Carcinoma Mammae
Disusun oleh:
Clarisa Dwi K.
Dearaini
Imam Ramdhani
Wan Nor Ezzati
Preceptor:
Raden Yohana, dr., Sp.B.Onk(K)
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan di payudara kiri.
Anamnesis Khusus :
Pasien datang ke RSHS dengan keluhan benjolan pada payudara kiri. Benjolan pertama
kali dirasakan 1,5 tahun SMRS, awalnya sebesar telur puyuh dan semakin lama semakin besar
sampai saat ini sebesar kepalan tangan orang dewasa. Benjolan di tempat lain yaitu di payudara
kanan pasien dirasakan sejak 2 bulan yang lalu yaitu sebesar kelereng. Sejak 6 bulan SMRS,
terdapat keluhan puting yang tampak masuk ke dalam. Keluhan nyeri tekan, luka pada payudara
serta keluar cairan dari puting disangkal oleh pasien. Riwayat demam maupun penurunan berat
badan tidak ada. Keluhan sesak, nyeri tulang belakang, ataupun sakit kepala tidak ada.
Karena keluhan ini, sebelumnya pasien berobat ke Rumah Sakit Dustira Cimahi namun
belum dilakukan tindakan apapun. Karena keterbatasan alat, kemudian pasien dirujuk ke RSHS
dan dilakukan biopsi. Dari hasil biopsi, dicurigai adanya keganasan sehingga pasien dirujuk ke
RSHS. Selama di RSHS, pasien mengaku sudah menjalani kemoterapi sebanyak 6 kali. Pasien
mengaku pernah dioperasi untuk dilakukan biopsi dengan anestesi lokal pada bulan Juli 2015.
Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Riwayat penyakit yang sama di
keluarga tidak ada. Pasien pertama kali menstruasi saat usia 13 tahun dan masih menstruasi.
Pasien memiliki 3 anak, pertama kali hamil saat usia 17 tahun dan anak ketiga saat ini berusia 18
tahun. Riwayat penggunaan KB suntik diakui pasien, setelah melahirkan anak pertama,
kemudian sejak 6 tahun yang lalu pasien menggunakan KB pil. Pasien memberikan ASI kepada
ketiga anaknya.
Pasien tidak memiliki alergi obat ataupun makanan. Pasien menderita hipertensi namun
sering mengontrolnya setiap sebulan sekali di Puskesmas dekat tempat tinggalnya. Riwayat
batuk lama maupun kontak TB disangkal oleh pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Kesadaran : GCS=15 E4M6V5.
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi (heart rate) : 84 x / menit, reguler
Respirasi : 16 x / menit
Suhu : 36,6 oC
Kepala :
Bentuk simetris, tidak ada deformitas
Mata : Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
(tidak ada kelainan)
Leher:
Perbesaran KGB supraklavikular (-/-), infraklavikular (-/-), axillary (-/-). JVP tidak
meningkat
(tidak ada kelainan)
Thorax :
- Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
- Palpasi : Cor : Iktus kordis teraba pada ICS V LMCS, tactile fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor, kanan = kiri
- Auskultasi: BP: vesikuler, kanan = kiri, Bunyi Jantung : S1, S2 normal, reguler, murmur (-)
(tidak ada kelainan)
Abdomen : datar, lembut, hepar lien tidak teraba. (tidak ada kelainan)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik (tidak ada kelainan)
Status lokalis:
a/r mammae sinistra :
Inspeksi: Bentuk payudara kiri lebih besar dibanding kanan, tidak ikut naik saat mengangkat
tangan. Tampak benjolan pada daerah sentral dan kuadran superior medial dan lateral, ulkus (-),
peau dorange (+) skin dimpling (-), retraksi puting (+), darah dan cairan dari puting (-)
Palpasi : Pada kuadran superior medial dan lateral terdapat massa dengan permukaan rata,
berbentuk tidak teratur, tepi tidak rata, batas tegas, konsistensi keras, tidak dapat digerakan,
dengan ukuran 10 x 3 x 4 cm, dan nyeri (-).
Foto Klinis
RESUME MEDIS
Wanita berumur 46 tahun datang dengan keluhan benjolan pada payudara kiri sejak 1,5
tahun SMRS. Awalnya sebesar telur puyuh sekarang sebesar kepalan tangan orang dewasa.
Tumor Doubling Time 68 hari. Keluhan disertai puting ke arah dalam. Pasien telah mendapatkan
kemoterapi sebanyak 6 kali.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan massa pada mammae sinistra region superior medial
dan lateral dengan permukaan rata, bentuk tidak teratur, tepi tidak rata, berbatas tegas,
konsistensi keras, tidak dapat digerakan, dengan ukuran 10 x 3 x 4 cm tanpa adanya nyeri.
Ditemukan juga pada mammae dextra kuadran superior medial terdapat massa dengan
permukaan rata, berbentuk bulat, tepi regular, batas tegas, konsistensi keras, tidak dapat
digerakan, dengan ukuran, 2 x 1,5 x 1 cm, tanpa disertai nyeri. Pada perabaan tidak ditemukan
pembesaran KGB aksila.
DIAGNOSIS BANDING
Kongenital : (-)
Infeksi : mastitis kronis e.c. TB
Neoplasma : fibroadenoma mammae, carcinoma mammae
Trauma : (-)
Lainnya : (-)
DIAGNOSIS KLINIS
Invasive Ductal Carcinoma Mammae grade II sinitra + DCIS grade III T4bN0M0 Post
Kemoterapi FAC 6x
USULAN PEMERIKSAAN
- Cek darah lengkap
- USG mammae
- USG hepar
- Rontgen toraks
- Biopsi IHC
RENCANA TERAPI :
- Simple mastectomy mammae kiri
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Pendahuluan
Karsinoma mammae berasal dari sel epitel yang membatasi unit lobular duktus
terminalis. Selsel kanker yang tetap melekat pada membrane basalis dari elemen duktus
terminalis dan duktus drainase disebut in situ atau non invasive. Sedangkan kanker disebut
invasif jika terjadi pemisahan dari sel-sel kanker diluar membrane basalis dari duktus dan
lobulus, serta menyusup ke jaringan normal di sekitarnya.
Faktor Resiko
Gender. Menjadi wanita adalah faktor risiko untuk terjadinya kanker payudara. Laki-laki
juga bisa mendapatkan kanker payudara, akan tetapi kejadiannya 100 kali lebih biasa di
wanita daripada laki-laki. Ini terjadi karena laki-laki memiliki hormon estrogen dan
progesteron yang lebih kecil.
Keluarga. Kemungkinan untuk menderita kanker mammae 2 3 kali lebih besar pada
wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. Kemungkinan
ini lebih besar bila ibu atau saudara kandung itu menderita kanker bilateral atau kanker
pada premenopause.
Usia. Insiden menurut usia naik sejalan dengan bertambahnya usia.
Hormon. Pertumbuhan karsinoma mammae sering dipengaruhi oleh perubahan
keseimbangan hormon. Misalnya, pada wanita yang diangkat ovariumnya di usia muda
lebih jarang ditemukan karsinoma mammae. Akan tetapi, hal itu tidak membuktikan
hormon seperti estrogen dapat menyebabkan karsinoma mammae pada manusia. Selain
itu, menarche yang cepat dan menopause yang lambat ternyata meninggikan resiko
terhadap terjadinya karsinoma mammae. Resiko terhadap karsinoma mammae lebih
rendah pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih muda. Kemungkinan
resiko meninggi terhadap adanya karsinoma mammae pada wanita yang memakan pil KB
dapat disangkal berdasarkan penelitian terdahulu.
Menyusui. Untuk setiap 12 bulan menyusui, mengurangi resiko sebanyak 4,3%
Virus. Pada air susu ibu (ASI) ditemukan virus (partikel) yang sama dengan yang
terdapat pada air susu tikus yang menderita karsinoma mammae. Akan tetapi peranannya
sebagai faktor penyebab pada manusia belum dapat dipastikan.
Gaya hidup dan pola makan. Alkohol, rokok, kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi
fitoestrogen dapat menyebabkan kenaikan risiko kanker
Sinar ionisasi. Dari penelitian epidemiologi setelah ledakan bom atom atau penelitian
pada orang setelah pajanan sinar Rontgen, peranan sinar ionisasi sebagai faktor penyebab
pada manusia menjadi lebih jelas.
M0 No evidence of metastasis
M1 Distant metastasis (includes ipsilateral supraclavicular nodes)
Keterangan :
Lekukan pada kulit, retraksi papilla, atau perubahan lain pada kulit, kecuali yang terdapat pada
T4, bisa terdapat pada T1, T2 atau T3 tanpa mengubah klasifikasi.
Dinding thoraks adalah iga, otot interkostal dan m.serratus anterior, tanpa otot pektoralis.
Diagnosis
Diagnosis kanker payudara ditegakkan dengan berdasarkan triple diagnostic
procedures: clinical, imaging, & pathology/cytology or histopathology).
Pemeriksaan klinis
1. Anamnesis
Pada umumnya keluhan utama berupa benjolan di payudara, yang semakin lama
semakin membesar dengan/tanpa rasa sakit. Pada puting dikeluhkan nipple
discharge, retraksi puting susu, dan krusta. Pada kulit sekitar payudara dikeluhkan
kelainan (skin dimpling, ulceration, venous ectasia, peau dorange, satelitte nodule).
Dapat dikeluhkan juga benjolan di ketiak serta pembengkakan (edema) lengan. Pada
kasus metastasis juga dapat ditemukan keluhan nyeri tulang (vertebra, femur), serta
sesak napas dan lain sebagainya.
Faktor risiko yang perlu ditanyakan antara lain usia saat melahirkan anak pertama (>
35 tahun semakin tinggi risiko), paritas, riwayat laktasi, riwayat menstruasi
(menarche dan menopause), pemakaian obat-obatan hormonal, riwayat keluarga
dengan kanker payudara dan kanker ovarium, riwayat operasa tumor payudara jinak,
riwayat operasi kanker ovarium pada usia muda, serta riwayat radiasi di daerah
dada/payudara di usia muda.
2. Pemeriksaan Fisik
- Status generalis
- Status lokalis dimulai dengan pemeriksaan payudara kanan dan kiri (ipsilateral dan
kontralateral). Pada masa tumor dideskripsikan lokasi (kuadran), ukuran, konsistensi,
permukaan tumor, bentuk dan batas tumor, jumlah tumor yang dapat diraba, serta
fiksasi tumor (pada kulit, muskulus pektoralis, atau dinding toraks). Pada perubahan
kulit dilihat apakah ada kemerahan, edematous, dimpling, ulcus, satellite nodules,
atau gambaran kulit jeruk. Pada papila mammae dilihat apakah ada retraksi, krusta,
eksim, erosi, atau discharge. Pada KGB regional diperiksa dari aksila, infraklavikula,
serta supraklavikula (dinilai besar ukurannya konsistensi, fiksasi satu dengan
lainnya). Diperiksa juga organ yang menjadi tempat dan dicurigai terjadi metastasis
(paru, hati, tulang, cerebral).
Pemeriksaan Radio-Diagnostik
- Pemeriksaan yang diharuskan antara lain adalah mamografi dan USG mammae
(untuk keperluan diagnosis dan staging), foto toraks, dan USG abdomen (hati).
- Pemeriksaan yang dilakukan atas indikasi adalah bone scanning (apabila diameter
KPD > 5cm, T4/LABC, klinis dan sitologi mencurigakan), bone survey apabila tidak
tersedia fasilitas untuk bone scan, CT scan, dan MRI untuk mengevaluasi volume
tumor.
4. Pemeriksaan Histopatologi
a. Stereostatic biopsy dengan bantuan USG atau mamogram pada lesi nonpalpabel
b. Core needle biopsy (micro-specimen)
c. Vacuum assisted biopsy (mammotome)
d. Biopsi insisional untuk tumor operabel dengan diamater > 3cm, sebelum operasi
definitif, atau pada kasus inoperabel untuk diagnosis, faktor prediktor dan
prognostik.
e. Biopsi eksisional
f. Spesimen masktktomi disertai pemeriksaan KGB regional
g. Pemeriksaan imunohistokimia (IHC) terhadap ER, PR, Her-2(Human Epidermal
growth factor receptor)/Neu, Cathepsin, VEGF, BCL-2), P3, dan sebagainya.
5. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan
metastasis
- Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu diulang untuk follow up
Penatalaksanaan
Dibedakan berdasarkan:
1. Kanker payudara stadium 0 (TIS / T0, N0M0)
Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi didasarkan
pada hasil pemeriksaan radiologik.
2. Kanker payudara stadium dini / operabel (stadium I dan II, tumor <= 3 cm)
Dilakukan tindakan operasi :
Mastektomi
Breast Conserving Therapy (BCT) (harus memenuhi persyaratan tertentu)
Terapi adjuvan operasi:
Kemoterapi adjuvant bila :
A. Grade III
B. TNBC
C. Ki 67 bertambah kuat
D. Usia muda
E. Emboli lymphatic dan vaskular
F. KGB > 3
Radiasi bila :
A. Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)
B. Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor
C. Tumor sentral / medial
D. KGB (+) > 3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler
Radiasi eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi booster; pada
tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy.
Indikasi BCT :
Tumor tidak lebih dari 3 cm
Atas permintaan pasien
Memenuhi persyaratan sebagai berikut : Tidak multipel dan/atau mikrokalsifikasi luas
dan/atau terletak sentral, ukuran T dan payudara seimbang untuk tindakan kosmetik.
Bukan ductal carcinoma in situ (DCIS) atau lobular carcinoma in situ (LCIS), Belum
pernah diradiasi dibagian dada,tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau
skleroderma, serta memiliki alat radiasi yang adekuat
Terapi hormonal
Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila terjadi metastasis jauh atau sudah pernah
mendapat radiasi sebelumnya, tetapi residif. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif
sebelum kemoterapi karena efek paliatifnya lebih lama dan efek sampingnya lebih kurang.
Terapi hormonal paliatif dapat dilakukan pada penderita yang premenopause dengan cara
ovarektomi bilateral atau dengan pemberian antiestrogen, seperti tamoksifen atau
aminoglutetimid.
Tidak semua karsinoma mammae peka terhadap terapi hormonal. Penderita yang
diharapkan memberi respon yang baik dapat diketahui dari uji reseptor estrogen pada jaringan
tumor. Terapi hormonal ini diberikan sebagai adjuvant pada pasien paskamenopause yang uji
reseptor estrogennya positif dan pada pemeriksaan histopatologik ditemukan kelenjar aksila yang
berisi metastasis. Obat yang dipakai adalah sediaan antiestrogen tamoksifen; kadang
menghasilkan remisi selama beberapa tahun. Estrogen tidak dapat diberikan karena efek samping
terlalu berat.
Prognosis
Survival rate bergantung kepada stadium pada waktu pasien dilakukan pengobatan dan
jenis tumor.
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN SADARI (7 Januari 2016)
Pamflet
KENALI KANKER
PAYUDARA
FAKTOR RISIKO
1. Umur haid pertama < 12 th
2. Umur berhenti haid > 50 th
3. Tidak mempunyai anak
4. Melahirkan anak pertama
setelah usia 35 th
5. Tidak pernah menyusui
6. Riwayat kanker payudara
pada anggota keluarga
7. Kolesterol tinggi
8. Merokok
9. Minum alkohol
SADARI
(periksa payudara sendiri)
1. MELIHAT
2. MERABA
3. PIJIT PUTING SUSU