OLEH KELOMPOK 9
ANGGOTA KELOMPOK:
1. Maria Kartini Kidi Maching (30120121001)
2. Agatha Galuh Saraswati (30120121014)
3. Stevani Silvi Restiyani (30120121015)
4. Petrus Andi Andana (30120121016)
5. Jonathan Bernard (30120121024)
6. Jonathan Tjahjah (30120121030)
2.3 Etiologi/penyebab
Penyebab hiperplasia prostat jinak tidak diketahui. Namun,
penuaan dan faktor hormon jelas penting. Peningkatan
ukuran prostat seiring pertambahan usia dijumpai pada
otopsi, dan timbulnya gejala berkaitan dengan usia.
Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat
sangat erat
kaitanya dengan (Purnomo, 2007) :
a. Peningkatan DHT (dehidrotestosteron)
Peningkatan lima alfa reduktase dan reseptor adrogen akan
menyebabkan epitel dan stoma dari kelenjar prostat
mengalami hiperplasia.
b. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron
Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif.
Pada proses penuaan, pada pria terjadi peningkatan hormon
esterogen dan penuan hormon testosteron. Hal ini yang
memicu terjadinya hiperplasia stoma pada prostat.
c. Interaksi antar sel stoma dan sel epitel prostat
Peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast
growth factor dan penurunan transforming growth beta
menyebabkan hiperplasia stoma dan epitel, sehingga akan
terjadi BPH.
d. Berkurangnya kematian sel (apoptosis)
Esterogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan
lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
e. Teori sistem sel
Sel sistem yang meningkatkan akan mengakibatatkan
profliferasi sel transisit dan memicu terjadi benigna prostat
hyperlpasia.
2.6 Komplikasi
Kecuali massa yang membesar tersebut mengecil, berbagai
komplikasi dapat terjadi. Ketika urine tertahan dalam kan-
dung kemih, terjadi peningkatan distensi kandung kemih.
Divertikula (kantong keluar) pada dinding kandung kemih
terjadi akibat distensi. Distensi juga dapat menyumbat
ureter. Infeksi, yang paling sering pada urine tertahan dan
pada divertikula, dapat naik dari kandung kemih ke ginjal.
Hidroureter, hidronefrosis, dan insufisiensi ginjal adalah
kemungkinan komplikasi
2.7 Patofisiologi
Dua prasyarat yang diperlukan untuk BPH adalah usia 48
tahun atau lebih dan adanya testis. Pria yang dikastrasi
sebelum pubertas tidak mengalami BPH. Androgen yang
menjadi perantara pertumbuhan prostat pada semua usia
adalah dihidrotestosteron (DHT), yang dibentuk dalam
prostat dari testosteron. Meskipun kadar androgen menu- run
pada pria lansia, prostat yang menua tampak menjadi lebih
sensitif terhadap DHT yang ada. Estrogen, dihasil- kan
dalam jumlah kecil pada pria, tampak membuat ke- lenjar
prostat sensitif terhadap efek DHT. Kenaikan kadar estrogen
yang terkait dengan penuaan atau kenaikan re- latif estrogen
yang terkait dengan kadar testosteron dapat menyebabkan
hiperplasia prostat. BPH dimulai sebagai nodul kecil pada
kelenjar peri- uretra, yang merupakan lapisan dalam prostat.
Prostat membesar melalui pembentukan dan pertumbuhan
nodul (hiperplasia) dan pembesaran sel kelenjar (hipertrofi).
Pem- besaran terjadi ke arah dalam, yang secara perlahan
me- nekan uretra dan menimbulkan gejala urologi yang
terkait dengan BPH. Perubahan ini terjadi selama periode
waktu yang panjang. Efek patofisiologi terjadi akibat
kombinasi berbagai faktor, termasuk resistensi uretra
terhadap efek BPH, tekanan intravesikel selama berkemih,
kekuatan otot detrusor, fungsi saraf, dan
kesehatan fisik umum.
2.8 Pathway
Hiperplasia jaringan
Penyangga stromal dan
Glanduler pada prostat
Perubahan mikroskopik
Pada prostat
Pembesaran prostat
Resiko infeksi
Retensi urine
Intoleransi
aktivitas
Distres spritual
2.9 Tes Diagnostik
2.10 Penatalaksanaan
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Diambil dari buku (text book), e-book, artikel penelitian yang
terpublikasi dalam jurnal