Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengertian dari Benigna Prostat Hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar


dan jaringan selular kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin
berkenaan dengan proses penuaan. Prostat adalah kelenjar yang berlapis kapsula
dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses penuaan. Benigna Prostat
Hipertropi adalah pembesaran prostat yang mengenai uretra, menyebabkan gejala
urinaria.
Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada
populasi pria lanjut usia. Gejalanya merupakan keluhan yang umum dalam bidang
bedah urologi. Hiperplasia prostat merupakan salah satu masalah kesehatan utama
bagi pria diatas usia 50 tahun dan berperan dalam penurunan kualitas hidup
seseorang. Suatu penelitian menyebutkan bahwa sepertiga dari pria berusia antara 50
dan 79 tahun mengalami hiperplasia prostat. Adanya hiperplasia ini akan
menyebabkan terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasi obstruksi ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu
secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi.
Dengan teknologi dan kemajuan ilmu yang semakin canggih dalam kehidupan ini
banyak membawa dampak negatif pada kehidupan masyarakat terhadap peningkatan
kualitas hidup, status kesehatan, umur dan harapan hidup. Dengan kondisi tersebut
merubah kondisi status penyakit infeksi yang dulu menjadi urutan pertama kini
bergeser pada penyakit degeneratif yang menjadi urutan pertama.
Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari setengah (50%) pada laki-laki usia 60-70
tahun mengalami gejala-gejala BPH dan antara usia 70-90 tahun sebanyak 90%
mengalami gejala-gejala BPH. Hasil riset menunjukkan bahwa laki-laki di daerah
pedesaan sangat rendah terkena BPH dibanding dengan laki-laki yang hidup di daerah
perkotaan. Hal ini terkait dengan gaya hidup seseorang.Laki-laki yang bergaya hidup
modern kebih besar terkena BPH dibanding dengan laki-laki pedesaan.
Di Indonesia pada usia lanjut, beberapa pria mengalami pembesaran prostat
benigna. Keadaan ini di alami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih
80% pria yang berusia 80 tahun.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Hipertropi Prostatitis Benigna (benign protatic hypertropi – BPH) adalah


pembesaran prostat yang mengenai uretra, menyebabkan gejala urinaria
(Nursalam & Fransisca, 2009).

BPH (Benign Prostat Hipertropi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar


prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hypertropi beberapa atau semua komponen
prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Arif muttaqin
dan Kumala sari, 2011).

Hipertropi prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat


(secara umum pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat
obstruksi urethral dan pembatasan aliran urinarius (Arora P. Et al, 2006).

Hiperplasia prostat atau BPH adalah pembesaran kelenjar prostat yang dapat
menyebabkan uretra pars prostatika buntu dan menyebabkan terhambatnya aliran
urine keluar dari buli-buli (Basuki B Purnomo, 2008).

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi

Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar


Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang
dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata : panjang 3,4 cm, lebar 4,4
cm, tebal 2,6 cm. Secara embriologis terdiri dari 5 lobus yaitu lobus medius 1
buah, lobus anterior 1 buah, lobus posterior 1 buah, lobus lateral 2 buah.
Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior
akan menjadi satu disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius
kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak
homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista
ini disebut kelenjar prostat (Nursalam & Fransisca, 2009). Pada potongan
melintang uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari:

a. kapsul anatomis
Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler.
Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian :
1) Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya.
2) Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga
sebagai adenomatus zone 3
3) Di sekitar uretra disebut periuretral gland. Saluran keluar dari ketiga
kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis
bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke
dalam uretra. Menurut Mc Neal, prostat dibagi atas : zona perifer,
zona sentral, zona transisional, segmen anterior dan zona spingter
preprostat. Prostat normal terdiri dari 50 lobulus kelenjar. Duktus
kelenjar-kelenjar prostat ini lebih kurang 20 buah, secara terpisah
bermuara pada uretra prostatika, dibagian lateral verumontanum,
kelenjar-kelenjar ini dilapisi oleh selaput epitel torak dan bagian
basal terdapat sel-sel kuboid.
Gambar 1. System reproduksi pria

Gambar 2. Pembesaran prostat


Gambar 3. Kelenjar prostat

2. Fisiologi

Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan
pada orang dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba.
Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan
prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning
kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang
terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan,
keluar cairan seperti susu. Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah
tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak mengeluarkancairan sehingga
batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga
lumen uretra menyerupai celah.
Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi
fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan
kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan (Nursalam &
Fransisca, 2009).

C. Etiologi

Penyebab BPH belum jelas namun terdapat faktor resiko umur dan hormon
androgen. Ada beberapa hipotesis yang menyebutkan bahwa hiperplasia prostat
erat kaitannya dengan peningkatan kadar Dehidrotestosteron (DHT) dan proses
aging (menjadi tua).
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia
prostat adalah:
a. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen
pada usia lanjut
b. Peranan dari growth faktor sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar
prostat
c. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati
d. Teori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam
sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat
menjadi berlebihan. (Basuki B Purnomo, 2008)

D. Patofisiologi

Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan


bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu
terjadi reduksi testosteron menjadi Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang
kemudian menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat
menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis
protein yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat. (Arora P. Et al,
2006).

Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi
penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan
ini menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikel. Untuk dapat mengeluarkan
urine buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut,
sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta
otot detrusor menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi atau divertikel.
Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut,
maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine. (Basuki B
Purnomo, 2008)

Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli


tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks-
vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjadi gagal ginjal. (Arif
muttaqin dan Kumala sari, 2011).

E. Manifestasi klinis

a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah Manifestasi klinis timbul


akibat peningkatan intrauretra yang pada akhirnya dapat menyebabkan
sumbatan aliran urine secara bertahap. Meskipun manifestasi dan beratnya
penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan penderita
datang berobat, yakni adanya LUTS1 . Untuk menilai tingkat keparahan
dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi urologi membuat skoring yang secara
subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang
dianjurkan oleh WHO adalah International.
Prostatic Symptom Score (IPSS). Sistem skoring IPSS terdiri atas tujuh
pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan LUTS dan satu pertanyaan
yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat
dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu: Ringan : skor 0-7,
Sedang : skor 8-19, Berat : skor 20-35 2.
b. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan dapat berupa gejala
obstruksi antara lain, nyeri pinggang, benjolan di pinggang (hidronefrosis)
dan demam (infeksi, urosepsis).
c. Gejala diluar saluran kemih Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena
mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid, yang timbul karena
sering mengejan pada saat berkemih sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan intraabdominal

F. Tanda dan Gejala

Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun


keluhan di luar saluran kemih (Arora P. Et al, 2006).
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract
Symptoms (LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif. Gejala
iritatif yaitu sering miksi (frekuensi) terbangun untuk miksi pada malam
hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi), dan
nyeri pada saat miksi (disuria).
Gejala obstruktif meliputi: pancaran lemak, rasa tidak lampias sehabis
miksi, kalau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan
(straining) anyang-anyangen (intermittency) dan waktu miksi yang
memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia karena
overflow. Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih
sebelah bawah, beberapa ahli urology membuat sistem scoring yang
secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas

Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian


atas, berupa gejala obstruksi antara lain: nyeri pinggang, benjolan di
pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis), yang selanjutnya
dapat menjadi gagal ginjal dapat ditemukan uremia, peningkatan tekanan
darah, perikarditis, foetoruremik dan neuropati perifer
3. Gejala di luar saluran kemih

Pasien yang berobat ke dokter biasanya mengeluh adanya hernia


inguinalis dan hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering
mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan
intra abdominal

Menurut (Arif muttaqin dan kumala sari, 2011), pada pasien post operasi
BPH, mempunyai tanda dan gejala:
1. Hemorogi
a. Hematuri
b. Peningkatan nadi
c. Tekanan darah menurun
d. Gelisah
e. Kulit lembab
f. Temperatur dingin
2. Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
3. Gejala-gejala intoksisakasi secara dini:
a. Bingung
b. Agitasi
c. Kulit lembab
4. Warna urin merah cerah, pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi jadi lebih
tua.

G. Diagnosis
a. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli
yang penuh dan teraba massa kistik si daerah supra simpisis akibat retensio
urine. Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE)
merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada BPH, karena dapat
menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat dan kecurigaan
adanya keganasan seperti nodul atau perabaan yang keras.Pada
pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah,
simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul1 . Colok dubur pada
BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba ujung
hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul.
Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba
nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri
b. Pemeriksaan Laboratorium Sedimen urine diperiksa untuk mencari
kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih
Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih sehingga
menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti hidronefrosis
menyebabkan infeksi dan batu saluran kemih . Pemeriksaan kultur urine
berguna untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan
sekaligus menentukan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba
yang diujikan. Pemeriksaan sitologi urine digunakan untuk pemeriksaan
sitopatologi sel-sel urotelium yang terlepas dan terbawa oleh urine.
c. Pencitraan Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di
saluran kemih, batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli
yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda retensio urine. Pemeriksaan
IVP dapat menerangkan adanya:
 kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)
 memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan
indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter
bagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish).
 penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel, atau
sakulasi buli-buli

H. Komplikasi
1. Retensio urine akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2. Infeksi saluran kemih
3. Onvolusi kontraksi kandung kemih
4. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urine terus
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung
urine yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat
5. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
6. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urine, sehingga dapat
terbentuk batu saluran kemih dalam buli-buli, batu ini akan menambah
keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila
terjadi refluks dapat mengakibatkan pielonefrit

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopik urine penting untuk melihat
adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Elektrolit, kadar ureum dan
kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan fungsi
metabolik.
Pemeriksaan prostate specific Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar
penentuan perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini keganasan

b. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen, pielografi


intravena, USG dan sistoskopi. Tujuan pemeriksaan pencitraan ini adalah
untuk memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli-
buli dan volume residu urine. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu
pada traktus urinarius, pembesaran ginjal dan buli-buli. Dari pielografi
intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan
hidroureter.
c. Pemeriksaan Uroflowmetri dan Colok Dubur
1. Uroflowmetri
Untuk mengetahui derajat obstruksi, yaitu dengan mengukur pancaran
urine pada waktu miksi. Kecepatan aliran urine dipengaruhi
oleh kekuatan kontraksi detrusor, tekanan intra buli- buli, dan tahanan
uretra
2. Colok dubur
Pada perabaan colok dubur, harus diperhatikan konsistensi prostat
(biasanya kenyal), adakah asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah
batas atas teraba

J. Penatalaksaan Umum
a. Observasi (Watchfull Waiting)
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan, nasehat yang diberikan
yaitu mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nocturia,
menghindari obat-obatan dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak
diperbolehkan minum alkohol.
b. Terapi medikamentosa
Penghambat adrenergic alfa, contoh: prazosin, doxazosin, terazosin, afluzosin.
c. Penghambat enzim 5 alfa reduktasi, contoh: firasterid (proscar).
d. Fitoterapi
Pengobatan fototerapi yang ada di Indonesia antara lain: eviprostat.
Substansinya misalnya pygeum africanum, sawpalmetto, serenoa repelu

e. Terapi bedah
 TURP
 TUIP
 Prostatektomi terbuka
f. Terapi invasif minimal
 TUMT (Trans Urethral Micro web Thermotherapy)
 Dilatasi balon trans uretra (TUBD)
 High Intensity Focus Ultrasound
 Ablasi jarum trans uretra dan Stent Prostat

K. Pengobatan
Untuk mengatasi BPH, tindakan medisnya bisa dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:

1. Gejala ringan

Untuk kasus BPH ringan biasanya cukup ditangani dengan obat-obatan,


terapi menahan berkemih, dan perubahan gaya hidup seperti:

 berolahraga secara teratur, misalnya berjalan kaki hingga satu jam


tiap hari.
 Mulai mengurangi atau berhenti mengonsumsi kafein dan minuman
keras.
 Mencari jadwal minum obat yang tepat agar terhindari dari nokturia
atau meningkatnya frekuensi buang air kecil sepanjang malam.
 Biasakan untuk tak mengonsumsi minum apa pun dua jam sebelum
tidur. Tujuannya agar tehindari dari berkemih sepanjang malam
(nokturia).

Selain hal-hal tersebut, ada pula terapi yang bisa digunakan untuk
mengatasi BPH. Misalnya terapi untuk menahan berkemih yang dilakukan
lewat bimbingan ahli medis. Di sini pengidap BPH akan dianjarkan untuk
menahan keinginan berkemih, setidaknya dalam jeda dua jam antara
berkembih. Selain itu, mereka juga akan diajarkan cara mengatur napas
dengan baik, relaksasi otot, hingga cara mengalihkan pikiran ketika ingin
berkemih.

2. Penanganan BPH Gejala Menengah dan Parah

Satu-satunya cara menangani BPH dengan gejala menengah hingga parah


adalah melalui operasi.

L. Pencegahan
Menurut penelitian, risiko terkena pembesaran prostat jinak (BPH) dapat
dicegah melalui konsumsi makanan yang kaya akan serat dan protein, serta
rendah lemak. Hindari juga konsumsi daging merah. Makanan berserat tinggi
antara lain kacang hijau, beras merah, brokoli, gandum, kubis, lobak, bayam,
apel dan gandung. Sedangkan, makanan berprotein tinggi antara lain ikan, telur,
kacang kedelai, dada ayam, susu rendah lemak dan eju
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertropi Prostatitis Benigna (benign protatic hypertropi – BPH) adalah
pembesaran prostat yang mengenai uretra, menyebabkan gejala urinaria.
BPH (Benign Prostat Hipertropi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar
prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hypertropi beberapa atau semua komponen
prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan
bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi
reduksi testosteron menjadi Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang kemudian
menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat
menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein
yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat.

Anda mungkin juga menyukai