Prostatic
Hyperplasia
BPH
Benign Prostate Hyperplasia
PROSTAT
Kelenjar : 50 70%
Stroma & muskular : 30 50
%
Testis
Testosteron
5 reduktase
Dehidrotestosteron
Sinus UG
Prostat
PERSARAFAN PROSTAT
Berasal dari pleksus hipogastrikus inferior dan
membentuk
pleksus
prostatikus.
Prostat
mendapat persarafan terutama dari serabut saraf
tidak bermielin.
Serabut motoris, mungkin terutama simpatis,
tampak mempersarafi sel-sel otot polos di stroma
dan kapsula sama seperti dinding pembuluh
darah.
FISIOLOGI PROSTAT
Menghasilkan
cairan
untuk
semen,
yang
mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim
pembeku dan profibrinolisin. Cairan ini dialirkan
melalui duktus sekretorius dan bermuara di
urethra posterior untuk kemudian dikeluarkan
bersama cairan semen lain pada saat ejakulasi.
Volume cairan prostat merupakan 25% dari
seluruh volume ejakulat.
ETIOLOGI BPH
Dihidrotestosteron
5 reduktase
reseptor
Proliferasi
prostat
Teori
Growthsel
Factor
Teori Apoptosis
Teori Hormonal
Teori Stem Cell
DHT + Androgen
PATOFISIOLOGI BPH
PATOFISIOLOGI BPH
Gejala
Obstruktif
Gejala Iritatif
Nokturia
Pertanyaan
Tidak
sekali
<20%
<50%
50%
>50%
Hampir
selalu
b.
Berapa
kali
anda
berkemih lagi dalam waktu 2 0
menit
Jumlah nilai :
0 = baik sekali 3 = kurang
1 = baik 4 = buruk
2 = kurang baik 5 = buruk sekali
DIAGNOSIS BPH
Anamnesis
gejala obstruktif dan gejala iritatif
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur mengevaluasi :
1. Tonus spingter ani
2. Reflek bulbo cavernosus
3. Mukosa rektum
4. Benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat.
Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
.Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya
kenyal)
.Adakah asimetris
.Adakah nodul pada prostate
.Apakah batas atas dapat diraba
.Sulcus medianus prostate
.Adakah krepitasi
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan
ada tidaknya komplikasi.
1. Darah :
- Ureum dan Kreatinin
- Elektrolit
- Blood urea nitrogen
- Prostate Specific Antigen (PSA)
- Gula darah
2. Urin :
- Kultur urin + sensitifitas test
- Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
- Sedimen
Pemeriksaan Radiologi
1. Foto polos abdomen (BNO / Buik Nier
Overzich)BNO mencari :
batu opak di saluran kemih
batu/kalkulosa prostat
Terkadang ditemukan bayangan vesica urinaria
yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda
dari suatu retensi urine
USG
Trans abdominal ultrasound (TAUS)
melekatkan transdusen di permukaan abdomen di
atas buli-buli dan prostat. TAUS dapat
memperlihatkan adanya pembesaran intravesika
akibat pembesaran lobus medial prostat.
TAUS
(A) Longitudinal
(B) transversal.
TRUS
transrectal ultrasound prostat bidang axial, pada
pasien berumur 64 thn. Pada kelenjar sentral,
nampak dua nodul besar hyperplasia prostat
(panah putih).
Pemeriksaan Sistografi
Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan
hematuria atau pada pemeriksaan urine
ditemukan mikrohematuria.
Sistografi dapat memberikan gambaran
kemungkinan tumor di dalam vesica urinaria atau
sumber perdarahan dari atas bila darah datang
dari muara ureter, atau batu radiolusen di dalam
vesica. Selain itu juga memberi keterangan
mengenai basar prostat dengan mengukur
panjang uretra pars prostatika dan melihat
penonjolan prostat ke dalam uretra.
Pemeriksaan CT
Gambaran BPH pada CT yaitu;
Zona anatomi tidak nampak
Pembesaran keseluruhan kelenjar prostat
Lobus medial menonjol hingga ke dasar vesika
urinaria
Tidak dapat dibedakan dengan kanker prostat
Pemeriksaan MRI
Gambaran BPH pada MRI
Zona anatomi tergambar jelas pada gambar T2
Pembesaran Zona Transisional terlihat jelas
Biasanya inhomogen dengan intensitas tinggi
serta rendah
Penampakan halus zona periferal
Contoh MRI
Pemeriksaan Lain
1. Pemeriksaan Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju
pancaran urin ditentukan oleh :
Daya kontraksi otot detrusor
Tekanan intra vesica
Resistensi uretra
Diagnosa Banding
Kelemahan detrusor kandung kemih
Kelainan neurologik
Neuropati perifer
Diabetesm ellitus
Alkoholisme
Farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan
parasimpatolitik)
Diagnosa Banding
Obstruksi fungsional:
dis-sinergi detrusor-sfingter (terganggunya koordinasi antara
kontraksi detrusor dengan relaksasi sfingter)
Ketidakstabilan detrusor
derajat1:kissing1cm
derajat2:kissing2cm
derajat3:kissing3cm
derajat4:kissing>3cm6
Komplikasi
Inkontinensia Paradoks
Batu Kandung Kemih
Hematuria
Sistitis
Pielonefritis
Retensi Urin Akut Atau Kronik
Refluks Vesiko-Ureter
Hidroureter
Hidronefrosis
Gagal Ginjal
TERIMAKASIH..