Anda di halaman 1dari 16

GLOBAL HEALTH ISSUE

Oleh :
Yuvina (1110055)
Eva Rosali (1110057)
Bhama Putera W. (1110059)
Elsa Patricia A. (1110060)
Kadek Reanita A. (1110061)
Dwirama Ivan (1110062)
Andina Tri A. (1110063)
Patricia(1110064)
Tria Pertiwi (1110065)
Lily Wijayanti (1110066)















UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG 2011
GLOBAL HEALTH ISSUE

Istilah

O ODHA : Orang Dengan HIV/AIDS
O Bioetika Humaniora : Etika kedokteran berbicara dengan pasien mengenai hasil
penelitian kesehatannya.
O HIV : Singkatan dari Human ImmunedeIiciency Virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih
yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat
bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan
sekalipun.
O AIDS : Singkatan dari Acquired Immune DeIiciency Syndrome yang
merupakan dampak atau eIek dari perkembang biakan virus hiv
dalam tubuh makhluk hidup.
O lobal Health Issue : Permasalahan kesehatan secara umum/global
O Syndrom : Kumpulan tanda dan gejala-gejala penyakit.


IJ/AIDS

HIV

HIV merupakan singkatan dari `Human Immunodeficiency Virus`. HIV merupakan
retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive
T-sel dan macrophages komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan
menghancurkan atau mengganggu Iungsinya. InIeksi virus ini mengakibatkan terjadinya
penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan deIisiensi
kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan dianggap deIisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan
Iungsinya memerangi inIeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya
deIisien (ImmunodeIicient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam inIeksi, yang
sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami deIisiensi kekebalan.
Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan deIisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai
'inIeksi oportunistik karena inIeksi-inIeksi tersebut memanIaatkan sistem kekebalan tubuh
yang melemah.

AIDS

AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome` dan menggambarkan
berbagai gejala dan inIeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. InIeksi
HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya
berbagai inIeksi tertentu merupakan indikator bahwa inIeksi HIV telah berkembang menjadi
AIDS.

Gejala-gejala HIV

Sebagian besar orang yang terinIeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang
tampak segera setelah terjadi inIeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar
yang menimbulkan eIek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan
pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion
adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga
bulan setelah terjadinya inIeksi.
Kendatipun inIeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinIeksi HIV sangat
mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan
apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV.
InIeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini
menyebabkan tubuh rentan terhadap inIeksi penyakit dan dapat menyebabkan
berkembangnya AIDS.
O ase Asimtomatik
Pada Iase asimtomatik, yang memiliki waktu median ~10 tahun, inIeksi HIV tidak
menunjukkan maniIestasi Iisik, tetapi hanya bereplikasi secara progresiI, dan mulai
merusak sistem imun, secara spesiIik, sel CD4 atau T4. Sebagian orang yang terinIeksi
HIV menunjukkan gejala-gejala mirip Ilu; demam, penurunan berat badan, pembesaran
kelenjar limIe, dan kelelahan. ejala-gejala ini pada umumnya menghilang setelah
beberapa minggu.
O ase Simtomatik
Setelah jumlah sel CD4 berkurang (sampai 200/L), inIeksi HIV akan berlanjut ke
tahap AIDS, akan mulai mengalami gejala-gejala:
Batuk batuk dan dyspnea
Kejang kejang
Kesulitan menelan
Diare yang berkepanjangan
Penurunan berat badan dan kelelahan

Pasien dengan AIDS kemungkinan besar juga menderita gejala yang disebabkan inIeksi
mikroorganisme oportunistik, terutama mikroorganisme indikatiI inIeksi HIV (berdasarkan
NIH/CDC/IDSA 2008 guidelines Ior the Prevention oI Opportunistic InIections in Persons
InIected with HIV), yaitu:
Pneumocystis firoveci
ycobacterium tuberculosis
%oxoplasma gondii
Varicella zoster virus
ryptococcus neoformans
istoplasma capsulatum
occidioides immitis
Penicillium marneffei
$almonella
artonella
Cytomegalovirus
Hepatitis A & B virus
$treptococcus Pneumoniae
Pasien dengan AIDS rentan terhadap kanker, terutama Kaposi's sarcoma, kanker serviks dan
lymphoma.

Kapankah seorang terkena AIDS?

Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap inIeksi HIV yang paling lanjut.
Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan
tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentiIikasi berdasarkan beberapa inIeksi
tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization)
sebagai berikut:
O Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan
sebagai AIDS.
O Tahap II (meliputi maniIestasi mucocutaneous minor dan inIeksi-inIeksi saluran
pernaIasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)
O Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih
dari satu bulan, inIeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau
O Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan
(oesophagus), saluran pernaIasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau
paru-paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.
Sebagian besar keadaan ini merupakan inIeksi oportunistik yang apabila diderita oleh orang
yang sehat, dapat diobati.

Cara penularan HIV/AIDS?

O Hubungan Seksual.
Menyumbang lebih dari 75 kasus penyebaran HIV/AIDS secara global. Sebagai bukti
nyata, kita bisa ambil contoh pada kasus di wilayah Amerika Serikat. Di Amerika, karena
kebanyakan kasus terjadi karena hubungan seksual antara laki-laki dengan laki-laki,
maka kaum homoseksual menjadi penyumbang tertinggi untuk penyebaran kasus ini di
Amerika. Sedangkan kaum heteroseksual menempati peringkat dibawahnya sebagai
penyumbang terbesar kedua untuk penyebaran HIV/AIDS. Tapi dalam beberapa tahun
belakangan, kaum heteroseksual, khususnya untuk jenis kasus yang melibatkan wanita
yang 'bersih' dengan pria pengguna narkoba dengan jarum suntik menjadi penyebab
utama kenapa sekarang banyak pula wanita yang terjangkit virus HIV/AIDS. Sebagai
perbandingan, di wilayah Asia dan AIrika, penyebab penyebaran kasus nomor satu
adalah kaum heteroseksual.

O Penyalahgunaan narkoba dengan jarum suntik, Resipien random dari proses transIusi
darah, penderita hemoIilia.
O Prenatal Transmission.
Ibu yang terinIeksi dapat menularkan virus HIV ke janinnya dengan 3 cara, yaitu:
1. Didalam rahim, kemungkinan virus ini berkembang lewat perantara plasenta.
2. Pada prose kelahiran.
3. Lewat ASI
Tapi pada masa sekarang proses penularan dari ibu ke janin bisa dihlangkan lewat terapi
antiretroviral. Terapi ini sendiri baru berjalan di Amerika Serikat.

Jika seseorang terkena virus HIV ia tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS
dibutuhkan waktu yang lama yaitu beberapa tahun untuk menjadi AIDS yang mematikan.
Cukup banyak khalayak yang salah presepsi mengenai metode penularan virus HIV ini.
Berikut adalah daItar cairan tubuh yang tidak mengandung virus HIV pada penderita HIV.
O Saliva
O eses
O Air mata
O Air keringat
O Air seni
Jadi, cairan-cairan tersebut tidak dapat menularkan virus HIV/AIDS.

Seberapa cepat HIV bisa berkembang menjadi AIDS?

Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup
sehat, jarak waktu antara inIeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara
10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat
perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang
terinIeksi.

Pendeteksi virus HIV/AIDS

Untuk mendeteksi adanya virus HIV/AIDS dalam tubuh dapat dilakukan bebrapa
pemeriksaan, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Tes PCR(reaksi berantai polimerase (PCR) : merupakan teknik deteksi berbasis asam
nukleat (DNA dan RNA) yang dapat mendeteksi keberadaan materi genetik HIV di dalam
tubuh manusia. Pendeteksian menggunakan tes ini biasanya dilakukan pada bayi yang
baru lahir. Tes ini sering pula dikenal sebagai tes beban virus atau tes ampliIikasi asam
nukleat (HIV NAAT). Deteksi asam nukleat ini dapat mendeteksi keberadaan HIV pada
11-16 hari sejak awal inIeksi terjadi.

2. Tes antibodi HIV : merupakan tes yang diaplikasikan pada orang dewasa. Tes antibodi
HIV akan mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah, saliva (liur), dan urin.Tes ini
dilakukan dengan menggunakan penguji cepat (rapid test) untuk mendeteksi antibodi
HIV dari tetesan darah /sampel liur (saliva) manusia. Sampel dari tubuh pasien tersebut
akan dicampur dengan larutan tertentu. Kemudian, kepingan alat uji (test strip)
dimasukkan dan apabila menunjukkan hasil positiI maka akan muncul dua pita berwarna
ungu kemerahan.

Tingkat akurasi dari alat uji ini mencapai 99.6.

3. Tes antigen HIV : merupakan suatu tes yang dapat mendeteksi antigen (protein P24) pada
HIV yang memicu respon antibodi. Tes antibodi dan tes antigen digunakan secara
berkesinambungan untuk memberikan hasil deteksi yang lebih akurat dan lebih awal.
Namun, tes ini jarang digunakan karena tingkat akuratnya yang cenderung lebih rendah.


Epidemiologi HIV/AIDS

Epidemiologi menurut deIinisi klasik adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan Iaktor-
Iaktor yang menentukan kejadian penyakit; mempelajari penyakit menular (CDC);sebab
akibat sebuah pajanan dan penyakit.
Epidemiologi menurt deIinisi modern tidak hanya mempelajari distribusi dan determinan tapi
konsep kausalitas, disain studi, nessasary Iactor, contributory Iactor, suIIicient Iactor;
penyakit-penyakit menular dan tidak menular (CDC);akibat sekumpulan pejanan penyakit.

Kasus pertama AIDS dilaporkan di Los Angeles oleh Dr.ottlib (Juni 1981), penyakit AIDS
ditemukan di lima orang laki-laki yang homoseksual dan kondisi aktiI secara seksual. Dengan
gejala yang sama yaitu penurunan imunitas dan inIeksi Pneumocystis carinii pneunomia
(PCP). Selain itu juga, benua AIrika merupakan daerah pertama yang terinIeksi HIV/AIDS
selain benua Amerika. Di Indonesia, pertama kali dilaporkan di Bali oleh Dr. Tuti Parwati.
Penyakit AIDS ini ditemukan di turis asing yang homoseksual dan diduga telah menderita
AIDS selama 2 tahun.

Berikut adalah tabel jumlah kumulatiI kasus AIDS berdasarkan banyak Iaktor.

Jumlah kumulatiI kasus AIDS menurut jenis kelamin
enis Kelamin AIDS AIDS/IDU
Laki-laki 19139 8819
Perempuan 7255 685
Tak diketahui 89 93
Jumlah 26483 9597

Jumlah kumulatiI kasus AIDS menurut Iaktor resiko
Faktor Resiko AIDS
Heteroseksual 14513
Homo-Biseksual 768
IDU 9587
TransIusi Darah 53
Transmisi Perinatal 742
Tak diketahui 820

Jumlah kumulatiI kasus AIDS menurut golongan umur.
Gol Umur AIDS AIDS/IDU
1 265 0
1 - 4 318 0
5 - 14 212 28
15 - 19 821 220
20 - 29 12288 5602
30 - 39 8342 2886
40 - 49 2595 441
50 - 59 742 105
~ 60 106 9
Tak diketahui 794 306

Jumlah kumulatiI kasus AIDS berdasarkan provinsi
No Provinsi AIDS AIDS/IDU Mati
1 DKI Jakarta 3997 2802 577
2 Papua 3938 1 602
3 Jawa Barat 3809 2750 678
4 Jawa Timur 3775 1046 779
5 Bali 1747 269 311
6 Jawa Tengah 1336 195 370
7 Kalimantan Barat 1125 197 138
8 Sulawesi Selatan 995 478 167
9 DI Yogyakarta 673 177 134
10 Sulawesi Utara 557 81 125
11 Sumatera Utara 509 222 94
12 Riau 477 135 132
13 Sumatera Barat 428 273 104
14 Banten 403 250 68
15 Papua Barat 397 5 152
16 Kepulauan Riau 390 31 148
17 NTT 385 27 50
18 Jambi 291 164 66
19 Sumatera Selatan 219 104 38
20 NTB 206 22 110
21 Maluku 195 79 70
22 Lampung 144 112 42
23 Bengkulu 137 68 30
24 Banka Belitung 120 41 18
25 Kalimantan Tengah 69 18 4
26 NAD 63 21 14
27 Kalimantan Selatan 28 10 5
28 Sulawesi Tenggara 26 1 5
29 Maluku Utara 17 5 8
30 Sulawesi Tengah 12 6 6
31 Kalimantan Timur 12 5 10
32 orontalo 3 2 1
33 Sulawesi Barat 0 0 0
Jumlah 26483 9597 5056



Jumlah kasus baru HIV/AIDS berdasarkan tahun pelaporan
Tahun AIDS AIDS/IDU
1987 5 0
1988 2 0
1989 5 0
1990 5 0
1991 15 0
1992 13 0
1993 24 1
1994 20 0
1995 23 1
1996 42 1
1997 44 0
1998 60 0
1999 94 10
2000 255 65
2001 219 62
2002 345 97
2003 316 122
2004 1195 822
2005 2639 1420
2006 2873 1517
2007 2947 1437
2008 4969 1255
2009 3863 1156
2010 4185 1266
2011 s/d Juni 2352 365

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah kumulatiI orang yang terkena virus
HIV/AIDS meningkat tiap tahunnya, dan terutama banyak dialami oleh kaum pria dengan
kisaran umur 20-29 tahun, dengan kondisi heteroseksual. Serta banyak terjadi di daerah-
daerah yang metropolitan dan daerah yang terpencil.

Pencegahan penularan virus HIV/AIDS

1. Pencegahan melalui hubungan seksual
O Tidak melakukan hubungan seks pra nikah
O Tidak berganti-ganti pasangan
O Apabila salah satu pihak sudah terinIeksi HIV, gunakanlah kondom untuk
berhubungan seksual

2. Pencegahan melalui darah
O TranIusi darah dengan yang tidak terinIeksi
O Sterilisasi jarum suntik dan alat-alat yang melukai kulit
O Hindari penggunaan narkoba
O Tidak menggunakan alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur dan sikat gigi
berdarah dengan orang lain
O Steril peralatan medis yang berhubungan dengan cairan manusia

3. Pencegahan penularan ibu kepada anak
O Ibu yang telah terinIeksi HIV agar mempertimbangkan untuk kehamilannya
O Tidak menyusui bayinya

4. Pencegahan melalui pendidikan gaya hidup
O Perlu komunikasi, edukasi, inIormasi, dan penyuluhan kepada masyarakat
O Hindari gaya hidup yang mencari kesenangan sesaat

Kelompok beresiko tinggi tertular virus HIV/AIDS

Tiga kelompok beresiko tinggi terkena virus HIV/AIDS adalah sebagai berikut.
O Wanita
Data dari UNAIDS menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang terinIeksi HIV / AIDS
terus meningkat tiap tahunnya, terdapat 39,4 juta orang yang hidup dengan HIV / AIDS
dan diperkirakan bahwa separuhnya adalah perempuan.

Beberapa Iaktor kerentanan perempuan yang membuat mereka relatiI lebih rentan
terinIeksi HIV maupun InIeksi Menular Seksual diantaranya:

1. aktor Biologis
Organ reproduksi tersembunyi sehingga tidak mudah terdeteksi bila ada keluhan.
Selain itu juga organ reproduksi perempuan memiliki selaput mukosa yang luas,
mudah terluka/iritasi, sehinggga bila terjadi penetrasi penis dengan kekerasan/
paksaan ataupun penis dengan IMS maupun HIVakan lebih memudahkan terjadinya
penularan. Jumlah virus HIV di dalam sperma juga lebih banyak dibandingkan jumlah
virus HIV di dalam cairan vaigna. Apalagi bila ada luka di vagina yang terjadi akibat
hubungan seksual dengan paksaan dan tidak aman (tanpa kondom, sehingga virus
HIV bisa berpindah).

2. ender Issue
Posisi tawar wanita yang tidak setara, perempuan diposisikan untuk bersikap penurut,
pasiI, sabar dan setia sementara laki-laki diposisikan sebaliknya yaitu dominan,
agresiI, mengambil inisiatiI dalam hubungan seksual, dan dianggap wajar bila
mempunyai lebih dari satu pasangan, baik sebelum menikah, dalam pernikahan
maupun di luar pernikahan.

3. Kerentanan Sosial
Adanya pelecehan dan kekerasan seksual, kurang akses pendidikan dan pelayanan
kesehatan, menjadi korban perdagangan perempuan, perempuan dituntut menjalankan
peran sebagai pengasuh, perawat, ketika pacar, suami, orang tua maupun anaknya
sakit. Tapi ketika dirinya sakit justru sering terabaikan.

4. Kerentanan Ekonomi
Perempuan seringkali tidak memiliki penghasilan sendiri, sehingga tergantung pada
orang lain dalam hal ini suami atau pasangan dalam menaIkahi hidupnya. Hak waris
wanitapun sering dikurang sehingga ia tidak dapat meningkakan taraI hidupnya tanpa
bantuan orang lain.
O Pekerja Seks, Langganan Pekerja Seks dan Kaum Homoseksual

Menurut survey yang digelar oleh Badan Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan pada
tahun 2002-2003 menunjukkan bahwa dari 3851 responden yang merupakan laki-laki
dewasa, 51 aktiI berhubungan seks dengan lebih dari seorang perempuan. Bahkan ada
18 responden yang aktiI berhubungan seks dengan Sembilan orang perempuan dalam
setahun terakhir. Dapat dibayangkan bila laki-laki itu mengidap HIV (tertular), maka aka
nada setidaknya dua perempuan yang tertular HIV dari satu sumber saja.
Juga kaum homoseksual yang berganti-ganti pasangan dengan berhubungan anal. Namun
data di Meksiko menunjukkan bahwa hanya 0,8 dari kasus AIDS yang dilaporkan adalah
pekerja seksual.

O Pecandu narkoba jarum suntik
Tingginya kasus penyalahgunaan narkoba di negeri ini secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh pada jumlah inIeksi HIV pada pasangan seksual mereka. Pecandu
laki-laki yang menggunakan jarum suntik selama lebih dari 5 tahun, rata-rata telah
bertukar jarum suntik tidak steril dengan 50-150 orang dan melakukan hubungan seksual
tidak aman dengan 20-50 orang.

Pandangan masyarakat terhadap ODHA

Beberapa masyarakat masih mendiskriminasikan dan menstigma ODHA beserta keluarganya.
Padahal seharusnya mereka memberikan dukungan mental-emosional kepada ODHA.

ioetika :2aniora

Perkembangan yang begitu pesat di bidang biologi dan ilmu kedokteran membuat etika
kedokteran tidak mampu lagi menampung keseluruhan permasalahan yang berkaitan
dengan kehidupan. Etika kedokteran berbicara tentang bidang medis dan proIesi kedokteran
saja, terutama hubungan dokter dengan pasien, keluarga, masyarakat, dan teman sejawat.
Oleh karena itu, sejak tiga dekade terakhir ini telah dikembangkan bioetika atau yang
disebut jugadengan etika biomedis.
Menurut . Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan
masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya
masalah pada masa yang akan datang.
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro
maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama,
ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti
abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik,
membahas pula masalah kesehatan, Iaktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan
masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demograIi,
dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan
pada manusia dan hewan percobaan. Humaniora merupakan pemikiran yang beraitan
dengan martabat dan kodrat manusia, seperti yang terdapat dalam sejarah, IilsaIat, etika,
agama, bahasa, dan sastra. Jadi, bioetika humanoria adalah etika kedokteran berbicara
dengan pasien mengenai hasil penelitian kesehatannya.

Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik.
Prinsip-prinsip itu harus dibersamakan dengan prinsip-prinsip lainnya atau yang disebut
spesiIik. Tetapi pada beberapa kasus, kerana kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih
penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir
disebut dengan Prima acie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip
etika kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada
kepada 4 kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau
bioetika, antara lain:
1. BeneIicence
Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan
kesehatan. Dalam suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik
bagi pasien. BeneIicence membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan
kepada pasien mengambil langkah positiI untuk memaksimalisasi akibat baik daripada
hal yang buruk. Ciri-ciri prinsip ini, yaitu;
O Mengutamakan Alturisme
O Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya
menguntungkan seorang dokter
O Mengusahakan agar kebaikan atau manIaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
suatu keburukannya
O Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
O Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
O Meenerapkan olden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang
orang lain inginkan
O Memberi suatu resep
2. Non-malIicence
Non-malIicence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil
resikonya bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno ist, do no harm, tetap berlaku dan
harus diikuti. Non-malIicence mempunyai ciri-ciri:
O Menolong pasien emergensi
O Mengobati pasien yang luka
O Tidak membunuh pasien
O Tidak memandang pasien sebagai objek
O Melindungi pasien dari serangan
O ManIaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
O Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
O Tidak melakukan White Collar Crime
3. Justice
Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama
rata dan adil terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan
tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial,
kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri :
O Memberlakukan segala sesuatu secara universal
O Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
O Menghargai hak sehat pasien
O Menghargai hak hukum pasien
4. Autonomy
Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu harus
diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri.
Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berIikir secara logis dan membuat keputusan
sendiri. Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan
membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Autonomy mempunyai ciri-ciri:
O Menghargai hak menentukan nasib sendiri
O Berterus terang menghargai privasi
O Menjaga rahasia pasien
O Melaksanakan InIormed Consent

%eknik Ko2:nikasi pada ODA dan Kel:arga

Komunikasi yang digunakan oleh seorang dokter terhadap ODHA seharusnya lebih
dispesialkan dari pada komunikasi dokter dengan pasien pada umumnya. Namun, tetap
jangan berlebihan sehingga pasien tidak sadar bila dokter sedang memberikan perlakuan
khusus kepadanya, hal itu dilakukan untuk mencegah dugaan pasien yang merasa
didiskriminasikan akibat penyakit yang dideritanya. Sikap yang seharusnya dimiliki seorang
dokter terhadap ODHA adalah sebagai berikut.
O Mempunyai minat yang besar untuk menolong
O Terbuka
O Sebagai pendengar yang baik (Listen with the third ears)
O Peka/pengamat yang tajam
O Mampu mengenal dan mengatasi masalah

Untuk mempermudah komunikasi dokter dengan ODHA, dilakukan beberapa upaya.
Diantaranya adalah pelaksanaan konseling dan VCT.

Apakah Konseling?

Konseling adalah proses membantu seseorang untuk belajar mencari solusi bagi masalah
emosi, interpersonal dan pengambilan keputusan, membantu klien menolong diri sendiri.
konseling dilakukan baik Untuk individu, pasangan atau keluarga, membantu individu
bertanggung jawab atas hidupnya dengan mengembangkan kemampuan pengambilan
keputusan yang bijak dan realistis, menimbang setiap konsekuensi dari perilaku, memberikan
inIormasi yang berIokus pada klien : secara spesiIik tertuju pada kebutuhan, isu dan seputar
klien sebagai individu, melalui proses internal, kolaboratiI, bertanggung jawab menuju pada
suatu tujuan. Termasuk juga mengembangkan otonomi dan tanggung jawab diri pribadi klien
mempertimbangkan situasi interpersonal, sosial / budaya, kesiapan untuk berubah,
mengajukan pertanyaan, menyediakan inIormasi, mengulas opsi dan mengembangkan
rencana tindakan.

Apakah Konseling HIV/AIDS ?

Konseling HIV/AIDS bersiIat komunikasi rahasia antara klien dan petugas kesehatan
bertujuan memungkinkan klien menghadapi stres dan menentukan pilihan pribadi berkaitan
dengan HIV/AIDS. Proses konseling termasuk melakukan evaluasi risiko penularan HIV
pribadi, memberikan Iasilitasi perubahan perilaku, dan melakukan evaluasi mekanisme
coping ketika klien dihadapkan pada hasil tes ()
Konseling pencegahan dan perubahan perilaku guna mencegah penularan. Diagnosis HIV
mempunyai banyak dampak psikologik, sosial, Iisik dan spiritual HIV merupakan penyakit
yang mengancam kehidupan.
Adapun proses konseling adalah sebagai berikut :
%ahap perta2a : Dimulai dari membina hubungan baik dan membina kepercayaan , dengan
menjaga rahasia dan mendiskusikan keterbatasan rahasia, melakukan ventilasi permasalahan,
mendorong ekspresi perasaan, diutamakan dapat menggali masalah, terus mendorong klien
menceritakannya.
Upayakan dapat memperjelas harapan klien dengan mendeskripsikan apa yang konselor dapat
lakukan dan cara kerja mereka serta memberi pernyataan jelas bahwasanya komitmen
konselor akan bekerja bersama dengan klien
%ahap ked:a : MendeIinisikan dan pengertian peran, memberikan batasan dan kebutuhan
untuk mengungkapkan peran dan batasan hubungan konseling, mulai dengan memaparkan
dan memperjelas tujuan dan kebutuhan klien, menyusun prioritas tujuan dan kebutuhan klien,
mengambil riwayat rinci menceritakan hal spesiIik secara rinci , menggali keyakinan,
pengetahuan dan keprihatinan klien
%ahap ketiga : Proses dukungan konseling lanjutan yakni dengan meneruskan ekspresi
perasaan / pikiran , mengidentiIikasi opsi, mengidentiIikasi ketrampilan, penyesuaian diri
yang telah ada, mengembangkan keterampilan penyesuaian diri lebih lanjut, mengevaluasi
opsi dan implikasinya, memungkinkan perubahan perilaku, mendukung dan menjaga
kerjasama dalam masalah klien, monitoring perbaikan tujuan yang terindentiIikasi , rujukan
yang sesuai
Tahap empat : Untuk menutup atau mengakhiri hubungan konselin . Disarankan kepada klien
dapat bertindak sesuai rencana klien menata dan menyesuaiakan diri dengan Iungsi sehari-
hari, bangun eksistensi sistem dukungan dan dukungan yang diakses, lalu mengidentiIikasi
strategi untuk memelihara hal yang sudah beruhah baik .
Untuk pengungkapan diri harus didiskusikan dan direncanakan, atur interval parjanjian
diperpanjang, disertai pengenalan dan pengaksesan sumber daya dan rujukan yang tersedia,
lalu pastikan bahwa ketika ia membutuhkan para konselor senantiasa bersedia membantu.
Menutup atau mengakhiri konseling dengan mengatur penutupan dengan diskusi dan rencana
selanjutnya, bisa saja dengan membuat perjanjian pertemuan yang makin lama makin panjang
intervalnya.
Senantiasa menyediakan sumber dan rujukan yang telah dikenali dan dapat diakses
memastikan klien dapat mengakses konselor jika ia memilih untuk kembali ketika
membutuhkan.

Tujuan Konseling HIV/AIDS

Konseling HIV/AIDS merupakan proses dengan 3 (tiga) tujuan umum :
1. Dukungan psikologik misalnya dukungan emosi, psikologi sosial, spiritual sehingga rasa
sejahtera terbangun pada ODHA dan yang terinIeksi virus lainnya .
2. Pencegahan penularan HIV/AIDS melalui inIormasi tentang perilaku berisiko (seperti
seks tak aman atau penggunaan alat suntik bersama ) dan membantu orang untuk
membangun ketrampilan pribadi yang penting untuk perubahan perilaku dan negosiasi
praktek aman.
3. Memastikan terapi eIektiI dengan penyelesaian masalah dan isu kepatuhan

ara :nt:k 2encapai t::an :
Mengajak klien mengenali perasaannya dan mengungkapkannya , menggali opsi dan
membantu klien membangun rencana tindak lanjut yang berkaitan dengan isu yang dihadapi,
mendorong perubahan perilaku, memberikan inIormasi pencegahan, terapi dan perawatan
HIV/AIDS terkini, memberikan inIormasi tentang institusi ( pemerintah dan non pemerintah )
yang dapat membantu dibidang sosial, ekonomi dan budaya , membantu orang untuk kontak
dengan institusi diatas.
Membantu klien mendapatkan dukungan dari system jejaring social, kawan dan keluarga
membantu klien melakukan penyesuaian dengan rasa duka dan kehilangan , melakukan peran
advokasi misal membantu melawan diskriminasi, membantu individu mewaspadai hak
hukumnya, membantu klien memelihara diri sepanjang hidupnya, membantu klien
menentukan arti hidupnya.
Selain isu yang berkaitan langsung dengan HIV/AIDS, klien dapat menyajikan : Serangkaian
isu tentang keadaan tidak langsung berkaitan dengan HIV kebutuhan terapi spesiIik misalnya
: disIungsi seksual, serangan panik isu terdahulu yang belum terselesaikan, misalnya: isu
seksual, ketergantungan napza, masalah keluarga dll.

Kaitan IJ/AIDS sebagai Clobal ealth Iss:e

lobalisasi, yang dideIinisikan secara sempit oleh Joseph Stiglitz sebagai
"penghapusan hambatan perdagangan bebas dan integrasi ekonomi nasional lebih dekat",
telah menyapu lebih luas dan juga mempengaruhi kehidupan politik, budaya dan sosial dari
populasi di seluruh dunia. Sektor kesehatan tidak terkecuali.
Sedangkan Barnett dan Whiteside menunjukkan, kesehatan dan kesejahteraan
kekhawatiran internasional dan barang global, dan melekat dalam epidemi pelajaran yang
harus dipelajari mengenai tanggung jawab kolektiI untuk kesehatan manusia universal.
HIV/AIDS merupakan epidemi yang telah menyebar luas ke segala sudut dunia. AIDS
diperkiraan telah menginIeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pola penyebaran HIV/AIDS
tidak pernah terlacak pasti di setiap daerah. Misalnya saja di AIrika Sub-Sahara merupakan
wilayah terburuk yang terinIeksi, dengan perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup
dengan HIV. Dua juta |1,5&-3,0 juta| dari mereka adalah anak-anak yang usianya kurang
dari 15 tahun. Lebih dari 64 dari semua orang yang hidup dengan HIV ada di AIrika Sub
Sahara, lebih dari tiga per empat (76) dari semua wanita hidup dengan HIV. Pada tahun
2005, terdapat 12,0 juta |10,6-13,6 juta| anak yatim/piatu AIDS hidup di AIrika Sub Sahara
karena orang tua mereka yang meninggal akibat HIV/AIDS. Asia Selatan dan Asia Tenggara
adalah terburuk kedua yang terinIeksi dengan besar 15. 500.000 anak-anak mati di wilayah
ini karena AIDS. Dua-tiga inIeksi HIV/AIDS di Asia muncul di India, dengan perkiraan 5,7
juta inIeksi (perkiraan 3,4 9,4 juta) (0.9 dari populasi), melewati perkiraan di AIrika
Selatan yang sebesar 5,5 juta (4,9-6,1 juta) (11,9 dari populasi) inIeksi, membuat negara ini
dengan jumlah terbesar inIeksi HIV di dunia.
Perbedaan pola penyebaran HIV/AIDS ini sesungguhnya disebabkan oleh perbedaan
pola perilaku seksual masyarakat di AIrika dan Asia. Pada sebagian besar sub-Sahara AIrika,
HIV menyebar melalui jaringan yang rumit dari hubungan dari pekerja seks untuk klien pria
kepada pasangan wanita. Pada sebagian besar penularan di Asia Tengah berasal dari
pengguna narkoba suntikan.
Selain itu, ada kemungkinan keadaan generasi ke depan membuat HIV/AIDS semakin
mudah tersebar. Karena semakin mudahnya manusia melakukan perpindahan dari suatu
tempat ke tempat lainnya(migrasi). Sehingga pola penyebarannya semakin tidak terkontrol.
Untuk itu, dibutuhkan kerjasama antar negara maju dan negara berkembang dalam mengatasi
masalah HIV/AIDS yang semakin mengglobal ini. Karena sesungguhnya setiap negara
mempunyai andil untuk mengurangi penyebaran HIV/AIDS ini. Dan untuk itu, dibutuhkan
kerjasama secara global/luas untuk menanggulangi masalah HIV/AIDS ini.
Negara-negara maju diharapkan dapat membantu negara berkembang yang memang
sulit untuk mempunyai Iasillitas kesehatan yang memadai. Karena seperti yang kita tahu,
tidak semua negara dapat memberikan Iasilitas kesehatan yang baik di setiap daerahnya,
sehingga ada beberapa daerahnya yang belum mendapat Iasilitas kesehatan yang baik.
Selain itu, negara-negara maju dapat membantu memberi inIormasi kepada negara-
negara yang memang masyarakatnya belum mengerti tentang penyakit HIV/AIDS,
bagaimana cara penularannya, serta bagaimana cara pencegahannya. Agar HIV/AIDS tidak
semakin menyebar luas di masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang berpengetahuan
kurang.

asil disk:si :

1. Bagaimana Anda sebagai dokter menjelasakan penyakit yang diderita AD?
Sebagai seorang dokter kita tetap harus menyampaikan penyakit yang diderita oleh AD.
Namun penyampaiannya dilakukan secara implisit dan menyeluruh sesuai dengan bioetika
humonaria.
2. Bagaimana sikap dokter terhadap ODHA dan keluarganya?
Sikap dokter terhadap ODHA adalah :
O Tidak merendahkan
O Tidak menyinggung mengenai masalalu ODHA dan keluarganya
O Tidak mendiskriminasikan ODHA dan keluarga
O Tidak menstigma ODHA dan keluarga
O Memberikan semangat dan dukungan mental-emosional kepada ODHA
O Memberikan konseling dalam jangka panjang kepada ODHA.

Anda mungkin juga menyukai