trunci akan terbagi
menjadi dua bagian atas yang akan menjadi cavitas thoracis dan
bagian bawah menjadi cavitas abdominis. Sedang septum tranversum
menjadi diaphragma yang memisahkan cavitas abdominis dari cavitas
thoracis.
Pada waktu itu usus purba (canalis alimentaris) yang berasal dari
entoderm berkembang dan diliputi membrana serosa
menggantungkan usus purba ke dinding depan dan belakang
abdomen serta meliputi bagian dalam dinding cavitas abdominalis.
Membrana serosa ini disebut peritoneum atau membrana
peritoneum atau membrana peritonei. Peritoneum yang meliputi
canalis alimentaris (enteron) disebut peritoneum viscerale sedang
yang meliputi dinding abdomen disebut peritoneum parietale.
Peritoneum yang menggantungkan enteron ke dinding ventral
abdomen dikenal sebagai mesenterium ventrale dan yang ke dinding
dorsal mesenterium dorsale.
g
t
56
Pada dinding depan enteron purba bagian tengah (midgut) yang akan
menjadi gaster mengadakan tonjolan kedepan dan kranial kanan (yang
nantinya menjadi hepar) sehingga gaster terdorong ke kiri dan ventral,
demikian juga calon lien yang tumbuh di mesogastrium dorsale
menyebabkan gaster terdesak ke kiri.
57
Pada waktu ini gaster berputar pada axis longitudinal sesuai arah
jarum jam dan pada axis sagital. Masing – masing kurang lebih 90,
sehingga cavitas peritonei terbagi menjadi dua saccus (kantung), yaitu
saccus peritonei major yang sehari – hari disebut “cavum peritonei”
saja, dan saccus peritonei minor yang disebut bursa omentalis.
Hubungan kedua saccus tersebut disebut foramen epiploicum
(Winslow).
Pada dewasa saccus peritonei major mengisi seluruh cavitas
abdominis mulai dari diaphragma sampai dasar pelvis, sedang bursa
omentalis bersembumnyi dibelakang gaster.
58
Lipatan peritoneum visceral yang memanjang disebut sebagai
omentum, mesenterium dan ligamentum, sedang peritoneum
parietale hanya menjadi plica dan ligamenta.
Omentum, lipatan peritoneum viscerale yang melekat pada curvatura
major dan minor.
Mesenterium, lipatan peritoneum viscerale yang menggantungkan
sebagian intestinum tenue dan sebagian intestinum crassum kedinding
dorsal abdomen.
Umumnya mesenterium istilah dipakai untuk intestinum tenue, sedang
untuk intestinum crassum dipakai mesocolon.
Ligamentum, lipatan peritoneum viscerale yang terletak pada tepi
bebas lipatan.
Setelah terbentuknya hepar mesogastrium ventrale terbagi menjadi
bagian :
1) Yang terletak antara hepar dan gaster sebagai omentum minus.
2) Yang terletak antara hepar dan diaphragma sebagai ligamentum
coronarium dan ligamentum triangulare.
3) Yang terletak antara hepar dan diaphragma dibagian cranial
menjadi ligamentum falciforme hepatis, sedang yang caudal tetap
sebagai lipatan pada dinding ventral abdomen yang didalamnya
terisi ligamentum teres hepatis sebagai sisa dari v.umbilicalis yang
mengalami obliterasi.
Bursa omentalis dan omentum majus terlihat dari sebelah kiri pada
potongan sagital cavum abdominis.
Gambar : 20
61
Bursa omentalis
Berfungsi membantu memberi keleluasaan pada gerakan gaster.
Bursa terletak dibelakang omentum minus, lobus caudatus
hepatis dengan gaster, dan diantara kedua lembar depan dan
dua embar belakang omentum majus.
Bursa terdiri atas dua bagian yaitu recessus inferior dan
recessus superior yang dipisah oleh vestibulum yang sempit.
Lipatan peritoneum dalam pelvis : pada perempuan terdapat pada
sisi lateral uterus disebut ligamentum latum yang meluas ke
dinding lateral pelvis. Didalamnya di jumpai tuba uterina, ovarium,
pembuluh darah, saraf, vasa limfatik dan sisa tubuli
mesonephridici, dan ductus Wolfi.
Folliculi lymphatici aggregasi, recessus ileocecalis sup, plica cecalis vascularis, valva
ileocecalis,recessus intersigmoideus dll. 64
Lengkungan usus dapat juga memasuki bursa omentalis lewat
foramen epiploicum. Usus ini akan mendesak pembuluh-pembuluh
darah pada foramen epiploicum sehingga terjadi penyempitan.
Mengatasi masalah ini dengan melakukan penekanan dinding depan
abdomen, jarum ditusukkan ke bagian usus yang masuk tadi dan
dihisap keluar isinya.
Cairan serosa dalam cavitas peritonei diresorpsi cepat oleh vasa
limfatikum yang ada disekitar diaphragma.
Bila terjadi infeksi pada peritoneum tempat tidur penderita di
daerah kepala harus ditinggikan untuk mencegah material
peradangan naik ke kepala, dengan demikian toxin tidak terabsorpsi
oleh sistem limfatica yang terdapat banyak diaphragma.
Cairan yang berlebihan dalam cavitas peritonei disebut ascites,
umumnya terjadi karena obstruksi portal atau kegagalan jantung.
Pensarafan peritoneum parietale sama seperti pensarafan segmental
dinding abdomen. Bila ada radang dan dilakukan penekanan dinding
perut timbul rasa sakit. Juga bila peritoneum parietale meradang, maka
otot dinding abdomen meregang dan keadaan tersebut dinamakan
“defance muscular”. Hal ini sebenarnya adalah usaha badan untuk
membatasi penyebaran radang.
Rasa sakit yang berasal dari organ viscera, dirasa diffus dan sukar
ditentukan lokasinya oleh orang yang mengalaminya. Rasa sakit itu
dialihkan kedinding abdomen sesuai segmen medulla, medulla
spinalis yang mensarafi organ viscera. Fenomena ini disebut “sakit
alih”.
Contoh : fibra afferen dari appendix vermiformis mencapai radix
posterior medulla spinalis segmental T.10. Dengan demikian di regio
umbilicalis yang juga mendapat pensarafan dari medulla spinalis
segmental T.10 akan merasa sakit. Tetapi bila peritoneum parietale di
daerah appendix meradang maka rasa sakit terlo kalisir pada fossa
iliaca dextra tempat peritoneum disarafi oleh n.iliohypogastricus dan
n. ilioinguinalis. 65
D. Vasa sanguinea
Aorta descendens melalui hiatus aorticus datang di dalam cavitas
abdominale. Ia disebut sekarang aorta abdominalis dan berjalan ke
caudal, ventral corpora vertebralia lumbalia. Setinggi vertebra lumbalis
ke – 4, ia bercabang menjadi a. iliaca communis dextra et sinistra.
A. iliaca communis pergi ke caudal lateral dan datang di ventral
articulatio sacroiliaca setinggi linea arcuata. Di sini ia bercabang
menjadi a. iliaca externa dan a. iliaca interna.
A.iliaca externa mengikuti linea arcuata ke lateral, caudal untuk
kemudian keluar dari cavitas abdominale melalui lacuna vasorum
bagian lateral dan disebut a. femoralis.
68
E.Vacularisasi viscera abdominis
70
V. gastrica dextra yang mengikuti kembali a. gastrica dextra
bermuara ke dalam v. portae, begitu pula v. gastrica sinistra yang
mengikuti kembali a. gastrica sinistra.
Ke dalam v. portae bermuara juga v. cystica, yang datang dari vesica
fellea. Vv. parumbilicales, yang datang dari daerah umbilicus dan
mengikuti ligamentum teres hepatis, bermuara ke dalam r. sinister v.
portae.
V. gastrica sinistra beranastomosis dengan vv. esophagei yang
bermuara ke dalam v. azygos. Vv. parumbilicales beranastomosis
dengan v. epigastrica superior, thoracoepigastrica, v. epigastrica
inferior dan v. epigastrica superficialis.
G. Innervasi
Peritoneum parietale mendapat cabang- cabang sensibel dari n.
intercostalis ke-7 s/d 11, n. iliohypogastricus dan n. ilioinguinalis.
Serabut – serabut saraf yang pergi ke alat – alat dalam abdomen
bersifat parasympathis dan sympathis. Dari alat-alat dalam itu juga
pergi serabut – serabut saraf afferen. 73
Neuron – neuron parasympathis berasal dari nucleus dorsalis
n.vagi. Mereka berjalan di n.vagus sampai esophagus. Di dinding
esophagus, n. vagus dexter et siniter membentuk plexus esophagus.
Dari plexus ini berjalan truncus vagalis anterior dan truncus vagalis
posterior ke caudal berturut – turut di sebelah ventral dan disebelah
dorsal esophagus. Mereka ikut dengan esophagus melalui hiatus
esophagus dan berjalan berturut – turut pada dinding ventral dan
dinding dorsal ventriculus.
Truncus vagalis anterior memberi rr. gastrici anteriores ke dinding
ventral ventriculus dan rr. hepatici ke hepar. Rr. hepatici berjalan di
dalam omentum minus. Truncus vagalis posterior memberi
rr.gastrici ke dinding dorsal ventriculus dan rr. celiaci ke ganglia
celiaca. Rr. celiaci mengikuti kembali a. gastrica sinistra.
Ganglia celiaca terdapat di keliling pangkal truncus celiacus. Neuron-
neuron tidak berhenti di dalam ganglia ini, tetapi terus berjalan di
dalam plexus yang mulai dari ganglia ini bersama dengan neuron-
neuron symphatis.
Neuron - neuron sympathis berasal dari cornu lateral medulla
spinalis segmentum thoracicum ke-6 s/d 12 dan segmentum
lumbale ke-1 dan 2. Neuron - neuron itu melewati ganglion
thoracicum ke-6 s/d 9 dan membentuk n. splanchnicus major dan
melewati ggl.thoracicum ke-10 s/d 12 dan membentuk
n.splanchnicus minor.
Nn. Splanchnici tersebut lewat celah antara crus mediale dan crus
intermedium pars lumbalis diaphragmatica dan datang di ganglia
celiaca. Ganglia celiaca dihubungkan oleh serabut – serabut saraf
dengan ganglion mesentericum superius yang terdapat pada
pangkal a. mesenterica superior dan ganglion aorticorenale, yang
terdapat pada pangkal a. renalis.
Dari ganglia celiaca pergi serabut-serabut saraf, yang membentuk
plexus yang ikut percabangan truncus celiacus, yaitu plexus
hepaticus, plexus lienalis dan plexus gastricus. 74
Dari ganglion aorticorenale pergi plexus renalis yang ikut a. renalis.
Dari ganglion mesentericum superius pergi plexus yang ikut a.
mesenterica superior, serta cabang – cabangnya, yaitu plexus
mesentericus superior. Dengan demikian pengaruh n. vagus ke anal
hanya sampai flexura coli sinistra.
Serabut-serabut afferent terutama mengikuti neuron-neuron
sympathis, sehingga mereka melewati ganglion thoracicum ke-6 s/d
12, kemudian r. communicans albus, radix posterior dan berakhir
pada cornu laterale, pangkal cornu anterius.
Serabut – serabut sympathis dapat berganti neuron di dalam ganglion
thoracicum, di dalam ganglion celiacum, di dalam gangliom
aorticorenale atau di dalam ganglion mesentericum superius.
Serabut – serabut sympathis dapat menimbulkan vasokonstriksi di
dalam dinding ventriculus, dinding intestinum tenue, dan di dalam
lien.
Mereka dapat menghambat aktivitas otot – otot ventriculus dan usus,
tetapi dapat menyebabkan kontraksi otot pada capsula fibrosa lien.
Serabut – serabut parasympathis dapat menambah aktivitas otot
ventriculus dan intestinum tenue dan menimbulkan sekresi kelenjar –
kelenjar ventriculus.
Ujung dendrit – dendrit afferent rupanya dapat distimulasi oleh
spasmus otot, penarikan dinding usus, oleh radang dan dengan
adanya kerusakan jaringan seperti pada ulcus. Oleh karena stimulasi
itu dapat timbul rasa sakit setempat, rasa sakit yang diproyeksikan
dan dapat timbul reflex viscerosomatis.
Radang appendix menimbulkan spasmus ototnya yang menimbulkan
rasa sakit setempat. Kemudian terjadi pembesaran dan dinding
appendix tertarik. Ini juga menimbulkan rasa sakit setempat. Kecuali
itu timbul rasa sakit yang diproyeksikan ke kulit yang innervasi oleh n.
intercostalis ke-6 s/d 9.
75
Bila radang menjalar ke peritoneum parietale disebelah ventralnya,
timbul juga rasa sakit di quadrant caudal kanan. Baik impuls-impuls
yang dihantarkan oleh serabut-serabut afferent dari appendix,
maupun impuls-impuls yang dihantarkan oleh serabut sensibel dari
peritoneum parietale, menimbulkan kontraksi reflektoris otot-otot
perut di quadrant tersebut, yang disebut “defence musculare.”
Lien
lien adalah organ lymphatic yang berkaitan dengan sistem
pembuluh darah. Ia berkerja sebagai filter untuk darah dan
mempunyai peranan penting untuk respon imun dari tubuh.
Terletak di hypochondrium sin (2/3 bagian bawah), bagian akhiran
posterior sampai pada epigastrium. Terletak antara diaphragma
dan gaster sepanjang dinding abdomen bagian lateral dan
posterior.
Posisi lien adalah obliq sepanjang axis costa ke-10.
Bentuk luar :
Lien adalah lunak dan sangat vascular. Mempunyai dua ujung dan
dua permukaan serta tiga tepi.
a. Dua ujung :
1) Ujung anterior merentang dan berlaku sebagai tepi
anterior menghadap ke bawah dan depan mencapai linea
axillaris medialis.
2) Ujung posterior bulat. Menuju kearah atas, belakang
dan medial dan sampai pada polus superior ren.
76
b. Tiga tepi :
1) Margo superior, karakteristiknya dibagian ujung anterior
terdapat incisura.
2) Margo inferior, bulat dan terpisah dari impresio renalis
terhadap diaphragma.
3) Margo intermediale, bulat dan memisahkan impresio
gastrica dari impresio renalis.
c. Dua permukaan :
1) Facies diaphragmatica convex dan halus
2) Facies visceralis concaf dan irregular mempunyai
beberapa impresio. i) impresio gastrica, ii) impresio renalis,
iii)impresio colica, iv) impresio pancreatica dan hilum.
d. Lien accessoris :
Nodules lienalis yang gagal melakukan konsolidasi pada waktu
perkembangan akan menjadi lien accessoris. Dapat ditemukan
pada :
a) sebagai derivat mesogastrium dorsale (lig.gastrosplenicum,
lig.lienorenale, lig.gastrophrenicum, dan omentum major).
b) didalam broad lig.dari uterus.
c) dalam funiculus spermaticus.
Keterkaitan :
A. Kaitan peritoneal, lien dikelilingi oleh peritonium dan
digantungkan oleh beberapa ligament ; i) lig. gastrolienale, ii)
lig.lienorenale, iii) lig.phrenico colica,
B. Kaitan dengan viscera ;
i) Facies diaphragmatica berkaitan dengan
diaphragmatica yang memisahkan lien dari pleura sin
(recessus costo diaphragmatica), pulmo dan costa
9,10, 11.
ii) Facies visceralis berhubungan dengan fundus ventriculi,
facies anterior ren sinister, flexura lienis colon77
dan ekor pancreas.
Facies visceral lien menunjukkan
beberapa impressio
Ligamenta peritoneal yang terikat pada lien
Pancreas
Superior
78
Vascularisasi :
Lien di pasok darah dari a.lienalis yang merupakan cabang terbesar
dari truncus coeliacus. A.lienalis berjalan berkelok-kelok mengikuti
gerakan lien. Lewat lig.lienorenale mencapai hilus lienis dan
bercabang menjadi 5 atau lebih. Di dalam lien ia bercabang-cabang
menjadi pembuluh yang lurus disebut penicili, elipsoid dan capiler.
Jalan selanjutnya kurang diketahui. Namun ada 3 teori :
i) Teori tertutup : sirkulasi lien capiler ada didalam pulpa rubra ;
sinusoid bergabung bersama membentuk vena.
ii) Terori terbuka : capiler berakhir dengan pembukaan ke pulpa
rubra sesuai dengan masuknya darah ke dalam sinusoid lewat
dinding.
iii) Teori kompromi : sirkulasi terbuka dalam lien yang meregang
dan tertutup bila lien dalam waktu contraksi.
Juga dinyatakan bahwa dinding sinusoid dapat berbeda dalam
keadaan berbeda.
Apapun sirkulasi lien diadaptasi dengan mekanisme pemisahan
dan penyimpanan sel darah merah dan erythroblas.
Cabang a. lienalis yang banyak menuju ke pankreas dan ada 5
cabang pendek ke gaster, arteria gastrica brevis dan a.gastro
epiploica sinistra.
Aliran vena :
vena lienalis dibentuk pada hilus lienis. Berjalan lurus dibelakan
pankreas, menggabung dengan v.mesenterica superior dibelakang
collum pankreas membentuk v. porta. Cabang-cabang menuju ke
v.gastrica brevis, v.gastro epiploica sinester, v.pankreatica, dan
v.mesenterica inferior.
79
Sit visc abd. Blok IV 2014
Aliran lymfa :
Pulpa rubra lien tidak mengandung lymfa. Beberapa timbul pada
capsula dan trabecula yang masuk ke dalam lymfonodi pankreatico
lienalis sepanjang a.lienalis.
Innervasi :
Fibra sympatis dari plexus coeliacus adalah vasomotorik. Sel-sel otot
polos pada capsula dan trabecula juga dipasok oleh saraf ini.
Struktur :
Histologis terdiri atas 4 komponen :
i) Jaringan pendukung : fibro elastik capsula, trabecula dan
reticulum. Bagian ini dapat melakukan distensi dan contraksi
sehingga dapat mengatur aliran darah.
ii) Pulpa alba : terdiri atas nodus lymphaticus disekitar arteriole,
merupakan selubung lymphatic.
iii) Pulpa rubra : dibentuk oleh kumpulan sel-sel reticulum
interstitial dalam sinusoid. Sel-sel ini terdiri atas : a) semua jenis
lymphosit (kecil,medium dan besar), b) tiga jenis sel darah (RBC,
WBC, dan platelet), c) histosid bebas dan terikat (macrophag).
lymphosit secara bebas ditransformasi ke sel plasma yang
menghasilkan beberapa anti bodies (imunoglobulin).
iv) Sistem vascular meliputi seluruh organ dan menembusnya.
Fungsi :
1. Phagocytosis : lien merupakan pusat organ penting untuk
sistem reticulo endothelial. Phagocyt lien terdiri atas : a) sel
reticular dan macrophag bebas dari pulpa rubra, b) sel reticular
dan elipsoid yang mengalami modifikasi , c) macrophag bebas dari
sel endothelial dari sinusoid venosa, d) sel reticular permukaan
dari folliculus lymphaticus. Phagocyt menghapus kotoran-kotran
sisa sel yang dihancurkan yang menghasilkan RBC tua, sel darah
lain dan mikro organisme. Dengan demikian terjadi filtrasi darah.
Phagocyt dari antigen yang beredar menginisiasi respons
imunitas humoral dan selular.
80
2. Haemopoisis : lien merupakan organ penting untuk haemopoisis
selama kehidupan foetal dan ini berlanjut selama hidup.
Lymphosit yang diproduksi menjadi bagian dari sistem imun tubuh.
Pada lien dewasa haemopoisis dapat mulai pada beberapa
penyakit, umpama pada myeloidleukaemia kronis dan
myelosclerosis.
3. Respons imun : dibawah stimulasi antigenic terjadi kenaikan l
ymphopoisis untuk respons selular dan kenaikan formasi sel plasma
untuk respon humoral.
4. Penyimpanan RBC pada manusia contraksi lien untuk auto
transfusi adalah sebab dilepasnya kumparan fibra elastis dari lien
yang mengalami distensi.
Organogenesis :
Lien berkembang dari bagian cephalical mesogastrium dorsale, dari
lembaran sebelah kiri pada minggu ke-6 kehidupan intra uterin
untuk menjadi nodul-nodul yang selanjutnya bersatu menjadi lobus.
Bila tidak dapat menyatu nodul ini menjadi lien accessoris.
Anatomi terapan :
1. Palpasi dari lien. Lien dapat diraba dibawah margo costalis
sinister pada waktu inspirasi. Kadang-kadang dibantu dengan
memutar tubuh ke arah kanan.
2. Splenomegali. Pembesaran lien terjadi pada tiphus, malaria,
hipertensi porta, penyakit Hodgkin, anemia haemolitica, dan
purpura. Pembesaran lien menuju kearah fossa iliaca dextra sesuai
dengan arah axis costa ke – 10.
3. Splenectomi. Indikasi melakukan splenectomi adalah robean
pada lien, spherocytosis kongenital, hipper splenisme.
81
Tidak ada bahaya kehidupan pada splenectomi tetapi akan
diikuti oleh : a) leucocytosis dari lymphocyt, neutrophil, dan
eosinophil. b) thrombocytosis dan, c) kenaikan susseptibilitas
pada infeci terutama pada permulaan kehidupan.
4. Punctura lien. Lien dapat dipunksi lewat spatium intercostal
ke-8 dan ke-9 pada linea midaxillaris.
5. Infarc lien. Cabang-cabang pendek a.lienalis merupakan end
arteri. Obstruksi cabang-cabang tadi bisa menyebabkan infarc
pada lien yang memberikan sakit alih pada pundak kiri (tanda
Kehr).
82
Persarafan dalam abdomen
83
84
85
86
87
88
89
90
processus xiphoideus
arcus costarum
Angulus
costarum
Regiones abdominis
Gambar : 1
91
92