PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
BPH adalah hiperplasia dari kelenjar
TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi
BPH terjadi karena proliferasi stroma dan epithelial
Teori dihidrotestosteron
Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat
Berkurangnya kematian sel ( apoptosis )
Teori stem sel
TINJAUAN PUSTAKA
Patofisiologi
Biasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi
TINJAUAN PUSTAKA
Gejala Obstruktif
Pancaran melemah
Rasa tidak puas setelah miksi
Terminal dribbling : menetes setelah miksi
Terminal dribbling dan rasa belum puas setelah miksi terjadi
karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli buli.
Hesitancy : bila mau miksi harus menunggu lama
Terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk
dapat melawan resistensi uretra.
Straining : harus mengedan jika miksi
Intermittency: kencing terputus putus
Terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra
sampai akhir miksi
Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin
dan inkontinen karena overflow.
TINJAUAN PUSTAKA
Gejala Iritatif
Frekuensi : sering miksi
Frekuensi terutama terjadi pada malam hari ( nokturia )
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan colok dubur / digital rectal
examination (DRE)
Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
Konsistensi pada pembesaran prostat kenyal
Adakah asimetri
Adakah nodul pada prostat
Apakah batas atas dapat diraba dan apabila batas atas
masih dapat diraba biasanya besar prostat diperkirakan <
60 gr.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pencitraan prostat
Foto Polos Abdomen
Intravenous Pielogram
Transabdominal Ultrasound
TRUS (Transrectal Ultrasonography)
CT (Computed Tomography)
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pemeriksaan Tambahan
Uroflowmetri
Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)
Pemeriksaan Volume Residu Urin
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan Penunjang
Transabdominal Ultrasound
Gambaran BPH pada Transabdominal Ultrasound:
- Area inhomogen dari echodenicity tinggi dan rendah pada
bagian tengah prostat
- Accoustic shadow mengindikasikan kalsifikasi
- Visualisasi terbatas pada anatomi zona prostat
- Penonjolan dari pembesaran kelenjar prostat pada bagian
bawah vesika urinaria
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 10. Transrectal ultrasound (gambar transversal) pada pasien dengan pembesaran
prostat jinak (BPH). (A) memperlihatkan tanda pembesaran prostat. Kelenjar sentral
memperlihatkan gambaran multinoduler dengan kista jinak (panah) dan pembesaran yang
nyata. Hal ini telah diganti dan kompresi lebih echogenic pada zona perifer. (B)
memperlihatkan penyakit yang lebih sederhana dengan pembesaran kelenjar prostat yang
kecil. Kista jinak (penunjuk panah)dan nodul adenomatous (panah-panah) dapat
teridentifikasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan Penunjang
CT (Computed Tomography)
Gambaran BPH pada CT yaitu;
- Zona anatomi tidak nampak
- Pembesaran keseluruhan kelenjar prostat
- Lobus medial menonjol hingga ke dasar vesika urinaria
- Tidak dapat dibedakan dengan kanker prostat
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan Penunjang
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Gambaran MRI BPH :
- Zona anatomi tergambar jelas pada gambar T2
- Pembesaran Zona Transisional terlihat jelas
- Biasanya inhomogen dengan intensitas tinggi serta
rendah
- Penampakan halus zona periferal
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 13. T2-W bidang transversal prostat pada pria 63 tahun. Pada kelenjar prostat
sentral, tampak dua nodul besar benign prostatic hyperplasia dengan intensitas sinyal
rendah ke tinggi (panah putih). Catatan; intensitas sinyal rendah pada area sebelah kiri
zona perifer menunjukkan karsinoma prostat (panah hitam).
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 14. Serial T2-W MRI . Visualisasi zona anatomi prostat baik.
Zona transisional ditandai dengan pembesaran dan penonjolan ke bagian
dasar vesika urinaria.
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis
Diagnosis hiperplasia prostat dapat ditegakkan
melalui:
Anamnesis: gejala obstruktif dan gejala iritatif
TINJAUAN PUSTAKA
(Lanjutan)
Pemeriksaan radiologi: pada pielografi intravena
TINJAUAN PUSTAKA
Penatalaksanaan
WHO menganjurkan klasifikasi untuk menentukan
TINJAUAN PUSTAKA
DERAJAT I
Belum memerlukan tindak bedah, diberikan
TINJAUAN PUSTAKA
DERAJAT II
Merupakan indikasi untuk melakukan
TINJAUAN PUSTAKA
DERAJAT III
Reseksi endoskopik dapat dikerjakan oleh
TINJAUAN PUSTAKA
DERAJAT IV
Tindakan yang pertama harus dikerjakan adalah
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Prognosis
Pada umumnya prognosis penyakit ini baik jika
KESIMPULAN
Anamnesis
Identitas Pribadi
Nama
:
Jenis Kelamin :
Usia
:
Suku Bangsa :
Agama
:
Alamat
:
Tanggal Masuk:
Berat Badan :
Tn. MB
Laki-laki
84thn
Batak
Kristen
Dusun III Sondel Kuta Tinggi
3 November 2014
68 kg
Pemeriksaan Fisik :
Status Presens
Sens
: CM
TD
: 130/80 mmHG
HR
: 80x/i
RR
: 20 x/i
Temp
: 36,5oC
BB
: 68 kg
Anemia
Sianosis
Edema
Dispnue
: tidak dijumpai
: tidak dijumpai
:tidak dijumpai
: tidak dijumpai
Status Lokalisata
Kepala : Mata : reflex cahaya (+/+), pupil isokor, conjungtiva palp. Pucat (-/-)
T/H/M : dbn/dbn/dbn
Leher : Pembesaran KGB (-), TVJ R-2cmH2O
Thoraks : Inspeksi : simetris fusiform, retraksi (-)
Auskultasi : SP : vesikuler ; ST : (-), Frek. Jantung 80 x/menit, desah tidak
dijumpai
Abdomen : Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/L/R : tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+)
Ekstremitas
: Superior :Edema(-)
: Inferior: Edema (-)
Status Urologi
Flank area
Inspeksi: Bulging (-), tanda radang (-)
Palpasi: Ballotement (-), nyeri tekan (-)
Perkusi: Nyeri ketuk (-)
Suprapubic area
Inspeksi: Bulging (-)
Palpasi: Nyeri tekan (-), buli: kesan kosong, tidak teraba massa
Genitalia Eksterna
Jenis kelamin:
Laki- laki, sirkumsisi (-), terpasang Folley Catheter No. 18, produksi urine:
kuning pekat, testis teraba +/+
Digital Rectal Examination
Tonus sphincter ani: Ketat, mukosa licin, Bulbuscavernosus reflex: +, prostate teraba membesar
dengan simetris, kenyal, tidak bernodul, nyeri tekan (-)
Urinalisa
Warna
: Kuning pekat
Glukosa
:Bilirubin
:Keton
:Berat Jenis : 1.015
pH
: 5.0
Protein
: +2
Urobilinogen : Nitrit
:Darah
:Casts
:Crystals
:-
USG
Tgl
4-112014
Post
Kepala : Mata : reflex cahaya (+/+), TURP
pupil isokor, conjungtiva palp. Pucat a/i
BPH
(-/-)
T/H/M:dbn/dbn/dbn
Leher
Thoraks
P
-Tirah baring
-Diet MB
30mg/ 8jam
-Inj. Ranitidine
-Inj.VitaminK
10mg/ 8jam
A: Peristaltik (-)
Ekstremitas
Superior: Edema(-)
Inferior: Edema (-)
FC: Irigasi (+) Warna urine: merah
Na: 138
K: 3.1
Cl:109
P: Soepel
P: Timpani
Eri: 5.01.106
-Inj.Transamin 50mg/
8jam
I: Simetis
50mg/ 12jam
Abdomen :
Hasil Laboratorium
-IrigasiFC
dengan
Nacl 0.9% 40gtt/i
(kuning jernih)
Tgl
5-112014
O
S
A
P
Demam( Sens : CM, HD stabil Suhu 36,8oC Post TURP a/i - Tirah baring
-)
Kepala : Mata : reflex cahaya (+/+), BPH (H1)
- Diet MB
pupil isokor, conjungtiva palp. Pucat
(-/-)
-IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i makro
T/H/M:dbn/dbn/dbn
-Inj.Ceftriaxone 1gr/ 8jam
Leher
: Pembesaran KGB (-)
Thoraks
- Inj.Ketorolac
30mg/ 8jam
-Inj. Ranitidine
Abdomen :
I: Simetis
-Inj.VitaminK
P: Soepel
P: Timpani
A: Peristaltik (-)
Ekstremitas
Superior: Edema(-)
Inferior: Edema (-)
FC: Irigasi(+)
50mg/ 12jam
10mg/ 8jam
Tgl
6-112014
S
(-)
O
Sens : CM, HD stabil Suhu 36,8oC
Kepala : Mata : reflex cahaya (+/+), pupil isokor,
conjungtiva palp. Pucat (-/-)
A
P
Post TURP - Tirah baring
a/i BPH
- Diet MB
T/H/M:dbn/dbn/dbn
Leher
- Inj.Ketorolac
Thoraks
30mg/ 8jam
-Inj. Ranitidine
50mg/ 12jam
Abdomen :
I: Simetis
P: Soepel
P: Timpani
A: Peristaltik (-)
Ekstremitas:
Superior: Edema(-)
Inferior: Edema (-)
FC : Irigasi (+)
Warna Urine: Kuning Jernih
Tgl
7-112014
S
(-)
O
Sens : CM, HD stabil Suhu 36,8oC
Kepala : Mata : reflex cahaya (+/+), pupil isokor,
conjungtiva palp. Pucat (-/-)
A
P
Post TURP - Tirah baring
a/i BPH (H3)
- Diet MB
T/H/M:dbn/dbn/dbn
Leher
- Inj.Ketorolac
Thoraks
30mg/ 8jam
-Inj. Ranitidine
50mg/ 12jam
Abdomen :
I: Simetis
Pasien PBJ
P: Soepel
P: Timpani
A: Peristaltik (-)
Ekstremitas
Superior: Edema(-)
Inferior: Edema (-)
FC: Irigasi (+)
Warna urine: kuning jernih, Produksi urin:
TEORI
Pembesaran kelenjar prostat mempunyai
angka morbiditas yang bermakna pada
populasi pria lanjut usia. Hiperplasia prostat
sering terjadi pada pria diatas usia 50 tahun
(50-79 tahun).
PEMBAHASAN
Os datang ke RSUPHAM dengan keluhan
tidak bisa buang air kecil. Hal ini telah
terjadi 4 bulan yang lalu. Usia os saat ini
adalah 84 tahun. Berdasarkan keluhan dan
usia os, Os dicuragai kemungkinan adanya
pembesaran kelenjar prostat.
Terdapat beberapa sistem skoring, di Total IPSS skor pada pasien ini adalah
antaranya skor International Prostate 25 yaitu termasuk gejala berat.
Skoring System (IPSS) yang diambil
berdasarkan skor American Urological
Association (AUA).
Skor AUA terdiri dari 7 pertanyaan.
Pasien diminta untuk menilai sendiri
derajat keluhan obstruksi dan iritatif
mereka dengan skala 0-5. Total skor
dapat berkisar antara 0-35. Skor 0-7
ringan, 8-19 sedang, dan 20-35 berat.
Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Eamination
(DRE) sangat penting. Pemeriksaan colok dubur dapat
memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter
ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya
kelainan lain seperti benjolan pada di dalam rektum dan
tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus
diperhatikan:
a. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat
konsistensinya kenyal)
b. Simetris/ asimetris
c. Adakah nodul pada prostate
d. Apakah batas atas dapat diraba
e. Sulcus medianus prostate
f. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan
konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung,
lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan
Indikasi relatif
1.Keinginan pasien
2.Faktor pekerjaan
3.Ada kelainan di luar bidang urologi
sehubungan dengan BPH (hemoroid atau
hernia)