Anda di halaman 1dari 19

BENIGN PROSTATIC

HYPERPLASIA

Mohammad Faridza Setyo Hadikusumah


12100116232

Preseptor:
Hidayat Wahyu Aji, dr., Sp.Rad
ANATOMI PROSTATE
 Bentuk: seperti kacang kenari volume sekitar
20 gram, panjang 3 cm, lebar 4 cm, dan
kedalaman 2 cm
 Lokasi: Kelenjar prostat terletak pada
posterior dari os symphisis pubis, superior
dari membran perineum, inferior dari vesika
urinaria, dan anterior rectum mengelilingi
bagian leher vesika urinaria dan uretra
(saluran yang membawa urine dari vesika
urinaria).
 Prostat terbentuk dari otot dan kelenjar,
dengan saluran yang terbuka menuju bagian
prostat pada uretra. Prostat terdiri dari 3
lobus, yaitu lobus tengah dan 2 lobus pada
tiap sisinya.
 Menurut klassifikasi Lowsley; prostat terdiri
dari lima lobus: anterior, posterior, medial,
lateral kanan dan lateral kiri.
 Prostat dibagi atas : zona perifer, zona
sentral, zona transisional, segmen anterior
dan zona spingter preprostat.
DEFINISI

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah suatu


keadaan histologis yang dialami oleh kebanyakan pria
lanjut usia yang ditandai dengan pembesaran kelenjar
prostat yang secara histologis disebabkan oleh
hiperplasia stroma dan kelenjar sel prostat yang
progresif.
EPIDEMIOLOGI

 laki-laki usia diatas 50 tahun


 Angka kejadian:
-usia 50 tahun sekitar 50%,
-usia 80 tahun sekitar 80%.
 Sekitar 50% dari angka tersebut diatas
menyebabkan gejala dan tanda klinik.
 Indonesia urutan kedua penyakit ditemukan
pada 50% pria berusia diatas 50 tahun setelah
batu saluran kemih
 Amerika Serikat sekitar 13 % pada pria
berumur 40-49 tahun, dan sekitar 28%, pada pria
yang berumur lebih dari 70 tahun.
ETIOLOGI
 Penyebab :masih belum diketahui.
 Tidak ada informasi pasti tentang keterlibatan
faktor resiko.
 Diduga adanya ketidak seimbangan hormonal
oleh karena proses penuaan.
-Teori Testosteron (T)
PATOFISIOLOGI
 Hiperplasia prostat meningkatkan resistensi
uretra menyebabkan perubahan kompensasi
pada fungsi vesika urinaria menyebabkan
peningkatan tekanan intravesikal.
 Obstruksi menginduksi perubahan pada fungsi
detrusor serta proses degenerasi dan gangguan
fungsi sistem saraf juga dapat menyebabkan
gangguan pada vesika urinaria yang
menimbulkan gangguan fekuensi, urgensi, dan
nokturia, yang menjadi keluhan utama pada
BPH.
GAMBARAN KLINIS
 Gejala klinik yang timbul disebabkan oleh karena dua hal:
 1. Obstuksi.
 2. Iritasi.
-Penurunan kekuatan pancaran dan kaliber aliran urine
-Sulit memulai kencing (hesitancy)
-Aliran urine dapat berhenti dan dribbling (urin menetes setelah berkemih)
-Untuk meningkatkan usaha berkemih pasien biasanya melakukan valsava
manouver sewaktu berkemih.
-Otot-otot kandung kemih menjadi lemah dan kandung kemih gagal
mengosongkan urine secara sempurna frequency& nocturia
-Infeksi yang menyertai residual urine predisposisi terbentuknya batu
kandung kemih.
-Hematuria karena pembuluh darahnya menjadi rapuh.
-Bladder outlet obstruction ataupun overdistensi kandung kemih
menyebabkan refluk vesikoureter dan sumbatan saluran kemih bagian
atas yang akhirnya menimbulkan hydroureteronephrosis.
Manifestasi klinis  LUTS (dapat menurunkan kualitas
hidup)

Gejala LUTS:
 Dysuria
 Frekuensi berkemih lebih serin
 Urgensi
 Nokturia
 Aliran lambat
 keragu-raguan (sulit untuk memulai proses berkemih),
 Intermitten,
 Mengedan saat berkemih,
 Rasa tidak puas berkemih,
 Menetesnya urine di akhir berkemih.
DIAGNOSIS
 Anamnesis: riwayat berkemih
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang: urinalysis, pengukuran
serum kreatinin, dan pada banyak kasus, serum tes
prostate-spesific antigen (PSA) untuk skrining
kanker prostat.
 Pemeriksaan lain yang disesuaikan dengan
kebutuhan meliputi diagnosis pencitraan (imaging),
cystoscopy, uroflowmetry, pengukuran urine sisa
post-berkemih, digital rectal examination (DRE) dan
aliran tekanan
 Pencitraan prostat dilakukan untuk menilai ukuran
prostat, bentuk prostat, karsinoma, dan karakterisasi
jaringan.
 Pilihan modalitas pencitraan prostat dapat
menggunakan Foto Polos Abdomen , Intravenous
Pielogram , Transabdominal Ultrasound , TRUS
(Transrectal Ultrasonography) , CT (Computed
Tomography) , MRI (Magnetic Resonance
Imaging).
 Foto polos abdomenuntuk mencari adanya
batu opak di saluran kemih, batu/kalkulosa
prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli
yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda
retensi urin.
 Intravenous Pyelogram Intravenous pyelogram (IVP) 
pemeriksaan x-ray ginjal, ureter dan kantung kemih yang
menggunakan material kontras iodine yang diinjeksi ke
dalam vena Pembesaran signifikan dari kelenjar prostat
dapat menyebabkan dasar vesika urinaria elevasi dengan
gambaran “J-ing” atau “Fish hooking” pada ureter distal
 Transabdominal Ultrasound
 Transrectal
ultrasound (TRUS)  dapat
menilai anatomi prostat, zona anatomy,
dan perubahan internal. Volume prostat
dapat dengan mudah dinilai
menggunakan TRUS.
TERAPI
Tujuan terapi :
• Memperbaiki keluhan miksi
• Meningkatkan kualitas hidup
• Mengurangi obstruksi infravesika
• Mengembalikan fungsi ginjal
• Mengurangi volume residu urin setelah miksi
• Mencegah progressivitas penyakit

1. Watchful waiting: Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol


,Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi vesika
urinaria (kopi, coklat) ,Kurangi makanan pedas atau asin ,
Jangan menahan kencing terlalu lama
2. Medikamentosa. Tujuan: - Mengurangi resistensi otot polos
prostat dengan adrenergik α blocker - Mengurangi volume
prostat dengan menurunkan kadar hormon testosteron
melalui penghambat 5α-reduktase.
3. Pembedahan endourologi Operasi terhadap prostat dapat
berupa reseksi (Trans Urethral Resection of the
Prostat/TURP), Insisi (Trans Urethral Incision of the
Prostate/TUIP) atau evaporasi.
PROGNOSIS
 Prognosis secara umum baik jika dikelola
dengan medikamentosa maupun pembedahan.
BPH yang tidak diobati dapat memicu timbulnya
infeksi saluran kemih, batu vesika urinaria,
gagal ginjal, atau retensi urin yang merupakan
akibat dari obstruksi.

Anda mungkin juga menyukai