Anda di halaman 1dari 121

TUMOR

PAYUDARA

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by
Kepaniteraan Freepik.Ilmu Bedah
Periode 30 November 2020 – 02 Januari 2021
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
X ANATOMI Y
PAYUDARA
Z X
ANATOMI PAYUDARA

➔ Payudara terdiri atas 12 sampai


dengan 20 lobulus kelenjaryang
masing-masing mempunyai saluran
ke papilla mammae, yang disebut
duktus laktiferus.
➔ Jaringan lemak terdapat di :
● Di antara kelenjar susu dan
fascia pektoralis
● Di antara lobulus
ANATOMI PAYUDARA
•Kelenjar mama dihubungkan dengan erat
pada kulit oleh Jaringan ikat yang disebut
ligamentum suspensorium
•Jaringan payudara berkembang sampai
aksila yangdisebut axillary tail of spence.
•Tail of Spence (axillary tail) → penting
dalam proses surgical → pada beberapa
orang dapat teraba, namun pada beberapa
org lain teraba pada keadaan PMS atau
saat laktasi → pada axilarry tail yang
berkembang dengan baik → sering disalah
artikan sebagai pembengkakan KGB atau
lipoma.
ANATOMI PAYUDARA- REGIO PAYUDARA
Payudara dibagi menjadi 5 regio, yaitu :
•Kuadran atas bagian medial (inner upper
quadrant)
•Kuadran atas bagian lateral (outer upper
quadrant)
•Kuadran bawah bagian medial (inner lower
quadrant)
•Kuadran bawah bagian lateral (outer lower
quadrant)
•Regio puting susu (nipple)
Perkembangan ductus dan alveoli
secretorius

1.Awal: Dalam bulan-bulan awal kehamilan,


terdapat penambahan yang cepat panjang dan
cabang-cabang sistem ductus. Alveoli
secretorius berkembang pada ujung ductus-
ductus kecil.

2.Akhir: Selama pertengahan kedua kehamilan,


pertumbuhan melambat.

3.Pasca menyusui: Begitu bayi disapih,


payudara kembali ke stadium inaktifnya. Susu
yang tertinggal diserap kembali, alveoli
secretorius mengerut, dan hampir seluruh
alveoli menghilang.
ANATOMI 1.Kuadran lateral glandula mammaria
PAYUDARA-KGB mengalirkan limfenya ke nodi
lymphoidei axillares anteriores atau
kelompok pectorales
2.Pembuluh getah bening dari permukaan
dalam kelenjar mamae menembus m.
pektoralis mayor, menuju nodi
lymphoidei interpektoral dan berakhir
di nodi lymphoidei axilares apicales.
3.Kuadran medial mengalirkan limfenya
melalui pembuluh-pembuluhyang
menembus ruangan intercostal dan
masuk ke dalam nodi lymphoidei
parasternales (terletak di dalam rongga
thorax sepanjang arteri thoracica
interna).
ANATOMI PAYUDARA
VASIKULARISASI
Arteri
•Cabang-cabang perforantesa mammaria interna.
•Rami pektoralis a. thorako-akromialis.
•A. thorakalis lateralis (a. mammae eksternal).
•A. thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini
merupakan cabang dari a. subskapularis.

Vena
•Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna
•Cabang-cabang v. aksillaris, yang terdiri dari v. thorako-
akromialis. v. thorakalis lateralis dan v. thorako-dorsalis.
•Vena-vena kecil bermuara pada v. Interkostalis
X Y
DEFINISI DAN
EPIDEMIOLOGI
Z X
DEFINISI
Tumor adalah kondisi dimana pertumbuhan sel tidak normal sehingga membentuk suatu
benjolan di dalam tubuh

Tumor payudara adalah benjolan pada payudara akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara terus
menerus yang berasal dari jaringan ikat atau epitel yang dapat berkembang menjadi neoplasma

Fibroadenoma merupakan salah satu jenis tumor jinak payudara yang paling sering
dialami oleh wanita berusia antara 15–35 tahun. Tumor ini berukuran kecil dengan tekstur
yang padat dan mudah digerakkan
Epidemiologi
1. Di Amerika Serikat, fibroadenoma mammae merupakan tumor jinak payudara yang paling sering
terjadi pada wanita berusia kurang dari 25 tahun. Pada populasi negara barat, fibroadenoma mammae
ditemukan pada 7-13% pasien yang menjalani pemeriksaan payudara, sedangkan di Shanghai kurang
lebih 1 dari 350 wanita didiagnosis menderita fibroadenoma mammae sebelum usia 60 tahun. Insiden
fibroadenoma mammae pada wanita menurun sesuai dengan peningkatan usia, dan sebagian menurun
saat menopause
2. Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute, FAM umumnya terjadi pada wanita dengan
usia 21 -25 tahun dan kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun. Dalam suatu studi disebutkan
bahwa angka kejadian FAM pada wanita yang menjalani pemeriksaan di klinik payudara sekitar 7-13%
3. Di Indonesia data tentang fibroadenoma mammae masih belum lengkap, namun diperkirakan setiap
tahun mengalami peningkatan. Data dari Jakarta Breast Center menunjukkan bahwa dari 2.495 pasien
yang datang pada tahun 2001 sampai 2002, ternyata 79% menderita tumor jinak payudara dan 14%
menderita kanker

Greenberg R, Skornick Y, Kaplan O. Management of Breast Fibroadenomas. In: J Gen Intern Med.
1998;13(9):640-5. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1497021/
X KLASIFIKASI Y
Z TUMOR PAYUDARA

X
TUMOR

BENIGN
MALIGNANT

● FIBROSIS DAN ● KANKER


SIMPLE CYSTS DI PAYUDARA
PAYUDARA
● FIBROADENOMA
● MASTITIS
STADIUM TUMOR PAYUDARA
RULES OF CLASSIFICATION : Sistem TNM (Tumor, Regional Lymph Nodes, Metastases)

Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)


Nx = KGB regional tak dapat dinilai (mis.: sudah diangkat)
Kategori T (Tumor)
N0 = Tak ada metastasis KGB regional
TX = Tumor primer tidak bisa diperiksa
N2 : Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau
T0 = Tumor primer tidak terbukti
matted,
Tis = Karsinoma in situ
N3 : Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ
tanpa keterlibatan KGB aksila
Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting
Metastasis Jauh (M)
payudara tanpa tumor
Mx -> Metastasis jauh tak dapat dinilai
M0 -> Tak ada metastasis jauh
M1 -> Terdapat Metastasis jauh
1. Penetapan stadium harus
PENTEPAN
dikerjakan sebelum dilakukan
pengobatan.
2. Penetapan stadium berdasarkan
STADIUM AJCC dan UICC.
3. Penetapan stadium berguna untuk
a. Penetapan diagnosa
b. Penetapan strategi terapi
c. Prakiraan prognosa
d. Penetapan tindak lanjut
setelah terapi ( follow up )
e. Pengumpulan data
epidemiologis dalam
registrasi kanker
(standarisasi)
f. Penilaian beban dan mutu
layanan suatu institusi
kesehatan
X
FAKTOR RISIKO & Y
ETIOLOGI

Z TUMOR PAYUDARA

X
FAKTOR RISIKO (KANKER
PAYUDARA)

Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker


payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat keluarga
dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)),
riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama,
LCIS, densitas tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun)
atau menarche lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak
dan tidak menyusui), hormonal, obesitas,
FAKTOR RISIKO (KANKER
PAYUDARA)
RIWAYAT KANKER
USIA DAN JENIS KELAMIN PAYUDARA DALAM
KELUARGA
Usia bertambah dan jenis kelamin (perempuan) Riwayat (+) → risiko kanker payudara
berisiko tinggi mengalami kanker payudara. Kanker meningkat 4x lebih tinggi apabila ibu
payudara jarang terjadi pada wanita berusia <40 th, dan saudara perempuannya mempunyai
namun risiko kanker payudara meningkat apabila kanker payudara.
>40th. Risiko yang meningkat seiring dengan umur Risiko meningkat 5x lebih tinggi pada
berdasarkan SEER (Surveillance, Epidemiology and wanita yang memiliki 2 atau lebih
End Results), menyatakan bahwa kanker payudara
kerabat apabila yang mengalai kanker
pada wanita usia <50 th per tahunnya 44 per
payudara dan didiagnosa saat usia muda
100.000 dibanding >50 th sebanyak 345 per 100.000
<50th.
ETIOLOGI KANKER
PAYUDARA
1 MEKANISME Paparan estrogen secara epidemiologis berhubungan
ESTROGEN dengan pengingkatan risiko kanker payudara pada
GENOTOXICITY wanita premenopause dan postmenopause

2
Reaksi antara karsinogen dengan DNA membetuk
dua tipe produk tambahan yaitu stabil dan DEPURINATING
ESTROGEN-DNA
depurinasi.
Patofisiologi
Manifestasi
Klinis
Manifestasi Klinis Manifestasi Klinis
Tumor Payudara Kanker Payudara
● Masa padat dengan ukuran dan bentuk yang ● Terdapat benjolan baru pada payudara atau
bervariasi dibawah ketiak
● Masa yang mobile atau tidak bergerak ● Pembesaran atau pembengkakan payudara
● 50% massa terdapat pada bagian kuadran atas luar ● Iritasi dan kulit yang cekung ke dalam
● Nyeri tekan bisa +/- ● Kulit kemerahan atau bersisik pada puting
● Keluarnya cairan dari puting payudara, puting ataupun payudaranya
payudara, masuk ke dalam, ada perubahan dan terjadi ● Keluarnya cairan dari puting payudara
asimetri selain ASI
● Axillary lymphadenopathy ● Adanya perubahan bentuk maupun ukuran
● Tanda-Tanda radang pada kulit payudara
● Kemerahan pada areola mamae ● Nyeri pada payudara
Diagnosis
Tumor
Payudara
Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan status generalis : Tanda-tanda vital


2. Pemeriksaan status lokalis dan regionalis yang dilakukan
secara sistemik : inspeksi dan palpasi
3. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Inspeksi
■ Inspeksi pada kedua payudara, aksila dan
sekitar clavicula yang bertujuan untuk
mengidentifikasi tanda-tanda tumor dan
kemungkinan metastasis ke kelenjar getah
bening
■ Inspeksi dilakukan dengan posisi pasien
duduk tanpa mengenakan pakaian dan bra,
posisi lengan di samping, diatas kepala dan
bertolak pinggang
Palpasi
■ Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam
posisi supine (terlentang), posisi lengan ipsilateral di
atas kepala dan punggung diganjal bantal. kedua
payudara dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh
baik secara sirkular ataupun radial.
■ Palpasi aksila dilakukan dilakukan dalam posisi
pasien duduk dengan lengan pemeriksa menopang
lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan
supraklavikula.
Status Lokalis
1. Payudara kanan, kiri atau bilateral 3. Status kelenjar getah bening (aksila,
2. Massa tumor : infraklavikula, supraklavikula) : jumlah, ukuran,
- Lokasi konsistensi, terfiksir terhadap sesama jaringan
- Ukuran sekitar
- Konsistensi 4. Pemeriksaan pada daerah metastasis
- Batas dan bentuk tumor - Lokasi
- terfiksasi/tidak pada kulit, M. Pectoralis - bentuk
atau dinding dada
- Perubahan kulit
■ kemerahan, edema/nodul satelit
■ peau de orange, ulserasi
- Perubahan puting susu/nipple : tertarik,
erosi, krusta, discharge
Pemeriksaan SADARI
● Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah suatu upaya deteksi dini kanker
payudara. SADARI merupakan metode pencegahan yang dilakukan selain mammografi dan
pemeriksaan klinis
● Dapat dilakukan oleh wanita setelah berusia 20 tahun. Saat yang paling tepat untuk
melakukan pemeriksaan ini adalah hari ke 5-7 setelah menstruasi, dimana payudara tidak
mengeras, membesar dan sudah tidak nyeri
● Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara berkala setiap bulan agar benjolan dapat
ditemukan pada stadium dini dan dapat dilakukan tindakan yang cepat apabila ditemukan
benjolan maupun kelainan lainnya pada payudara.
Teknik
Pemeriksaan
SADARI
Pemeriksaan Penunjang
1. Biopsi
Fine Needle Aspiration Biopsy
Metode FNAB merupakan suatu tindakan
memeriksa bagian tubuh dengan menyuntikan
sebuah jarum halus (ukuran 19-25 G) ke
bagian yang terdapat benjolan/lesi, lalu Indikasi FNAB :
dilakukan aspirasi untuk dibuat sediaan 1. Evaluasi diagnostik lesi payudara yang dapat di
hapusan dan dilakukan pemeriksaan palpasi maupun tidak dapat dipalpasi namun terdeteksi
histopatologinya. dengan pencitraan yang diduga jinak maupun ganas
2. Evaluasi diagnostik lesi rekuren karsinoma payudara,
baik dengan tampilan berupa lesi yang dapat dipalpasi,
tidak dapat dipalpasi dan/atau pembesaran KGB
3. Evaluasi lesi kistik payudara yang memiliki
gambaran mencurigakan pada pencitraan
Core Needle Biopsy
Core Needle Biopsy (CNB) adalah prosedur pengambilan
sample dari jaringan tumor menggunakan hollow core
needle yang berukuran antara 11-16 G

Teknik CNB :
1. Penyuntikan anestesi lokal lidokain ke area 4. Apabila sample jaringan sudah terambil, akan
sekitar tumor terdengar bunyi “klik” pada jarum
2. Insisi pada bagian tumor dengan menggunakan 5. Setelah jarum tercabut, dilakukan penekanan pada
scalpel blade nomor 11 untuk memudahkan daerah biopsi selama 5 menit kemudian balut pada
ujung jarum daerah tersebut
3. Jarum kemudian ditusukkan diatas tumor dan 6. Sample diambil dari jarum dengan cara
operator menuntun jarum dengan menggunakan melepaskan outer canula dan kemudia disimpan
palpasi atau dengan menggunakan dalam larutan formalin 10% lalu dikirim ke
mamografi/ultrasound laboratorium
Core Needle Biopsy
Open Biopsy
- Biopsi terbuka dapat dilakukan dengan menggunakan 2 teknik
yaitu biopsi insisi (mengambil sebagian spesimen pada daerah
yang paling representatif) dan biopsi eksisi (pengambilan
spesimen lesi patologis secara komplit).
- Biopsi ini dilakukan dengan menggunakan scalpel dan dengan
menggunakan anestetik baik lokal maupun umum
2. Mammografi
- Mammografi adalah suatu teknik pemeriksaan
massa pada payudara dengan menggunakan sinar-X
untuk melakukan pemeriksaan pada jaringan
payudara. Abnormalitas yang dapat ditampilkan
pada mammogram antara lain adalah massa dan
mikrokalsifikasi
- Dalam proses pemeriksaan mammografi, payudara
dikompres menggunakan unit mammography
selama 20-30 detik untuk setiap bagian payudara
yang bertujuan untuk membuat payudara
mengembang dan rata, hal ini akan memudahkan
proses pengambilan citra dalam jaringan payudara
3. Ultrasonografi Mammae

Penggunaan USG untuk tambahan mammografi


meningkatkan akurasinya sampai 7,4%. Namun
USG tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai
modalitas skrinning oleh karena didasarkan
penelitian ternyata USG gagal menunjukan
efikasinya.
Diagnosis
Banding
Diagnosis Banding Tumor Payudara

Fibroadenoma Mammae
Ca Mammae
(FAM)
Hiperplasia Kistik Kelenjar
Mammae
Tatalaksana Tumor
Payudara
Tatalaksana Kanker Payudara (Pembedahan)
A. PEMBEDAHAN

Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker payudara.

● Mastektomi
○ Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM) : Tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara termasuk
kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi:
Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi
neoadjuvan untuk pengecilan tumor.
○ Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy) :Tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-
areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis
tindakan ini merupakan tindakan operasi yang pertama kali dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara, namun
dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor yang ditemukan maka makin
berkembang operasi operasi yang lebih minimal. Indikasi: Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major,
kanker stadium IIIb yang masih operable.
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)

Mastektomi Radikal
Klasik (Classic
Radical
Mastectomy)
Tatalaksana Kanker Payudara (Pembedahan)

○ Mastektomi dengan teknik onkoplasti : Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu
ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi.
Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau
transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat
dikerjakan satu tahap ataupun dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander sebelumnya.
○ Mastektomi Simpel : Pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks puting-areolar, tanpa diseksi kelenjar getah
bening aksila.Indikasi : tumor phyllodes besar, keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
○ Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing Mastectomy) : Pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila. Indikasi:
mastektomi profilaktik, prosedur onkoplasti.
Tatalaksana Kanker Payudara (Pembedahan)
● Breast Conserving Therapy (BCT)

BCT merupakan kombinasi dari BCS (Breast Conserving Surgery), dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit).

BCS atau Lumpektomi adalah pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau
tanpa dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah
bening aksila level 1 dan level 2.

Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi.

BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal kanker payudara stadium awal. Beberapa penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS
yang sama antara BCT dan mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT lebih tinggi dibandingkan
mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS. Sehingga pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien kanker payudara usia
muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang aman pada pasien kanker payudara stadium awal dengan syarat
tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan memberikan hasil yang lebih baik
Tatalaksana Kanker Payudara (Pembedahan)
Rekomendasi
Indikasi BCT : Kanker payudara stadium I dan II, kanker payudara stadium
III dengan respon parsial setelah terapi neoadjuvan. 1. Mastektomi dikerjakan pada stadium I,II dan III bisa
berbentuk mastektomi radikal modifikasi ataupun yang klasik,
Kontraindikasi BCT : Kanker payudara yang multisentris, terutama ( Rekomendasi B )
multisentris yang lebih dari 1 kwadran dari payudara, kanker payudara
dengan kehamilan. 2. BCT sebaiknya dikerjakan oleh ahli bedah konsultan yang
berpengalaman dan mempunyai tim yang berpengalaman juga
Syarat dilakukannya BCT : Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku,
dan yang memiliki fasilitas pemeriksaan potong beku dan fasilita
dan radioterapi, proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara yang
mamografi dan radiasi (yang memenuhi syarat BCT).
memadai, pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang mendalam, dan
( Rekomendasi B )
dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai timyang
berpengalaman (spesialis bedah konsultan onkologi).
3. Rekonstruksi payudara dapat dilakukan bersamaan dengan
mastektomi (immediate) atau tertunda ( delayed ).

4. Teknik rekonstruksi tergantung kemampuan ahli bedah.


Tatalaksana Kanker Payudara (Pembedahan)

● Metastasektomi

Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada kanker payudara. Tindakan ini memang masih terjadi
kontroversi diantara para ahli, namun dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang lebih
panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu. Tindakan ini dilakukan pada kanker payudara dengan
metastasis kulit, paru, hati, dan payudara kontralateral. Pada metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat
klinis yang masih kontroversi.

Indikasi: Tumor metastasis tunggal pada satu organ, dan terdapat gejala dan tanda akibat desakan tumor terhadap
organ sekitar

Syarat: Keadaan umum cukup baik, estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan, dan terdapat masa bebas penyakit > 36
bulan
Tatalaksana Kanker Payudara (Radioterapi)
B. Radioterapi

Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan
ukuran tumornya. Radioterapi dalam tatalaksana kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif adjuvan dan paliatif.

Jenis-jenis radioterapi:

- Radioterapi Kuratif Adjuvan → Radioterapi pasca BCS (radioterapi seluruh payudara)

→ Radioterapi pasca mastektomi (radioterapi dinding dada)

→ Radioterapi regional

- Radioterapi Paliatif → Diberikan kepada pasien dengan kanker yang:


- Kanker payudara yang bermetastasis ke tulang dan menimbulkan rasa nyeri, metastasis otak.
- kanker payudara inoperable yang disertai ulkus
berdarah dan berbau.
- kanker payudara inoperable setelah kemoterapi dosis penuh
Tatalaksana Kanker Payudara (Kemoterapi)
C. Kemoterapi

Kemoterapi adalah terapi dengan menggunakan obat-obatan pembunuh sel kanker. Obat ini bisa dimasukkan melalui infus
vena, suntikan, dalam bentuk pil atau cairan. Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan
beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan imunohistokimia
memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen kemoterapi yang akan diberikan.

Kombinasi kemoterapi yang sering digunakan untuk pasien kanker payudara (First Line)

1. CMF (Cyclophospamide, Metotreksat, 5 FluoroUracil)


2. CEF (Cyclophospamide, Epirubicin, 5 FluoroUracil)
3. CAF (Cyclophospamide, Adriamycin , 5 FluoroUracil)
Tatalaksana Kanker Payudara (Kemoterapi)
C. Kemoterapi

Kombinasi kemoterapi lainnya:

1. AC (Andriamicin + Cyclophospamide)
2. TA (Taxane + Doxorubicin atau Doxetacel)
Pilihan kemoterapi kelompok HER2 (human epidermal growth factor receptor 2) negatif
3. Dose Dence AC + Paclitaxel
4. Docetaxel cyclophospamide
Pilihan kemoterapi HER2 positif
5. AC + TH
6. TCH (Taxotere + Carboplatin + Herceptin)
Tatalaksana Kanker Payudara (Terapi Hormonal)
D. Terapi Hormonal

● Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif.


● Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV.
● Pada kasus kanker dengan ER+,PR+,HER2- ; hormonal merupakan pilihan terapi adjuvan utama.
● Obat-obatan yang digunakan dalam terapi hormon:
○ Tamoxifen ® dan toremifene (Fareston ®)
○ Fulvestrant
○ Aromatase inhibitor
● Terapi hormonal dapat terdiri dari :
● - Ablative : bilateral ovarektomi
● - Additive: Tamoxifen
● - Optional: aromatase inhibitor, GnRH
● Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan dibandingkan pemberian aromatase inhibitor terutama pada pasien yang
sudah menopause dan HER2 negatif.
● Lama pemberian adjuvan hormonal selama 5-10 tahun.
Prognosis Tumor Payudara
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko relaps atau kekambuhan, yaitu:

1. derajat keganasan high grade


2. infiltrasi kelenjar aksila positif
3. ukuran tumor lebih dari 5 cm (T3)
4. usia muda saat diagnosis
5. ekspresi ER/PR negatif
6. ada invasi dari lymphatic vascular
7. ekspresi HER2 positif kuat
8. mutasi p53 dan ekspresi Cathepsin-D positif

Akhir-akhir ini berkembang biomarker baru seperti TIL (Tumor Infiltrating Lymphocyte) atau Akt,
PTEN, atau PDL-1 dan profil genotip PIK3CA mutation atau PAM50 atau NF1 mutation
(endocrine resistance) juga sangat menentukan keberhasilan pengobatan serta prognosis kanker
payudara, tetapi di Indonesia masih belum tersedia fasilitas untuk mendeteksi biomarker tersebut.
Faktor Prognostik Tumor
Payudara (American Cancer
Society)
Faktor Prognostik Tumor Payudara berdasarkan Ukuran Tumor
(American Cancer Society)
TUMOR
LEHER

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by
Kepaniteraan Freepik.Ilmu Bedah
Periode 30 November 2020 – 02 Januari 2021
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
X Y
ANATOMI LEHER

Z X
ANATOMI LEHER- Batas Atas dan Batas Bawah
ANATOMI LEHER -
KARTILAGO
LEHER-
TRIGONUM
COLLI
M. sternocleidomastoid membagi daerah leher
menjadi segitiga besar, yaitu
1. Trigonum colli anterior, yang terdiri dari:
● Tigonum sub mental
● Trigonum digastrikus
● Trigonum Carotis
● Trigonum Muskulari

Batas-batas trigonum colli anterior adalah :


● Anterior : garis tengah leher
● superior : symphisis mandibula
● posterior : sisi anterior m.sternocleidomastoid.
trigonum ini tertutup oleh kulit, fascia superfisialis,
platysma dan fascia intermedia
ANATOMI LEHER- TRIGONUM
COLLI

2. Trigonum colli posterior, yang terdiri dari :


Trigonum oksipitalis.
Trigonum supraklavikularis.

Batas-batas trigonum colli posterior yaitu,


Anterior: sisi posterior m.sternocleidomastoideus
Inferior : Clavicula
Posterior: sisi anterior M. trapesius.
ANATOMI LEHER
SUPERFICIALIS

Fascia superficialis Ieher membentuk


lapisan tipis yang membungkus m.
platysma. Di dalamnya terdapat pula saraf-
saraf kulit, vena-vena superficial, dan nodi
lymphoidei superficialis.
ANATOMI LEHER - VENTRAL COLLI
ANATOMI LEHER - SCALENI ANTERIOR&POSTERIOR
ANATOMI LEHER - PREVERTABRALIS
ANATOMI LEHER- VASIKULARISASI
ANATOMI LEHER- PERSARAFAN
Rangkaian sirkuler
ANATOMI LEHER- KGB
Terdiri dari :
● Limfonodi oksipitalis, menerima limfe dari kepala
bagian belakang.
● Limfonodi retroauriculer, menerima limfe dari
daerah temporal, telinga bagaian belakang. Terletak
di proc. mastoideus.
● Limfonodi preauriculer, menerima limfe dari kulit
kepala bagian depan dan auriculer.
● Limfonodi parotis, menerima limfe dari nasofaring,
CAE, cavum tymphani dan palpebra.
● Limfonodi facialis, menerima limfe dari farings,
muka dan mukosa bibir.
ANATOMI LEHER- KGB
● Limfonodi submandibularis, menerima aliran limfe dari
ujung medial mata, sebagian hidung, bibir atas dan
lateral bawah, gusi dan bagian lateral lidah.
● Limfonodi submentalis, menerima limfe dari bibir
bawah, ujung lidah dan dasar mulut.
● Limfonodi cervical superfisialis, menerima limfe dari
parotis, auricula. Terletak sepanjang V. jugularis
eksterna dan diatas m.sternocleidomastoid
● Limfonodi cervical anterior, menerima aliran dari
daerah laryng, thyroid dan trachea

Rangkaian vertikal
Rangkaian vertikal menerima aliran limfe dari rangkaian
sirkuler kecuali dari submental dan facial sebelumnya menuju
ke limfonodi submandibular dahulu. Saluran eferen dari sisi
kiri menuju ke ductus Thoracicus sedangkan sisi sebelah
kanan bermuara dipertemuan antara V. jugularis interna
dengan V. subclavia.
X Y
DEFINISI DAN
EPIDEMIOLOGI

Z X
DEFINISI

Suatu massa baik kongenital maupun yang didapat, yang timbul


disegitiga anterior atau posterior leher diantara klavikula pada bagian
inferior dan mandibula serta dasar tengkorak pada bagian superior
Epidemiologi

Pada tumor leher dibagi atas tumor leher


medial dan lateral yang bersifat solid dan
kistik. Pada 50% kasus benjolan pada leher
berasal dari tiroid, 40 % benjolan pada leher
disebabkan oleh keganasan, 10 % berasal
dari peradangan atau kelainan kongenital
Klasifikasi dan Etiologi
Tumor Leher
Klasifikasi
Berdasarkan Onset
Klasifikasi Berdasarkan Lokasi

Lateral Medial
Klasifikasi Berdasarkan Penyebab

Dibagi menjadi 3 golongan:


1. Kelainan kongenital : Contohnya hygroma colli cysticum, kista dermoid.
2. Inflamasi atau peradangan :
● Limfadenitis sekunder karena inflamasi (acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis)
● Proses inflamasi yang lebih spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit garukan kuku, actinomikosis,
toksoplasmosis).
● Perbesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan mononukleosis infeksiosa.
3. Neoplasma: Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma caroticum
(terutama carotid body; tumor glomuscaroticum) yang berasal dari paraganglion
caroticum yang terletak di bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna.
Klasifikasi TNM

American
Joint
Committee on
Cancer
Staging
Etiologi

Kongenital Inflamasi

Metastasis

Infeksi Neoplasia (jinak dan


ganas)
Patofisiologi
Tumor Leher
Patofisiologi [generally]

Mengapa bisa terjadi tumor??


Patofisiologi Lymphoma

Terbentuk massa
tumor pada lymph
node
Patofisiologi Struma
Pembentukan hormon tiroid membutuhkan unsur yodium
dan stimulasi dari TSH. Salah satu penyebab paling
sering terjadi penyakit gondok karena kekurangan
Positive feedback

Kadar TSH yodium. Aktivitas utama dari kelenjar tiroid adalah untuk
naik pengambilan yodium dari darah untuk membuat hormon
tiroid. Kelenjar tersebut tidak cukup membuat hormon
tiroid jika tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu,
dengan defisiensi yodium individu akan menjadi
hipotiroid. Kekurangan hormon tiroid (hipotiroid) tubuh
akan berkompensasi dengan cara meningkatkan kadar
Hipertrofi dan TSH, sehingga menyebabkan terjadinya hipertrofi dan
Yodium Hiperplasia Kelenjar hiperplasia dari sel thyroid, yang akhirnya pembesaran
kurang Thyroid tersebut dapat dilihat oleh mata telanjang.
Manifestasi Klinis
Tumor Leher
Manifestasi Klinis
Benjolan pada leher dapat menjadi pertanda
adanya :
● pembesaran kelenjar getah
bening(limfadenopati). Pembengkakan pada
satu atau lebih kelenjar getah bening adalah
gejala yang cukup sering terjadi dari tumor
leher seperti lymphoma
● pembesaran kelenjar tiroid → Thyroid
Neoplasia, struma/gondokan

Benjolan yang hilang timbul biasanya bukan


penanda adanya tumor. Sementara, cancer biasanya
ditandai dengan adanya benjolan yang perlahan-
lahan membesar.
Manifestasi Klinis
Lymphoma
Lymphoma
Manifestasi Klinis
Lymphoma
Lymphoma
Manifestasi Klinis
Lymphoma
Lymphoma
Manifestasi Klinis
Struma
Struma
a. Adanya pembesaran kelenjar e. Kesulitan bernafas
tiroid f. Kesulitan dalam bicara
b. Pembesaran kelenjar limfe g. Gangguan body image
c. Nyeri tekan pada kelenjar
tiroid
d. Kesulitan menelan
Manifestasi Klinis
Thyroid Neoplasia

1. Adenoma
a. Nodul yang painless
b. Massa yang lebih besar
memberikan sensasi kesulitan
menelan
c. Orang dengan toxic adenoma akan
memiliki gejala thyrotoxicosis
Manifestasi Klinis
Thyroid Neoplasia

2. Carcinoma Thyroid
a. Massa painless pada leher
(dapat berada dalam
thyroid itu sendiri ataupun
pada KGB di cervical)
b. Perubahan besar nodul yang
terjadi cukup drastis dan
cepat
c. Hoarseness (menjadi serak)
X DIAGNOSIS Y
Z X
Pemeriksaan Fisik
Regio Colli
a. Inspeksi : melihat adanya asimetri, denyutan abnormal,
tumor, keterbatasan gerakan dalam range of motion (ROM)
maupun pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.
b. Pemeriksaan palpasi leher dilakukan pada tulang hioid,
tulang rawan tiroid, kelenjar tiroid, muskulus
sternokleidomastoideus, pembuluh karotis dan kelenjar limfe.
(bilateral)
Diagnosis Banding
Diagnosis banding
Tumor ganas Tumor Ganas Tumor Ganas
nasofaring Orofaring Laring
-Terdapat keluhan disfagia, merasa benda Tanda awal tumor ganas
oklusi Tuba, Rasa asing, odinofagia, nyeri glottis laring adalah suara
penuh, gangguan alih telinga, trismus bila serak karena lesi pada pita
pendengaran, tinnitus terjadi perluasan ke suara
-Pembesaran leher di rongga faring. Pada disfagia, hemoptisis, teraba
lateral atas tonsil tampak massa di leher, nyeri
pembesaran yang tenggorok, otalgia,
unilateral, permukaan gangguan jalan nafas, dan
tidak rata dan ulserasi aspirasi
Tatalaksana Tumor
Leher
TERAPI
UTAMA
PEMBEDA
HAN
RADIOTER
API

KHEMOTE
RAPI
A.PEMBEDAHAN

Ferlito A, Robbins KT, Shah JP, et al Proposal for a rational classification of neck dissections. Head Neck.2011 Mar;33(3):445-50
Robbins KT, Shaha AR, Medina JE, et al.Consensusstatement on the classification and terminology of neckdissection. Arch Otolaryngol Head
Neck Surg2008;134:536–8
Robbins KT, Shaha AR, Medina JE, et al.Consensusstatement on the classification and terminology of neckdissection. Arch Otolaryngol Head
Neck Surg2008;134:536–8
Robbins KT, Shaha AR, Medina JE, et al.Consensusstatement on the classification and terminology of neckdissection. Arch Otolaryngol Head
Neck Surg2008;134:536–8
B. RADIOTERAPI
Radioterapi adalah metode pengobatan penyakit benign & maligna dengan
menggunakan sinar pengion, bertujuan untuk mematikan sel-sel tumor
sebanyak mungkin dan memelihara jaringan sehat di sekitar tumor agar tidak
menderita kerusakan terlalu berat.

Baik sel-sel normal maupun sel-sel tumor bisa dipengaruhi oleh radiasi ini.
Radiasi akan merusak sel-sel tumor sehingga proses multiplikasi ataupun
pembelahan sel-sel tumor akan terhambat.

Tujuan radioterapi adalah untuk pengobatan secara radikal, sebagai terapi


paliatif yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit atau tidak
nyaman dan sebagai adjuvant yaitu bertujuan untuk mengurangi risiko
kekambuhan.
C. KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah terapi menggunakan obat sitostatika secara oral
maupun intravena untuk membunuh sel tumor jinak dan ganas.
Kemoterapi ini menyebar ke seluruh tubuh sehingga memiliki kemampuan
membunuh sel kanker yang jauh dari tumor primernya. Vaskularisasi
jaringan tumor yang masih baik akan meningkatkan sensitifitas
kemoterapi sebagai obat anti neoplastik.

Cara pemberian kemoterapi adalah induksi (neoajuvan) yaitu kemoterapi


mendahului radioterapi atau operasi, concomittan yaitu pemberian
kemoterapi sebagai radiosensitizer bersama radioterapi serta ajuvan
yaitu pemberian kemoterapi setelah dilakukan pembedahan atau
radioterapi.
C. KEMOTERAPI
Beberapa pilihan obat kemoterapi ( Brockstein BE, Vokes EE. Principles of
chemotherapy in the management of head and neck cancer) :
Manajemen pada tumor leher yang tidak diketahui
asal tumor primer

Jika hasil pemeriksaan untuk leher secara menyeluruh telah dilakukan namun
lokasi lesi primer masih belum jelas, terapi biopsi eksisi harus dilakukan bahkan
diseksi leher.

Pasien degan tumor leher yang lesi primer tidak diketahui, harus di lakukan
pemeriksaan yang berulang. Lesi primer yang paling sering adalah nasofaring
karena merupakan bagian yang paling sulit untuk diperiksa.
Manajemen pada tumor leher primer yang secara klinis
negatif metastasis pada kelenjar getah bening

Kejadian metastasi kelenjar getah bening leher ditemukan pada pemeriksaan


patologi dari spesimen leher setelah diseksi leher radikal pada pasien yang
secara klinis tidak memiliki metastasi ke leher (N0). Nama lainnya adalah
metastasis samar (occult metastasis)

Pada stadium N0 leher secara klinis yang memiliki resiko lebih dar 20%
metatastasis samar di leher, harus di lakukan terapi profilaksi leher, baik
dengan diseksi leher atau radioterapi.
Manajemen pada tumor leher primer yang secara klinis
positif metastasis pada kelenjar getah bening

Pasien metastasis N1 harus dilakukan diseksi leher yang sesuai atau radioterapi
(dengan atau tanpa kemoterapi). Setelah dilakukan diseksi leher untuk
metastasis leher N1, radioterapi adjuvant pasca operasi harus
dipertimbangkan.

Pasien metastasis N2 dan N3 harus dilakukan diseksi leher diikuti oleh


radioterapi.
Jika masa metastasis di leher terfiksasi dan unresectable, radioterapi dan
kemoterapi menjadi terapi pilihan disertai dengan terapi adjuvant.
Prognosis Tumor
Leher
Prognosis Tumor Leher
Keagresifan tumor yang dikaitkan dengan karakteristik penjamu, stadium klinis, keterlibatan
kelenjar limfatikregional dan tatalaksana serta adanya metastasis jauh merupakan faktor
penting dalam penentuan prognosis yang berkaitan dengan angka harapan hidup secara
keseluruhan.

Prognosis pasien berusia < 40 dan usia tahun memiliki angka harapan hidup yang lebih baik
dibandingkan pasien berusia tua (>65 tahun). Pasien dengan usia lebih tua memiliki angka
komorbiditas dan status kondisi pasien yang lebih buruk jika dikaitkan dengan rendahnya
toleransi terhadap intensitas terapi (kemoterapi dan radioterapi). Pasien laki-laki memiliki
prognosis yang lebih buruk daripada perempuan jika dilihat dari beberapa faktor resiko dan
stadium klinis.

Dengan demikian, diharapkan untuk melakukan deteksi dini penyakit, sehingga pasien bisa
mendapatkan pengobatan dini yang tepat, pembatasan kecacatan dan pencegahan lainnya.
Biasanya pasien datang dengan stadium lanjut, di samping pilihan pengobatan, perawatan
paliatif juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai