Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gangguan prostat merupakan satu diantara beberapa penyakit yang umum dialami oleh
pria. Biasanya gangguan prostat menyerang pria yang berusia di atas 50 tahun.

Prostat adalah kelenjar pada sistem reproduksi pria yang membungkus saluran kemih
(uretra). Kelenjar prostat berfungsi mengeluarkan cairan yang menyuburkan dan melindungi
sperma. Kelenjar prostat rata-rata beratnya 20 gram pada orang normal umur 21-30 tahun,
dan akan meningkat ukurannya bersama dengan kenaikan umur seseorang. Dan meningkat
terus hingga setelah 50 tahun.

Berbagai macam gangguan prostat yang umum terjadi, yaitu benign hipertrofi prostat,
prostatitis, dan ca prostat. BPH atau yang biasa dikenal dengan pembesaran prostat jinak
merupakan penyakit laki-laki usia lanjut. Prostatitis merupakan peradangan atau
pembengkakan pada kelenjar prostat. Prostatitis lebih sering terjadi pada pria yang berusia
lebih muda, antara 30-50 tahun. Prostatitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
sedangkan Ca prostat adalah pertumbuhan sel secara abnormal pada kelenjar prostat. Hingga
kini, penyebab munculnya kanker prostat masih belum diketahui. Tapi terdapat beberapa
faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat, yaitu faktor usia, riwayat
keluarga, dan obesitas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan Fisiologi Prostat

Prostat merupakan glandula fibromuskular yang mempunyai bentuk seperti piramid


terbalik dengan basis (basis prostatae) menghadap ke arah collum vesicae. Basis prostat
melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot polos berjalan tanpa terputus dari satu
organ ke organ lain. Urethra masuk bagian tengah dari basis prostat. Apex (apex prostatae)
menghadap ke arah difragma urogenitale. Urethra meninggalkan prostat tepat diatas apex
permukaan anterior. Facies anterior berbentuk konveks, facies posterior berbentuk agak
konkaf dan dan dua buah facies infero-lateralis.
Kelenjar prostat terletak tepat dibawah leher kandung kemih. Kelenjar ini mengelilingi
uretra dan dipotong melintang oleh duktus ejakulatorius, yang merupakan kelanjutan dari vas
deferen. Kelenjar ini berbentuk seperti buah kenari dan beratnya ± 20 gram. Sekresi prostat ,
cairan prostat normal mengandung 3–5 sel darah putih perlapang pandang. Kelenjar prostat
mengelilingi uretra dan terdiri atas kelenjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos. Prostat
mengeluarkan sekret cairan yang bercampur sekret dari testis. Secara embriologi, prostat
berasal dari lima evaginasi epitel uretra posterior. Suplai darah prostat diperdarahi oleh arteri
vesikalis inferior dan masuk pada sisi posteolateralis. Drainase vena prostat bersifat difus dan
bermuara ke dalam pleksus santorini. Persyarafan prostat terutama berasal dari simpatis
pleksus hipogastrik dan serabut yang berasal dari nervus sakralis ketiga dan keempat melalui
pleksus sakralis. Fungsi cairan prostat yaitu:

a. pelumas

b. produksi ejakulat

c. finansial untuk ejakulasi


Zona periferal terdiri dari seluruh jaringan glandular prostat pada bagian apex serta
bagian posterior dekat kapsula. Di zona ini, karsinoma, infeksi prostat kronik, dan atrofi
postinflamatory lebih sering terjadi dari pada zona lainnya.

Zona sentral adalah area berbentuk kerucut yang bagian apeksnya adalah duktus
ejakulatori dan uretra prostatik pada verumontanum. Zona transisi terdiri dari dua bagian
jaringan kelenjar pada bagian lateral uretra dari bagian tengah kelenjar. Pada zona ini sering
terjadi benign prostatic hyperplasia (BPH). Stroma fibromuskular anterior membentuk
kecembungan kelenjar ini pada bagian permukaan anterior. Bagian apeks dari area ini kaya
dengan otot lurik yang bercampur dengan kelenjar dan otot dari diafragma pelvis. Menuju
bagian basal, lebih dominan otot polos bercampur dengan serabut-serabut dari leher kandung
kemih. Bagian distal dari stroma fibromuskular anterior penting untuk fungsi voluntary
sphincter, sedangkan bagian proksimal penting untuk fungsi involuntary sphincter.

Gambaran histologi dari kelenjar prostat terdiri dari duktus kelenjar yang bercabang-
cabang. Kelenjar dan duktus terdiri dari dua lapisan sel yaitu lapisan sel kolumnar sekresi
luminal dan lapisan sel basal. Pada lumen dari kelenjar dan duktus prostat sering dijumpai
massa eosinofilik yang berlapis-lapis (corpora amylacea) yang lebih umum dijumpai pada
laki-laki yang lebih tua. Kapsul prostat terdiri dari jaringan fibrosa yang mengelilingi kelenjar
dan merupakan suatu lapisan fibrosa dari otot yang terletak di antara stroma prostat dengan
jaringan lemak di luar prostat.
BAB III
PEMBAHASAN
1.1 Benign Prostate Hyperplasia
A. Definisi
Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan pembesaran prostat jinak yang
menghambat aliran urin dari buli-buli. Pembesaran ukuran prostat ini akibat adanya
hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona periurethra.
Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa 20
gram. Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain: zona
perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periurethra.
Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan pertumbuhan
karsinoma prostat berasal dari zona perifer
B. Etiologi
Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara pasti,tetapi
beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan peningkatan kadar
dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai
penyebab timbulnya hiperplasia prostat:
1. Teori dihidrotestosteron
Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone testosteron. Dimana pada
kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT)
dengan bantuan enzim 5 α – reduktase. DHT inilah yang secara langsung memicu m-RNA di
dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu
pertumbuhan kelenjar prostat.
2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan kadar
estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif meningkat.
Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat
dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon
androgen,meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel
prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan testosteron yang menurun merangsang terbentuknya
sel-sel baru, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang
sehingga massa prostat menjadi lebih besar
3. Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel epitel prostat
secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor).
Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis
suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang
menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.
4. Berkurangnya kematian sel prostat
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis kelenjar prostat.
Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel.
Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat
secara keseluruhan makin meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat.
Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah
dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.
5. Teori sel stem
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk selsel baru. Dalam
kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi
sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung pada hormon androgen, dimana jika kadarnya
menurun (misalnya pada kastrasi), menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya
proliferasi sel-sel pada BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi
produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.

C. Penatalaksanaan
Tujuan terapi:1
- memperbaiki keluhan miksi
- meningkatkan kualitas hidup
- mengurangi obstruksi infravesika
- mengembalikan fungsi ginjal
- mengurangi volume residu urin setelah miksi
- mencegah progressivitas penyakit
Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk: (1) mengurangi resistensi otot
polos prostat sebagai komponen dinamik atau (2) mengurangi volume prostat sebagai kom-
ponen statik. Jenis obat yang digunakan adalah :
1. Antagonis adrenergik reseptor α yang dapat berupa:
a. preparat non selektif: fenoksibenzamin
b. preparat selektif masa kerja pendek: prazosin, afluzosin, dan indoramin
c. preparat selektif dengan masa kerja lama: doksazosin, terazosin, dan
tamsulosin
2. Inhibitor 5 α redukstase, yaitu finasteride dan dutasteride
Operasi
Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:1
- Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa
- Mengalami retensi urin
- Infeksi Saluran Kemih berulang
- Hematuri
- Gagal ginjal
- Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran
- kemih bagian bawah
Jenis pembedahan yang dapat dilakukan:
a. Transurethral reseksi prostat (TURP)
Prosedur TURP merupakan 90% dari semua tindakan pembedahan prostat pada pasien
BPH. Menurut Wasson et al (1995) pada pasien dengan keluhan derajat sedang, TURP lebih
bermanfaat daripada watchful waiting. TURP lebih sedikit menimbulkan trauma
dibandingkan prosedur bedah terbuka dan memerlukan masa pemulihan yang lebih singkat.
Secara umum TURP dapat memper-baiki gejala BPH hingga 90%, meningkatkan laju
pancaran urine hingga 100%. Komplikasi dini yang terjadi pada saat operasi sebanyak 18-
23%, dan yang paling sering adalah perdarahan sehingga mem-butuhkan transfusi.
Timbulnya penyulit biasanya pada reseksi prostat yang beratnya lebih dari 45 gram, usia
lebih dari 80 tahun, ASA II-IV, dan lama reseksi lebih dari 90 menit. Sindroma TUR terjadi
kurang dari 1%. Penyulit yang timbul di kemudian hari adalah:
inkontinensia stress <1% maupun inkontinensia urge 1,5%, striktura uretra 0,5-6,3%,
kontraktur leher buli-buli yang lebih sering terjadi pada prostat yang berukuran kecil 0,9-
3,2%, dan disfungsi ereksi. Angka kematian akibat TURP pada 30 hari pertama adalah 0,4%
pada pasien kelompok usia 65-69 tahun dan 1,9% pada kelompok usia 80-84 tahun. Dengan
teknik operasi yang baik dan manajemen perioperatif (termasuk anestesi) yang lebih baik
pada dekade terakhir, angka morbiditas, mortalitas, dan jumlah pemberian transfusi
berangsur-angsur menurun.

Gambar 1. Transurethral reseksi prostat (TURP)

b. Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP)


TUIP atau insisi leher buli-buli (bladder neck insicion) direkomendasikan pada prostat yang
ukurannya kecil (kurang dari 30 cm3), tidak dijumpai pembesaran lobus medius, dan tidak
diketemukan adanya kecurigaan karsinoma prostat.. Teknik ini dipopulerkan oleh Orandi
pada tahun 1973, dengan melakukan mono insisi atau bilateral insisi mempergunakan pisau
Colling mulai dari muara ureter, leher buli-buli-sampai ke verumontanum. Insisi diperdalam
hingga kapsula prostat. Waktu yang dibutuhkan lebih cepat, dan lebih sedikit menimbulkan
komplikasi dibandingkan dengan TURP. TUIP mampu memperbaiki keluhan akibat BPH dan
meningkatkan Qmax meskipun tidak sebaik TURP. Cara elektrovaporisasi prostat hampir
mirip dengan TURP, hanya saja teknik ini memakai roller ball yang spesifik dan dengan
mesin diatermi yang cukup kuat, sehingga mampu membuat vaporisisai kelenjar prostat.
Teknik ini cukup aman, tidak banyak menimbulkan perdarahan pada saat operasi, dan masa
mondok dirumah sakit lebih singkat.
Gambar.2. Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP)
c. Buka prostatektomi
Jenis operasi ini umumnya dilakukan jika Anda memiliki prostat sangat besar,
kandung kemih kerusakan atau faktor komplikasi lain, seperti batu kandung kemih. Ini
disebut terbuka karena ahli bedah membuat sayatan di perut bagian bawah untuk
mencapai prostat. Buka prostatektomi adalah pengobatan yang paling efektif untuk pria
dengan pembesaran prostat yang parah, tetapi memiliki resiko tinggi efek samping dan
komplikasi. Pada umumnya memerlukan kunjungan singkat di rumah sakit dan
berhubungan dengan risiko tinggi memerlukan transfusi darah.

Gambar 4. Buka prostatektomi


d. Pembedahan laser operasi.
Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi untuk menghancurkan atau
menghapus jaringan prostat lewat Laser bedah umumnya segera meredakan gejala dan
memiliki risiko efek samping yang lebih rendah daripada TURP. Beberapa operasi laser
dapat digunakan pada pria yang tidak harus memiliki prosedur prostat lain karena mereka
mengambil obat pengencer darah. Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis
laser dan dengan cara yang berbeda. Invasif minimal ( transurethral microwave
thermotheraphy / TUMT dan transurethral ultrasound guided laser induced prostatectomy
/TULIP )

Ablatif prosedur (termasuk penguapan) menghapus jaringan prostat menekan uretra dengan
membakar begitu saja, sambil aliran urin. Prosedur ablatif dapat menyebabkan iritasi gejala
urin setelah operasi dan mungkin perlu diulang di beberapa titik.
Prosedur Enucleative serupa untuk membuka prostatektomi, tapi dengan risiko yang lebih
sedikit. Prosedur ini biasanya menghapus semua prostat jaringan memblokir aliran urin, dan
mencegah pertumbuhan kembali jaringan. Salah satu manfaat dari prosedur enucleative
adalah bahwa jaringan prostat dihapus dapat diperiksa untuk kanker prostat dan kondisi
lainnya.

1.2 Prostatitis
A. Definisi
Prostatitis adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar prostat yang memperlihatkan
beragam sindrom klinis dengan berbagi bentuk. Isitilah prostattitis didifinisikan sebagai
peradangan mikroskopik dari jaringan kelenjar prostat, yang menacakup berbagai kondisi
klinis.

B. Etiologi
1. Prostatitis Bakteri Akut.
o Infeksi secara Asending melalui Uretra.
o Refluks Urin kesaluran Prostat.
o Ekstension lansung atau limfatik yang menyebar dari dubur.
o Penyebab 80% Prostatitis adalah bakteri geram negatif ( Escherichia coli, Enterobacter,
Serratia, Pseudomonas, Enterococcus, and Proteus species). Sedangkan untuk infeksi
campuran jarang terjadi. Salah satu laporan terjadinya Prostatitis yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus yang resisten – methicillin yang terdapat pada pasien diabetes.
2. Prostatitis Bakteri Kronis.
o Disfungsi berkemih, baik secara structural atau fungsional.
o E. coli bertanggung jawab atas 75 – 80 % penyebeb dari kasus Prostatitis Bakteri
Kronis.
o C trachomatis, Ureaplasma species, Trichomonas vaginalis
o Organism yang jarang seperti M tuberculosis dan Coccidioides, Histoplasma, dan
Candida species juga harus diperhatikan. Tuberculosis Prostatitis dapat juga ditemukan
pada pasien dengan tuberculosis ginjal.
o Human Imunodeficiensy Virus ( HIV )
o Sitomegalovirus.
o Kondisi Inflamasi seperti sarkoidosis.
3. Prostatitis Kronis dan Sindrom Nyeri Pelvis Kronis.
o Sekitar 5 – 8 % pria dengan sindrom ini memiliki bakteri pathogen yang diisolasi
dari air seni atau cairan prostat.
o Etiologi belum dipahami dengan baik tetapi mungkin akibat dari infeksi yang
menginisiasi inflamasi yang menyebabkan cedera neurologis dan akhirnya menghasilkan
disfungsi dasar panggul.
o Fungsional atau structural kandung kemih yang patologis, seperti obstruksi leher
vesikalis primer, pseudodyssynergia ( kegagalan sfringter eksternal untuk relaksasi saat
berkemih ), gangguan kontraktilitas otot detruksor ( acontractile detrusor muscle ) o
Obstruksi saluran ejakulasi.
o Peningkatan tekanan di sisi ( sampaing ) dinding panggul.
o Inflamasi prostat yang nonspesifik.
4. Asymtomatic Prostatitis Inflamasi.
Penyebab hampir mirip dengan Inflamsi Prostatitis Kronis tetapi tanpa gejala.
C. Penatalaksanaan
1. Prostatitis Bakteria Akut
Fluoroquinolones digunakan untuk pengobatan pada pasien prostatitis bakteri akut,
dimana pengobatan awal diberikan melalui intaravena. Antibiotic alternatif lain yang
dapat diberikan pada pasien ini antara lain ampicilli/ gentemycin yang digunakan secara
kombinasi, doksisiklin, dan trimethoprim-sulfat. Pengobatan diberikan selama 4 - 6
minggu dan pengobatan diselesaikan dengan pemberian obat secara oral setelah gejala
akut berkurang dimana tujuannya untuk mencegah timbulnya prostatitis bakteri kronis
atau abses prostat. Laki – laki dengan retensi urine, penggunaan kateter uretral dapat
meningkatkan resiko dari kemungkinan pembentukan dari abses prostat, oleh karena itu,
perlu suatu pertimbangan pemasangan catetar suprapubic pada pasien.
2. Prostatitis Bakteri Kronis. Meskipun dengan terapi, dasar pengobatan untuk
Prostatitis Bakteri Kronis masih kurang optimal. Antibiotic yang diberikan tidak dapat
mencapai konsentrasi dan menembus barier plasma epithelium dan masuk kedalam sel
kelenjar prostat. Pemberian Fluoroquinolones memberikan hasil yang baik dalam hal
tersebut. Antibiotic alternative lain yang dapat diberikan carbenicillin, doksisiklin,
minoksiklin dan sefaleksin. Jangka waktu perawatan dapat diberikan minimal 4 minggu
sampai 4 bulan.
3. Prostatitis ( Sindrom Nyeri Pelvis Kronis ) Sedikit bukti untuk mendukung
pemakain antibiotic atau alpha – bloker dalam mengontrol, bagaimanapun praktisi
menetukan pengobatan selalu dengan pengalaman. Usaha pengobatan yang diberikan
biasanya bersifat pengobatan symtomatis selagi menunggu hasil diagnosis ditegakkan.
Obat
Terapi antibiotic sangat penting dalam pengobatan perostatitis bakteri akut. Jika
pasien mengalami gejala sistemik maka diberikan masukan untuk antibiotic intravena,
hidrasi, dan analgesia. Jika pasien memeiliki tanda – tanda retensi urine atau gejala
obstruksi, maka diindikasikan untuk pemasangan kateter Foley. Terapi untuk Prostatitis
Kronis Bakteri bervariasi dalam hal jenisdan durasi obat antibiotic yang digunakan serta
obat adjunctivedari pengobatan biasanya. Perawatan terdiri dari 4 – 8 minggu untuk
antibiotic yang dapat menembus prostat, seperti fluoroquinolone atau trimetroprim –
sulfametoksazol. Prostatitis Kronis, sindrom nyeri pelvis kronis, dan protatitis inflamasi
asimtomatik dapat diobati dengan alpha – bloker atau diazepam dengan tirah baring.
Antibiotik.
Antibiotik empiris harus disesuaikan dalam mengobati pathogen gram negatif, dimana
N gonorrhoeae dan C trachomatis adalah diduga marupakan pathogen primer, juga harus
diperhatikan, terutama pada pasien muda dari 35 tahun. Untuk pengobatan prostatitis
bakteri kronis, dimana Enterobacteriaceae, enterococci, dan P aeruginosa adalah pathogen
umum, pertimbangkan pemberian trimethoprim/sulfamethoxazole (Bactrim) atau
fluoroquinolones selama 28 hari atau lebih sebagai agen empiris. Untuk prostatitis
nonbacterial disebabkan oleh Chlamydia dan spesies Ureaplasma, yang sulit untuk
dikultur, pecobaan empiris dari doksisiklin atau eritromisin harus sesuai institusi. Obat
Antibiotik yang bisa diberiakan antara lain: a. Levofloxacin ( Levaquin ) Ditunjukkan
untuk mengobati prostatitis bakteri kronis dan akut yang disebabkan oleh E. coli, faecalis
E, atau epidermidis S. dimana memiliki konsentrasi yang baik dalam prostat. Ini adalah
stereoisomer L dari oflaksasin / induk D senyawa L, D bentuk yang tidak aktif.
Penggunaan baik monoterapi memiliki cakupan yang luas terhadap spesies Pseudomonas,
serta aktivitasnya sangat baik terhadap pneumococcus. Dimana obat ini akan
menghambat aktivasi grainase. Dimana obat ini akan menghambat aktivasi grainase
DNA. Dosis yang diberikan untuk dewasa biasanya 500 mg PO selama 14 – 28 hari dan
untuk anak – anak dibawah 18 tahun tidak dinajurkan. b. Ofloksasin ( Floxin ) Kuinolon
yang merupakan turunan asam karboksilat piridin dengan spectrum luas dan memiliki
efek bakterisidal. Dosis dewasa yang diberikan 400 mg PO sekali, kemudian 300 mg PO
selama 14 – 28 hari dan dosis untuk anak – anak usia dibawah 18 tahun tidak dianjurkan.
c. Ciprofloxacin ( cipro, cipro XR ) Fluoquinolon berkerja mengahambat sintesis DNA
bakteri sehingga mengakibatkan pertumbuhan dengan girase DNA dan tropoisomerase,
yang dibutuhkan untuk replikasi, transkripsi, dan translasi bahan genetic terhambat.
Kuinolon mempunyai aktivitas luas terhadap organisme aerobic gram positif dan gram
negatif, tetapi tidak memiliki aktifitas terhadap bakteri anaerob. Pengobatan dilanjutkan
selama minimal 2 hari setelah tanda dan gejala telah menghilang. Dosis dewasa yang
diberikan antara lainnya 500 mg PO untuk 14 – 28 hari dan dosis untuk anak – anak usia
dibawah 18 tahun tidak dianjurkan. d. Trimetoprim / Sulfametoksazol DS ( Bactrim )
Trimetoprim menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam
dihydrofilic. Dosis dewasa sekitar 1 dosis tablet 160 mg TMP selama 10 – 28 hari dan
dosis untuk anak – anak usia dibawah 2 tahun tidak dianjurkan. e. Seftriakson
( Rocephin ) Sefalosporin generasi ketiga dengan spectrum luas, aktivitas terhadap garam
negatif, efikasi lebih rendah terhadap organism gram – positif, kemajuran lebih tinggi
pada organism resisten. Dosis dewasa diberikan IM dengan dosis 250 mg sekali ( dalam
hubungannya dengan doksisiklin 100 mg PO selama 10 hari ). f. Doxycycline ( Bio –
Tab, Doryx, Vibramycin ) Menghambat sintesis protein dan dengan demikian
menghambat pertumbuhan bakteri yang berikatan dengan cara mengikat 30 S dan
kemungkinan 50 S subunit ribosom bekteri yang rentan. Membelok pemisahan tRNA
peptidil dari ribosom. Dosis dewasa sekitar 100 mg PO selama 10 hari dan digunakan
bersama dengan ceftriaxone 250 mg IM sekali dan dosis untuk anak – anak usia dibawah
8 tahun tidak dianjurkan. Antagonis Alpha – Adrenergik 2,3,6 Obat ini digunakan dalam
pengobatan BPH, penelitian menunjukkan bahwa kombinasi alpha – bloker dengan
antibiotic dapat mengurangi resiko kekambuhan prostatitis pada prostatitis kronis. Alpha
– bloker memperbaikai obstruksi bladder outlet dan dengan demikian memperbaiki
disfungsi dari proses miksi yang mungkin terkait dari patogenesis prostatitis.
a. Terazosin ( hytrin ) Senyawa Quinazoline berperan menetralkan alpha1- yang diinduksi
kontraksi adrenergic leher vesika urinaria, memfasilitasi aliran urine yang sebelumnya
dihambat oleh peradangan prostat. Dosis dewasa biasnya 1 mg Pos dan efeknya
ditingkatkan perlahan tetapi tidak melebihi 10 mg / hari, dan untuk anak – anak tidak
dianjurkan.
b. Tamsulosin ( Flomax ) Sebuah adrenergic alpha – bloker, yang target khususnya
reseptor a1. Dosis dewasa yang diberikan 0,4 – 0,8 mg. P
1.3 Ca Prostat
A. Definisi
Kanker Prostat adalah kanker nomor satu yang diidentifikasi paa pria di Amerika Serikat
dan penyebab kematian tersering kedua akibat kanker pada populasi tersebut (Corwin, 2009).
Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang kelenjar prostat, dimana sel-sel
kelenjar prostat tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali sehingga mendesak dan
merusak jaringan sekitarnya bahkan dapat mengakibatkan kematian pada kanker yang telah
berada pada stadium lanjut atau parah. Karsinoma prostat merupakan kelainan atau suatu
keganasan pada saluran perkemihan khususnya prostat pada bagian lobus perifer sehingga
timbul nodul-nodul yang dapat diraba. Kanker prostat merupakan keganasan yang paling
banyak pada pria dan mungkin akan melampaui kanker paru sebagai kanker penyebab
kematian yang paling banyak (Davey, 2005).
Kanker prostat adalah lesi ganas pada kelenjar prostat (Pierce, 2007). Kanker merupakan
suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang
dapat melakukan invasi ke jaringan-jaringan normal atau menyebar ke organ-organ yang
jauh. Salah satu penyakit kanker yang tergolong karsinoma adalah kanker prostat. Jadi kanker
prostat adalah pertumbuhan abnormal kelenjar prostat yang ditandai oleh pertumbuhan
abnormal dari jaringan prostat.

Gambar 5. Prostat normal dan kanker prostat

B. Etiologi
Penyebab kanker prostat secara pasti tidak diketahui, akan tetapi faktor genetik dan
lingkungan diperkirakan penyebab dari kanker prostat. Pada kebanyakan orang Afrika
khususnya pria yang terpajan toksin lingkungan, seperti Cadmium (Corwin, 2009). Sebagian
besar kanker prostat terjadi tanpa penyebab, beberapa kemungkinan seperti riwayat keluarga,
paparan radiasi, dan polutan lingkungan (Davey, 2005). Seperti penyakit kanker yang lain,
sampai saat ini masih belum ditemukan penyebab pasti terjadinya kanker prostat, meskipun
tiga hal yang telah ditetapkan sebagai faktor resiko telah teridentifikasi dengan baik, yakni:
peningkatan umur, etnis, dan hereditas (EAU Guidelines on Prostate Cancer, 2011). Hingga
sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya kanker prostat; tetapi
beberapa hipotesa menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan beberapa
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya kanker prostat adalah:

1. adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut;
2. peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai pemacu pertumbuhan stroma
kelenjar prostat;
3. meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati;

4. teori sel stem menerangkan bahwa terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan se epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.

Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kejadian kanker prostat adalah sebagai berikut.

a. Umur
Terjadi pada pria di bawah 40 tahun, namun risiko kanker prostat akan meningkat setelah
usia 50 tahun. Dua dari tiga kasus kanker prostat ditemukan pada pria usia 65 tahun. Hal ini
disebabkan karena risiko penyakit pada usia lanjut meningkat seiring dengan proses penuaan
dan menurunnya berbagai fungsi fisiologis tubuh. Semakin lanjut usia, risiko terjadinya
kanker prostat meningkat secara bermakna. Pria pada usia 50 tahun sekitar 33% memiliki
tumor prostat kecil. Sedangkan pada usia 80 tahun sekitar 70% pria dapat dibuktikan secara
histopatologi memiliki kanker prostat. Menurut American Cancer Society, pada umumnya
kanker prostat berkembang dengan perlahan. Berdasarkan hasil otopsi di Amerika, pria usia
lanjut yang meninggal karena suatu penyakit, ternyata juga menderita kanker prostat tetapi
mereka tidak menyadarinya. Dalam studi ini juga dijelaskan sekitar 70–90% penderita kanker
prostat tersebut berusia 80 tahun.

b. Hormon testosteron
Testosteron secara alami memacu pertumbuhan kelenjar prostat. Pria yang menggunakan
terapi testosteron, biasanya cenderung mengidap kanker prostat. Banyak dokter menganggap,
terapi testosteron akan mempercepat berkembangnya kanker prostat yang awalnya sudah
tumbuh. Terapi testosteron jangka panjang pun akan menyebabkan pembesaran kelenjar
prostat. Ablasi androgen menyebabkan regresi kanker prostat.

c. Ras/etnis
Berdasarkan beberapa survei diperoleh bahwa orang dari ras kulit hitam memiliki risiko dua
kali lebih besar. Laki-laki Afrika memiliki prevalensi kanker prostat yang lebih tinggi dan
lebih agresif dibanding dengan laki-laki berkulit putih. Studi menemukan bahwa kadar
hormon testosteron pada laki-laki Afrika Amerika lebih tinggi 15% dibanding dengan laki-
laki berkulit putih.

d. Riwayat keluarga
Perubahan gen pada kromosom 1, 17 dan kromosom X dijumpai pada pasien-pasien dengan
riwayat keluarga kanker prostat. Gen hereditary prostate cancer 1 (HPC1) dan gen
predisposing for cancer of the prostate (PCAP) terdapat pada kromosom 1 sedangkan gen
human prostate cancer pada kromosom X. Bila ada satu anggota keluarga yang mengidap
penyakit ini maka risiko meningkat menjadi dua kali bagi yang lain dan bila ada dua anggota
keluarga yang menderita penyakit ini maka risiko penyakit ini menjadi 2–5 kali. Faktor ini
berhubungan dengan factor genetik oleh karena itu faktor ini merupakan faktor yang tidak
dapat diubah dan dihindari. Tingginya kanker prostat pada ras tertentu (kaum kulit hitam)
membawa kecurigaan adanya peran faktor genetik.

C. Penatalaksanaan

Sebelum dilakukan penanganan terhadap kanker prostat, perlu diperhatikan faktor-faktor


yang berhubungan dengan prognosis kanker prostat yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu
faktor-faktor prognostik klinis dan patologis kanker prostat. Faktor prognostik klinis adalah
faktor-faktor yang dapat dinilai melalui pemeriksaan fisik, tes darah, pemeriksaan radiologi
dan biopsi prostat. Faktor klinis ini sangat penting karena akan menjadi acuan untuk
mengidentifikasi karakteristik kanker sebelum dilakukan pengobatan yang sesuai. Sedangkan
faktor patologis adalah faktor-faktor yang yang memerlukan pemeriksaan, pengangkatan dan
evaluasi kesuruhan prostat.
Faktor yang mempengaruhi prognostik penyakit, antara lain:
1. usia pasien;

2. volume tumor;

3. grading atau Gleason score;

4. ekstrakapsular ekstensi;
5. invasi ke kelenjar vesikula seminalis;

6. zona asal kanker prostat;

7. faktor biologis seperti serum PSA, IGF, p53 gen penekan tumor dan lain-lain.
Penanganan kanker prostat dari tingkat keperahan adalah:
1. untuk penyakit yang masih terlokalisasi langkah pertama yang dilakukan adalah
melakukan watchfull waiting atau memantau perkembangan penyakit. Watchfull waiting
merupakan pilihan yang tepat untuk pria yang memiliki harapan hidup kurang dari 10 tahun
atau memiliki skor Gleason 3 dengan volume tumor yang kecil yang memiliki kemungkinan
metastase dalam kurun waktu 10 tahun apabila tidak diobati. Sumber lain menuliskan bahwa
watchfull waiting dilakukan bila pasien memiliki skor Gleason 2-6 karena memiliki resiko
yang rendah untuk berkembang. Pria yang memiliki resiko sangat rendah (very low risk)
terhadap kanker prostat, alternatif yang tepat dengan dilakukan monitoring berkala. Menurut
Dr. Jonathan Epstein, seorang ahli patologi dari Rumah Sakit Johns Hopkins mengemukakan
beberapa kriteria yang termasuk kedalam golongan resiko rendah terhadap kanker prostat
(very low risk):
a. tidak teraba kanker pada pemeriksaan DRE (staging T1c);

b. skor Gleason kurang 4;

c. pusat kanker tidak lebih dari 2 atau kanker tidak melebihi 50% dari bagian yang dibiopsi.

2. Pembedahan
Radikal prostatektomi adalah prosedur bedah standar yang mengangkat prostat dan
vesika seminalis. Prognosis pasien yang melakukan radikal prostatektomi tergantung dengan
gambaran patologis spesimen prostat. Hanya dengan dilakukan prostatektomi yang
merupakan reseksi bedah bagian prostat yang memotong uretra untuk memperbaiki aliran
urin dan menghilangkan retensi urinaria akut. Terdapat beberapa alternatif pembedahan, yang
meliputi Transsurethral resection of prostate (TURP),
Suprapubic/open prostatektomi, Retropubic prostatektom, dan perineal prostatektomi.
a. Transsurethral resection of prostate (TURP)

Prosedur ini jaringan prostat obstruksi dari lobus medial sekitar uretra diangkat dengana
sistoskop/resektoskop dimasukkan melalui uretra.

b. Suprapubic/open prostatektomi
Dengan diindikasikan untuk massa lebih dari 60 g/60 cc. penghambat jaringan prostat
diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih,pendekatan ini
lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih. Pendekatan ini lebih ditujukan bila ada batu
kandung kemih.

c. Retropubic prostatektomi
Massa jaringan prostat hipertropi (lokasi tinggi dibagian pelvis) diangkat melalui insisi
abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih.

d. Perineal prostatektomi
Massa prostat besar dibawah area pelvis diangkat melalui insisi diantara skrotum dan rektum,
prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat mengakibatkan impotensi.

3. Terapi radiasi
Pada pria yang tidak dapat dilakukan prostatektomi radikal karena keadaan tertentu dan
kondisi medis yang tidak mendukung, dapat dilakukan radioterapi eksternal dengan atau
implantasi radiasi intertisial.

4. Terapi hormonal
Pemberian estrogen secara oral efektif mampu mengontrol proses penyakit prostat yang lama.
Agonis LHRH (seperti Leuprolide, Zoladex) merupakan pilihan yang efektif dalam
pengobatan kanker prostat (Otto, 2003).
5. Kemoterapi
Kemoterapi lebih efektif jika dilakukan kombinasi berbagai ragam flavonoid seperti luteolin,
quercetin, genistein, apigenin, dan juga kaemferol. Perpaduan tersebut khususnya dapat
menghambat pertumbuhan sel kanker prostat.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria
yang menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya
merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel
kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas
usia 60 tahun.
2. Prostatitis
Prostatitis adalah infeksi atau perdangan pada kelenjar prostat yang memperlihatkan beragam
sindrom klinis dengan berbagi bentuk. Isitilah prostattitis didifinisikan sebagai peradangan
mikroskopik dari jaringan kelenjar prostat, yang menacakup berbagai kondisi klinis.
3. Ca Prostat
Kanker prostat adalah pertumbuhan tumor ganas dari jaringan parenkim kelenjar prostat.
Kanker ini merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada pria dewasa (50% dari
seluruh tumor ganas yang terjadi pada pria) dengan usia di atas 50 tahun dan akan meningkat
tajam pada usia di atas 80 tahun. Penyebab terjadinya kanker ini masih belum diketahui
secara pasti, tetapi diduga ada kaitannya dengan faktor genetik (riwayat kanker prostat pada
keluarga dekat) lingkungan (radiasi, paparan zat toksik, kadmium). pria berkulit hitam, dan
gangguan hormoneal (testosterone) diduga menjadi faktor risiko yang meningkatkan kejadian
kanker prostat ini.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria
yang menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya
merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel
kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas
usia 60 tahun.
Adapun terapi untuk BPH yaitu medikamentosa dan tindakan operatif (Transurethral
reseksi prostat (TURP), Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP), Open
prostatectomy, Laser Invasif minimal ( transurethral microwave thermotheraphy / TUMT
dan transurethral ultrasound guided laser induced prostatectomy /TULIP )

2. Prostatitis
Prostatitis adalah infeksi atau perdangan pada kelenjar prostat yang memperlihatkan beragam
sindrom klinis dengan berbagi bentuk. Isitilah prostattitis didifinisikan sebagai peradangan
mikroskopik dari jaringan kelenjar prostat, yang menacakup berbagai kondisi klinis.
Pengobatan pada prostatitis berdasarkan etiologinya.

3. Ca Prostat
Kanker prostat adalah pertumbuhan tumor ganas dari jaringan parenkim kelenjar prostat.
Kanker ini merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada pria dewasa (50% dari
seluruh tumor ganas yang terjadi pada pria) dengan usia di atas 50 tahun dan akan meningkat
tajam pada usia di atas 80 tahun. Penyebab terjadinya kanker ini masih belum diketahui
secara pasti, tetapi diduga ada kaitannya dengan faktor genetik (riwayat kanker prostat pada
keluarga dekat) lingkungan (radiasi, paparan zat toksik, kadmium). pria berkulit hitam, dan
gangguan hormoneal (testosterone) diduga menjadi faktor risiko yang meningkatkan kejadian
kanker prostat ini.
DAFTAR ISI
1. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. 2007. 69-85
2. Birowo & Rahardjo. Pembesaran Prostat Jinak. 2000. http://fkui.co.id/urologi/ppj.mht
3. Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2006. http://www.emedicine.com.
4. Fadlol & Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Prostat Jinak.
Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4; 139-145
5. Anonim. Normal Prostate and Benign Prostate Hyperplasia.
2008.http://www_med_nyu_edu/healthwise/media/medical/nci/cdr00004 62221/jpg.mht
6. Kim & Belldegrun (eds). Urology Dalam Schwartz’s Manual Of Surgery, 8thEdition,
Brunicardi et al (eds). USA: Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. 2006. 1036-1060
7. Tanagho, E.A, et al. 2004. Lange: Smith’s General Urology. Sixteenth edition. Penerbit Mc
Graw Hill : San Fransisco
8. Hedayati, Tarlan, MD. Prostatitis, 20 Mei 2010 viewed at 6 Oktober 2010 Available
in .http://emedicine.medscape.com/article/785418-overview
9. Schaeffer, Anthony J, M.D. Chronic Prostatitis and the Chronic Pelvic Pain
Syndrome. 23 March 2007 viewed at 6 Oktober 2010. Available in: http://server.fk-
unram.edu/index.php?option=com_remository&Itemid=72&func=startdown&id=8504
10. Potts, Jeannette M, MD. 2004. Essential Urology A Guide to Clinical Practice. Human
Press, Totowa: New Jersey
11. McPhee, Stephen J, dkk. 2009. Curren Medical Diagnosis and Traatment. Penerbit Mc
Graw Hill : San Fransisco
12. Eardley, Ian.dkk. 2006. Drug Treatment In Urology. Penerbit Blackwell Publishing
Ltd: USA. Available in. http://www.blackwellpublishing.com
13. Purnomo, basuki B., 2009. dasar-dasar Urologi ed 2. Sagung seto: Jakarta
14. Pierce, A. 2007. Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga.
15. Baughman, D. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: buku saku untuk Brunner dan
Suddarth. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai