Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN


PENYAKIT HIPERPLASIA PROSTATITIS BENIGNA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem


Endokrin, Imunologi, Pencernaan, Perkemihan, dan Reproduksi Pria
dengan dosen pengampu Ns. Florentina Dian Maharina M.Kep

OLEH KELOMPOK 9

ANGGOTA KELOMPOK:
1. Maria Kartini Kidi Maching (30120121001)
2. Agatha Galuh Saraswati (30120121014)
3. Stevani Silvi Restiyani (30120121015)
4. Petrus Andi Andana (30120121016)
5. Jonathan Bernard (30120121024)
6. Jonathan Tjahjah (30120121030)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES SANTO BORROMEUS
Jalan Parahyangan Kav. 8 Blok B/1 Kota Baru Parahyangan
2023
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu keadaan
kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup
orifisium uretra (Azizah, 2018). Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
merupakan pembesaran jinak dari kelenjar prostat yang dikarenakan
hiperplasia oleh beberapa atau semua dari komponen prostat yang
terdiri dari jaringan kelenjar/jaringan fibrimuskuler yang mampu
membuat tersumbatnya uretra pars prostatika (Sasmito, 2018).

Hiperplasia merupakan pembesaran ukuran sel dan diikuti oleh


penambahan jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi patologis yang
paling umum diderita oleh laki-laki dengan usia ratarata 50 tahun
(Eka, 2014). Jadi, dapat disimpulkan bahwa Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat yang dapat
menyumbat saluran uretra yang biasanya terjadi pada laki-laki dengan
usia rata-rata 50 tahun.

Pada sistem kemih pria terdapat sebuah saluran yang berfungsi


membuang urine keluar dari tubuh melalui penis, atau lebih dikenal
sebagai uretra. Dan jalur lintas uretra ini secara kebetulan melewati
kelenjar prostat. Jika terjadi pembesaran pada kelenjar prostat, maka
secara bertahap akan mempersempit uretra dan pada akhirnya aliran
urine mengalami penyumbatan. Penyumbatan ini akan membuat otot-
otot pada kandung kemih membesar dan lebih kuat untuk
mendorong urine keluar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu BPH?
2. Apakah penyebab dari Penyakit BPH?
3. Apa tanda dan gejala dari BPH?
4. Apa saja komplikasi dari BPH?
5. Bagaimana proses terjadinya penyakit BPH?
6. Bagaimana pengobatan BPH?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari BPH
2. Mengetahui penyebab/etiologi dari BPH
3. Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit BPH
4. Mengetahui komplikasi dari BPH
5. Mengetahui proses terjadinya perjalanan penyakit BPH
6. Mengetahui pengobatan apa saja yang diberikan kepada pasien
BPH
BAB II
ISI
A. Konsep Dasar
2.1 Pengertian BPH
Hiperplasia prostat jinak (BPH, benign prostatic
hyperplasia), pembesaran tidak berbahaya terkait usia pada
kelenjar prostat, adalah gangguan yang sering dialami pria
lansia. Hiperplasia jinak (kenaikan jumlah sel) dimulai pada
usia 40 sampai 45 tahun dan berlanjut secara perlahan
selama sisa umur. Diperkirakan lebih dari separuh pria di
atas usia 60 tahun menderita BPH (Porth, 2007). Masalah
yang menyebabkan pria menemui penyedia asuhan
kesehatan dikaitkan dengan disfungsi kemih.

Hiperplasia prostatis benigna (benign protatic hyperplasia-


BPH) adalah pembesaran prostat yang mengenai uretra,
menyebabkan gejala urinaria.

Hiperplasia prostat jinak (benign prostatic hyperplasia, BPH)


adalah pertumbuhan tak-ganas stroma dan kelenjar epitel
prostat yang menyebabkan pembesaran kelenjar prostat.
Pada kasus yang parah, kelenjar ini, dengan tumbuh
perlahan selama beberapa dekade, akhirnya dapat mencapai
ukuran 10 kali ukuran prostat normal dewasa. Hiperplasia
prostat jinak adalah penyakit terkait usia yang sering
dijumpai. Sebagian besar pria tidak memperlihakan gejala,
terapi gejala dan tanda klinis terjadi pada hampir sepertiga
pria berusia lebih dari 65 tahun, dan setiap tahun lebih dari
400.000 pria di Amerika Serikat menjalani TURP
2.2 Anatomi dan Fisiologi
BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

Gambar 2.1 normal prostat and prostat BPH

Kelenjar prostat terletak tepat dibawah buli – buli dan


mengitari uretra. Bagian bawah kelenjar prostat menempal
pada diafragma urogenital atau sering disebut otot dasar
panggul. Kelenjar ini pada laki - laki dewasa kurang lebih
sebesar buah kemiri, dengan panjang sekitar 3 cm, lebar 4
cm dan tebal kurang lebih 2,5 cm. Beratnya sekitar 20 gram.
Prostat terdiri dari jaringan kelenjar, jaringan stroma
(penyangga ) dan kapsul. Cairan yang dihasilkan kelenjar
prostat bersama cairan dari vesikula seminalis dan kelenjar.

2.3 Etiologi/penyebab
Penyebab hiperplasia prostat jinak tidak diketahui. Namun,
penuaan dan faktor hormon jelas penting. Peningkatan
ukuran prostat seiring pertambahan usia dijumpai pada
otopsi, dan timbulnya gejala berkaitan dengan usia.
Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat
sangat erat
kaitanya dengan (Purnomo, 2007) :
a. Peningkatan DHT (dehidrotestosteron)
Peningkatan lima alfa reduktase dan reseptor adrogen akan
menyebabkan epitel dan stoma dari kelenjar prostat
mengalami hiperplasia.
b. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron
Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif.
Pada proses penuaan, pada pria terjadi peningkatan hormon
esterogen dan penuan hormon testosteron. Hal ini yang
memicu terjadinya hiperplasia stoma pada prostat.
c. Interaksi antar sel stoma dan sel epitel prostat
Peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast
growth factor dan penurunan transforming growth beta
menyebabkan hiperplasia stoma dan epitel, sehingga akan
terjadi BPH.
d. Berkurangnya kematian sel (apoptosis)
Esterogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan
lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
e. Teori sistem sel
Sel sistem yang meningkatkan akan mengakibatatkan
profliferasi sel transisit dan memicu terjadi benigna prostat 
hyperlpasia.

2.4 Tanda dan Gejala


Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benign Prostatic
Hyperplasia disebut sebagai Syndroma Prostatisme.
Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala Obstruktif yaitu :
1) Hesitansi yaitu memulai kencing yang
lama dan seringkali
disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot
destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama
meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya
tekanan dalam uretra prostatika.
2) Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang
disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam
pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya
miksi.
3) Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir
kencing.
4) Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber
pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui
tekanan di uretra.
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan
terasa belum puas.

b. Gejala Iritasi yaitu :


1) Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit
ditahan.
2) Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya
dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari
3) .Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

2.5 Manifestasi Klinis


BPH merupakan yang di derita oleh klain laki-laki dengan
usia ratarata lebih dari 50 tahun. Gambaran klinis dari BPH
sebenarnya sekunder dari dampak obstruksi saluran kencing,
sehingga klain kesulitan untuk miksi.Berikut ini adalah
beberapa gambaran klinis pada klinis pada klain BPH
(Schwarts, 2000, Grance, 2006) :
a. Gejala prostatimus ( nokturia, urgency, penurunan daya
aliran urine) kondisi ini di karenakan oleh kemampuan
vesika urinaria yang gagal mengeluarkan urine secara
sepontan dan reguler, sehingga volume urine masih sebagian
besar tertinggal dalam vesika.
b. Retensi urine
Pada awalnya obstruksi, biasanya pancaran urine lemah,
terjadi histensi, intermitesi, urine menetes, dorongan yang
kuat saat miksi,dan dan retensi urine. Retensi urine sering di
alami oleh klain yang mengalami BPH kronis. Scara
fisiologis, vesika urinaria memiliki kemampuan untuk
mengeluarkan urine melalui kontraksi otot destrustor.
c. Pembesaran prostat
Hal ini di ketahui melalui pemeriksaan rektal toucer (RT)
anterior. Biasanya di dapatkan gambaran pembesaran prostat
dengan konsistensi jinak.
d. Inkontinesia
Inkontinesia yang terjadi menunjukan bahwa m. Destrusor
gagal dalam melakukan kontaraksi. Dekompensasi yang
berlangsung akan mengiritabilitasi serabut syaraf urinarius,
sehingga kontrol untuk miksi hilang.

2.6 Komplikasi
Kecuali massa yang membesar tersebut mengecil, berbagai
komplikasi dapat terjadi. Ketika urine tertahan dalam kan-
dung kemih, terjadi peningkatan distensi kandung kemih.
Divertikula (kantong keluar) pada dinding kandung kemih
terjadi akibat distensi. Distensi juga dapat menyumbat
ureter. Infeksi, yang paling sering pada urine tertahan dan
pada divertikula, dapat naik dari kandung kemih ke ginjal.
Hidroureter, hidronefrosis, dan insufisiensi ginjal adalah
kemungkinan komplikasi

2.7 Patofisiologi
Dua prasyarat yang diperlukan untuk BPH adalah usia 48
tahun atau lebih dan adanya testis. Pria yang dikastrasi
sebelum pubertas tidak mengalami BPH. Androgen yang
menjadi perantara pertumbuhan prostat pada semua usia
adalah dihidrotestosteron (DHT), yang dibentuk dalam
prostat dari testosteron. Meskipun kadar androgen menu- run
pada pria lansia, prostat yang menua tampak menjadi lebih
sensitif terhadap DHT yang ada. Estrogen, dihasil- kan
dalam jumlah kecil pada pria, tampak membuat ke- lenjar
prostat sensitif terhadap efek DHT. Kenaikan kadar estrogen
yang terkait dengan penuaan atau kenaikan re- latif estrogen
yang terkait dengan kadar testosteron dapat menyebabkan
hiperplasia prostat. BPH dimulai sebagai nodul kecil pada
kelenjar peri- uretra, yang merupakan lapisan dalam prostat.
Prostat membesar melalui pembentukan dan pertumbuhan
nodul (hiperplasia) dan pembesaran sel kelenjar (hipertrofi).
Pem- besaran terjadi ke arah dalam, yang secara perlahan
me- nekan uretra dan menimbulkan gejala urologi yang
terkait dengan BPH. Perubahan ini terjadi selama periode
waktu yang panjang. Efek patofisiologi terjadi akibat
kombinasi berbagai faktor, termasuk resistensi uretra
terhadap efek BPH, tekanan intravesikel selama berkemih,
kekuatan otot detrusor, fungsi saraf, dan
kesehatan fisik umum.

2.8 Pathway

Factor risiko umur Trauma berulang perubahan Hormona

Hiperplasia jaringan
Penyangga stromal dan
Glanduler pada prostat
Perubahan mikroskopik

Pada prostat

Pembesaran prostat

Mual,muntah tidak lobus yang bhipertropi


Nafsu makan rasa
Tidak nyaman di epigrastik menyumbat kolom
vesical atau uretra prostatican urin

Ketidak seimbangan nutrisi :


-Pengosonganurine inkomplit
kurang dari kebutuhan Atau retensi urine
-Retensi urine pada leher
Buli-buli prostat meningkat
-otot destrustor menebal dan
menegang
Timbul sekulasi atau divertikel

Lama kelamaan otot detrusor menjadi Lelah dan meng


dekompensasi
Tidak mampu berkontraksi
Terjadi dilatasi retensi urin
Ureter/hydroureter
Dan hidoronefirosis

Resiko infeksi

Difungsi saluran kemih atass sering


berkemih

Disuria kalau berkemih harus menunggu lama

Obstruksi saluran kemih BPH


Pembedahan

Dekompensasi otot destruksor terputusnya konstinuitas jaringan

Retensi urine

Kesulitan berkemih Nyeri akut

Intoleransi
aktivitas

Pemasangan kateter Defisi perawatan diri


eliminasi

Distres spritual
2.9 Tes Diagnostik
2.10 Penatalaksanaan
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA
Diambil dari buku (text book), e-book, artikel penelitian yang
terpublikasi dalam jurnal

Rentang tahun: 2013 – 2023


Makalah

Anda mungkin juga menyukai