Insisi superfisial, yang mengenai kulit dan jaringan subkutan. Infeksi ini dapat
diitandai dengan tanda-tanda local (Celsian) seperti kemerahan, nyeri, panas
diperoleh secara aseptik dari cairan luka atau jaringan. Namun, karena luka kulit
biasanya dikoloni oleh berbagai organisme, kultur luka positif dengan tidak adanya
tanda-tanda klinis jarang menunjukkan SSI. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
infeksi mengenai setiap bagian dari sayatan, sedangkan penelitian lain yang hanya
fokus pada infeksi yang mengenai jaringan profunda seperti ini dapat dianggap lebih
penting dan definisi tersebut kurang subjektif. Sejumlah variasi diperkenalkan melalui
definisi SSIs dan metode yang digunakan untuk mendeteksi harus diperhitungkan
ketika menggabungkan atau membandingkan bukti dari studi yang berbeda. Variasi ini
telah menjadi faktor penting yang membatasi dalam meninjau bukti terhadap pedoman
ini.
Surveilans untuk infeksi luka operasi
Surveilan terhadap SSI memberikan data yang dapat menginformasikan dan
mempengaruhi praktek untuk meminimalkan risiko SSI, serta dapat
mengkomunikasikan dengan lebih jelas mengenai risiko infeksi terhadap pasian.3
Surveillance pertama kali diakui sebagai alat penting dalam mengurangi tingkat infeksi
pada tahun 1980-an.4 Studi mengenai Efikasi Pengendalian Infeksi nosokomial
(SENIC) menunjukkan bahwa program pengawasan dan pengendalian infeksi yang
mencakup pengumpulan, analisis dan umpan balik data infeksi ke ahli bedah dikaitkan
dengan penurunan yang signifikan tingkat SSI.5 Sejak itu, banyak sistem surveilans
nasional telah dibentuk dan telah melaporkan penurunan tingkat SSI dalam
hubungannya dengan pengawasan, umpan balik data ke dokter dan benchmarking
tingkat SSI.6 Kebutuhan konsumen terhadap informasi tentang kinerja penyedia
layanan kesehatan juga menyebabkan pelaporan data publik wajib pada HCAIs,
termasuk SSIs. Di Inggris, pelaporan tingkat SSI setelah operasi ortopedi menjadi
wajib pada bulan April 2004 dan negara-negara lain Inggris juga memiliki program
wajib surveilans SSI setelah beberapa jenis prosedur operasi.
Sistem surveilans nasional, seperti Sistem surveilan infeksi luka operasi di
Inggris dan skema yang sama di Wales dan Irlandia Utara, memberikan metode
pengawasan standar yang memungkinkan rumah sakit untuk membuat batas tingkat
SSI. Benchmarking tersebut dapat menjadi pendorong yang kuat terhadap perubahan
tetapi membutuhkan partisipasi rumah sakit untuk menggunakan metode yang sama
dalam menemukan dan menentukan kasus SSI yang dapat dipercaya mengidentifikasi
sebagian besar infeksi, dan pendekatan yang dapat diandalkan untuk menganailisi
tingkat SSI yang memperhitungkan variasi risiko yang terkait dengan prosedur yang
berbeda dan faktor risiko pada pasien yang menjalani operasi. Kebanyakan target
sistem surveilans nasional terhadap kelompok mendefinisikan pasien menjalani
prosedur operasi yang sama, mengikuti setiap kasus untuk mengidentifikasi yang
mana berkembang menjadi SSI, meskipun sensitivitas temuan kasus akan dipengaruhi
oleh metode yang digunakan.6 Hal ini memungkinkan tingkat SSI diperhitungkan
dengan menggunakan jumlah prosedur sebagai penyebut. Umpan balik tingkat SSI
terhadap tim bedah individu dan perbandingan dengan tingkat benchmark merupakan
komponen penting dari surveillance.5 Indeks risiko yang dikembangkan oleh CDC di
Amerika Serikat, yang memperhitungkan penyakit yang mendasari pasien, durasi
operasi dan klasifikasi luka prosedur, umumnya digunakan untuk mengatur tingkat SSI
dan meningkatkan validitas perbandingan di mana kasus campuran dapat bervariasi
dari waktu ke waktu atau antara pusat pelayanan.4 Namun, perbandingan antara
sistem surveilans yang berbeda adalah rumit karena variasi dalam metode
pengawasan dan penerapan dan interpretasi definisi kasus.3
Karena beberapa SSIs mungkin membutuhkan beberapa hari untuk
berkembang, bukti infeksi dapat menjadi tidak jelas sampai setelah pasien telah
dipulangkan dari rumah sakit. Surveilan yang difokuskan pada deteksi SSI selama
rawat inap adalah cenderung meremehkan tingkat SSI sebenarnya, sehingga menjadi
masalah yang diperburuk oleh meningkatnya tren mengenai lama pendeknya pasca
operasi di rumah sakit dan hari operasi.2 Oleh karena itu, sistem yang memungkinkan
kasus SSI diidentifikasi setelah keluar dari rumah sakit meningkatkan nilai
pengawasan. Namun, terdapat sejumlah kesulitan praktis pada masyarakat dalam
mengidentifikasi SSI yang terpercaya dan diperlukan metode indentifikasi SSI yang
sistematis dan akurat jika dibuat perbandingan tingkat yang valid.1
Faktor risiko
Risiko SSI meningkat oleh faktor-faktor yang:
kelompok, belum dilakukan untuk faktor risiko. Sedangkan data tentang faktor risiko
untuk SSI tersedia dari studi observasional yang menggunakan analisis regresi, faktor
yang signifikan dalam satu jenis operasi mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke
prosedur bedah lainnya.
Usia
Lima penelitian diidentifikasi.5
Satu studi observasional prospektif menggunakan regresi logistik untuk
menganalisis data yang dikumpulkan dari 142 pusat kesehatan mengeidentifikasi usia
sebagai faktor risiko independen untuk SSI.21 [EL = 2+] Perawat terlatih mengumpulkan
data tentang faktor-faktor risiko yang melekat dan operatif untuk SSI pada pasien yang
menjalani operasi umum dan vaskular. Dari 163 624 pasien yang dilibatkan dalam
penelitian ini, 7035 mengalami SSI dalam waktu 30 hari dari operasi. Pasien berusia di
atas 40 tahun memiliki peningkatan risiko SSI yang signifikan secara statistik
dibandingkan mereka yang di bawah 40 tahun (OR 1,24, 95% CI 1,07-1,44). Penelitian
observasional prospektif lain menguji SSI pada pasien yang menjalani penggantian
panggul total, hemiarthroplasty atau prosedur revisi sebagai bagian dari surveilan SSI
di Inggris.10 [EL = 2+] Personil terlatih mengumpulkan data klinis dan operatif sepanjang
durasi tinggal di rumah sakit. Kasus yang terdeteksi dari SSI dengan demikian
diklasifikasikan sebagai yang terjadi pada periode pasca operasi langsung. Usia di atas
75 ditemukan menjadi faktor risiko yang signifikan (dibandingkan dengan batas usia di
bawah 65) ketika semua jenis penggantian pinggul dipertimbangkan bersamaan (untuk
usia 75-79 tahun OR 1,56, 95% CI 1,16-2,10, untuk usia 80 tahun OR 1,66, 95% CI
1,24-2,21).
Sebuah studi observasional retrospektif yang dilakukan di Amerika Serikat
meliputi pasien yang menjalani bedah umum dengan antibiotik profilaksis di komunitas
rumah sakit.22 [EL = 2-] Informasi demografis dan klinis diekstraksi dari database
termasuk admisi ulang hingga 28 hari pasca-operasi. Teknik regresi digunakan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor risiko independen terhadap SSI yang terdeteksi dini
(antara 2 dan 7 hari pasca operasi), yang memerlukan admisi ulang atau
menyebabkan kematian. Umur ditemukan menjadi faktor risiko yang signifikan secara
statistik untuk kejadian SSI dini (kejadian SSI untuk setiap kenaikan usia satu dekade
OR 1,22, P <0,01).
Satu studi prospektif besar (n = 23 649 luka) termasuk anak-anak dan orang
dewasa yang menjalani prosedur pada luka yang sebagian besar bersih
keseluruhan 2,8%.17 [EL = 2-] Sebagian besar pasien (94%) menjalani operasi bersih
atau terkontaminasi bersih. Memperkirakan kekuatan hubungan antara skor ASA dan
risiko perkembangan SSI (Goodman-Kruskal G statistik = 0,34, standard error (SE) =
0,01) dan hasil stratifikasi skor ASA menunjukkan bahwa tingkat SSI meningkat 4,7
sebagaimana skor ASA berkisar antara 1 (1,5 SSIS per 100 operasi) sampai 5 (7,1
SSIs per 100 operasi). Selain itu, ada beberapa penyakit tertentu yang mendasari atau
kondisi independen terkait dengan peningkatan risiko SSI.
Sejumlah studi pada operasi jantung, tulang belakang, pembuluh darah dan
umum telah menunjukkan bahwa diabetes sangat terkait dengan peningkatan risiko
SSI.21,23,25-29 Penelitian melaporkan peningkatan resiko SSI dua sampai tiga kali lipat
pada pasien dengan diabetes. Hal ini mungkin berkaitan dengan perubahan fungsi
imun seluler. Sebuah studi kohort prospektif (dengan analisis kasus-kontrol paralel)
dari 1.044 pasien bedah kardiotoraks menunjukkan bukti bahwa tingkat SSI secara
independen terkait dengan hiperglikemia pasca operasi (OR 2,02, 95% CI 1,21-3,37)
dan bahwa risiko SSI berkorelasi dengan tingkat hiperglikemia selama periode pasca
operasi (untuk pasien dengan kadar glukosa dari 200-249 mg / dl, 250-299 mg / dl dan
300 mg / dl pasca operasi, OR SSI masing-masing adalah 2.54, 2.97 dan 3.32,).3 [EL
= 2+].
Satu studi prospektif besar terhadap prosedur luka yang bersih pada anak-anak
dan orang dewasa melaporkan bahwa kekurangan gizi meningkatkan kejadian SSI dari
1,8% menjadi 16,6% (analisis univariat). [EL = 2-] Dua penelitian telah diidentifikasi
menemukan bahwa albumin serum yang rendah menjadi indikator perkembangan
SSI.1,2
Dalam sebuah penelitian kohort prospektif besar pasien bedah umum dan
vaskular (n = 163 624 pasien), analisis multivariat menunjukkan bahwa orang-orang
dengan albumin serum pra operasi yang rendah ( 3,5 g / dl) lebih mungkin mengalami
SSI (OR 1,13, 95% CI 1,04-1,22), dibandingkan dengan mereka dengan levels serum
albumin yang normal.3[EL = 2+].
Hasil studi observasional retrospektif pasien yang menjalani bedah umum
dengan antibiotik profilaksis (n = 9016) menyatakan bahwa serum albumin rendah
dikaitkan dengan perkembangan SSI dalam 2-7 hari pertama pasca operasi (OR 2.27,
P <0,01, persen penurunan per gram).4 [EL = 2-]
surveilans nasional. Sistem stratifikasi risiko yang lebih kompleks lainnya untuk
memprediksi risiko SSI juga telah dikembangkan.3,4
Pernyataan bukti faktor risiko
Usia
Usia pasien merupakan prediktor independen yang signifikan dari risiko perkembangan
SSI umumnya dan untuk perkembangan SSI dini. [EL = 2+]
Selain itu, tren linear langsung peningkatan risiko SSI pada orang dewasa sampai usia
65 telah dibuktikan. [EL = 2-]
Untuk mereka yang berusia di atas 65 tahun, ditemukan tren linear terbalik dari risiko
SSI, meskipun temuan ini dapat dikenakan seleksi bias (yaitu hanya mereka yang
cocok cukup menjalani operasi). [EL = 2+]
Penyakit yang mendasarinya
Pasien dengan skor ASA 3 atau lebih memiliki penyakit sistemik yang parah dan telah
ditemukan memiliki risiko SSI lebih tinggi secara signifikan. [EL = 2+]
Penelitian telah berulang kali menunjukkan bahwa diabetes sangat terkait dengan
peningkatan risiko SSI. [EL = 2+]
Malnutrisi telah terlibat sebagai faktor risiko untuk SSI. [EL = 2-]
Ada bukti dari studi prospektif [EL = 1 +] dan retrospektif [EL = 2-] bahwa risiko SSI
meningkat pada pasien dengan albumin serum yang rendah. Radioterapi dan
penggunaan steroid keduanya telah dikaitkan dengan peningkatan risiko SSI. [EL = 2+]
Kegemukan
Penelitian telah berulang kali menunjukkan bahwa obesitas sangat terkait dengan
peningkatan risiko SSI. [EL = 2+]
Merokok
Merokok, durasi merokok dan jumlah rokok yang dihisap berhubungan dengan
peningkatan risiko SSI. [EL = 2+]
Penyakit pembuluh darah perifer telah terbukti meningkatkan risiko SSI dalam studi
prospektif [EL = 1 +] dan retrospektif [EL = 2-]
Klasifikasi luka
Terdapat bukti yang konsisten bahwa risiko infeksi meningkat dengan tingkat
kontaminasi luka. [EL = 2+]
Interpretasi GDG
Penelitian observasional menjelaskan telah mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan peningkatan risiko perkembangan SSI yang signifikan pada pasien.
Terlepas dari sistem penilaian ASA, belum ada penilaian yang sistematis terhadap
faktor risiko untuk memberikan 'skor risiko' keseluruhan dalam menilai kemungkinan
SSI pada masing-masing pasien yang menjalani prosedur operasi tertentu. Belum
terdapat informasi yang cukup untuk membuat rekomendasi yang spesifik.