Anda di halaman 1dari 30

Referat

Benign Prostat
Hyperplasia (BPH)

Oleh:
Dhilah Fairuz Syirah
H1AP22007
Pembimbing:
dr. Barry A Praba, Sp. U
Latar Belakang
Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas
yang bermakna pada populasi pria lanjut usia. Gejalanya
merupakan keluhan yang umum dalam bidang bedah urologi.

Hiperplasia prostat merupakan salah satu masalah kesehatan


utama bagi pria diatas usia 50 tahun dan berperan dalam
penurunan kualitas hidup seseorang. Meskipun jarang
mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Latar Belakang
Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau benign
prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi
pada leher vesica urinaria dan uretra atau dikenal sebagai bladder
outlet obstruction (BOO) Obstruksi yang khusus disebabkan oleh
pembesaran prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO).

Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam


proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya
BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai
testis yang masih berfungsi normal menghasilkan testosteron.

Di berbagai daerah di Indonesia, kemampuan melakukan diagnosis


dan modalitas terapi pasien BPH tidak sama karena perbedaan fasilitas
dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun demikian di
daerah terpencil pun diharapkan dapat menangani pasien BPH dengan
sebaik-baiknya.
PROSTAT
1. Embriologi

• Secara embriologi, prostat yang merupakan organ kompleks yang


terdiri dari unsur kelenjar, stroma, dan otot polos atau
fibromioglandular mulai terbentuk pada kehamilan minggu ke-12
dengan pengaruh hormone androgen yang berasal dari testis
fetus.
• Sebagian besar kompleks prostat berasal dari sinus urogenitalis,
tetapi mungkin sebagian dari ductus ejaculatorius, sebagian
verumontanum dan sebagian dari bagian asiner prostat (zona
sentral) berasal dari ductus Wolfii.
Embriologi
Ø Prostat berbentuk seperti piramid terbalik dan
merupakan organ kelenjar fibromuskuler yang
mengelilingi uretra pars prostatica.
Ø Panjang prostat sekitar 3cm (1 1/14 inchi) dan
terletak di antara collum vesika urinaria di atas dan
diaphragma urogenitalis di bawah.
Ø Prostat dikelilingi oleh kapsula fibrosa.
Ø Prostat mempunyai basis prostatae yang terletak di
superior berhadapan dengan collum vesicae, dan
apex prostatae yang terletak di inferior dan
berhadapan dengan diaphragma urogenitale.
Ø Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di
sebelah inferior bulli-bulli, di depan rektum dan
membungkus uretra posterior.
Ø Bentuknya seperti buah kemiri, pada dengan
ketebalan 2-3 cm dan beratnya kurang lebih 20 Gambar 1. tractus urinarius dan Genitalia Pria
gramKelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskular
dan glandular.
Embriologi
Menurut Mc Neal, prostat dibagi atas 4 bagian utama:

1. Bagian anterior atau ventral yang fibromuskular dan nonglandular.


– ini merupakan sepertiga dari keseluruhan prostat. Bagian prostat yang
glandular dapat dibagi menjadi zona sebagian (bagian 2,3,4).

2. Zona perifer,
– yang merupakan 70 % dari bagian prostat yang glandular, membentuk bagian lateral
dan posterior atau dorsal organ ini. Saluran-saluran dari zona perifer ini bermuara
pada uretra pars prostatika bagian distal.

3. Zona sentral,
– yang merupakan 25% dari bagian prostat yang glandular, dikenal sebagai jaringan
kelenjar yang berbentuk baji sekeliling duktus ejakulatorius dengan apexnya pada
verumontanum dan basisnya pada leher buli-buli.
4. Zona transisional,
– yang merupakan bagian prostat glandular yang terkecil (5%), terletak tepat pada
batas distal sfinkter preprostatik yang berbentuk silinder dan dibentuk oleh bagian
pro6imal uretra. Zona transisional dan kelenjar periuretral bersama-sama kadang-
kadang disebut sebagai kelenjar preprostatik.
Embriologi

Gambar 2. Skematik Pembagian Prostat Menurut McNeal Mc<eal


BATAS-BATAS PROSTAT
Ø Batas superior: basis prostat berhubungan dengan
collum vesicae. Otot polos prostate terus melanjut
tanpa terputus dengan otot polos collum vesicae.
uretra masuk pada bagian tengah basis prostatae.
Ø Batas inferior: apex prostat terletak pada facies
diafragma urogenitalis. Uretra meninggalkan prostat
tepat diatas apex permukaan anterior.
Ø Batas anterior; facies anterior prostat berbatasan
dengan simphisis pubis, dipisahkan oleh lemak
ekstraperitoneal yang terdapat pada calum retropubica
(cavum Retzius).
Ø Batas posterior: permukaan posterior prostat
berhubungan erat dengan permukaan anterior
ampulla recti dan dipisahkan dari rectum oleh septum
Gambar 3. Pelvis Laki-Laki (buku anatomi)
retovesicalis (fascia Denonvillier).
Ø Batas lateral; facies lateral prostat difiksasi oleh
serabut anterior m. levator ani saat serabut ini berjalan
ke posterior dari os pubis.
STRUKTUR PROSTAT
Ø Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak
tertanam di dalam campuran otot polos dan
jaringan ikat, dan duktusnya bermuara ke
uretra pars prostatica.
Ø Prostat secara tak sempurna dibagi dalam
lima lobus. Lobus anterior atau isthmus,
terletak di depan uretra dan tidak
mempunyai jaringan kelenjar.
Ø Lobus medius adalah kelenjar yang
berbentuk baji yang terletak antara uretra
dan ductus ejaculatorius. Permukaan atasnya
dibatasi oleh trigonum vesicae, bagian ini
mengandung banyak kelenjar.
FUNGSI PROSTAT
1. Secara fisik, melalui massa dan ototnya, ia berpartisipasi dalam pengendalian
keluaran urin dari kandung kemih dan dalam transmisi cairan seminal selama
ejakulasi .

2. Sebagai kelenjar eksokrin, ia berkontribusi pada plasma seminal spektrum


molekul kecil dan enzim seperti fibrinolisin, koagulase dan enzim pelisis koagulum
lainnya yang memfasilitasi kesuburan dan terlibat dalam koagulasi.

3. Cairan prostat melindungi kelangsungan hidup sperma dengan mengurangi


keasaman uretra. Ini memfasilitasi dan meningkatkan motilitas sperma dengan
menyumbangkan faktor tertentu (albumin) ke plasma seminal yang merangsang
motilitas epididimis .

4. Asam prostat fosfatase, dengan menghidrolisis fosforilkolin menjadi kolin yang


secara langsung terlibat dalam nutrisi spermatozoa.

5. Sebagai kelenjar endokrin, membantu mempercepat metabolisme testosteron


androgen dihidrotestosteron (DHT) yang lebih kuat dan dengan demikian juga
mempengaruhi fungsi hipotalamus dan hipofisis [8].

6. Tingginya kadar zinc dalam plasma mani manusia tampaknya terutama berasal
dari sekresi kelenjar prostat yang bertindak sebagai agen antibakteri .
PENDARAHAN
• Arteri yang memperdarahi prostat berasal dari cabang a.
vesicalis inferior dan a. rectalis media.
• Vena membentuk pleksus venosus prostaticus yang terletak
antara kapsula prostat dan selubung fibrosa.
• Plexus venosus prostaticus menerima dari v. dorsalis
profundus penis dan banyak v. vesicalis, dan selanjutnya
dialirkan ke v. iliaca interna.
ALIRAN LIMFE
• Pembuluh limfe dari prostat mengalirkan cairan lim)e ke nodi limfatici iliaca interna.

PERSARAFAN
• Prostat manusia mendapat dua macam persarafan yaitu parasimpatik (kolinergik) dan
simpatik (nor adrenergic) melalui plexus otonomik yang terletak didekat prostat.
Plexus ini mendapat masukan parasimpatetik dari medulla spinalis setinggi S2-S4 dan
serat-serat simpatetik dari nervus hipogastrikus presacralis (T10-L2).

PROSES MIKSI
• Fase Pengisian (Resting/ Filling Phase)
• Fase ini terjadi setelah selesai miksi dan buli-buli mulai diisi lagi dengan urin dari ginjal
yang masuk melalui ureter. Pada fase ini tekanan di dalam buli-buli selalu rendah,
kurang dari 20 cmH2O. Sedangkan tekanan di uretra posterior selalu lebih tinggi antara
60-100 cmH2O.
• Fase Ekspulsi
• Setelah buli-buli terisi urin sebanyak 200-300 ml dan mengembang, mulailah reseptor
“strechti” yang ada pada mukosa buli-buli terangsang dan impuls dikirimkan ke sistem
saraf otonom parasimpatis di medula spinalis segmen 2 sampai 4 dan sistem saraf ini
menjadi aktif dengan akibat meningkatnya tonus buli-buli (muskulus detrusor).
Meningkatnya tonus detrusor ini dirasakan sebagai perasaan ingin kencing.
BENIGN PROSTATE
HYPERPLASIA

Definisi

DEFINISI
Pembesaran Prostat Jinak (BPH, Benign
Prostatic Hyperplasia) adalah pertumbuhan
jinak kelenjar prostat, yang menyebabkan
prostat membesar.
Definisi BPH
Ø McNeal yakin bahwa pembesaran prostat jinak tidak
terjadi pada zona peripheral dan juga berpendapat
bahwa Sebagian besar karsinoma prostat yang
berasal dari zona transisional, biasanya jenis
karsinoma dengan gradasi rendah (low grade).
Epidemiologi
Hiperplasia prostat merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan
sebelum usia 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran
yang lambat dari lahir sampai pubertas, waktu itu ada peningkatan cepat dalam
ukuran, yang kontinyu sampai usia akhir 30-an.

Pembesaran prostat jinak merupakan penyakit tersering kedua di klinik urologi di


Indonesia setelah batu saluran kemih. Penyakit ini seirng juga dikenal sebagai
hipertrofi prostat, meskipun sebenarnya yang terjadi ialah hiperplasia dari
kelenjar periuretral, sedang jaringan prostat asli terdesak ke perifer menjadi
kapsul bedah.

Prevalensi yang pasti di Indonesia belum diketahui tetapi berdasarkan


kepustakaan luar negeri diperkirakan semenjak umur 50 tahun, 20%-30%
penderita akan memerlukan pengobatan untuk prostat hiperplasia. Yang jelas
prevalensi sangat tergantung pada golongan umur.
Epidemiologi
• Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan
pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang akan terjadi
perubahan patologi anatomi.
• Pada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50% dan pada usia 80 tahun sekitar
80%. Sekitar 50% dari angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik.
ETIOLOGI
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai
penyebab timbulnya hyperplasia prostat
adalah;
a. Teori dihidrotestosteron
b. Adanya ketidakseimbangan antara
estrogen-testosteron
c. Interaksi antara sel stroma dan sel epitel
prostat
d. Berkurangnya kematian sel (apoptosis)
e. Teori stem sel.
ETIOLOGI
a. Teori dihidrotestosteron
Dihidrotestosteron (DHT) adalah metabolit androgen yang sangat
penting pada pertumbuhan sel"sel kelenjar prostat. Dibentuk dari
testosterone di dalam sel prostat oleh enzim 5-alfa reduktase
dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk
berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk kompleks
DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth
factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat.
ETIOLOGI
B. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron

• Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun sedangkan kadar estrogen relative tetap,
sehingga perbandingan antara estrogen dan testosterone relative meningkat. Telah diketahui bahwa
estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara
meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormone androgen, meningkatkan
jumlah resptor androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel prostat (apoptosis).

C. Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat

• Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak
langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor) tertentu. setelah sel-sel
stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth
factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta
mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin.

D. Berkurangnya kematian sel prostat

• Program kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologis untuk
mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasi dan fragmentasi
sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel di sekitarnya
kemudian didegradasi oleh enzim lisosom.

E. Teori stem sel

• Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru. Di dalam
kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat
ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung seperti yang terjadi pada kastrasi, menyebabkan
terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatan
akti!itas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.
GAMBARAN KLINIS
1. Gejala Klinis
1) Gejala obstruksi: terdiri dari pancaran melemah, akhir buang
air kecil belum terasa kosong (incomplete emptying),
menunggu lama pada permulaan buang air kecil (hesitancy)
harus mengedan saat buang air kecil (straining), buang air kecil
terputus-putus (intermittency), dan waktu buang air kecil
memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan terjadi
inkontinen karena overflow.
2) Gejala iritatif: dari sering buang air kecil (frequency), tergesa-
gesa untuk buang air kecil (urgency), buang air kecil malam
hari lebih dari satu kali (nocturia) dan sulit menahan buang air
kecil (urge incontinence).
Ø Terdapat beberapa sistem skoring diantaranya Skor International
Gejala Prostat/ International Prostate Symptom Score (IPSS) yang
diambil berdasarkan skor American Urological Association (AUA).
GAMBARAN KLINIS
Tabel 1. Skor Internasional Gejala Prostat Tabel 2. Skor Madsen-Iversen

2. Tanda Klinis Gambar 12. Pemeriksaan colok


dubur/rectal toucher
Rectal Gradding Clinical Gradding

• Dilakukan pada waktu vesika • Banyaknya sisa urine diukur


urinaria kosong: tiap pagi hari setelah bangun
● Grade 0: Penonjolan prostat tidur, disuruh kencing dahulu
0-1 cm ke dalam rectum kemudian dipasang kateter.
● Grade 1: Penonjolan prostat ● Normal: Tidak ada sisa
1-2 cm ke dalam rectum ● Grade I: sisa 0-50 cc
● Grade 2: Penonjolan prostat ● Grade II: sisa 50-150 cc
2-3 cm ke dalam rectum ● Grade III: sisa >150 cc
● Grade 3: Penonjolan prostat ● Grade IV: pasien sama
3-4 cm ke dalam rectum sekali tidak bisa kencing
● Grade 4: Penonjolan prostat
4-5 cm ke dalam rectum
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium

• Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, elektrolit serum, perlu dikerjakan sebagai dasar keadaan umum penderita. Pemeriksaan kadar gula
juga perlu dikerjakan terutama untuk mengetahui kemungkinan adanya neuropati diabetes yang dapat menyebabkan keluhan miksi.
Pemeriksaan urinalisa juga harus dikerjakan termasuk pemeriksaan bakteriologiknya.
• Pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA), yang disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer specific,
juga merupakan salah satu sarana untuk meramalkan perjalanan penyakit BPH. Sebagai pegangan penilaian PSA diinterpretasikan :
• Nilai PSA dan interpretasinya
• 0,5-4,0 ng/ml -> Normal
• 4,0-10 ng/ml -> Kemungkinan Ca 20% (perlu TRUS & biopsi)
• > 10 ng/ml -> Kemungkinan Ca 50% (perlu TRUS & biopsi)
• Kenaikan > 20% per tahun -> segera rujuk untuk TRUS & biopsi

2. Pemeriksaan Uroflowmetri

• Salah satu gejala BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara obyektif pancaran urin ini dapat diperiksa dengan uroflowmeter. Jumlah
urine yang cukup untuk mendapatkan flowmetrogram yang representatif paling sedikit 150 ml dan maksimal 400 ml, yang ideal antara 200-
300 ml.
• Penilaian hasil :
• Flow rate maksimal : 15 ml/detik : non obstruktif
• 10-15 ml/detik : border line
• 10 ml/detik : obstruktif

3. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik

• Perkembangan teknik pemeriksaan ultrasonogarfi (USG) membawa manfaat yang besar bagi evaluasi penderita BPH. Selain itu dengan USG
ini dapat pula diperiksa buli-buli, misalnya ada batu buli-buli, tumor buli-buli, divertikel. Juga dapat diperiksa jumla residual urine. Terdapat
beberapa macam tranducer untuk pemeriksaan prostat yaitu suprapubic (abdominal), transrektal dan transuretral.
• Pemeriksaan rontgenologik yaitu pyelografi intravena (IVP) sekarang tidak lagi merupakan pemeriksaan rutin untuk evaluasi penderita BPH
tetapi hanya dikerjakan secara selektif.

4. Pemeriksaan Panendoskopi:

• Dengan pemeriksaan panendoskopi dapat ditentukan secara review:


• Keadaan uretra anterior, misalnya adanya striktur uretra.
• Keadaan uretra prostatika, bagian prostat mana yang membesar, panjangnya uretra yang obstruktif karena pembesaran prostat.
• Keadaan didalam buli-buli yaitu ada tidaknya tumor, batu, hipertropi dari detrusor, ada tidaknya selulae atau divertikel dan keadaan muara
ureter dan mengetahui kapasitas buli-buli.
PATOFISIOLOGI

DIAGNOSIS
Diagnosa ditegakkan dari anamnesa yang meliputi keluhan dari DIAGNOSIS BANDING
gejala dan tanda obstruksi dan iritasi.
•Kelemahan detrusor dapat disebabkan oleh karena kelainan syaraf (neurogenik bladder),
• Kemudian dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk Kekuatan otot misalnya pada lesi medulla spinalis, neuropathy diabeticum, sehabis operasi radikal yang
mengorbankan persyarafan didaerah pelvis, alkoholisme, penggunanan obat penenang,
merasakan/meraba kelenjar prostat. detrusor berkontraksi ganglion blocking agent, dan obat parasimpatolitik (seperti obat yang sering dikonsumsi
penderita asma kronik).

• Dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi ginjal


dan untuk penyaringan kanker prostat (mengukur kadar antigen Elastisitas leher • Kekakuan leher Vesika dapat disebabkan oleh proses fibrosis (bladder neck
spesifik prostat atau PSA). Vesika contracture).

• Resistensi uretra dapat disebabkan oleh karena pembesaran prostat jinak atau ganas,
Resistensi uretra tumor dileher vesika, batu di uretra atau striktura uretra. Kelainan- kelainan tersebut
dapat dilihat bila dilakukan sistoskopi.

● Terjadi pada usia >60 tahun

Ca Prostat ● Nyeri pada lumbosakral menjalar ke tungkai


● Prostatismus dan hematuri
● Rectal toucher: permukaannya berbenjol, keras, fixed

● Adanya nyeri perineal


● Demam
Prostatitis ● Disuri, polaksiuri
● Retensi urin akut
● Rectal toucher: jika ada abses didapatkan fluktuasi (+)

● Lesi sakral 2-4


Neurogenik Bladder ● Rest urin (+)
● Inkontinensia urin

• Sumbatan pada uretrha dan tekanan kandung kemih yang tinggi dapat menyebabkan
imbibisi urin keluar kandung kemih atau uretra proksimal dari striktura. Gejala khas
Striktura Uretrha adalah pancaran urin yang kecil dan bercabang. Gejala lain adalah iritasi dan infeksi
seperti frekuensi, urgensi, disuri, kadang-kadang dengan infiltat, abses, fiistel. Gejala
lanjut adalah retensi urin.
TATALAKSANA
Watchful waiting
• Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan (skor IPSS <3).
• 1. Pasien diberi nasihat agar mengurangi minum setelah makan malam agar mengurangi nokturia.
• 2. Menghindari obat-obat parasimpatolitik (mis: dekongestan).
• 3. Mengurangi kopi.
• 4. Melarang minum minuman alkohol agar tidak terlalu sering buang air kecil. Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan untuk diperiksa: skoring,
uroflowmetri, dan TRUS.
• 5. Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan.

Medikamentosa
• Pilihan terapi non-bedah adalah pengobatan dengan obat (medikamentosa). Terdapat tiga macam terapi dengan obat yang sampai saat ini dianggap rasional, yaitu
dengan penghambat adrenergik a-1, penghambat enzim 5a reduktase, dan fitoterapi.
● Penghambat adrenergik a-1
• Pengobatan dengan penghambat reseptor a-1 masih menimbulkan beberapa pertanyaan, seperti berapa lama akan diberikan dan apakah efektivitasnya akan tetap
baik mengingat sumbatan oleh prostat makin lama akan makin berat dengan tumbuhnya volume prostat. Contoh obat: prazosin, terazosin dosis 1 mg/hari, dan dapat
dinaikkan hingga 2-4 mg/hari. Tamsulosin dengan dosis 0.2-0.4 mg/hari.
● Penghambat enzim 5a reduktase
• Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim 5a reduktase, sehingga testosteron tidak diubah menjadi dehidrotestosteron. Dengan demikian, konsentrasi DHT
dalam jaringan prostat menurun, sehingga tidak akan terjadi sintesis protein. Obat ini baru akan memberikan perbaikan simptom setelah 6 bulan terapi.
• Salah satu efek samping obat ini adalah menurunnya libido dan kadar serum PSA2. Contoh obat Finasteride dosis 5 mg/hari.
● Kombinasi penghambat adrenergik a-1 dan penghambat enzim 5a reduktase
• Terapi kombinasi penghambat adrenergik a-1 dan penghambat enzim 5a reduktase pertama kali dilaporkan oleh lepor dan kawan-kawan pada 1996. Terdapat
penurunan skor dan peningkatan Qmax pada kelompok yang menggunakan penghambat adrenergik a-1.

Fitoterapi
• Terapi dengan bahan dari tumbuh-tumbuhan populer diberikan di Eropa dan baru-baru ini di Amerika. Obat-obatan tersebut mengandung bahan dari tumbuhan
seperti Hypoxis, rooperis, Pygeum africanum, Urtica sp, Sabal serulla, Curcubita pepo, Populus temula, Echinacea purpurea, dan Secale cerelea. Masih diperlukan
penelitian untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya.
Minimal invasive
1) TUBD (Transurethral Balloon Dilatation)
Dengan menggunakan balon kateter yang berkapasitas antara 75ºF-110ºF dengan
tekanan antara 3-5 atmosfir, uretra prostatika di dilatasi selama 10-30 menit. Terapi ini
dikerjakan untuk BPH yang kecil dan tanpa pembesaran dari lobus medius. Terdapat
perbaikan keluhan dan flowmetrik sampai 3-6 bulan sesudah tindakan .
2) Prostat Stent
Stent dibuat dari bahan kawat yang dianyam hingga berbentuk tabung. Stent dipasang di
uretra prostatika untuk mencegah berdempetnya prostat.
3) Terapi Termal, dibagi menjadi tiga macam antara lain:
a. Hipertermi
Kelenjar prostat dipanasi 41º-45ºC dan pemanasannya dikerjakan dengan
menggunakan “probe” baik transrektal ataupun transuretral. Pemanasan dilakukan
beberapa kali dengan frekwensi 1-2kali/minggu. Detiap kali pemanasan berlangsung
kurang lebih satu jam.
b. TUMT (Transurethral Microwave c. TUNA (Transurethral Needle Ablation)
Thermotherapy)
Pembedahan 2. TUIP (Trans Urethral Incision of the Prostate)

Pembedahan biasanya dilakukan terhadap penderita mengalami:


• inkontinensia uri
• hematuria
• retentio uri
• infeksi saluran kemih berulang
Prostatektomi digolongkan dalam 2 golongan :
1. Prostatektomi tertutup
2. Prostatektomi terbuka
3. TULP (Trans Urehral Laser Prostatectomy)
Pemilihan prosedur pembedahan biasanya tergantung kepada Kelenjar prostat pada suhu 60º-65ºC akan mengalami
koagulasi dan pada suhu yang lebih dari 100ºC mengalami
beratnya gejala serta ukuran dan bentuk kelenjar prostat. vaporisasi. Pemakaian laser ternyata lebih sedikit
1. TURP (Trans Urethral Resection of the Prostate) menimbulkan komplikasi dan penyembuhan lebih cepat,
tetapi meningkatkan perbaikan gejala miksi tidak sebaik
TURP.

4. Prostatektomi terbuka
Sebuah sayatan bisa dibuat di perut (melalui struktur di
belakang tulang kemaluan/retropubik dan diatas tulang
kemaluan/suprapubik atau di daerah perineum dasar
panggul yang meliputi skrotum sampai anus).
KOMPLIKASI & PROGNOSIS
KOMPLIKASI PROGNOSIS
• Komplikasi yang sering terjadi pada • Prognosis untuk BPH berubah-ubah
pasien BPH antara lain; sering dan tidak dapat diprediksi pada tiap
dengan semakin beratnya BPH, individu walaupun gejalanya
dapat terjadi obstruksi saluran cenderung meningkat.
kemih, karena urin tidak mampu • Namun BPH yang tidak segera
melewati prostat. Hal ini dapat ditindak memiliki prognosis yang
menyebabkan infeksi saluran kemih buruk karena dapat berkembang
dan apabila tidak diobati, dapat menjadi kanker prostat.
mengakibatkan gagal ginjal. • Menurut penelitian, kanker prostat
• Kerusakan traktus urinarius bagian merupakan kanker pembunuh
atas akibat dari obstruksi kronik nomor 2 pada pria setelah kanker
mengakibatkan penderita harus paru-paru.
mengejan pada miksi yang • BPH yang telah diterapi juga
menyebabkan peningkatan tekanan menunjukkan berbagai efek
intra abdomen yang akan samping yang cukup merugikan bagi
menimbulkan hernia dan hemoroid. penderita
KESIMPULAN
Ø Semakin lanjut usia semakin banyak dijumpai pria yang menderita BPH dengan keluhan mulai terjadi
perubahan dalam berkemih, tidak bisa berkemih, sampai keluhan yang lebih berat karena komplikasi yang
terjadi akibat BPH.
Ø Diagnosis didapatkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pendekatan melalui pemeriksaan
penunjang yang turut berfungsi sebagai kontrol terhadap terapi yang diberikan. Penentuan terapi yang
tepat paling sering didapatkan dari hasil IPSS yang harus dijawab oleh pasien sebelumnya.
Ø Terapi yang diberikan berupa pemberian obat-obatan berupa penghambat adrenergik a-1, penghambat
enzim 5a reduktase, dan fitoterapi sampai dengan tindakan invasif seperti prostatektomi terbuka, TURP,
TUIP, TULP, TUMT, HIFU, stent uretra, TUNA dan ILC yang dipilih sesuai dengan indikasi dan keadaan umum
pasien.
Ø Pada gejala yang ringan (skor IPSS <7), penderita BPH tidak diberikan terapi apapun melainkan hanya
menjalankan program watchful waiting dengan pemantauan IPS secara berkala untuk menentukan terapi
selanjutnya.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai