Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

BPH ( Benigna Prostat Hiperplasia )

A. TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI
BPH adalah suatu penyakit perbesaran atau hipertrofi dari prostat. Kata-kata
hipertrofi sering kali menimbulkan kontrofersi di kalangan klinik karena sering rancu
dengan hiperplasia. Hipertrofi bermakna bahwa dari segi kualitas terjadi pembesaran
sel, namun tidak diikuti oleh jumlah (kuantitas). Namun, hiperplasia merupakan
pembesaran ukuran sel (kualitas) dan diikuti oleh penambahan jumlah sel (kuantitas).
BPH seringkali menyebabkan gangguan dalam eliminasi urine karena pembesaran
prostat yang cenderung ke arah depan/menekan vesika urinaria (Baugman,2000 dalam
Eko Prabowo, 2014 )
Hiperplasia noduler ditemukan pada sekitar 20% laki-laki dengan usia 40
tahun,meningkat 70% pada usia 60 tahun dan menjadi 90% pada usia 70 tahun.
Pembesaran ini bukan merupakan kanker prostat, karena konsep BPH dan karsinoma
prostat berbeda. Secara anatomis, sebenarnya kelenjar prostat merupakan kelenjar
ejakulat yang membantu menyemprotkan sperma dari saluran (ductus ). Pada waktu
melakukan ejakulasi, secara fisiologis prostat membesar untuk mencegah urine dari
vesika urinaria melewati uretra. Namun, pembesaran prostat yang terus menerus akan
berdampak pada obstruksi saluran kencing (meatus urinarius internus) (Mitchell,2009
dalam Eko Prabowo, 2014).

2. ANATOMI FISIOLOGI PROSTAT


Kelenjar prostat terletak tepat di bawah leher kandung kemih. Kelenjar ini
mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh duktus ejakulatorius, yang merupakan
kelanjutan dari vas deferen. Kelenjar ini berbentuk seperti buah kenari. Normal
beratnya ± 20 gram, di dalamnya berjalan uretra posterior ± 2,5 cm. Pada bagian
anterior difiksasi oleh ligamentum pubroprostatikum dan sebelah inferior oleh
diafragma urogenital. Pada prostat bagian posterior berumuara duktus ejakulatoris
yang berjalan miring dan berakhir pada verumontarum pada dasar uretra prostatika
tepat proksimal dan sfingter uretra eksterna. Secara embriologi, prostat berasal dari
lima evaginasi epitel urethra posterior. Suplai darah prostat diperdarahi oleh arteri
vesikalis inferior dan masuk pada sisi postero lateralis leher vesika. Drainase vena
prostat bersifat difus dan bermuara ke dalam pleksus santorini. Persarafan prostat
terutama berasal dari simpatis pleksus hipogastrikus dan serabut yang berasal dari
nervus sakralis ketiga dan keempat melalui pleksus sakralis. Drainase limfe prostat ke
nodi limfatisi obturatoria, iliaka eksterna dan presakralis, serta sangat penting dalam
mengevaluasi luas penyebaran penyakit dari prostat.

Fungsi Prostat adalah menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna
untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan
vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang
2-5 cm. fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat
Kelenjar ini menghasilkan sekresi yang penyalurannya dari testis secara kimiawi
dan fisiologis sesuai kebutuhan spermatozoa. Sewaktu perangsangan seksual, prostat
mengeluarkan cairan encer seperti susu yang mengandung berbagai enzim dan ion ke
dalam duktus ejakulatorius. Cairan ini menambah volume cairan vesikula seminalis
dan sperma. Cairan prostat bersifal basa (alkalis). Sewaktu mengendap di cairan vagina
wanita, bersama dengan ejakulat yang lain, cairan ini dibutuhkan karena motilitas
sperma akan berkurang dalam lingkungan dengan pH rendah (Elizabeth J. C, 2009)

3. ETIOLOGI
Penyebab pastinya belum diketahui secara pasti dari hiperplasia prostat, namun
faktor usia dan hormonal menjadi predisposisi terjadinya BPH. Beberapa hipotesis
menyebutkan bahwa hiperplasia prostat sangat erat kaitannya dengan (Eko
Prabowo,2014 ):
a. Peningkatan DHT ( dehidrotestosteron )
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasia.
b. Ketidakseimbangan estrogen – tertosteron
Ketidakseimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses penuaan,
pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan hormon testosteron.
Hal ini yang memicu terjadinya stroma pada prostat.

c. Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat


Peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan
epitel, sehingga akan terjadi BPH.
d. Berkurangnya kematian sel ( apoptosis )
Estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat
e. Teori stem sel
Sel stem yang meningkatkan akan mengakibatkan proliferase sel transit dan
memicu terjadinya Benigna Prostat Hiperplasia.

4. MANIFESTASI KLINIS
Berikut ini adalah beberapa gambaran klinis pada klien BPH (Grace,2006 dalam Eko
Prabowo, 2014) :
a. Gejala prostatismus :
1) Nokturia adalah terbangun untuk miksi pada malam hari
2) Urgensi adalah perasaan ingin miksi yang sangat mendesak
3) Penurunan daya aliran urine adalah kondisi ini di karenakan oleh kemampuan
vesika urinaria yang gagal mengeluarkan urine secara spontan dan reguler,
sehingga volume urine masih sebagian besar tertinggal dalam vesika urinaria.
b. Retensi urine :
Pada awal obstruksi, biasanya pancaran urine lemah, terjadi :
1) Hestitancy terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk
dapat melawan resistensi uretra.
2) Intermittency terjadi karena detrusor tidak dapat mngatasi resistensi uretra
sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi
terjadi karena jumah residu urine yang banyak dalam buli-buli. Retensi
urine dialami oleh klien yang mengalami BPH kronis. Secara fisiologis,
vesika urinaria memiliki kemapuan untuk mengeluarkan urine melalui
kontraksi otot detrusor namun, obstruksi yang berkepanjangan akan
membebani kerja otot detrusor sehingga mengalami dekompensasi.
3) Pembesaran prostat ; hal ini diketahui melalui pemeriksaan rektal toucher
(RT) anterior.
4) Inkontensia yang terjadi menunjukan bahwa otot detrusor gagal dalam
melakukan kontraksi. Walaupun dengan berkembangnya penyakit ini,
urine keluar sedikit sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai
compliance maksimum tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi
tekanan sfingter.
5. PATOFISIOLOGI
Prostat sebagai kelenjar ejakulat memiliki hubungan fisiologis yang erat dengan
dihidrotestosteron (DHT). Hormon ini merupakan hormon yang memacu pertumbuan
prostat sebagai kelenjar ejakulat yang nantinya akan mengoptimalkan fungsinya.
Hormon ini disintesis dalam kelenjar prostat dari hormon testosteron dalam darah.
Proses sintesis ini dibantu oleh enzim 5-reduktase tipe 2. Selain DHT yang sebagai
prekursor, estrogen juga memiliki pengaruh terhadap pembesaran kelenjar prostat.
Seiring dengan pertmabahan usia, maka prostat akan lebih sensitif dengan stimulasi
androgen, sedangkan estrogen mampu memberikan proteksi terhadap BPH. Dengan
pembesaran yang sudah melebihi normal, maka akan terjadi desakan pada traktus
urinarius. Pada tahap awal, obstruksi traktus urinarius jarang menimbulkan keluhan,
karena dengan dorongan mengejan dan kontraksi yang kuat dari otot detruksor mampu
mengeluarkan urine secara spontan. Namun, obstruksi yang sudah kronis membuat
dekompensasi dari otot destruksor untuk berkontraksi yang akhirnya menimbulkan
obtruksi saluran kemih ( Mitchell,2009 ).
Keluhan yang biasanya munul dari obstruksi ini adalah dorongan mengejan saat
miksi yang kuat, pancaran urine lemah / menetes disuria ( saat kencing terasa terbakar)
, palpasi rektal toucher menggambarkan hipertrofi prostat, distensi vesika.hipertrofi
fibromuskuler yang terjadi pada klien BPH menimbulkan penekanan pada prostat dan
jaringan sekitar, sehingga menimbulkan iritasi pada mukosa uretra. Iritabilitas inilah
nantinya akan menyebabkan keluhan frekuensi, urgensi, inkontinensia,urgensi, dan
nokturia. Obstruksi yang berkelanjutan akan menimbulkan komplikasi yang lebih
besar, misalnya hidronefrosis, gagal ginjal, dan lain sebagainya oleh karena itu,
kateterisasi untuk tahap awal sangat efektif untuk mengurangi distensi vesika urinaria
( Mitchell,2009).
Pembesaran pada BPH ( hiperplasia prostat ) terjadi secara bertahap mulai dari
zona periuretral dan transisional. Hiperplasia ini terjadi secara nodular dan sering
diiringi oleh proliferasi fibromuskular untuk lepas dari jaringan epitel. Oleh karena itu,
hiperplasia zona transisional ditandai oleh banyaknya jaringan kelenjar yang tumbuh
pada pucuk dan cabang dari pada duktus . sebenarnya proliferasi transisional dan zona
sentral pada prostat berasal dari turunan duktus wolffii dan proriferasi zona perifer
berasal dari sinus urogenital. Sehingga ,berdasarkan latar belakang embriologis inilah
bisa diketahui mengapa BPH terjadi pada zona transisional dan sentral, sedangakan Ca
prostat terjadi pada zona perifer. (Eko Prabowo, 2014)
6. PATHWAY

Genetik Hormon Gaya hidup

Growth faktor Merokok


Ketidakseimbangan hormon Pola konsumsi asam
testosteron dan estrogen lemak jenuh tinggi
(↑) Petumbuhan sel Nikotin (hewani)
stroma & sel epitel
Testosteron bebas +
kelenjar prostat
enzim 5 alpha reduktase
Zat karsino genesis

Mutasi gen DHT


(didihidrotestosteron)
Menginvasi sel prostat
Ketidakseimbangan
kecepatan pembelahan Diikat reseptor (di sitoplasma sel prostat)
sel dengan kematian sel

Mempengaruhi inti sel (rna)

Poliferasi sel

Memicu hyperplasia pada sel


stroma & epitel kelenjar prostat

2 BPH (BENIGNA PROSTAT Prubahan Prubahan fungsi


HYPERPLASIA) struktur dan seksual
fungsi tubuh

Penyempitan lumen uretra pars


protastika Disfungsi
Seksual

Terhambatnya aliran urine

Bendungan vesika urinaria Statis urine Media berkembangnya


patogen

Peingkatan tekanan intra vesikal


Risiko Infeksi
Hiperiritable pada blader

1
Retensi Kontraksi Peingkatan kontraksi otot Kontraksi otot suprapubik
urine total tidak adekuat detrusor dari buli-buli

Tekanan mekanis
azotemia Hipertrofi otot detrusor
Merangsang
nosiseptor
Mual Terbentuknya selula, sekula, dan
divertikel buli-buli

Dihantarkan serabut tipe Aδ dan tipe C


Lower Urinary Tract ke medulla spinalis menuju thalamus,
Syndrome/LUTS hipotalamus, dan system limbic,
kemudian sampai ke otak (korteks
somatosensorik)

Gejala obstruktif: intermiten, hesitansi, Gejala iritatif: urgency, Persepsi nyeri


terminal dribbling, pancaran lemah, frekuensi BAK sering (diurnal
BAK tidak puas uria, nokturia)

Nyeri
Akut
Gangguan Eliminasi Gangguan Pola Tidur
Urine

Kurang terpapar informasi mengenai Ansietas


prosedur pembedahan
2 Prosedur pembedahan Prosedur anastesi

Kurang pajanan Post op: Sub Arachnoid Block (SAB)


informasi tentang adanya
Tindakan invasif
penyakit bekas luka
Penurunan motorik Kesadaran terjaga
insisi
perdarahan
Kelemahan anggota gerak,
Defisiensi Terbukanya daerah
Risiko Infeksi Tidak terkontrol penurunan kekuatan otot
Pengetahuan genetalia

Prosedur pemindahan/
Risiko
transport Kurangnya privasi
Perdarahan

Risiko Cidera Gangguan Rasa


Nyaman
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan klinis dilakukan untuk mengetahui apakah pembesaran prostat ini
bersifat Benigna atau Maligna dan untuk memastikan tidak adanya penyakit penyerta
lainnya. Berikut pemeriksaannya (Eko Prabowo, 2014) :
a. Urinalisis dan kultur urin
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red Blood
Cell) dalam urine yang memanifestasikan adanya perdarahan / hematuria.
b. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan internal dalam
abdomen. Sample yang diambil adalah cairan abdomen dan diperiksa jumlah sel
darah merahnya.
c. Ureum, elektrolit dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data
pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH, karena obstruksi
yang berlangsung kronis sering kali menimbulkan hidronefrosis yang lambat laun
akan memperberat fungsi ginjal dan pada akhirnya mejadi gagal ginjal.
d. PA (Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sample jaringan pasca operasi. Sample jaringan
akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui apakah hanya bersifat
benigna atau maligna, sehingga akan menjadi landasan untuk treatment
selanjutnya.
e. Catatan Harian Berkemih
Setiap hari perlu dilakukan evaluasi output urine, sehingga akan terlihat bagaimana
siklus rutinitas miksi dari pasien. Data ini menjadi bekal untuk membandingkan
dengan pola eleminasi urine yang normal.
f. UroflowmetrI
Dengan menggunakan alat pengukur, maka akan terukur pancaran urine. Pada
obstruksi dini sering kali pancaran melemah bahkan meningkat. Hal ini disebabkan
obstruksi dari kelenjar prostat pada traktus urinarius. Selain itu, volume residu
urine juga harus diukur. Normalnya residual urine <100ml. Namun, residual yang
tinggi membuktikan bahwa vesika urinaria tidak mampu mengeluarkan urine
secara baik karena adanya obstruksi.
g. USG Ginjal dan Vesika Urinaria
USG ginjal bertujuan untuk melihat adanya komplikasi penyerta dari BPH,
misalnya hidronephrosis. Sedangkan USG pada vesika urinaria akan
memperlihatkan gambaran pembesaran kelenjar prostat.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Terapi Medikamentosa
1) Penghambat adrenergik
Obat - obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin, terazosin,
afluzosin atau yang lebih selektif tamsulosin. Obat ini menghambat resptor-
reseptor yang banyak ditemukan pada otot polos di trigonum, leher vesika,
prostat dan kapsul prostat sehingga terjai rekaksasi di daerah prostat. Hal ini
akan mnurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga gangguan aliran
air seni dan gejala-gejala berkurang. Biasanya pasien mulai merasakan
berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah memakai obat. Efek
samping yang mungkin timbul adalah pusing-pusing, capek, sumbatan hidung,
dan rasa lelah.
2) Penghambat enzim 5-a-reduktase
Obat yang dipakai adalah finasteride dengan dosis 1x5mg / hari. Obat
golongan ini dapat menghambat pembentukkan DHT. Sehingga prostat yang
membesar akan mengecil. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan
libido, ginekomastia, dan dapat menurunkan nilai PSA (Masking Effect).
3) Fisioterapi
Pengobatan fisioterapi yang ada di Indonesia antara lain eviprostat.
Efeknya diharapkan terjadi setelah pemberian selama 1-2 bulan.
4) Terapi Simptomatis
Pemberian obat golongan reseptor alfa-adrinergik inhibitor mampu
merelaksasi otot polos prostat dan saluran kemih akan lebih terbuka. Obat
golongan 5-alfa-reduktase inhibitor mampu menurunkan kadar
dehidrotestosteron intraprostat, sehingga dengan turunnya kadar testosteron
dalam plasma maka prostat akan mengecil. (Eko Prabowo, 2014)
5) Terapi Bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala
dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu:
a) Retensio urine berulang
b) Hematuria
c) Tanda penurunan fungsi ginjal
d) TUR-P (Transuretral Resection Prostatectomy)
Tindakan ini merupakan tindakan pembedahan non insisi, yaitu
pemotongan secara elektris prostat melalui meatus uretralis. Jaringan prostat
yang membesar dan menghalangi jalannya urine akan dibuang melalui
elektrokauter dan dikeluarkan melalui irigasi dilator. Tindakan ini memiliki
banyak keuntungan, yaitu meminimalisir tindakan pembedahan terbuka,
sehingga masa penyembuhan lebih cepat dan tingkat resiko infeksi bisa
ditekan. (Eko Prabowo, 2014)
e) Pembedahan terbuka (Prostatectomy)
Tindakan ini dilakukan jika prostat terlalu besar diikuti oleh penyakit
penyerta lainnya, misalnya tumor vesika urinaria, vesikolithiasis, dan
adanya adenoma yang besar. (Eko Prabowo, 2014)

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian
a. Kaji riwayat adanya gejala meliputi serangan, frekuensi urinaria pada malam hari,
sering berkemih, perasaan tidak dapat mengosongkan vesika urinaria, dan
menurunnya pancaran urin. (Nursalam, 2008)
b. Gunakan indeks gejala untuk menentukan gejala berat dan dampak terhadap gaya
hidup pasien. (Nursalam, 2008)
c. Lakukan pemeriksaan rektal (palpasi ukuran, bentuk dan konsistensi) dan
pemeriksaan abdomen unuk meneteksi istensi kandung kemih serta derajat
pembesaran prostat. (Nursalam, 2008)
d. Lakukan pengukuran erodinamik yang sederhana, uroflometry, dan pengukuran
residual prostat, jika diindikasikan. (Nursalam, 2008)
e. Pemeriksaan laboratorium.
Hasil pemeriksaan darah lengkap tidak menunjukan adanya kelaian, kecuali disertai
dengan urosepsis yaitu adanya peningkatan leukosit. Selain itu, pada pemeriksaan
urin lengkap akan ditemukan adanya bakteri patogen pada kultur jika ada infeksi
dan adanya eritrosit jika terjadi ruptur pada jaringan prostat. Pada kondisi ini post
operasi, pemeriksaan PA dilakukan untuk menentukan keganasan atau jinak dari
jaringan prostat yang hiperplasia. (Eko Prabowo, 2014)
f. Pemeriksaan penunjang lainnya (Eko Prabowo, 2014)
Pemeriksaan penunjang lainnya yang bisa membantu penegakan diagnosis BH
adalah USG ginjal (melihat komplikasi) dan vesika urinria (dampak pembesaran
jaringan prostat). Pemeriksaan uroflometri sangat penting dengan melihat pancaran
urin. Berikut penilaian dari pemeriksaan uroflowmetri:
1). Flow rate maksimal > 15 ml/detik = non ostruktif
2). Flow rate maksimal 10-15 ml/detik = border line
3). Flow rate maksimal < 15 ml/detik = obstruktif

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada klien dengan Benignan Prostat
Hiperplasia (BPH) adalah :
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan adanya sumbatan akibat pembesaran
atau obstruksi
b. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses pengobatan, imobilitas
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurang privasi, stimuli lingkungan tidak
mendukung
e. Mual berhubungan dengan gangguan biokimia, distensi, refluks
f. Disfungsi seksual berhubungan dengan Perubahan struktur tubuh (proses penyakit)
g. Ansietas ditandai dengan perubahan status kesehatan
h. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanann informasi
i. Risiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
j. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
k. Risiko cidera berhubungan dengan hambatan fisik

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1 Gangguan eleminasi urin NOC NIC
Definisi: Disfungsi eliminasi urine Outcome untuk penyelesaian Irigasi kandung kemih
Batasan Karakteristik : Diagnosa 1. Tentukan apakah akan
1. Anyang- anyangan.  Eleminasi Urine melakukan irigasi terus
2. Disuria Outcome tambahan untuk menerus atau berkala
3. Dorongan berkemih mengukur batasan karakteristik 2. Observasi tindakan-
4. Inkontinensia Urine  Keparahan Gejala tindakan pencegahan
5. Nokturia  Kontinensia Urine umum
6. Retensi Urine Outcome yang berkaitan dengan 3. Jelaskan tindakan yang
7. Sering berkemih. factor yang berhubungan akan dilakukan kepada
 Hidrasi pasdien
Faktor Yang Berhubungan  Keparahan Infeksi 4. Siapkan peralatan irigasi
a. Gangguan sensori motorik  Keparahan Infeksi:Bayi baru lahir yang steril setiap kali
b. Infeksi Saluran Kemih tindakan(dilakukan)
 Fungsi Ginjal
c. Obstruksi Anatomik 5. Siapkan peralatan irigasi
 Status Neurologi:Sensori Tulang
d. Penyebab Multiple yang steril dan jaga tehnik
Punggung/Fungsi Motorik
secara steril sesuai
 Penuaan Fisik
protokol
 Kontrol Gejala
Manajemen cairan
1. Timbang berat badan
setiap hari dan monitor
status pasien
2. Hitung atau timbang popok
dengan baik
3. Jaga intake/asupanyang
akurat dan catat
output(pasien)
4. Masukkan kateter urine
5. Monitor status
hidrasi(misalnya,membran
e mukosa lembab,denyut
nadi adekuat,dan tekanan
darah ortostatik)
6. Berikan cairan,dengan
tepat
Monitor cairan
1. Monitor berat badan
2. Monitor asupan dan
pengeluaran
3. Monitor nilai kadar serum
dan elektrolit urine
4. Monitor kadar serum
albumin dan protein total
5. Monitor kadar serum dan
osmolalitas urine
6. Monitor tekanan
darah,denyut jantung,dan
status pernafasan
7. Monitor tekanandarah
ortostatik dan perubahan
irama jantung,dengan tepat
8. Monitor parameter
hemodinamik invasif
2 Nyeri Akut NOC NIC
Definisi :Pengalaman sensori dan Outcome tambahan untuk a. Akupressur
emosional tidak menyenangkan Mengukur Batasan Karakteristik b. Pemberian analgetik :
yang muncul akibat kerusakan a. Tingkat kecemasan c. Pemberian analgesik :
jaringan aktual atau potensial atau b. Nafsu makan intraspinal
yang digambarkan sebagai c. Kepuasan klien : Managemen d. Pemberian anastesi
kerusakan (International nyeri e. Pengurangan kecemasan
Association for the Study of Pain) : d. Kepuasan klien : Kontrol gejala f. Pemberian obat
awitan yang tiba-tiba atau lambat e. Status kenyamanan g. Manajemen nyeri
dari intensitas ringan hingga berat f. Pergerakan h. Manajemen sedasi
dengan akhir yang dapat g. Tidur i. Stimulasi Listrik Syaraf
diantisipasi atau diprediksi. h. Keparahan mual dan muntah Transkutaneus (TENS)
i. Tanda-tanda vital j. Pilihan Intervensi
Batasan Karakteristik : tambahan :
a. Bukti nyeri dengan Outcome yang Berkaitan dengan k. Mendengar aktif
menggunakan standar daftar Faktor yang Berhubungan atau l. Peningkatan mekanika
periksa nyeri untuk pasien Output Menengah tubuh
yang tidak dapat a. Pengetahuan : Menejemen m. Peningkatan koping
mengungkapkannya penyakit akut n. Pengalihan
b. Diaforesis b. Pengetahuan : Manajemen nyeri o. Dukungan emosional
c. Dilatasi pupil c. Respon pengobatan p. Peningkatan latihan :
d. Ekspresi wajah nyeri d. Status neurologi peregangan
e. Fokus menyempit e. Keparahan cedera fisik q. Terapi latihan : ambulasi
f. Fokus pada diri sendiri f. Tingkat stress r. Terapi latihan :
g. Keluhan tentang intensitas g. Integrasi jaringan : kulit & keseimbangan
menggunakan standar skala membrane mukosa s. Terapi latihan :pergerakan
nyeri h. Perfusi jaringan sendi
h. Perubahan posisi untuk i. Penyembuhan luka : primer t. Terapi latihan : kontrol
menghindari nyeri j. Penyembuhan luka : sekunder otot
i. Perubahan selera makan u. Terapi musik
j. Putus asa v. Terapi oksigen
k. Sikap melindungi area nyeri w. Terapi relaksasi
x. Monitor tanda-tanda vital
3 Gangguan Pola Tidur NOC NIC
Definisi : Interupsi jumlah waktu Sleep Sleep Enhancement
dan kualitas tidur akibat faktor a. Waktu tidur a. b.Determinasi
c. efek-efek
eksternal b. Observasi waktu tidur medikasi terhadap pola
c. Pola tidur tidur
Batasan Karakteristik : d. Kualitas tidur b. Jelaskan pentingnya tidur
a. Kesulitan jatuh tertidur e. Efisiensi tidur yang adekuat
b. Ketidakpuasan tidur f. Terjaga pada saat tidur c. Fasilitas untuk
c. Menyatakan tidak merasa g. Rutinitas tidur mempertahankan aktivitas
cukup istirahat h. Perasaan segar setelah tidur sebelum tidur (membaca)
d. Penurunan kemampuan i. Tidur hanya sebentar d. Ciptakan lingkungan yang
berfungsi j. EEG(electroencephalogram) nyaman
e. Perubahan pola tidur normal dalam rentang normal e. Kolaborasikan pemberian
f. Sering terjaga tanpa jelas k. EMG (electromyogram) obat tidur
penyebabnya dalam rentang normal f. Diskusikan dengan pasien
l. EOG (electro-oculogram) dan keluarga tentang
Faktor yang Berhubungan : dalam rentang normal teknik tidur pasien
a. Gangguan karena pasangan m. TTV dalam rentang normal g. Instruksikan untuk
tidur memonitor tidur pasien
b. Halangan lingkungan (mis. h. Monitor waktu makan dan
Bising, pajanan cahaya/gelap, minum dengan waktu
suhu, kelembaban, lingkungan tidur
yang tidak dikenal) i. Monitor/catat kebutuhan
c. Imobilisasi tidur pasien setiap hari dan
d. Kurang privasi jam
e. Pola tidur tidak menyehatkan
(mis. karena tanggung jawab Enviromental management:
menjadi pengasuh,menjadi comfort
orang tua, pasangan tidur a. Membatasi pengunjung.
b. Menghindari keadaan
yang tidak penting dan
menyediakan waktu untuk
istirahat.
c. Menentukan penyebab
ketidaknyamanan seperti
linen yang tidak rapi,
pakaian yang tidak sesuai.
d. Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih.
e. Mengatur suhu ruangan
yang nyaman untuk
individu, jika mungkin.
f. Menghindari benda-benda
yang tidak penting.
g. Mengatur pencahayaan
sesuai kebutuhan aktifitas
individu, menghindari
kontak lagsung dengan
mata.
h. Mengkontrol atau
menghindari keributan
yang tidak penting, ketika
memungkinkan.
i. Memposisikan pasien
dengan nyaman.

4 Gangguan rasa nyaman NOC NIC


Definisi Discomofort level Environmental
Merasa kurang nyaman, lega, dan a. Klien tampak tidak meringis Management: Comfort
sempurna dalam dimensi fisik, (skala 4) a. Batasi pengunjung
psikospiritual, lingkungan, budaya, b. Klien tidak tampak gelisah ( b. Anjurkan px untuk lebih
dan/ atau sosial. skala 4 ) banyak istirahat dan
hindari memberikan
Batasan Karakteristik Sympthom control instruksi yang tidak perlu
a. Ansietas a. Keluarga klien mampu c. Berikan posisi yang
b. Berkelu kesah memonitor munculnya nyaman bagi px
c. Gangguan pola tidur ketidaknyamanan d. Jaga kebersihan ruangan
d. Gatal b. Keluarga mampu menggunakan dan px
e. Iritabilitas tindakan yang disarankan untuk
f. Ketidakmampuan untuk relaks mengatasi tanda Distraction
g. Kurang puas dengan keadaan ketidaknyamanan a. Dorong px untuk memilih
h. Menangis teknik distraksi yang
i. Merasa dingin ingin digunakan
j. Merasa kurang senang dengan b. Jelaskan keuntungan dari
situasi teknik distraksi yang akan
k. Merasa hangat merasa lapar digunakan
l. Merasa tidak nyaman c. Libatkan keluarga
m. Merintih d. Dokumentasikan respon
n. Takut px

Faktor yang Berhubungan Anxiety Reduction :


a. Gejala terkait penyakit a. Pendekatan meyakinkan
b. Kurang kontrol situasi dan menenangkan
lingkungan b. Menjelaskan semua
c. Kurang privasi procedur, termasuk
d. Program pengobatan sensasi mungkin dialami
e. Stimuli lingkungan yang selama prosedur
mengganggu c. Kaji pandangan klien
f. Sumber daya tidak adekuat terkait situasi stress
(mis., finansia, pengetahuan, d. Memberikan informasi
dan sosial) faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
e. Mendorong keluarga
untuk bersama dengan
pasien
f. Mendorong verbalisasi
perasaan, persepsi, dan
ketakutan
g. Mengidentifikasi ketika
perubahan tingkat
kecemasan
h. Memberikan aktivitas
pengalihan diarahkan
untuk pengurangan
ketegangan
i. Membantu pasien
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
j. Mendukung penggunaan
mekanisme pertahanan
yang tepat
k. Anjurkan pasien dari
penggunaan teknik
relaksasi
l. Menilai tanda-tanda
verbal dan nonverbal
kecemasan

5 Mual NOC - Intervensi keperawatan yang


Definisi Outcome untuk mengukur disarankan untuk
Suatu fenomena supjektif tentang penyelesaian dari diagnosis menyelesikan masalah :
rasa tidak nyaman pada bagian - Nafsu makan - - Pengurangan kecemasan
belakang tengorokan atau lambung, - Control mual & muntah - - Teknik menenangkan
yang dapat atau tidak dapat - Mual & muntah : efek yang - - Pengalihan
mengakibatkan muntah. menganggu - - Manajemen cairan / elektrolit
- Keparahan mual & muntah - - Monitor cairan
Batasan Karakteristik - - Pemberian obat
a. Keengganan terhadap makanan Outcome tambahan untuk
b. Mual mengukur batasan karakteristik Manajemen Pengobatan
c. Peningkatan menelan - Kepuasan klien : control gejala
d. Peningkatan salivasi - Status kenyamanan : fisik Manajemen Mual
e. Rasa asam di dalam mulut - Tingkat ketidaknyamanan - Monitor nutrisi
f. Sensasi muntah - Respon pengobatan - Pemasanang infuse
- \status nutrisi : asupan makanan - Terapi intravena
Faktor yang Berhubungan & cairan - Pengaturan suhu
biosfisik - Fungsi sensori : pengecap & - Manajemen muntah
a. Distengsi lambung pembau - Manajemen nyeri
b. Gangguan bio kimia (mis., - Status menelan
uremia, ketoasidosisdiabetik)
c. Iritasi gastroistesinal Outcome yang berkaitan dengan
d. Kehamilan faktror yang berhubungan atau
e. Labirinitas outcome menengah
f. Mabuk perjalanan - Tingkat kecemasan
g. Meningitis - Tinngkat rasa takut
h. Peningkatan tekanan intra - Keseimbangan elektrolit & asam
kranial (TIK) basa
i. Penyakit esofagus - Keseimbangan cairan
j. Penyakit meniere - Hidrasi
k. Penyakit pankreas - Keparahan infeksi
l. Peregangan kapsul hati - Tigkat nyeri
m. Peregangan kapsul linpa - Keparahan penderitaan
n. Program pengobatan - Control gejala
o. Tumor intra abdomen - Keparahan gejala
p. Tumor terlokalisasi (mis.,
neuroakustik, tumor otak,
metastasis tulang)

Situasional
a. Ansietas
b. Gangguan psikologis
c. Rasa makanan/minuman yang
tidak enak
d. Stimuli lingkungan yang tidak
nyaman
e. Stimuli penglihatan yang tidak
menyenangkan
f. Takut

6 Disfungsi seksual NOC NIC


Definisi : Kondisi yang ditandai  Sexuality Pattern, ineffective Sexual Counseling
dengan individu mengalami  Self-esteem Situasional Low  Membangun hubungan
perubahan fungsi seksual selama  Rape Trauma Syndrome Silent terapeutik, berdasarkan
fase respons seksual hasrat,  Reaction kepercayaan dan rasa
terangsang, dan/atau orgasme, yang  Knowledge : Sexual hormat
dipandang tidak memuaskan, tidak Functioning  Menetapkan panjang
berharga atau tidak adekuat hubungan konseling
Kriteria Hasil :  Menyedìakan privasi dan
Batasan Karakteristik  Pemulihan dan penganiayaan menjamin kerahasiaan
 Keterbatasan actual akibat seksual  Menginformasikan pasien
penyakit  Perubahan fisik dengan di awal hubungan bahwa
 Keterbatasan actual akibat Penuaan wanita dan pria seksualitas adalah bagian
terapi  Pengenalan dan penerimaan penting dari kehidupan
 Perubahan dalam persepsi Identitas seksual pribadi dan bahwa penyakit, obat-
seks  Mengetahui masalah reproduksi obatan, dan stres (atau
 Perubahan dalam mencapai  Kontrol resiko penyakit masalah lain / pasien
kepuasasan seksual menular seksual (PMS) mengalami peristiwa)
 Perubahan minat terhadap  Fungsi seksual : integrasi aspek
sering mengubah fungsi
orang lain seksual
fisik, sosio emosi, dan
 Perubahan minat terhadap diri intelektual ekspresi dan  Memberikan informasi
sendiri performa seksual tentang fungsi seksual,
 Ketidakmampuan mencapai  Menunjukkan dapat beradaptasi sesuai .:
kepuasan yang diharapkan dengan ketidakmampuan fisik  Kata pengantar pertanyaan
 Persepsi perubahan pada  Mampu mengontrol kecemasan
tentang seksualitas dengan
rangsangan seksual pernyataan yang
 Menunjukkan pemulihan dari
 Persepsi definisi hasrat penganiayaan : seksual
memberitahu pasien
seksual bahwa banyak orang
 Persepsi keterbatasan akibat  Menujukkan keinginan untuk mengalami kesulitan
penyakit mendiskusikan perubahan seksual
 Persepsi keterbatasan akibat fungsi seksual  Mulailah dengan topik-
terapi  Mengungkapakan secara verbal topik sensitif paling dan
 Mencari konfirmasi tentang pemahaman tentang melanjutkan ke lebih
kemampuan mencapai hasrat pembatasan indikasi medis sensitif
seksual  Meminta informasi yang  Diskusikan efek dari
dibutuhkan tentang perubahan situasi penyakit /
Faktor Yang Berhubungan : fungsi seksual kesehatan pada seksualitas
 Ketiadaan model peran  Penggunaan kontrasepsi yang  Diskusikan efek obat
 Perubahan fungsi tubuh efektif tentang seksualitas, sesuai
(mis.,kehamilan, pelahiran   Diskusikan efek dan
baru-baru ini, obat, perubahan seksualitas
pembedahan, anomaly proses pada orang lain yang
penyakit, trauma, radiasi) signifikan
 Perubahan struktur tubuh  Diskusikan tingkat
 Perubahan biopsikososial pengetahuan pasien
seksual tentang seksualitas pada
 Definisi pengetahuan umumnya
 Model peran kurang dapat  Dorong pasien untuk
mememngaruhi verbalisasi ketakutan dan
 Kurang privasi mengajukan pertanyaan
 Kurang orang terdekat  Mengidentifikasi tujuan
 Salah informasi pembelajaran yang
 Penganiayaan psikososial diperlukan untuk
(mis.,hubungan penuh mencapat tujuan
kekerasan)  Diskusikan diperlukan,
 Konflik nilai modifikasi dalam aktivitas
seksual, sesuai
 Penganiayaan fisik
 Kerentanan  Membantu pasien untuk
mengekspresikan
kesedihan dan kemarahan
tentang perubahan dalam
fungsi tubuh / penampilan,
sesuai
 Hindari menampilkan
keengganan untuk bagian
tubuh yang berubah
 Perkenalkan pasien untuk
model peran positif yang
telah berhasil
menaklukkan masalah
yang sama,
 Berikan informasi faktual
tentang mitos seksual dan
mis informasi yang pasien
dapat verbalisasi
 Diskusikan bentuk-bentuk
alternatif dari ekspresi
seksual yang diterima
pasien
 Anjurkan pasien hanya
pada teknik yang
kompatibel dengan nilai-
nilai / keyakinan
 Anjurkan pasien tentang
penggunaan obat-obatan
(misalnya, bronkodilator)
untuk meningkatkan
kemampuan untuk
melakukan hubungan
seksual,
 Tentukan jumlah bersalah
seksual yang berhubungan
dengan persepsi pasien
dan faktor-faktor
penyebab penyakit
 Hindari prematur
mengakhiri diskusi
perasaan bersalah, bahkan
ketika ini
 Tampaknya tidak masuk
akal
 Sertakan pasangan /
pasangan seksual dalam
konseling sebanyak
mungkin,
 Gunakan humor dan
dorong pasien untuk
menggunakan humor
untuk meringankan
kecemasan atau rasa malu.
 Memberikan jaminan
bahwa praktik seksual saat
ini dan baru sebat
 Memberikan jaminan dan
izin untuk bereksperimen
dengan bentuk-bentuk
alternatif dan ekspresi
seksual
 Memberikan arahan /
konsultasi dengan anggota
lain dan tim perawatan
kesehatan, sesuai
 Merujuk pasien ke
seorang terapis seks
7 Ansietas NOC - Intervensi keperawatan yang
Definisi: perasaan tidak nyaman Outcome untuk mengukur disarankan untuk
atau kekhawatiran yang samar penyelesaian dari diagnosis menyelesikan masalah :
disertai respons otonom (sum,ber - Tingkat kecemasan a. bimbingan antipastif
sering kali tidak spesifik atau tidak - Tingkat kecemasan social
diketahui oleh individu) perasaa Pengurangan Kecemasan
a. Teknik menenangkan
takut yang disebabkan oleh Outcome tambahan untuk
antisipasi terhadap bahaya. mengukur batasan karakteristik Peninngkatan Koping
a. Tingkat agitasi a. Manajemen demensia
Batasan karakteristik b. Control kecemasan diri b. Manajemen demensia :
Perilaku c. Kontinensi usus memandikan
a. Agitasi d. Konsemtrasi c. Manajemen demensia ;
b. Gelisah e. Tingkat rasa takut keluyuran
c. Gerakan ekstra d. Bantuan pemeriksaan
f. Tanda-tanda vital
d. Insomnia e. Menghadirkan diri
g. Tidur
e. Kontak mata yang buruk h. Keparahan mual & muntah
Terapi Relaksasi
f. Melihat sepintas
f. Pengurangan stress
g. Mengekspresikan kekhawatiran Outcome yang berkaitan dengan
relokasi
karena perubahan dalam faktror yang berhubungan atau
g. Peningkatan keamanan
peristiwa hidup outcome menengah
h. Konseling
h. Penurunan produktivitas - Keparahan infeksi
i. Dukungan emosional
i. Perilaku mengintai - Controlg gejala
j. Imajinasi terbimbing
j. Tampak waspada - Penerimaan status kesehatan
k. Monitor tanda tanda vital
Afektif - Adaptasi terhadap disbilitas fisik
l. Hypnosis
a. Berfokus pada diri sendiri - Status kenyamanan : lingkungan
b. Distres - Status kenyamanan fisik
c. Gelisah - Status kenyamanan :
psikospiritual
d. Gugup
- Tingkat stress
e. Kesedihan yang mendalam
- Kesehatan spiritual
f. Ketakutan
g. Menggemerutkan gigi
h. Menyesal
i. Peka
j. Perasaan tidak adekuat
k. Putus asa
l. Ragu
m. Sangat khawatir
n. Senang berlebihan
Fisiologis
a. Gemetar
b. Peningkatakn keringat
c. Peningkatan ketegangan
d. Suara bergetar
e. Tremor
f. Tremor tangan
g. Wajah tegang
Simpatis
a. Anoreksia
b. Diare
c. Dilatasi pupil
d. Ekstaksi kardivaskuler
e. Gagguan penafasan
f. Jantung berdebar
g. Kedutan otot
h. Lemah
i. Mulut kering
j. Peningkatan denyut nadi
k. Vasokontriksi superfisial
l. Wajah memerah
Parasimpatis
a. Diare
b. Gangguan pola tidur
c. Letih
d. Mual
Kognitif
a. Bloking pikiran
b. Gangguan konsetrasi
c. Gangguan perhatian
d. Konfusi
e. Lupa
f. Melamun
8 Defisiensi Pengetahuan NOC NIC :
Definisi: Outcome untuk mengukur Intervensi Keperawatan
Ketiadaan atau defisisensi penyelesaian dari diagnosis : yang Disarankan untuk
informasi kognitif yang berkaitan a. Pengetahuan manajemen Menyelesaikan Masalah:
dengan topic tertentu penyakit akut a. Bimbingan antisipatif
Batasan Karakteristik : b. Pengetahuan : manajemen terapi b. Persiapan melahirkan
a. Perilaku Hiperbola antikoalgulan c. keluarga berencana
b. Ketidakakuratan mengikuti c. Pengetahuan : manajemen artritis kontrasepsi
perintah d. Pengetahuan : manajemen asma d. Pendidikan kesehatan
c. Ketidakakuratan melakukan tes e. Pengetahuan : mekanik tubuh e. Peningkatan kesadaran
d. Perilaku tidak tepat (hysteria, f. Pengetahuan : pemberian makan kesehatan
bermusuhan, agitasi, apatis,) dengan menggunakan botol f. Panduan sistem pelayanan
e. Pengungkapan masalah g. Pengetahuan menyusui kesehatan
h. Pengetahuan : manajemen kanker g. Konseling Laktat
Factor yang berhubungan i. Pengetahuan : penurunan h. Fasilitasi Pembelajaran
a. Keterbatasan kognitif ancaman kanker i. Peningkatan kesiapan
b. Salah interpretasi informasi j. Pengetahuan : manajemen pembelajaran
c. Kurang pajanan penyakit jantung j. Pendidikan orangtua :
d. Kurang minat dalam belajar k. Pengetahuan : kemanan fisik anak remaja
e. Kurang dapat mengingat l. Pengetahuan : manajemen k. Pendidikan orangtua :
f. Tidak familier dengan penyakit kronik keluarga yang
informasi m. Pengetahuan : manajemen membesarkan anak
penyakit paru obstruksi kronik l. Pendidikan orangtua : bayi
n. Pengetahuan : pencegahan m. Perlindungan terhadap
konsepsi hak pasien
o. Pengetahuan : manajemen n. Konseling prakonsepsi
penyakit arteri koroner o. Persiapann informasi
p. Pengetahuan : pemberian makan sensorik
menggunakan cangkir p. Pencegahan penggunaan
q. Pengetahuan : manajemen zat terlarang
demensia
r. Pengetahuan : manajemen Pilihan intervensi tambahan
depresi a. Perawatan awal rawat inap
s. Pengetahuan : manjaemen b. Manajemen alergi
diabetes c. Pengurangan kecemasan
t. Pengetahuan : manajemen d. Manajemen asma
disritmia
u. Pengetahuan : proses penyakit e. Modifikasi perilaku
v. Pengetahuan : manajemen f. Modifikasi perilaku :
kelainan makanan keterampilan sosial
w. Pengetahuan : konservasi energi g. Peningkatan mekanika
x. Pengetahuan : pencegahan jatuh tubuh]manajemen risiko
y. Pengetahuan : peningkatan jantung
kesuburan h. Perawatan sirkulasi :
z. Pengetahuan : perilaku kesehatan insufiensi vena
aa. Pengetahuan : promosi kesehatan i. Konseling
bb. Pengetahuan : Sumber-sumber
j. Dukungan pengambilan
kesehatan
keputusan
cc. Pengetahuan : diet sehat
k. Peningkatan
dd. Pengetahuan : Gaya hidup sehat
perkembangan : anak
ee. Pengetahuan : Manajemen gagl
l. Perencanaan pulang
jantung
m. Manajemen energi
ff. Pengetahuan : manajemen
hipertensi
n. Manajemen lingkungan :
keselamatan
gg. Pengetahuan : perawatan bayi
hh. Pengetahuan : Manajemen infeksio. Bantuan pemeriksaan
ii. Pengetahuan : Manajemen p. Pencegahan jatuh
penyakit peradangan usus q. Manajemen nyeri
jj. Pengetahuan : manajemen r. Dukungan kelompok
penyakit ginjal
kk. Pengetahuan : melahirkan
ll. Pengetahuan : manajemen
gangguan lipid
mm. Pengetahuan : Pengobatan
nn. Pengetahuan : Manajemen
Multiple Sklerosis
oo. Pengetahuan : Manajemen
Osteoporosis
pp. Pengetahuan : Perawatan ostomi
qq. Pengetahuan : Manajemen nyeri
rr. Pengetahuan : Pengasuhan
ss. Pengetahuan : Manajemen
Penyakit arteri perifer
tt. Pengetahuan : keamanan pribadi
uu. Pengetahuan : manajemen
pneumonia
vv. Pengetahuan : kesehatan ibu post
partum
ww. Pengetahuan : kesehatan ibu
prakonsepsi
xx. Pengetahuan : kehamilan
yy. Pengetahuan : kehamilan &
postpartum fungsi seksual
zz. Pengetahuan : aktifitas yang
disarankan
aaa. Pengetahuan : diet yang
disarankan
bbb. Pengetahuan : perawatan bayi
belum cukup bulan
ccc. Pengetahuan : fungsi seksual
ddd. Pengetahuan : manajamen stres
eee. Pengetahuan : manajemen stroke
fff. Pengetahuan : kontrol
penyalahgunaan zat
ggg. Pengetahuan : pencegahan
thrombus
hhh. Pengetahuan : manajemen waktu
iii. Pengetahuan : prosedur
perawatan
jjj. Pengetahuan : regimen perawatan
kkk. Pengetahuan : manajemen berat
badan

Outcome yang berhubungan


dengan Faktor risiko :
a. Perilaku patuh
b. Perilaku patuh : diet yang sehat
c. Tingkat agitasi
d. Perilaku patuh : aktifitas yang
disarankan
e. Perilaku patuh : diet yang
disarankan
f. Perilaku patuh : pengobatan yang
disarankan
g. Perilaku pencarian kesehatan
h. Motivasi
i. Partisipasi dalam keputusan
perawatan kesehatan

Outcome yang berkaitan dengan


faktror yang berhubungan atau
outcome menengah
a. Pemikiran abstrak
b. Kepuasan klien : pengajaran
c. Kognisi
d. Komunikasi penerimaan
e. Konsentrasi
f. Tingkat delirium
g. Tingkat demensia
h. Memproses informasi
i. Memori
j. motivasi
9 Risiko Perdarahan NOC NIC
Definisi : Resiko Status Sirkulasi Pencegahan pendarahan
meningkatnay volume darah yang a. Tekanan sistolik dalam batas a. Memonitor pasien secara
mungkin mempengaruhi yang diharapkan ketat untuk perdarahan
status kesehatan b. Tekanan diastolik dalam batas b. Catatan tingkat
yang diharapkan hemoglobin / hematokrit
Faktor Resiko : c. Nadi dalam batas yang sebelum dan sesudah
a. Aneurisma diharapkan kehilangan darah, seperti
b. Sirkumsisi yang ditunjukkan
c. Kurang pengetahuan d. Rata-rata tekanan darah dalam c. Memantau tanda-tanda
d. Koagulopati intravascular batas yang diharapkan dan gejala perdarahan
e. Riwayat jatuh e. Tekanan vena central dalam batas yang persisten (misalnya
f. Gangguan gastrointestinal yang diharapkan memeriksa semua sekresi
(contoh: penyakit gastric ulcer, f. Tekanan pulmonal dalam batas atau darah okultisme)
polip, varises) yang diharapkan d. Memantau koagulasi,
g. Gangguan fungsi hati (contoh: g. Tidak ada hipotensi orthostatik termasuk waktu
sirosis dan depatitis) h. Denyut jantung dalam batas prothombin (PT), waktu
h. Koagulopati yang melekat normal tromboplastin parsial
(contoh: trombositopenia) i. Tidak ada bunyi jantung (PTT), fibrinogen,
i. Komplikasi postpartum abnormal degradasi / split fibrin
(contoh: atoni postpartum, j. Tidak ada angina produk, dan jumlah
plasenta yang tertahan) k. Gas darah dalam batas normal trombosit, jika diperlukan
j. Komplikasi kehamilan (contoh: l. Pertukaran 02 dari arteri-venna e. Memantau tanda-tanda
plasenta previa, kehamilan, dalam batas normal vital ortostatik, termasuk
kehamilan molar, robeknya m. Bunyi nafas abnormal tidak ada tekanan darah
plasenta) n. Keseimbangan intake-output 24 f. Menjaga istirahat selama
k. Trauma jam perdarahan aktif
l. Efek samping pengobatan o. Perfusi jaringan perifer g. Mengelola produk darah
(pembedahan, pengobatan, p. Nadi perifer kuat h. Melindungi pasien dari
pemberian platelet karena q. Nadi perifer simetris trauma, yang dapat
kekurangan produksi darah, menyebabkan perdaraha
kemoterapi) Kontrol Resiko
a. Resiko dikenali Pengurangan pendarahan
b. Monitor faktor resiko lingkungan a. Identifikasi penyebab
c. Monitor faktor resiko kebiasaan perdarahan
individu b. Memonitor pasien secara
d. Membangun strategi kontrol ketat untuk perdarahan
resiko yang efektif c. Monitor jumlah dan sifat
e. Menyesuaikan strategi kontrol dari kehilangan darah
resiko jika dibutuhkan d. Catatan tingkat
f. Melakukan strategi faktor resiko hemoglobin / hematokrit
g. Mengikuti strategi faktor resiko sebelum dan sesudah
yang telah dipilih kehilangan darah, seperti
h. Modifikasi gaya hidup untuk yang ditunjukkan
mengurangi resiko e. Memonitor tekanan darah
i. Menegah terpaparnya dengan dan parameter
ancaman kesehatan hemodinamik, jika
tersedia (misalnya,
Status Koagulasi tekanan vena sentral dan
a. Pembentukan bekuan darah tekanan baji kapiler paru /
b. Pendarahan arteri)
c. Memar Memantau Status cairan,
d. Ptekie termasuk intake dan
e. Protombin time normal output, yang sesuai
f. Red Bood count (RBC) f. Memantau koagulasi,
g. Partial Thromboplastin Time termasuk waktu
(PTT) prothombin (PT), waktu
h. Banyaknya platelet tromboplastin parsial
i. Level plasma fibrinogen (PTT), fibrinogen,
j. Hematokrit degradasi / split fibrin
produk, dan jumlah
trombosit, jika diperlukan
g. Memantau faktor penentu
pengiriman oksigen
jaringan (misalnya, PaO2,
SaO2, dan tingkat
homoglobin dan output
jantung), jika tersedia
h. Menginstruksikan pasien
dan / atau keluarga pada
tanda-tanda perdarahan
dan tindakan yang tepat
(misalnya,
memberitahukan perawat)
i. Anjurkan pasien pada
pembatasan aktivitas, jika
sesuai
j. Anjurkan pasien dan
keluarga pada tingkat
keparahan kehilangan
darah dan tindakan yang
tepat sedang dilakukan

10 Resiko infeksi NOC NIC


Definisi : rentan mengalami invasi Outcome untuk mengukur Intervensi keperawatan
dan multiplikasi organisme penyelesaian dari diagnosis : yang disarankan untuk
patogenik yang dapat menganggu a. Keparahan infeksi menyelesaikan masalah :
kesehatan. b. Keparahan infeksi : baru lahir a. Amnioinfusi
Factor resiko: b. Perawatan amputasi
a. Kurang pengetahuan untuk Outcome yang berhubungan c. Perawatan sirkumsisi
menghindari pemajanan dengan Faktor risiko : d. Manajemen penyakit
b. Malnutrisi a. Penyembuhan luka bakar menular
c. Obesitas b. Control risiko komunitas : e. Manajemen batuk
d. Penyakit kronis penyakit menular f. Perawatan kehamilan
e. Prosedur invasive c. Fungsi gastrointestinal resiko tinggi
f. Gangguan integritas kulit d. Akses hemodialisis g. Manajemen imunisasi/
e. Konsekuensi imobilitas ; fisiologi vaksinasi
Pertahanan tubuh primer tidak f. Status imunisasi h. Perawatan area sayatan
adekuat: g. Pengetahuan ; manajemen i. Control infeksi
a. Gangguan peristaltic penyakit akut j. Control infeksi :
b. Merokok h. Pengetahuan : manajemen Intraoperatif
c. Perubahan pH sekresi penyakit kronik k. Perlindungan infeksi
d. Stasis cairan tubuh i. Status maternal : antepartum l. Perawatan intrapartum
j. Status maternal : intrapartum m. Perawatan intrapartum :
Pertahanan tubuh sekunder tidak k. Status maternal : post partum risiko tinggi melahirkan
adekuat: l. respon pengobatan n. Manajemen pengobatan
a. Imunosupresi m. Status nutisi o. Peresepan obat
b. Leukopenia n. Status nutrisi : asupan nutrisi p. Manajemen nutrisi
c. Penurunan hemoglobin o. Kesehatan mulut q. Monitor nutrisi
d. Supresi inflamasi p. Keparahan cidera fisik r. Peningkatan kesehatan
e. Vaksinasi tidak adekuat q. Status pernapasan : kepatenan mulut
jalan napas s. Perawatan perineum
Pemajanan terhadap pathogen r. Status pernapasan : ventilasi t. Perawatan post partum
Lingkungan Meningkat: s. Control resiko u. Perawatan terminasi
a. Terpajan pada wabah t. Control resiko : proses infeksi kehamilan
u. Control resiko : penyakit menular v. Perawatan luka tekan
seksual w. Pencegahan luka tekan
v. Deteksi resiko x. Identifikasi resiko
w. Manajemen diri : penyakit kronik y. Perawatan kulit : area
x. Perilaku berhenti merokok donor
y. Pemulihan pembedahan : z. Perawatan kulit : area
penyembuhan cangkok
z. Pemulihan pembedahan : segera aa. Pengecekan kulit
setelah operasi bb. Surveilans
aa. Integritas jaringan : kulit dan cc. Pengajaran : sex aman
membrane mukosa dd. Pengajaran selang : tal
bb. Berat badan : massa tubuh pusat
cc. Penyembuhan luka : primer ee. Perawatan luka
dd. Peneyembuhan luka : sekunder ff. Perawatan luka : luka
bakar
gg. Perawatan luka : drainase
tertutup

Pilihan intervensi tambahan


a. Manajemen jalan napas
b. Memansikan
c. Perawatan kelahiran
Caesar
d. Monitor elektrolit
e. Manajemen lingkungan
f. Peningkatan latihan
g. Menjaga kesuburan
h. Manajemen elektrolit/
cairan
i. Bantuan pemeliharaan
rumah
j. Pengaturan posisi
k. Manajemen pruritus
l. Monitor pernafasan
m. Resusitasi : janin
n. Resusitasi : neonates
o. Bentuan penghentian
merokok
p. Pengajaran :proses
penyakit
q. Pengajran : seksualitas
r. Perawatan selang
s. Perawatan selang :dada
t. Perawatan selang :
gastrointestinal
u. Perawatan selang :
perkemihan
v. Perawatan selang : drain
lumbar/ ventrikulostomi
w. Monitor tanda-tanda vital
x. Perawatan luka : tidak
sembuh
y. Irigasi luka
11 Resiko Cedera NOC NIC
Outcome untuk Menilai dan  Dukungan
Definisi : rentan mengalami cedera Mengukur Kejadian Aktual dari perlindungan
fisik akibat kondisi lingkungan Diagnostik : terhadap kekerasan
yang berinteraksi dengan sumber  Kejadian jatuh  Manajemen alergi
adaptif dan sumber defensive  Keparahan cedera fisik  Pencegahan
individu, yang dapat mengganggu Outcome yang Berhubungan perdarahan
kesehatan. dengan Faktor Resiko : Manajemen Lingkungan :
Faktor Resiko  Respon alergi : sistemik Keselamatan
a. Eksternal :  Ambulasi  Peningkatan latihan
1) Agen nosokomial  Ambulasi : kursi roda  Terapi latihan :
2) Gangguan fungsi kognitif  Keseimbangan ambulasi
3) Gangguan fungsi
 Kadar glukosa darah Pencegahan Jatuh :
psikomotor 
 Kepuasan klien : keamanan Bantuan
4) Hambatan fisik
 Koordinasi pergerakan pemeliharaan
5) Hambatan sumber nutrisi
 Tingkat demensia pemulihan
6) Moda transportasi tidak
 Perilaku pencegahan jatuh  Manajemen
aman
 Cara berjalan pengobatan
7) Pajanan pada kimia toksik
 Pengetahuan : mekanik  Terapi nutrisi
8) Pajanan pada pathogen
tubuh  Monitor nutrisi
9) Tingkat imunisasi di
 Pengetahuan :pencegahan  Pengaturan posisi :
komunitas
jatuh intraoperatif
 Keamanan lingkungan  Orientasi realita
b. Internal :
rumah  Peningkatan
1) Disfungsi biokimia
2) Disfungsi efektor  Kontrol kejang sendiri keamanan

3) Disfungsi imun  Kemampuan berpindah


 Fungsi sensori : pendengaran Intervensi Tambahan :
4) Disfungsi integrasi sensori
 Fungsi sensori : penglihatan  Manajemen jalan
5) Gangguan mekanisme
nafas
primer (mis. kulit robek)
6) Hipoksia jaringan  Bantuan kontrol
7) Gangguan sensasi (akibat marah
dari cedera medulla  Pendidikan kesehatan
spinalis, diabetes militus,  Perlindungan infeksi
dll)  Rujukan
8) Malnutrisi  Perawatan waktu
9) Usia ekstrem istirahat

4. Implementasi
Pelaksanaan (implementasi) adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, dan
menilai data yang baru. (Nikmatur Rohmah, 2009)

5. Evaluasi
Menurut Nursalam (2011) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Evaluasi formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai dengan
tujuan tercapai.
b. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth J. C. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Grace. (2006). Penyakit dan Penanggulangan pada SaluranPerkemihan. Bandung : Simbiosa


Rekatama Medika

Mitchell. (2009). Benigna prostatic Hiperplasia atau Pembesaran Prostat jinak atau BPH.
Yogyakarta : Bursa Ilmu

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Gosyen Publishing

Rohmah, N. (2009). Pendekatan Pencatatan dan Dokumentasi Keperawatan dengan Asuhan


Keperawatan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai