Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat,
terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan perubahan dalam
masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan sebagainya.
Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu efek negatif
yang timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia antara lain adalah
semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang lebih dikenal oleh
masyarakat awam sebagai kencing manis. Diabetes mellitus merupakan keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron. Diabetes Militus
tidak hanya terjadi pada orang dewasa , tetapi juga bisa terjadi pada anak-anak. Diabetes
pada anak disebut Juvenis Diabetes. Diabetes Militus tipe 1 disebabkan oleh penghancuran
sel pulau pankreas. Biasanya mengenai anak-anak dan remaja sehingga DM ini disebut
juvenile diabetes (diabetes usia muda), namun saat ini DM ini juga dapat terjadi pada orang
dewasa (Husada 2017).
Angka kejadian diabetes di USA adalah sekitar 1 dari setiap 1500 anak (pada anak
usia 5 tahun) dan sekitar 1 dari setiap 350 anak (pada usia 18 tahun). Puncak kejadian
diabetes adalah pada usia 5-7 tahun serta pada masa awal pubertas seorang anak. Kejadian
pada laki dan perempuan sama (Weinzimer SA, Magge S. 2005). Insiden tertinggi diabetes
mellitus tipe 1 terjadi di Finlandia, Denmark serta Swedia yaitu sekitar 30 kasus baru setiap
tahun dari setiap 100.000 penduduk. Insiden di Amerika Serikat adalah 12-15/100 ribu
penduduk/tahun, di Afrika 5/100.000 penduduk/tahun, di Asia Timur kurang dari 2/100 ribu
penduduk/tahun (Weinzimer SA, Magge S. 2005). Insiden di Indonesia sampai saat ini
belum diketahui. Namun dari data registri nasional untuk penyakit DM pada anak dari UKK
Endokrinologi Anak PP IDAI, terjadi peningkatan dari jumlah sekitar 200-an anak dengan
DM pada tahun 2008 menjadi sekitar 580-an pasien pada tahun 2011. Sangat dimungkinkan
angkanya lebih tinggi apabila kita merujuk pada kemungkinan anak dengan DM yang
meninggal tanpa terdiagnosis sebagai ketoasidosis diabetikum ataupun belum semua pasien
DM tipe 1 yang dilaporkan (Pulungan et al. 2002).
Diabetes Melitus tipe-1 dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada
Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Sampai saat ini,
Diabetes tipe-1 tidak dapat dicegah. Diet dan olahraga tidak bisa menyembuhkan ataupun
mencegah Diabetes tipe-1. Kebanyakan klien Diabetes tipe-1 memiliki kesehatan dan berat
badan yang baik saat penyakit ini mulai diderita. Selain itu, sensitivitas maupun respons
tubuh terhadap insulin umumnya normal pada klien Diabetes tipe ini, terutama pada tahap
awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada Diabetes tipe-1 adalah kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut
dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Saat ini Diabetes tipe 1 hanya dapat diobati
dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah
melalui alat monitor pengujian darah (Gelfman and Chai 2012).
Menurut Waspadji, dalam Abarwati (2007) menyatakan bahwa modalitas utama dalam
penatalaksanaan Diabetes Mellitus terdiri dari terapi non farmakologis yang meliputi
perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola makan yang dikenal dengan terapi
gizi medis, meningkatkan aktivitas jasmani, dan edukasi berbagai masalah yang berkaitan
dengan penyakit diabetes mellitus yang dilakukan secara terus menerus. Dengan demikian
semakin banyak dan semakin baik klien mengerti tentang penyakitnya, maka semakin
mengerti pula bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu perlu dilakukan.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575 tahun 2005, telah dibentuk
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang mempunyai tugas pokok
memandirikan masyarakat untuk hidup sehat melalui pengendalian faktor risiko penyakit
tidak menular, khususnya penyakit DM yang mempunyai faktor risiko bersama (Anonim
2009). Maka dalam pembahasan selanjutnya akan dibahas mengenai Diabetes Militus Tipe
1 atau yang disebut diabetes juvenil.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1.2.1 Apakah Pengertian Diabetes Melitus Juvenil ?
1.2.2 Apakah Etiologi Diabetes Melitus Juvenil?
1.2.3 Bagamanakah Patofisiologi Diabetes Melitus Juvenil?
1.2.4 Bagamanakah Tanda gejala Diabetes Melitus Juvenil?
1.2.5 Bagaimanakah Komplikasi Diabetes Melitus Juvenil?
1.2.6 Bagaimanakah Penatalaksanaan Diabetes Melitus Juvenil?
1.2.7 Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Juvenil?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman
tentang Diabetes Melitus Juvenil Gravidarum serta upaya/ langkah-langkah yang
dapat dilakukan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam penatalaksanaan
Diabetes Melitus Juvenil.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk Mengetahui Pengertian Diabetes Melitus Juvenil
1.3.2.2 Untuk Mengetahui Etiologi Diabetes Melitus Juvenil
1.3.2.3 Untuk Mengetahui Patofisiologi Diabetes Melitus Juvenil
1.3.2.4 Untuk Mengetahui Tanda Gejala Diabetes Melitus Juvenil
1.3.2.5 Untuk Mengetahui Komlikasi Diabetes Melitus Juvenil
1.3.2.6 Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Diabetes Melitus Juvenil
1.3.2.7 Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Juvenil

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Makalah ini dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran dan untuk
menambah wawasan tentang penyakit Diabetes Melitus Juvenil.
1.4.2 Manfaat Praktis
Makalah ini dapat dijadikan acuan dalam praktek keperawatan di rumah
sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah Diabetes
Melitus Juvenil pada anak-anak.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Diabetes Melitus Juvenil


Diabetes mellitus (DM) tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronis. Keadaan ini disebabkan oleh
proses autoimun yang merusak sel β pankreas sehingga produksi insulin berkurang bahkan
terhenti, penderitanya akan memerlukan asupan insulin eksogen (Rini 2012).
DM tipe 1 disebabkan oleh penghancuran sel pulau pankreas. Biasanya mengenai anak-
anak dan remaja sehingga DM ini disebut juvenile diabetes (diabetes usia muda), namun saat
ini DM ini juga dapat terjadi pada orang dewasa. Faktor penyebab DM tipe 1 adalah infeksi
virus dan reaksi auto-imun (rusaknya system kekebalan tubuh) yang merusak sel-sel penghasil
insulin, yaitu sel β pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh karena itu, pada tipe ini pankreas
sama sekali tidak dapat menghasilkan insulin (Husada 2017).
Diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe-1) adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh
reaksi autoimun yang menyebabkan kerusakan sel β pankreas dan terjadi pada hampir semua
anak yang menderita diabetes (Himawan et al. 2017).
Jadi Diabetes mellitus (DM) tipe-1 adalah DM akibat insulin tidak cukup diproduksi oleh
sel beta pankreas, sehingga terjadi hiperglikemia (Hermayanti and Nursiloningrum 2017).
Tipe-1 ini ditandai dengan berkurangnya sel beta pankreas yang diperantarai oleh imun atau
antibodi, sehinga sepanjang hidup penderita ini tergantung pada insulin eksogen
2.2 Etiologi Diabetes Melitus Juvenil
Etiologi Diabetes Melitus diakibatkan kerusakan sel beta pankreas karena paparan agen
infeksi atau lingkungan yaitu racu, virus (rubella) kongenital, mumps, coxsackievirus dan
cytomegalovirus) dan makanan gula,kopi,kedelai,gandum dan susu sapi) beberapa teori
ilmiah yang menjelaskan penyebab diabetes melitus yaitu :
a. Hipotesis sinar matahari
Teori yang paling terakhir adalah “ hipotesis sinar matahari”yang menyatakan bahwa
waktu yang lama dihabiskan dalam ruang, dimana akan mengurangi paparan sinar
matahari kepada anak-anak yang akan mengakibatkan berkurangnya kadar vitamin D.
b. Hipotesis higiene “Hipotesis kebersihan”
Teori ini menyatakan bahwa kurangnya paparan dengan prevalensi patogen, dimana
kita menjaga anak-anak kita terlalu bersih, dapat menyebabkan hipersentivitas
autonium yaitu kehancuran sel beta yang memproduksi insulin di dalam tubuh oleh
leukosit.
c. Hipotesis Susu Sapi
Teori ini menjelaskan bahwa terhadap susu formula pada 6 bulan pertama pada bayi
dapat menyebabkan kekacauan pada sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan
resiko untuk mengembangkan diabetes mellitus di kemudian hari. Dimana protein
susu sapi hampir indetik dengan protein pada permukaan sel beta pankreas yang
memproduksi insullin sehingga mereka yang rentang dan peka terhadap susu sapi
maka akan direspon oleh ;eukosit dan selanjutnya akan menyerang sel yang
menyebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga terjadi diabetes mellitus.
2.3 Patofisiologi Diabetes Melitus Juvenil
Pada diabetes mellitus tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel β pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati, meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urine, eksresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus (polydipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan.Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(poligafia) akibat menurunnya simpanan kalori.Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam
amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu, akan
terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.pemberian insulin bersama dengan cairan dan
elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar
glukosa darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting
Pathway

Genetik, Proses Autoimun,


Faktor Lingkungan

Merusak sel-sel β
pankreas

Sel β tidak mampu


menghasilkan insulin

Kekurangan Insulin

Glukoneogenesis dan Metabolisme protein dan


glikogenosis terhambat lemak terganggu

Produksi glukosa oleh


M simpanan Pemecahan lemak
hati m dan pemakaian
kalori
glukosa oleh otot m

Komp: P produksi keton


Hiperglikemia P BB, Polifagia,
Neuropati
Kelemahan dan kelelahan
perifer, penyakit
Komp : Ketoasidosis
kaki diabetikum
Mk : diabetik
P penyerapan
Ketidakseimbang
glukosa oleh ginjal an nutrisi kurang
Mk:
Ketidakpatuh dari kebutuhan Mk : Ketidakberdayaan
an b.d tubuh b.d b.d peresepsi
P sekresi urine beserta keseimbangan ketidakmampuan untuk
kompleksitas
elektrolit, glukosuria insulin, makanan mencegah komplikasi
dan durasi
dan aktivitas
pengobatan jasmani

Polidipsia dan Mk : Resiko


Poliuria Dehidrasi ketidakseimbangan elektrolit
b.d poliuria dan dehidrasi
2.4 Tanda Gejala Diabetes Melitus Juvenil
Gejala Diabetes Militus Juvenil terdiri dari :
1. Gejala awal Diabetes Militus biasa disebut dengan 3 P yakni polifagi (banyak makanan),
polidipsi (banyak minum), dan poliuri (banyak kencing).
Menurut Brunner dan Suddart (2002)
a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolaritas
menyebabkan cairan intrasel berdifusi ke dalam sirkulasi atau cairan intravascular,
aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hipermoslaritas dan akibatnya akan
terjadi diuresis osmotic.
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel ke dalam vascular menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi
sel mukosa menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus
terus dan selalu ingin minum.
c. Polifagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energy menurun, penurunan energy akan menstimulasi rasa lapar.
d. Penurunan Berat Badan
Karena glukosa tidak dapat ditransport ke dalam sel maka sel kekurangan cairan
dan tidak mampu mengadakan metabolism, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara
otomatis.
2. Gejala tahap berikutnya
a. Panas tinggi
b. Muntah-muntah
c. Diare
d. Kejang dan tidak sadar
e. Infeksi otak (ensefalistis). Karena gula darah yang terlalu tinggi.
f. Ketoasidosis
g. Tiba-tiba ngompol. Misalnya sudah 3-4 tahun anak tidak ngompol, lalu mendadak,
kok, ngompol lagi.
h. Obesitas
i. Keluhan perut berulang
j. Infeksi virus, seperti parotitis (gondhongen)
k. Cacar air (cangkrangen)
l. Diare akut dan flu singapur (HMFD) yang diikuti penyebaran virus sampai merusak
pankreas.
m. Infeksi otak (ensefalistis)
2.5 Komplikasi Diabetes Melitus Juvenil
Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan berbagai
system tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Beberapa konsekuensi dari diabetes yang
sering terjadi adalah :
a. Meningkatkan resiko penyakit jantung dan stroke
b. Neuropati ( kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan kejadin ulkus kaki, infeksi dan
bahkan keharusan untuk amputasi kaki.
c. Retinopati diabetikum, yang merupakan salah satu penyebab utama kebutaan, tejadi
akibat kerusakan pembuluh darah kecil di retina
d. Diabetes merupakan penyebab utama dari gagal ginjal.
e. Resiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali lipat disbanding bukan
penderita diabetes (Gripp, Ennis, and Napoli 2013).
Dalam perjalanan penyakit DM dapat menimbulkan bermacam-macam komplikasi yaitu
komplikasi jangka pendek dan jangka panjang.
1. Komplikasi jangka pendek antara lain hipoglikemi dan ketoasidosis. Ketoasidosis
diabetik (KAD) dapat dijumpai pada saat diagnosis pertama DM tipe 1 atau pasien
lama akibat pemakaian insulin yang salah. Risiko terjadinya KAD meningkat antara
lain pada anak dengan kontrol metabolik yang jelek, riwayat KAD sebelumnya, masa
remaja, pada anak dengan gangguan makan, keadaan sosio-ekonomi kurang, dan
tidak adanya asuransi kesehatan.
2. Komplikasi jangka panjang terjadi akibat perubahan mikrovaskular berupa retinopati,
nefropati, dan neuropati. Retinopati merupakan komplikasi yang sering didapatkan,
lebih sering dijumpai pada pasien DM tipe 1 yang telah menderita lebih dari 8 tahun.
Neuropati merupakan komplikasi yang jarang didapatkan pada anak dan remaja,
tetapi dapat ditemukan kelainan subklinis dengan melakukan evaluasi klinis dan
pemeriksaan saraf perifer(Gripp, Ennis, and Napoli 2013).
2.6 Penatalaksanaan Diabetes Melitus Juvenil
a. Non-Farmakologi
1. Rencana Diet
Rencana diet dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang
dikonsumsi setiap hari.Pada pasien diabetes mellitus tipe 1 berat badan dapat menurun
selama keadaan dekompensasi.Pasien ini harus menerima kalori yang cukup untuk
mengembalikan berat badan mereka ke keadaan semula dan pertumbuhan.Rencana diet
didapat dengan berkonsultasi dengan ahli gizi.Untuk mencegah hiperglikemia
postprandial dan glikosuria, pasien dengan diabetic tidak boleh makan karbohidrat
berlebihan.Asupan karbohidrat harus disesuaikan dengan kegiatan fisik.Lemak yang
dimakan harus dibatasi sampai 30% dari total kalori per hari.
Penderita DM tipe-1 yang menggunakan regimen insulin basal bolus maka
pengaturan makanannya menggunakan penghitungan kalori yang diubah dalam jumlah
gram karbohidrat, yaitu dalam 1 unit karbohidrat mengandung 15 gram karbohidrat.
Pada lampiran piramida makanan, memperlihatkan pengelompokan jenis makanan
penukar dan anjuran konsumsi per hari.

Kelompok makanan Porsi KH Gram/KH


penukar
Pati/tepung 1 unit 15g/KH
Buah 1 unit 15g/KH
Susu 1 unit 12g/KH
Sayur 1/3 unit 5g/KH
Daging 0 unit 0
Lemak 0 unit 0
2. Latihan Fisik
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan faktor risiko kardiovaskular. Latihan akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh
otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga
diperbaiki dengan olahraga. Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance
training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju
metabolism dan istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini sangat bermanfaat
pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress, dan
mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah,
yaitu meniingkatkan kadar HDL-Kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total
serta trigliserida. Semua manfaat ini penting bagi penyandang diabetes, mengingat
adanya peningkatan resiko untuk terkena penyakit kardivaskular pada diabetes.
b. Farmakologi
1. Insulin Eksogen
Insulin adalah hormone yang dihasilkan dari sel β pancreas dalam merespon
glukosa. insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian
metabolism, efek kerja insulin adalah membantu transport glukosa dari darah ke dalam
sel.
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM
tipe 1, sel-sel β pancreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi
insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM tipe 1 harus mendapat insulin
eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat
berjalan normal.
Insulin terapi pada anak yang menderita diabetes mellitus. Memerlukan
penggantian insullin sebagai bagian dari regimen terapiutik.
Regimen-regimen terapi insulin terangkum dalam tabel :
Regimen Terapi Insulin
Suntikan harian tunggal insulin kerja sedang (NPH atau lente)
Suntikan satu atau dua kali sehari campuran insulin kerja singkat dan sedang dengan dosis
tetap, insulin “split mixed”
Regimen konvensional yang diintensifkan, mencangkup regimen insulin “split mixed”
selain sebagian atau semua dari yang berikut. Penyesuaian dosis yang sering dilakukan
berdasarkan kadar glukosa darah.
Penambahan insulin kerja sedang menjelang tidur untuk mencegah hiperglikemi pagi hari
Pemakaian insulin kerja lama (ultralente) untuk menstabilkan glikemia malam hari
Terapi insulin intensif dengan suntikan harian multiple atau infuse insulin subkutan yang
continue
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Fokus Pengkajian


a. Pengkajian
Klien dengan diabetes harus dikaji dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan
kemampuan untuk melakukan perawatan diri.Tipe diabetes kondisi klien, dan rencana
pengobatan adalah pengkajian penting yang harus di lakukan. Pengkajian secara detail
adalah sebagai berikut:
a) Anamnese
Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Adanya keluhan sering buang air kecil (poliuria), sering merasa haus
(polidipsia), sering merasa lapar (polifagia), mengeluh lemah, serta penurunan berat
badan.
1.3.Riwayat Penyakit Sekarang
Ditemukan manifestasi klinis dari DM tipe 1 seperti poluria, polidipsia,
polifagia, dan penurunan berat badan.
1.4.Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM sebelumnya, penanganan yang telah didapat,
riwayat penggunaan insulin dan obat-obatan lain.
1.5.Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat keluarga yang menderita DM. salah satu etiologi dari DM tipe
1 adalah faktor genetik.
b. Pemeriksaan Fisik
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda – tanda vital.
b) Sistem integument
Turgor kulit menurun, kulit dan membrane mukosa terlihat kering.
c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi, nafas berbau halitosis/manis/bau buah (napas aseton)
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
e) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, dehidrase, perubahan berat badan.
f) Sistem urinary
Poliuri, dan dapat juga ditemukan glukosuria.
g) Sistem muskuloskeletal
Kelemahan pada otot dalam melakukan aktivitas.
h) Sistem neurologis
Dapat terjadi neuropati diabetic terutama pada ekstremitas bawah yang akan
menimbulkan kesemutan dan rasa kebas.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan fungsi metabolic yang berhubungan dengan insufisiensi insulin sekunder akibat
ketidakefektifan sel beta di pulau pankreas
2. Kekurangan volume cairan yang berhubungandengan diuresis osmosis sekunder akibat
hiperglikemia, muntah, penurunan asupan oral
3. Ketidakseimbangan elektrolit: kehilangan natrium dan kehilangan kalium yang
berhubungan dengan kehilangan natrium sekunder akibat muntah dan diuresis osmotic
3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosis Keperawatan Utama : Gangguan fungsi metabolic yang berhubungan dengan


insufisiensi insulin sekunder akibat ketidakefektifan sel beta di pulau pankreas; peningkatan
kebutuhan insulin sekunder akinat infeksi, stress dan/atau penyakit; kadar glukosa serum
tidak stabil.
Pengkajian/Batasan Karakteristik Anak dan/ atau Keluarga (Data Subjektif & Objektif):
Hiperglikemamia, hipoglikemia, atau kadar glukosa darah yang berfluktuasi
Tanda/gejala hiperglikemia (awitan yang lambat):
 Poliuria
 Polidipsia
 Polifagia
 Penurunan berat badan
 Enuresis pada anak
 Letargi atau stupor
 Kulit hangat, memerah, kering
 Kelemahan
 Mual/muntah
 Napas aseton (berbau buah)
 Nyeri abdomen
 Pernapasan kussmaul
 Dehidrasi
 Glukosuria
 Ketonuria
 Asidosis metabolic
Tanda/gejala hipoglikemia (awitan yang cepat)
 Keringatan yang berlebihan
 Pingsan
 Pusing
 Koordinasi buruk
 Pucat
 Kulit dingin
 Jantung berdetak kencang
 Gemetar
 Gangguan penglihatan
 Perubahan kepribadian
 Iritabilitas
 Sakit kepala
 Kelaparan
 Ketidakmampuan untuk bangun
Kriteria Hasil Kemungkinan Intervensi Rasional Evaluasi Pencatatan
Keperawatan
Anak akan Pertahankan Jika anak Dokumentasikan
mempertahankan pendokumentasian pada mengalami rentang tanda-tanda
fungsi metabolic yang bagan alir diabetes. Masukan perubahan fungsi vital, kadar glukosa
adekuat, yang ditandai kadar glukosa darah, dosis metabolic, tanda- darah dan setiap tand
dengan insulin, area injeksi, tanda vital akan gejaa hiperglikemi
a. Kadar glukosa observasi klinis, hasil berad di luar atau hipoglikemia.
darah stabil dari 70- pemeriksaaan urine dan rentang normal dan Dokumentasikan
180 mg/dL asupan serta hauluaran anak dapat jumlah cairan IV dan
b. Tidak ada mengalami jelaskan kondisi area
tanda/gejala penurunan tingkat IV bersama dengan
hiperglikemia kesadaran karena setiap intervensi yag
c. Tidak ada tanda glukosa tidka dapat dibutuhkan.
atau gejala memasuki sel
hipoglikemia Buat catatan asupan dan Mengkaji dan Dokumentasikan
haluaran yang adekuat mencatat kadar rentang kadar gukosa
glukosa darah dapat darah.
memberikan Dokumentasikan doss
informasi tentang
hiperglikemia dan insulin dan ara injeksi
hipoglikemia dan yang digunakan
mengarahkan
tindakan terapi
yang diperlukan.
Timbang berat badan anak Memberikan Dokumentasikan
setiap hari dengan timbangan informasi yang hasil observasi kinis
yang sama setiap hari pada membantu dan hasil
waktu yang sama. Catat berat mendeteksi pemeriksaaan urine.
badan dan bandingkan hiperglikemia dan Dokumentasikan
dengan berat badan hipoglikemia. asupan dan haluaran
sebelumnya
Berikan cairan pengganti dan Peningkatan Dokumentasikan
rumatan IV dan suplemen . haluaran urine asupan dan hauaran
kaji dan catat respon anak dapat
mengindikasikan
katabolisme, yang
disebabkan diuresis
osmotic dan dapat
menimbulkan
dehidrasi
Jika diindikasikan, berikan Penurunan berat Dokumentasikan
tetes insulin sesuai kebijakan badan pada berat badan dan
institusi untuk larutan dan awalnya dapat tentukan apakah
penggantian slang dan terjadi akibat terjadi peningkatan
penggunaan pompa. dehidrasi atau dapat atau penurunan dari
Sesuaikan tetes insulin sesuai mngindikasikan berat badan
indikasi. Kaji dan catat katabolisme yang sebelumnya
respon anak disbabkan oleh
ktidakmampuan
glukosa memasuki
sel
Jika diindikasikan, berikan Cairan IV Dokumentasikan
insulin subkutan seuai diperlukan untuk jenis dan jumlah
jadwal. Kaji dan catat mengatasi cairan IV yang
ketidakefetifannya dehidrasi. Kalium diberikan. Jelaskan
diperlukan untuk respons anak teradap
mengatasi terapi
penurunan kalium
total dalam tubuh
Jika anak mengalami Karbohidrat Dokumentasikan
hipoglikemia, berikan jus diperlukan untuk tindakan yang
buah, soda biasa, atau tablet mengatasi digunakan untuk
glukosa untuk memberikan hipoglikemia dan mengatasi
sekitar 10-15 gram mngembalikan anak hipoglikemia dan
karbohidrat atau 40 kalori. ke keadaan keefektifan tindakan
Ulangi pemberian jika anak metabolic yang
tidak merasa lebih baik seimbanga
dalam 10-15 menit. Jika
hipoglikemia berat dan anak
tidak mampu menelan ,
berikan glucagon sesuai
indikasi. Kaji dan catat
respons anak.

Diagnose keperawatan : kekurangan volume cairan yang berhubungandengan diuresis osmosis


sekunder akibat hiperglikemia, muntah, penurunan asupan oral
Pengkajian/Batasan Karakteristik Anak dan/ atau Keluarga (Data Subjektif & Objektif):
 Poliuria
 Kulit memerah, kering
 Membrane mukosa kering
 Penurunan turgor kulit (kulit kembali ke bentuk semula dalam waktu lebih dari 2-3 detk)
 Penurunan berat badan
 Takikardia
 Takipnea
 Hipotensi
 Tidak ada air mata
Kriteria Hasil Kemungkinan Intervensi Rasional Evaluasi Pencatatan
Keperawatan
Anak akan memiliki Buat catatan asupan dan Peningkatan Dokumentasikan
volume cairan yang haluaran yang akurat. Jika haluaran urine asupan dan haluaran
adekuat, yang ditandai diindikasikan, anjurkan dapat
dengan emberian cairan per oral mengindikasikan
 Asupan cairan bahwa
adekuat, IV dan hiperglikemia
oral terjadi
 Haluaran urin Berikan cairan pengganti dan Cairan diperlukan Dokumentasikan
adekuat rumutan IV dan suplemen untuk mengatsi jenis cairan IV dan
 Membrane mukosa dihidrasi akibat jumlah asupan total
lembab polyuria yang
 Kulit kembali ke disebabkan oleh
bentuk semula hiperglikemia
dalam waktu cepat Kaji dan catat : Memberikan Dokumntasikan
(kurang dari 2-3  Frekuensi jantung, informai tentang rentang frekuensi
detik) pernafasan, dan tekanan status cairan pasien. jantung, pernafasan,

 Tidak ada darah dan berat jenis Jika pasin tekanan darah, dan

penurunan berat urine setiap 4 jam dan mengalami berat jenis urine.

badan PRN kekurangan volum Dokumntasikan


 Cairan IV dan kondisi cairan, frekuensi jumlah cairan IV dan
area IV sertiap jam jantung akan jelaskan kondisi area
 Frekuensi jantung,  Nilaia laboratorium meningkat pertama IV bersama dengan
pernafasan, dan sesuia indikasi. Laporan kali, dan akhirnya stiap intervensi yang
tekanan darah setiap abnormalitas menurun. Frekuensi dibutuhkan.
dalam rentang kepada dokter pernafasan akan Dokumentasikan nilai
normal  Tanda/gejala kekurangan meningkat. laboratorium saat ini
 Berat jenis urine volume cairan Tekanan darah jika diidikasikan.
dari 1,008-1,020 akhirnya akan Jelaskan setiap
 Tidak ada menurun. Pnting tanda/gejala
tanda/gejala untuk mencatat kekurangan volume
kekurangan jumlah cairan IV cairan yang terlihat.
volume cairan setiap jam untuk
memastikan bahwa
anak tidak
kelebihan atau
kekurangan hidrasi.
Area IV harus
dikaji setiap jam
untuk mengetahui
adanya tanda
kemerahan atau
pembengkakan
Berikan perawatan mulut Perawatan mulut Dokumentasikan
setiap 4 jam dan PRN. Catat diperlukan karena apakah perawatan
hasilnya anak rentan mulut dilakukan dan
terhadap dehidrasi jelaskan
dan membrane keefektifannya
mukosa yang
kering
Timbang berat badan anak Penurunan berat Dokumentasikan
setiap hari dengan timbangan badan karena berat badan dan
yang sama pada waktu yang dehirasi dan tentukan apakah
sama setiap hari. ketidakmampuan terjadi peningkatan
Dokumntasikan hasil dan glukosa memasuki atau penurunan dari
bandingkn dengan berat sel, yang memicu berat badan
badan sebelumnya katabolisme dan sbelumnya.
menyebabkan
penurunan berat
badan.

Diagnose Keperawatan : ketidakseimbangan elektrolit: kehilangan natrium dan kehilangan


kalium yang berhubungan dengan
 Kehilangan natrium sekunder akibat muntah dan diuresis osmotic
 Peningkatan kalium ekstraseluler untuk sementara (kadar tinggi palsu) sekunder akibat
1. Asidosis
2. Dfisiensi insulin
3. Dehidrasi
 Kehilangan kalium sekunder akibat
1. Polyuria
2. Pemberian insulin
3. Dilusi yang disebabkan oleh rehidrasi
4. Koreksi asidosi (kalium masuk kembali ke dalam sel)
Pengkajian/Batasan Karakteristik Anak dan/ atau Keluarga (Data Subjektif & Objektif):
 Hiponatremia, disertai tanda/ gejala berikut
1. Kelemahan
2. Delirium
 Hyperkalemia, disertai tanda/ gejala berikut
1. Perubahan EKG: gelombang T tajam, kompleks QRS melebar, gelombang P mendatar,
gelombang P memuncak, denyut ektropik
2. Hipotensi dan frekuensi jantung yang cepat
3. Koma
Kriteria Hasil Kemungkinan Intervensi Rasional Evaluasi Pencatatan
Keperawatan
Anak akan Kaji dan catat Memberikan Dokumentasikan
mempertahankan  Frekuensi jantung dan informasi tentang rentang frekuensi
kesimbangan elektrolit tekanan darah setiap 4 status elektrolit jantung dan tekanan
yang adekuat, yang jam pasien. Jika pasien darah.
ditandai dengan :  Cairan IV dan kondisi mengalami Dokumentasikan
 Natrium serum area IV setiap jam kkurangan volume jumlah cairan IV dan
dari 138-145  Nilai laboratorium sesuai cairan, frekuensi jelaskan kondisi area
mEq/L indikasi. Laporkan setiap jantung akan IV bersama dengan
 Kalium serum dari abnormalitas kepada meningkat pertama setiap intervensi yang
3,5-5,0 mEq/L dokter kali, dan akhirnya dibutuhkan.
 Irama sinus dan  Tanda/gejala akan menurun. Dokumentasikan nilai
konfigurasi EKG ktidakseimbangan Pentin untuk laboratorium saat ini
normal elektrolit setiap 4 jam dan mencatat jumlah jika diindikasikan.

 Frekuensi jantung PRN cairan IV setiap jam Jelaskan setiap

dalam rentang untuk tetap tanda/gejala

yang dapat memastikan bahwa ketidakseimbangan

diterima anak tidak elektrolit yang

 Tidak ada kelebihan atau terlihat.

tanda/gejala kekurangan hidrasi.

ketidakseimbangan Area IV harus

elektrolit dikaji setiap jam


untuk mengetahui
adanya tanda
kemerahan atau
pembengkakan
Jika diindikasikan, mulai Memberikan Dokumentasikan
penggunaan minitor jantung. informasi tentang interpretasi EKG
Evaluasi dan catat hasil stiap pengaruh kalium
EKG minimal satu kali
serum pada irama
jantung
Pastikan bahwa suplemen Suplemen Dokumentasikan
yang tepat ditambahkan pada diperlukan untuk jumlah suplmen yang
cairan IV mengatasi efek diperlukan dan setiap
difisiensi insulin tindakan terapeutik
yang digunakan
untuk
mengembalikan
keseimbangan
elektrolit. Jelaskan
keefektifannya
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus (DM) tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronis. Keadaan ini disebabkan oleh proses
autoimun yang merusak sel β pankreas sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti,
penderitanya akan memerlukan asupan insulin eksogen. Diabetes Melitus diakibatkan kerusakan
sel beta pankreas karena paparan agen infeksi atau lingkungan yaitu racu, virus (rubella)
kongenital, mumps, coxsackievirus dan cytomegalovirus) dan makanan gula,kopi,kedelai,gandum
dan susu sapi). Kemungkinan induksi diabetes juvenil dari berbagai macam kelainan hormonal,
seperti hormonsekresi kelenjar adrenal,hipofisis dan tiroid merupakan studi pengamatan yang
sedang naik daun saat ini. Sebagai contoh timbulnya IGT dan diabetes mellitus sering disebut
terkait oleh akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom cushing.
Gejala awal Diabetes Militus biasa disebut dengan 3 P yakni polifagi (banyak makanan),
polidipsi (banyak minum), dan poliuri (banyak kencing). Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke
waktu dapat menyebabkan kerusakan berbagai system tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah.
Penatalaksanaan mencangkup komponen utama yaitu insulin, rencana makan dan nutrisi, olah
raga, dan pemantauan. Tujuan keseluruhan dalam penatalaksanaan jangka panjang DMDI anak
adalah mengindari dekompensasi metabolik yang parah (KAD, hipoglikemi berat ) memelihara
perasaan sejahtera klinis dan psikososial, memelihara pertumbuhan dan perkembangan normal.
4.2 Saran
Berdasarkan materi yang di bahas penulis yaitu Diabetes Mellitus, penulis ingin
memberikan saran antara lain kita sebagai mahasiswa diharapkan tidak hanya dapat mempelajari
materi dari makalah tersebut, tetapi juga dapat mencari literatur lain sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat diterapkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam pemahaman
mengenai penyakit Diabetes Mellitus di karenakan tujuan dari makalah ini adalah pembaca dapat
mengetahui konsep yang penulis sampaikan. Serta makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembacaan
sehingga makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. “Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta
Orang.” Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: 21–22.
http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-
indonesia-mencapai-213-juta-orang.html.
Doenges, Marlyin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta :EGC

Gelfman, Laura P., and Emily J. Chai. 2012. “What Special Considerations Should Guide the
Safe Use of Methadone?” Evidence-Based Practice of Palliative Medicine: 39–43.
http://dx.doi.org/10.1016/j.diabres.2015.10.022.
Gripp, Karen W., Sara Ennis, and Joseph Napoli. 2013. “Exome Analysis in Clinical Practice:
Expanding the Phenotype of Bartsocas-Papas Syndrome.” American Journal of Medical
Genetics, Part A 161(5): 1058–63.
Hermayanti, Diah, and Erin Nursiloningrum. 2017. “Hiperglikemia Pada Anak.” : 25–30.
Himawan, Indra W., Aman B. Pulungan, Bambang Tridjaja, and Jose R.L. Batubara. 2017.
“Komplikasi Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Diabetes Mellitus Tipe 1.” Sari Pediatri
10(6): 367.
Husada, Nauli. 2017. “JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 2 Juli 2017.” Ilmiah Kohesi 1(2):
163–74.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Petofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume
2. Jakarta: EGC

Pulungan, Aman B, Riza Mansyoer, Jose RL Batubara, and Bambang Tridjaja AAP. 2002.
“Gambaran Klinis Dan Laboratoris Diabetes Mellitus Tipe-1 Pada Anak Saat Pertama Kali
Datang Ke Bagian IKA-RSCM Jakarta.” Sari Pediatri 4(1): 26–30.
Rini, Eka Agustia. 2012. “Laporan Kasus Neglected-Noncompliant Type 1 Diabetes Mellitus
with Complications.” Jurnal Fak Kedokteran Unand 1(2): 107–11.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Volume
2 Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai