Konjungtivitis
Zhafranto Dwi Rosatya
F-25
Bab 1 Pendahuluan
Definisi
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau
radang selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun
kronik. Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri,
klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan
penyakit sistemik (Ilyas, 2015)
Klasifikasi
Berdasarkan AOA (American optometric Association),
konjungtivitis di bedakan menjadi beberapa macam,
yaitu
Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis virus
Konjungtivitis alergi
Trakhoma.
Konjungtivitis bakteri
Umumnya manifestasi klinik dari konjungtivitis bakteri
adalah iritasi pelebaran pembuluh darah bilateral
(injeksi)
eksudat purulen dengan palpebra saling melekat saat
bangun tidur
Konjungtivitis bakteri berdasarkan terjadinya di
bedakan menjadi tiga macam, yaitu konjungtivitis
hiperakut, akut dan konjungtivitis kronik
Konjungtivitis gonorhoe
Gejala klinis
Stadium penyembuhan.
diagnosis
Diagnosis pasti pada
penyakit ini adalah dengan
pemeriksaan sekret dengan
pewarnaan metilen blue
dimana akan terlihat kuman
diplokokus
Oftalmia neonatorum
Oftalmia neonatorum merupakan konjungtivitis purulen hiperakut
yang terjadi pada bayi usia 1 bulan, disebabkan penularan
dijalan lahir, dari sekret vagina.
Infeksi menular seksual patogen terpenting yang menyebabkan
oftalmia neonatorum adalah N. gonorrhoeae dan Clamidia
trachomatis.
Gejala klinis
Bayi yang baru lahir umumnya dibawa
berobat karena :
kemerahan pada mata
pembengkakan kelopak mata
mata lengket
keluarnya duh tubuh dari mata
terjadi pada kedua mata.
Manifestasi klinis dan mungkin komplikasi akibat infeksi gonokokus dan
klamidiosis umumnya memberikan gambaran yang mirip, sehingga sukar
dibedakan
penatalaksanaan
Konjungtivitis yang dapat terjadi pada semua orang dan pada semua
usia
penatalaksanaan
Pemeriksaan penunjang :
Pewarnaan gram
Konjungtivitis virus
kebanyakan yang terjadi bisa bersifat ringan, sedang dan self limited.
konjungtivitis adenonovirus
konjungtivitis herpetik
Konjungtivitis adenovirus
Keratokonjungtivitis epidemik
Kortikosteroid selama
konjungtivitis akut dapat
memperpanjang keterlibatan
kornea sehinggaharus dihindari
Demam faringokonjungtival
Demam faringkonjungtival
umumnya di sebabkan oleh
adenovirus tipe 3, kadang 4 dan
7
Demam Faringokonjungtival
ditandai oleh demam 38,3-40 C
Konjugtivitis herpetik
konjungtivitis herpes simplex
Iritasi
sekret mucoid
fotofobia ringan.
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi.
Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali
sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali
sehari selama 7 hari.
Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster
Terapi : Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama
10 hari)
Konjugtivitis alergi
Konjungtivitis vernal
Konjungtivitis atopik
Konjungtivitis atopik
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada
pasien atau keluarganya
Terapi topikal jangka panjang dengan obat pengstabil sel mast adalah
hal yang terpenting, Antihistamin oral juga bermanfaat
Konjungtivitis vernal
penatalaksanaan
Crmolyn topical adalah agen profilaktik yang baik untuk kasus sedang
sampai berat.
Jika lensa kontak masih digunakan perawatan lensa kontak yang baik
sangat diperlukan
Gejala yaitu : gatal, kemerahan, dan mata berair. terdapat injeksi ringan
di konjungtiva palpebralis dan konjungtiva bulbaris, selama serangan
akut sering ditemui kemosis berat.
Trakoma
Grading Trakoma
Terapi
Dosis yang biasanya diberikan adalah dewasa 1 g per oral sehari; anakanak 20 mg/kgBB per oral sehari
Faktor yang diduga kuat sebagai etiologinya adalah reaksi alergi obat
secara sistemik, infeksi bakteri, virus, jamur, protozoa, neoplasma,
reaksi pascavaksinasi,alergi makanan, bahan-bahan kimia dan penyakit
kolagen
Gejala klinis
Kulit : eritema yang menyebar luas pada rangka tubuh, Eritema
akan menjadi vesikel dan bula yang kemudian pecah menjadi
erosi, ekskoriasi, menjadi ulkus yang ditutupi pseudomembran
atau eksudat bening
Mata : konjungtivitis, erupsi yang merata dengan krusta
hemoragi pada garis tepi mata, bila parah dapat berkembang
menjadi konjungtivitis purulen, photophobia, panophtalmitis,
deformitas kelopak mata, uveitis anterior, iritis, simblefaron,
iridosiklitis serta sindrom mata kering.
Genital : Lesi pada genital dapat menyebabkan uretritis,
balanitis dan vulvovaginitis
Oral : lesi oral lebih cenderung banyak terjadi pada bibir, lidah,
palatum mole, palatum durum, mukosa pipi sedangkan pada gusi
relative jarang terjadi lesi
penatalaksanaan
Rawat inap
Preparat Kortikosteroid : Kortikosteroid yang biasa digunakan
berupa deksametason secara intravena dengan dosis permulaan
4-6 x 5mg sehari
Antibiotik
Infuse dan Transfusi Darah
KCl : KCl dengan dosis 3 x 500 mg sehari peroral
Adenocorticotropichormon (ACTH)
Agen Hemostatik : Agen hemostatik yang sering digunakan
adalah vitamin K
kompres dengan larutan salin serta lubrikasi mata dengan air mata
artificial dan ointment
Anamnesis
RPS: Mata kanan kiri merah (+) 4 hari, nrocoh, keluar kotoran, panas(-),
lengket, pandangan jelas, saat ini pasien mengalami gatal seluruh
badan, ada bercak merah pada seluruh badan dan kulit melepuh hingga
mukosa setelah mengkonsumsi obat erythromisin dan parasetamol.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Segmena
Anterior
Pupil : isokor
Diagnosis
Planning diagnosis :
Biopsi
Planning
Monitoring mata
terapi
Mata merah
sekret
Edukasi
Bab 4 Kesimpulan
edukasi pada pasien yaitu untuk tetap selalu menjaga higienitas supaya
dapat sembuh dengan baik dan tidak terjadi komplikasi yang lebih parah.