Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

TONSILITIS
Oleh :
Elsa Patricia A. - 1115060
Alfega Xavier S. 1115188
Sandra Agna S. 1115138
Rinaldy Alexander 1015051

Pembimbing :
dr. Purwadi, Sp.THT-KL

BAGIAN ILMU THT


FK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT SARTIKA ASIH
BANDUNG
2016

BAB I
PENDAULUHAN

A.

Latar Belakang
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari

jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya, bagian
organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanandan kiri tenggorok.
Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil
faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.Tonsil terletak dalam
sinus tonsilaris diantara kedua pilar dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini.
Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki
virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau
mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya
tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalantubuh untuk
membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak
dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akantimbul tonsillitis. Dalam
beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis
membranosa, dan tonsillitis kronis.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.

Pengertian

Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada


tonsil atau amandel. Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal ( adenoid ), tonsil palatina ( tosil
faucial), tonsil lingual ( tosil pangkal lidah ), tonsil tuba Eustachius ( lateral band dinding
faring /Gerlachs tonsil ). Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes,
dapat juga disebabkan oleh virus. Dengan demikian, tonsilitis merupakan suatu
peradangan pada tonsil yang disebabkankarena bakteri atau virus,prosesnya bisa akut
atau kronis. Tonsilektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan mengambil atau
mengangkat tonsil untuk mencegah infeksi selanjutnya.
Macam-macam tonsillitis, yaitu :
1. Tonsilitis Akut
a.

Tonsilis viral
Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang disertai

rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein Barr.
Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi
infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak lukaluka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.
b. Tonsilitis bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus,
hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokus
viridan, Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil
akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear
sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas
disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu,
membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.

2. Tonsilitis Membranosa
a. Tonsilitis difteri
Tonsilitis diferi merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne
bacterium diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak berusia
kurang dari 10 tahunan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun juga
masih sering ditemukan pada orang dewasa. Tidak semua orang bias terkena
infeksi ini, karena tergantung titer toxin dalam tubuh orang tersebut. Gejala dan
tanda tonsillitis difteri adalah seperti pada umumnya tonsillitis yaitu demam
subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, serta
keluhan nyeri menelan. Gejala local yang ditemukan adalah tampak berupa
pembengkakan tonsil dengan ditutupi bercak putih kotor yang makin lama akan
meluas dan bersatu membentuk membran semu. Membran ini dapat meluas ke
uvula, palatum mole, nasofaring, laring, trakea dan bronkus sehingga dapat
menyumbat jalur pernapasan. Pada perkembangan infeksi ini biasanya akan
berjalan terus, kelenjar limfe pun akan membesar dan leher akan terlihat seperti
leher sapi ( bull neck ) atau disebut juga Burgemeesters hals.
Untuk mendiagnosis ini ditegakan dengan gambaran klinik dan pemeriksaan
preparat langsung kuman yang diambil dari permukaan bawah membran semu dan
didapatkan kuman Corynebacterium diphteriae.
Terapi yang sering diberikan adalah dengan anti difteri serum diberikan segera
tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung umur
dan beratnya penyakit.
Komplikasi tersering adalah laryngitis difteri yang dapat berlangsung dengan
cepat dan dapat menjalar ke sekitarnya. Miokarditis juga merupakan komplikasi
yang dapat mengarah ke payah jantung.
b. Tonsilitis septik
Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang terdapat
dalam susu sapi sehingga dapat menimbulkan epidemic. Oleh karena di Indonesia
susu sapi di pasteurisasi terlebih dahulu sehingga penyakit ini jarang ditemukan
lagi.

c. Angina Plaut Vincent ( stomatitis ulsero membranosa )


Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi
vitamin C. Gejala penyakit ini biasanya khas dengan adanya demam tinggi yang
dapat mencapai 39 C disertai nyeri kepala, badan lemah, dan kadang terdapat
gangguan penceranaan. Rasa nyeri di mulut , hipersalivasi, gigi dan gusi mudah
berdarah. Pemeriksaan yang dilakukan adalah muksoa mulut yang lebih hiperemis
menjadi tanda utama dan terdapat membran puth keabuan diatas tonsil , uvula ,
dinding faring, gusi , serta prosesus alveolaris, mulut juga lebih berbau dan
kelenjar sub mandibular membesar. Terapi yang diberikan adalah antibiotic selama
1 minggu dan mmberikan vitamin C dan B kompleks serta menjaga hygiene mulut.
d. Penyakit kelainan darah
Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi
mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Kadang
terdapat perdarahan di selaput lendir mulut dan faring serta pembesaran kelenjar
suubmandibula. Leukemia akut adalah salah satu kelainan darah yang sering
menyebabkan tonsillitis, biasanya terdapat gejala gusi dan bawah kulit terdapat
bercak kebiruan dan sering terdapat epistaxis serta perdarahan mukosa mulut atau
gusi. Tonsil membengkak ditutupi membran semu tetapi tidak hiperemis dan nyeri
yang hebat di tenggorok.
Angina agranulasitosis merupakan penyakit akibat keracunan obat dari
golongan amidopirin, sulfa, dan arsen. Pada pemeriksaan fisik di temukan ulkus di
mukosa mulut dan faring serta disekitar ulkus tampak gejala radang, ulkus pun
dapat ditemukan di genitalia dan saluran cerna.
Penyakit berikutnya adalah infeksi mononucleosis, dimana pada penyakit ini
terjadi tonsilo faringitis ulsero membranosa bilateral. Membran semu yang
menutupi ulkus mudah diangkat tanpa menimbulkan perdarahan. Terdapat pula
pembesaran kelenjar limfe di leher , ketiak dan region inguinale. Gambaran darah
yang khas adalah terdapat leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khas
yang lain adalah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah
merah domba atau disebut juga reaksi paul bunnel.

3. Tonsilis Kronik

Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok,


beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik,
dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan
tonsillitis akut tetapi kadang kuman berubah menjadi kuman golongan Gram negative.
Patologi yang jelas ditemukan adalah reaksi radang berulang sehingga selain epitel
mukosa, limfoid pun terkikis dan proses penyembuhannya diganti oleh jaringan parut
sehingga akan menyebabkan kripta melebar akibat adanya pengerutan. Secara klinik
kripta ini tampak diisi oleh detritus .Proses ini berjalan terus dan akan menembus
kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fosa
tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
submandibular.
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kripta melebar dengan permukaan yang tidak rata, kripta melebar dan beberapa terisi
dengan detritus. Rasa ada yang mengganjal pada tenggorok, dirasakan kering di
tenggorok dan napas berbau.
B.

Anatomi dan Fisiologi


Orofaring terbuka ke rongga mulut pada pilar anterior faring. Palatum mole
terdiri dari otot yang ditunjang oleh jaringan fibrosa dan diluarnya dilapisi oleh
mukosa. Penonjolan di median membaginya menjadi 2 (dua) bagian. Bentuk seperti
kerucut yang terletak di bagian sentral yang kita kenal dengan uvula. Batas lateral
palatum pada setiap sisinya terbagi menjadi pilar anterior dan pilar posterior fausium.
Pada pilar anterior teradapat m. palatoglosus. Pilar posterior terdiri m.
palatofaringeus. Diantara kedua pilar terdapat celah, tempat kedudukan tonsil
fausium.
Tonsil fausium Tonsilfausium, masing masing sebuah pada tiap sisi
orofaring, adalah jaringan limfoid yang berbentuk seperti buah kenari dibungkus oleh
kapsul fibrosa yang jelas. Permukaan sebelah dalam atau permukaan yang bebas,
tertutup oleh membran epitel skuamosa berlapis yang sangat melekat. Epitel ini
meluas dalam kantung atau kripta yang membuka ke permukaan tonsil.
Plika triangularis adalah lipatan mukosa yang tipis, terbentang kebelakang
dari pilar anterior dan menutupi sebagian permukaan anterior tonsil yang timbul
dalam kehidupan embrional. Plika semilunaris (supra tonsil) adalah lipatan sebelah
atas dari mukosa yang mempersatukan kedua pilar pada pertautannya. Fosa supra

tonsilar merupakan celah yang ukurannya bervariasi, bisa juga terletak diatas tonsil
dan diantara pilar anterior dan pilar posterior.
Tonsil Lingual Tonsil lingual merupakan bentuk yang tidak bertangkai,
terletak pada dasar lidah diantara kedua tonsil fausium dan meluas kearah
anteroposterior dari papila sirkumvaklata ke epiglottis dipisahkan dari otot otot
lidah oleh suatu lapisan jaringan fibrosa. Tonsil terdiri dari sejumlah penonjolan yang
bulat atau melingkar yang mengandung jaringan limfoid dan di sekelilingnya terdapat
jaringan ikat.
Cincin Waldeyer Tonsil dan adenoid merupakan bagian terpenting cincin
waldeyer dari limfoid, yang mengelilingi faring. Unsur yang lain yaitu tonsil lingual,
pita lateral faring dan kelenjar kelenjar limfoid yang tersebar dalam fossa
rosenmuller dibawah mukosa dinding posterior faring dan dekat orifisium tuba
eustachius.
Kapsul Tonsil Kapsul tonsil mempunyai trabekula yang berjalan ke dalam
parenkim. Trabekula ini mengandung pembuluh darah, saraf saraf dan pembuluh
limfe eferen.
Kripta Tonsil Terdiri dari 8 20 kripta, biasanya tubular dan hampir selalu
memanjang dari dalam tonsil sampai ke kapsul pada permukaan luarnya. Kripta
tersebut tidak bercabang cabang tetapi merupakan saluran yang sederhana. Jaringan
ikat sub epitel yang terdapat dengan jelas dibawah permukaan epitel segera hilang
ketika epitel membentuk kripta. Hal ini menyebabkan sel sel epitel dapat menempel
pada struktur limfatik tonsil. Sering kali tidak mungkin untuk membuat garis pemisah
antara epitel kripta dengan jaringan interfolikuler. Epitel kripta tidak sama dengan
epitel asalnya yang menutupi permukaan tonsil, tidak membentuk sawar pelindung
yang kompak dan utuh.
Fossa Tonsilaris Pilar anterior berisi m. palatoglosus dan membentuk batas
anterior, pilar posterior berisi m. palatofaringeus dan membentuk batas posterior
sinus. Palatoglosus mempunyai origo berbentuk seperti kipas dipermukaan oral
palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus merupakan otot
yang tersusun verikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba Eustachius dan
pada dasar tenggorok. Otot ini meluas kebawah sampai ke dinding atas esophagus.
Otot ini lebih penting daripada otot palatoglosus. Kedua pilar bertemu diatas untuk
bergabung dengan paltum mole. Di inferior akan berpisah dan memasuki jaringan
pada dasar lidah dan dinding lateral faring. Dinding luar fosa tonsilaris terdiri dari m.

konstriktor faringeus superior. M. konstriktor superior mempunyai serabut melintang


yang teratur, membentuk otot sirkularfaring. Fowler dan Todd menggambarkan otot
keempat yang dinamakan m. tonsilofaringeus yang dibentuk oleh serabut serabut
lateral dari m. palatofaringeus. Otot ini melekat pada kapsul tonsil pada pertemuan
lobus atas dan bawah.
Sistem Pembuluh Limfe Faring dan Tonsil Kelenjar limfe menerima pembuluh
aferen dari bagian bawah oksipital. Kelenjar limfe ini dibagi oleh eferen yang berjalan
menuju bagian atas kelenjar mstoid substernal. Kelenjar mastoid atau kelenjar
retroaurikular

(biasanya

berpasangan)

terdapat

di

dekat

insersi

m.

sternokleidomastoid, menerima pembuluh aferen dari bagian temporal kepala,


permukaan dalam telinga dan bagian posterior liang telinga. Aliran pembuluh limfe
jaringan tonsil ini tidak mempunyai pembuluh aferen. Aliran limfe dari parenkim
tonsil ditampung pada ujung aferen yang terletak pada trabekula. Dari sini menembus
kapsula ke otot konstriktor superior pada dinding belakang faring. Beberapa cabang
didaerah ini berjalan ke belakang menembus fasia bukofaringeal kemudian kelenjar
kelenjar pada daerah leher dan bermuara ke nodus limfatikus leher bagian dalam
dibawah otot sternokleidomasoideus. Salah satu dari nodus limfatikus ini terletak
disebelah mandibula yang sering juga disebut nodus limfatikus tonsiler, karena sering
mengalami pembesaran pada proses infeksi atau proses keganasan tonsil.
Sistem Aliran Darah Aliran darah tonsil dan faring berdasarkan dari beberapa
cabang sistem karotis eksterna. Beberapa anastomosis tidak hanya dari satu sisi tetapi
dari pembuluh darah sisi lainnya. Ujung cabang arteri maksilaris interna, cabang
tonsilar arteri fasialis, cabang arteri lingualis bagian dorsal, cabang arteri tiroidea
superior dan arteri faringeal yang naik semuanya menambah jaringan anastomosis
yang luas.

Persarafan dan Tonsil Tonsil disarafi oleh nervus trigeminus dan

glossofaringeus. Nervus trigeminus mempersarafi bagian atas tonsil melalui


cabangnya yang melewati ganglion sfenopalatina yaitu nervus palatine. Sedangkan
nervus glossofaringeus selain mempersarafi bagian tonsil, juga dapat mempersarafi
lidah bagian belakang dan dinding faring.

Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara
menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut,hidung, dan kerongkongan, oleh karena
itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan. Peradangan pada tonsil disebut dengan
tonsilitis, penyakit ini merupakan salah satu gangguan Telinga Hidung & Tenggorokan
( THT ). Kuman yang dimakan oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak
mati dan tetap bersarang disana serta menyebabkan infeksi amandel yang kronis dan
berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan
adenoid bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran
tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal.
Tonsila palaitna adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris dikedua
sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin Waldeyer. Tonsila palatina
lebih padat dibandingkan jaringan limfoid lain. Permukaan lateralnya ditutupi oleh kapsul
tipis dan di permukaan medial terdapat kripta. Tonsila palatina merupakan jaringan
limfoepitel yang berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh terutama terhadap
protein asing yang masuk ke saluran makanan atau masuk ke saluran nafas. Mekanisme
pertahanan dapat bersifat spesifik atau non spesifik. Apabila patogen menembus lapisan
epitel maka sel sel fagositik mononuklear pertama tama akan mengenal dan
mengeliminasi antigen . Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu menangkap dan
mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan sebagai organ produksi antibodi dan
sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik. Tonsil merupakan jaringan kelenjar limfa
yang berbentuk oval yang terletak pada kedua sisi belakang tenggorokan. Dalam keadaan
normal tonsil membantu mencegah terjadinya infeksi. Tonsil bertindak seperti filter untuk
memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh melalui mulut dan sinus. Tonsil
juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi antibodi untuk melawan infeksi.
Lokasi tonsil sangat memungkinkan terpapar benda asing dan patogen, selanjutnya
membawanya ke sel limfoid. Jika tonsil tidak mampu melindungi tubuh, maka akan timbul
inflamasi dan akhirnya terjadi infeksi yaitu tonsilitis (tonsillolith). Aktivitas imunologi
terbesar tonsil ditemukan pada usia 3 10 tahun.
C.

Etiologi
Penyebab tonsilitis

adalah infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus,

Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes. Dapat juga disebabkan oleh infeksi
virus.

D.

Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel atau tonsil

berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini akan
memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi
kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak
kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel
yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila
bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris.
Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah.
Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan. Tonsilitis
dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah bening
melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh
tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat
pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Bila
bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran),
sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel
mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan
limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara
kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa
tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
E.

Manifestasi Klinik
Gejala tonsilitis antara lain sakit tenggorokan, demam, dan kesulitan dalam menelan.

Gejala tonsilitis akut : gejala tonsilitis akut biasanya disertai rasa gatal / kering
ditenggorokan, lesu, nyeri sendi, anoreksia, suara serak, tonsil membangkak. Di mulai
dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga parah, sakit menekan terkadang muntah.
Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah
pada lekukan tonsil. Gambaran tonsilitis kronis : nyeri telan, bahkan dapat menginfeksi
telinga bagian tengah, misal proses berjalannya kronis, tingkat rendahnya yang pada
akhirnya menyebabkan ketulian permanen.

F.

Pemeriksaan Pada Tonsilitis


Pemeriksaan fisik :
Thane & Cody membagi pembesaran tonsil dalam ukuran T1 T4 :
T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar

anterior

uvula
T2 : batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior uvula sampai

jarak

anterior uvula
T3 : batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior uvula sampai

jarak

pilar anterior uvula


T4 : batas medial tonsil melewati jarak anterior uvula sampai

uvula atau

lebih
Pemeriksaan penunjang
a. Tes Laboratorium Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah
bakteri yang ada dalam tubuh pasien dengan tonsilitis merupakan bakteri grup
A, kemudian pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenisnya, serta laju
endap darah. Persiapan pemeriksaan yang perlu sebelum tonsilektomi adalah :
1) Rutin : Hemoglobine, lekosit, urine.
2) Reaksi alergi, gangguan perdarahan, pembekuan.
3) Pemeriksaan lain atas indikasi (Rongten foto, EKG, gula darah,
elektrolit, dan sebagainya.
b. Kultur
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

G.

Komplikasi
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik yaitu :
1. Abses pertonsil
Biasanya terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,
abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)
dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
gendang telinga.
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam selsel mastoid.
4. Laringitis

Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx.


Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakter,
lingkungan, maupunmkarena alergi.
5. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih dari
sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari
dinding yang terdiri dari membran mukosa.
6. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal
dan nasopharynx.

H.

Terapi
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum adalah :
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama
10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk
suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2

tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3

tahun.
Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Penatalaksanan tonsillitis akut adalah :
Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat
kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan

eritromisin atau klindomisin.


Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid

untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.


Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan

tenggorok 3x negatif.
Pemberian antipiretik.
Selain itu, penatalaksanaan tonsilitis akut dengan memperbaiki higiene mulut,
pemberian antibiotika spektrum luas selama 1 minggu dan Vitamin C dan B
kompleks. Pada beberapa penelitian menganjurkan pemberian antibiotik lebih dari
5 hari. Pemberian antibiotik secepatnya akan mengurangi gejala dan tanda lebih
cepat. Meskipun demikian, tanpa antibiotik, demam dan gejala lainnya dapat
berkurang selama 3-4 hari. Pada demam rematik, gejala lainnya dapat berkurang
selama 3-4 hari. Pada demam rematik, gejala dapat bertahan sampai 9 hari selama
pemberian terapi. Untuk tonsilitis bakteri, penisililin merupakan antibiotik lini
pertama untuk tonsilitis akut yang disebabkan bakteri Group A Streptococcus B
hemoliticus (GABHS). Walaupun pada kultur GABHS tidak dijumpai, antibiotik
tetap diperlukan untuk mengurangi gejala. Jika dalam 48 jam gejala tidak
berkurang atau dicurigai resisten terhadap penisilin, antibiotik dilanjutkan dengan
amoksisilin asamklavulanat sampai 10 hari. Pada tonsillitis kronik dilakukan
terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap dan terapi radikal

dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak


berhasil.
Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, namun hal
ini bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap memerlukan
keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaannya. Di
Amerika Serikat, karena kekhawatiran komplikasi, tonsilektomi digolongkan pada
operasi mayor. Di Indonesia, tonsilektomi digolongkan pada operasi sedang
karena durasi operasi pendek dan teknik tidak sulit.
I.

Prognosis
Prognosis tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat dan

pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita


Tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotika diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika
tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila
penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu yang singkat. Gejala yang tetap ada
dapat menjadi indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi
yang sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus yang jarang, Tonsilitis
dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia .
J.

Pencegahan
Pencegahan Tonsilitis Bakteri dan virus penyebab Tonsilitis dapat dengan mudah

menyebar dari satu penderita ke orang lain. Tidaklah jarang terjadi seluruh keluarga atau
beberapa anak pada kelas yang sama datang dengan keluhan yang sama, khususnya bila
Streptokokus pyogenase adalah penyebabnya. Risiko penularan dapat diturunkan dengan
mencegah terpapar dari penderta Tonsilitis atau yang memiliki keluhan sakit menelan.
Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk makan tidak dipakai bersama dan
sebaiknya dicuci dengan menggunakan air panas yang bersabun sebelum digunakan
kembali. Sikat gigi yang talah lama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi berulang.
Orang-orang yang merupakan karier Tonsilitis semestinya sering mencuci tangan mereka
untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain.

BAB III
KESIMPULAN
Tonsilitis merupakan suatu peradangan tonsil palatine yaitu salah satu dari cincin
waldeyer. Terdapat beberapa jenis tonsillitis dengan etiologi yang berbeda-beda, namun
yang paling sering dijumpai adalah tonsillitis akut dan kronis. Terapi yang diberikan
kurang lebih sama, dan terapi akhir adalah dilakukan tonsilektomi. Komplikasi dari
tonsillitis pun banyak, yaitu otitis media, mastoiditis, penyebaran secara hematogen,
nefritis, uveitis, dan lain-lain. Pencegahan tonsillitis adalah dengan mengurangi paparan
daripada penyakit yaitu dengan menjaga kebersihan tubuh dan mulut.

Anda mungkin juga menyukai