Anda di halaman 1dari 43

Laporan Kasus

Konjungtivitis
Zhafranto Dwi Rosatya
F-25

Bab 1 Pendahuluan

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir


yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut
maupun kronik

Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral toksik,


ataupun berkaitan dengan penyakit sistemik

Steven Johnson Sindrom adalah suatu penyakit eritema multiform yang


berat (mayor). penyakit ini sering ditemukan pada orang usia muda
sekitar 35 tahun.

Manifestasi pada mata terjadi pada 70% pasien sindrom Stevens


Johnson. Kelainan yang sering terjadi adalah konjungtivitis.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Definisi
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau
radang selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun
kronik. Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri,
klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan
penyakit sistemik (Ilyas, 2015)

Klasifikasi
Berdasarkan AOA (American optometric Association),
konjungtivitis di bedakan menjadi beberapa macam,
yaitu
Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis virus
Konjungtivitis alergi
Trakhoma.

Konjungtivitis bakteri
Umumnya manifestasi klinik dari konjungtivitis bakteri
adalah iritasi pelebaran pembuluh darah bilateral
(injeksi)
eksudat purulen dengan palpebra saling melekat saat
bangun tidur
Konjungtivitis bakteri berdasarkan terjadinya di
bedakan menjadi tiga macam, yaitu konjungtivitis
hiperakut, akut dan konjungtivitis kronik

Konjungtivitis bakteri hiperakut


Konjungtivitis bakteri hiperakut terjadi kurang dari 24
jam, diantaranya yaitu
Konjungtivitis gonorhoe
Oftalmia neonatorum

Konjungtivitis gonorhoe

disebabkan oleh Neisseria gonorhoe

Dapat menular melalui kontak dengan penderita secara langsung atau


kontak melalui barang, Orang dewasa atau remaja yang aktif
berhubungan seksual, Bayi dari ibu yang mempunyai penyakit gonorhoe

Pada bayi memberikan tanda sekret purulen padat dengan masa


inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari.

Gejala klinis

Pada orang dewasa terdapat tiga stadium, yaitu

stadium infiltrative : di temukan palpebra bengkak, dan kaku sehingga


susah dibuka. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang
merah, kemotik dan menebal. Biasanya mata kanan terkena lebih dulu

Stadium Supuratif : terdapat sekret yang kental. Pada bayi biasanya


mengenai kedua mata dengan sekret yang kuning kental, sedangkan
pada orang dewasa sekret tidak kental sekali

Stadium penyembuhan.

diagnosis
Diagnosis pasti pada
penyakit ini adalah dengan
pemeriksaan sekret dengan
pewarnaan metilen blue
dimana akan terlihat kuman
diplokokus

Jika kornea tidak telibat,


ceftraxon 1g dosis tunggal i.m.

Jika kornea tekena, ceftriaxon 12g parenteral selama 5 hari.

Irigasi larutan saline pada mata


sampai discharge tereliminasi

Antibiotik topikal yang bisa


diberikan adalah eritromicyn,
gentamicyn atau floroquinolon

Oftalmia neonatorum
Oftalmia neonatorum merupakan konjungtivitis purulen hiperakut
yang terjadi pada bayi usia 1 bulan, disebabkan penularan
dijalan lahir, dari sekret vagina.
Infeksi menular seksual patogen terpenting yang menyebabkan
oftalmia neonatorum adalah N. gonorrhoeae dan Clamidia
trachomatis.

Gejala klinis
Bayi yang baru lahir umumnya dibawa
berobat karena :
kemerahan pada mata
pembengkakan kelopak mata
mata lengket
keluarnya duh tubuh dari mata
terjadi pada kedua mata.
Manifestasi klinis dan mungkin komplikasi akibat infeksi gonokokus dan
klamidiosis umumnya memberikan gambaran yang mirip, sehingga sukar
dibedakan

penatalaksanaan

Menurut kemenkes, penatalaksanaan pada oftalmia neonatorum adalah


dengan pemberian obat-obatan gonorhoe, dan jika dalam 3 hari tidak
menunjukkanperbaikan maka diberikan obat-obatan klamidiosis

Obat yang diberikan pada konjungtivitas gonorhoe adalah seftriakson


50-100mg/KgBB dosis tunggal atau bisa diberikan kanamisin 25mg/KgBB
dosis tunggal,

pengobatan untuk klamidia :

sirup eritromisin 50mg/KgBB/hari peroral 4 kali sehari selama 14 hari atau

trimetroprim-sulfametoksazol 40-200mg, peroral, 2 kali sehari selama 14 hari

Konjungtivitis bakteri akut

Konjungtivitis yang dapat terjadi pada semua orang dan pada semua
usia

Penyebabnya adalah staphilococcus aureus, streptococcus pneumonia


(iklim sedang), spesies haemophilus (iklim tropik)

penyakit ini ditandai dengan hiperemia konjungtiva akut, dan sekret


mukopurulen yang berjumlah sedang

Konjungtivitis bakteri kronik

Dikatakan konjungtivitis bakteri kronik jika terjadi lebih dari 4 minggu

penyebab konjungtivitis bakteri kronik biasanya berbeda dengan


konjungtivitis akut, konjungtivitis bakteri kronik biasanya berhubungan
dengan inokulasi bakteri yang berkepanjangan disertai dengan blefaritis

Penyebab konjungtivitis bakteri kronik biasanya adalah stapilococcus


aureus atau bisa juga akibat moraxela catarhalis

penatalaksanaan
Pemeriksaan penunjang :

Terapi konjungtivitis tergantung pada


temuan mikrobiologiknya .

sambil menunggu hasil laboratorium,


dokter dapat memberiantimikroba
spektrum luas (polimiksin-trimetrprim),
neosporin, basitrasin, gentamisin,
kloramfenikol, tobramisin, eritromisin.

Pewarnaan gram

Konjungtivitis virus

Banyak virus yang dapat menyebabkan terjadinya konjungtivitis,

kebanyakan yang terjadi bisa bersifat ringan, sedang dan self limited.

Berdasarkan AOA, konjungtivitis virus dibedakan menjadi 2, yaitu :

konjungtivitis adenonovirus

konjungtivitis herpetik

Konjungtivitis adenovirus
Keratokonjungtivitis epidemik

disebabkan oleh adenovirus


8,19, 29 dan 37 umumnya
bilateral
Terjadi bisa karena transmisi
nosocomial
Gejala berupa injeksi
konjungtiva, mata berair,
perdarahan subkonjungtiva,
kadang-kadang terdapat
pseudomembran. Kelenjar
preaurikuler membesar

Sekarang ini belum ada terapi


spesifik,

namun kompres dingin akan


mengurangi beberapa gejala.

Kortikosteroid selama
konjungtivitis akut dapat
memperpanjang keterlibatan
kornea sehinggaharus dihindari

Antibiotik dapat diberikan bila


terjadi superinfeksi

Demam faringokonjungtival

Demam faringkonjungtival
umumnya di sebabkan oleh
adenovirus tipe 3, kadang 4 dan
7

Demam Faringokonjungtival
ditandai oleh demam 38,3-40 C

sakit tenggorokan, dan

konjungtivitis folikuler pada satu


atau dua mata

Mata merah dan berair mata

kadang sedikit kekeruhan


daerah subepitel

Yang khas adalah limfadenopati


preaurikuler (tidak nyeri tekan)

Konjugtivitis herpetik
konjungtivitis herpes simplex

ditandai pelebaran pembuluh


darah unilateral

Iritasi

sekret mucoid

fotofobia ringan.

Kornea dapat terjadi ulkus atau


ulkus-ulkus epithelial yang
bercabang banyak (dendritik).

Vesikel herpes kadang-kadang


muncul di palpebra dan tepian
palpebral

edema hebat pada palpebra.

Khas terdapat sebuah nodus


preaurikuler yang terasa nyeri
jika ditekan.

Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi.

Antivirus local atau sistemik,untuk mencegah kerusakan kornea

Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 10 hari (trifluridine setiap 2


jam sewaktu bangun).

Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali
sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali
sehari selama 7 hari.

Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster

Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi vesikuler


khas sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang
oftalmika adalah khas herpes zoster

Terapi : Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama
10 hari)

Konjugtivitis alergi

kebanyakan kategori konjugtivitis alergi terjadi karena reaksi


hipersensitif tipe 1 yang tejadi akbat betemunya alergen dengan IgE
antigen, yang menstimulasi degranulasi mast sel yang meghasilkan
mediator inflamasi

konjungtivitis akut ini terbagi menjadi 4 macam, yaitu :

konjungtivitis hay fever

Konjungtivitis vernal

Konjungtivitis atopik

konjungtivitis papilar raksasa (Giant papil) dan

konjungtivitis alergi tipe lambat seperti fliktenulosis

Konjungtivitis atopik

Inflamasi kronik konjungtivitis yang di sertai dengan dermatitis atopik,


keratokonjungtivitis atopik sering terjadi pada remaja

Gejala berupa sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah dan


fotofobia. Tepian palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih
seperti susu

Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada
pasien atau keluarganya

Terapi topikal jangka panjang dengan obat pengstabil sel mast adalah
hal yang terpenting, Antihistamin oral juga bermanfaat

Konjungtivitis vernal

Penyakit ini, juga dikenal sebagai konjungtivitis musiman atau


konjungtivitis musim kemarau, adalah penyakit alergi bilateral yang
jarang. Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di
daerah dingin

Gejala : gatal-gatal yang sangat dan kototran mata berserat-serat.

Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan


lainnya).

Konjungtiva palpebra superior sering memiliki papilla raksasa mirip batu


kali. Setiap papilla raksasa berbentuk polygonal, dengan atap rata, dan
mengandung berkas kapiler.

penatalaksanaan

Penyakit ini sembuh sendiri

tetapi medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil


jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk jangka panjang.

Crmolyn topical adalah agen profilaktik yang baik untuk kasus sedang
sampai berat.

Vasokonstriktor, kompres dingin dan kompres es ada manfaatnya, dan


tidur di tempat ber AC sangat menyamankan pasien

Konjungtivitis giant papil

Konjungtivitis giant papil sering terjadi pada orang-orang yang


menggunakan lensa kontak.

Penggantian prostesis mata plastik dengan kaca dan memakai kacamata


bukan kontak lensa dapat menyembuhkan.

Jika lensa kontak masih digunakan perawatan lensa kontak yang baik
sangat diperlukan

Konjungtivitis hay fever

Merupakan radang konjungtivitis yang menyertai hay fever (rinitis


alergi)

mempunyai riwayat alergi.

Gejala yaitu : gatal, kemerahan, dan mata berair. terdapat injeksi ringan
di konjungtiva palpebralis dan konjungtiva bulbaris, selama serangan
akut sering ditemui kemosis berat.

Pemberian antihistamin topikal dan vasokontriktor serta pemberian


kompres dingin dapat membantu meringkan penyakit ini

Trakoma

Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis kronis yang


disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis

Tanda dan gejala penyakit trakoma biasanya menyerupai konjungtivitis


bacterial

Pada trakoma yang sudah terdiagnosis mungkin juga terdapat keratitis


epitel superior, keratitis subepitel, pannus, folikel limbus superior dan
sikatriks yang patognomonik

Grading Trakoma

3. Trakoma Sikatriks (TS)

1. Trakoma folikular (TF)


4. Trikiasis (TT)

2. Trakoma Inflamasi (TI)


5. Opasitas kornea (CO)

Terapi

WHO sendiri merekomendasikan antibiotik azitromisin oral dan salep


mata tetrasiklin sebagai pilihan terapi.

Azitromisin dianggap lebih baik daripada tetrasiklin karena mudah


diberikan dengan single dose, dapat langsung dipantau

Dosis yang biasanya diberikan adalah dewasa 1 g per oral sehari; anakanak 20 mg/kgBB per oral sehari

Steven Johnson Sindrom

Etiologi sindrom Stevens-Johnson bersifat multifaktorial, sedang-kan


etiologi pasti belum diketahui.

Faktor yang diduga kuat sebagai etiologinya adalah reaksi alergi obat
secara sistemik, infeksi bakteri, virus, jamur, protozoa, neoplasma,
reaksi pascavaksinasi,alergi makanan, bahan-bahan kimia dan penyakit
kolagen

Gejala klinis sindrom Stevens-Johnson didahului gejala prodromal yang


tidak spesifik seperti demam, malaise, batuk, sakit kepala, nyeri dada,
diare, muntah dan artralgia.

Gejala prodromal ini dapat berlangsung selama dua minggu dan


bervariasi dari ringan sampai berat.

Gejala klinis
Kulit : eritema yang menyebar luas pada rangka tubuh, Eritema
akan menjadi vesikel dan bula yang kemudian pecah menjadi
erosi, ekskoriasi, menjadi ulkus yang ditutupi pseudomembran
atau eksudat bening
Mata : konjungtivitis, erupsi yang merata dengan krusta
hemoragi pada garis tepi mata, bila parah dapat berkembang
menjadi konjungtivitis purulen, photophobia, panophtalmitis,
deformitas kelopak mata, uveitis anterior, iritis, simblefaron,
iridosiklitis serta sindrom mata kering.
Genital : Lesi pada genital dapat menyebabkan uretritis,
balanitis dan vulvovaginitis
Oral : lesi oral lebih cenderung banyak terjadi pada bibir, lidah,
palatum mole, palatum durum, mukosa pipi sedangkan pada gusi
relative jarang terjadi lesi

penatalaksanaan
Rawat inap
Preparat Kortikosteroid : Kortikosteroid yang biasa digunakan
berupa deksametason secara intravena dengan dosis permulaan
4-6 x 5mg sehari
Antibiotik
Infuse dan Transfusi Darah
KCl : KCl dengan dosis 3 x 500 mg sehari peroral
Adenocorticotropichormon (ACTH)
Agen Hemostatik : Agen hemostatik yang sering digunakan
adalah vitamin K

Perawatan pada mata

Perawatan pada mata memerlukan kebersihan mata yang baik

kompres dengan larutan salin serta lubrikasi mata dengan air mata
artificial dan ointment

Pada kasus yang kronis,suplemen air mata seringkali digunakan untuk


mencegah terjadinya corneal epithelial breakdown

Antibiotik topikal dapat digunakan untuk menghindari terjadinya infeksi


sekunder.

Bab 3 Laporan Kasus


Identitas pasien
Nama: Nn. BN
Usia : 19 th
Jenis Kelamin: perempuan
Suku: Jawa
Waktu pemeriksaan : 28 Desember 2016
No RM : 360689

Anamnesis

Keluhan utama : mata merah kana dan kiri

RPS: Mata kanan kiri merah (+) 4 hari, nrocoh, keluar kotoran, panas(-),
lengket, pandangan jelas, saat ini pasien mengalami gatal seluruh
badan, ada bercak merah pada seluruh badan dan kulit melepuh hingga
mukosa setelah mengkonsumsi obat erythromisin dan parasetamol.

RPD: belum pernah mengalami hal ini sebelumnya

Riw Pengobatan : belum pernah diberi obat

Riw alergi : obat eritromisin, parasetamol

RPK : keluarga tidak mengalami hal yang sama

Pemeriksaan Fisik

Visus: ODS 6/6

Pemeriksaan Segmena
Anterior

Palpebra : edema (-/-), secret (+/


+)

Konjungtiva : CVI (+/+), PCVI (-/-),

Kornea : jernih (+/+)

BMD : dalam (+/+)

Pupil : isokor

Iris : regular (+/+), sinekia (-/-)

Lensa : jernih (+/+)

Seg. Pos: tdk diperiksa

Diagnosis

SJS oleh obat eritromisin dan


parasetamol
Konjungtivitis alergi ODS

Planning diagnosis :
Biopsi

Planning
Monitoring mata

terapi

Ocuflam 4 ddgtt II ODS

Mata merah

Cendo LFX 4 ddgtt II ODS

sekret

Edukasi

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang


diderita pasien beserta pengobatan, komplikasi dan prognosis

menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk menghindari allergen,


pada kasus ini yaitu obat eritromisin dan parasetamol

Menjelaskan pada pasien agar menjaga higienitas mata untuk


mencegah terjadinya infeksi sekunder

Bab 4 Kesimpulan

Konjungtivitis akibat Sindrom Steven Johnson terjadi hampir 70%

gejala konjungtivitis seperti umumnya adalah mata merah dengan


adanya konjungtival injeksi, jika tidak di tangani, bebrapa penyakit
konjungtivits dapat menyebabkan komplikasi, seperti adanya defek ke
kornea, hingga terjadi kebutaan.

Penatalaksanaan dalam penyakit konjungtivitis ini adalah menghindari


factor allergen (dalam hal ini adalah obat-obat yang menyebabkan
alergi),

pada keluhan mata pendirita diberikan kortikosteroid dan antibiotic untuk


mencegah komplikasi dan infeksi sekunder.

edukasi pada pasien yaitu untuk tetap selalu menjaga higienitas supaya
dapat sembuh dengan baik dan tidak terjadi komplikasi yang lebih parah.

Anda mungkin juga menyukai