Oleh
Kelompok 13:
1. PENDAHULUAN
Lansia merupakan masa manusia menapaki kehidupan menjelang akhir hayat Keadaan ini
identik dengan perubahan-perubahan yang mencolok pada fisik maupun psikis manusia tersebut.
Usia manusia akan terus bertambah seiring bergantinya waktu. Bersamaan dengan meningkatnya
usia, beberapa fungsi vital dalam tubuh ikut mengalami kemunduran. Pendengaran mulai
menurun, penglihatan kabur, dan kekuatan fisiknya pun mulai melemah. Kenyataan itulah yang
dialami para lansia. Kemunduran fisik dan menurunnya fungsi organ dapat menyebabkan lanna
menjadi ergantung kepada orang lain. Pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah
baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi. Penurunan biopsikososial pada lansia
seringkali diikuti munculnya konflik yang dialami oleh lansia. Masalah yang kerap kali dialami
lansia adalah depresi, dimana lansia merasa dirinya tidak berguna dan tidak berdaya lagi
(Nugroho, 2008)
Penduduk lansia di dunia yang berusia lebih dari 60 tahen akan mencapai 1,2 miliar.
Dinegara maju seperti Amerika Serikat pertambahan lansia diperkirakan 1.000 per hari.
Berdasarkan data proyeksi penduduk, pada tahun 2017 terdapat 23,66 jala jiwa penduduk lansia
di Indonesia, dan digerkirakan alan mengalami peningkatan pada tahun 2020 yaitu sebanyak
27,08 juta jwa Sedangkan jumlah lansia di Bali yaitu sebanyak 465. 349 jiwa (Kemenkes, 2017)
Lansia bukan suatu penyakit, namun menpakan lahap lanjut dari suafu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan lansia
adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untak mempertalankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis Kegagalan ini beekatan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Azizah, 2011) Jika lansia tidak bisa
mengatasi atau menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada masa tua,
maka lansia tersebut akan terus memikirkan dan memiliki persepsi yang buruk, maka dia akan
menjadi pusing, mudah lelah, sulit tidur, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan salah
satu tanda dan gejala dari depresi (Yosep, 2011)
Menurut Ponto (2015), salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi kognitif lansia
adalah dengan menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi merupakan suatu bentuk psikoterapi
suportif berupa aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif dan
edukasional untuk penyesuaian diri dengan lingkungan dan meningkakan derajat kesehatan fisik
dan mental pasien. Terapi ekupasi bertujuan mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi
dan atau mengupayakan kompensasiadaptasi untuk aktifitas sehari-hari, produktivitas dan luang
waktu melalui pelatihan, remediasi, stimulasi dan fasilitasi. Terapi okupasi meningkatkan
kemampuan individu untuk terlibat dalam bidang kinerja seperti aktivitas hidup sehari-hari
sehingga para lansia dapat mengembangkan kemampuannya dan tidak merasa jka diri tidak
berguna. Maka dari itu hal tersebut dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Adil (2016) di UPT Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma
Kabupaten Kubu Raya didapatkan hasil rata-rata depresi lansia sebelum dilakukan termpi
ekupasi aktivitas menggambar yaitu 9.88 dengan standar deviasi 2335 dan rata-rata skor depresi
sesudah diberikan terapi okupasi aktivitas menggambar yaitu 4.62 dengan standar deviasi 1,025
dengan nilai t 9,151 serta didapatkan nilai pe 0,000. Yang artinya ada pengaruh terapi okupasi
aktivitas menggambar terhadap tingkat depresi pada lansia.
Lansia yang tinggal di panti werha biasanya cenderung mengalami stres dan kejenuhan
akibat hanya berdiam diri dan tidak memilki kegiatan, maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan terapi okupasi "Membuat Gelang" pada para lansia yang berada di Panti Sosial
Tresna Werdha Wana Seraya.
1.2 Sasaran
1. Peserta
Lansia yang tinggal di Panti Werda Wana Seraya dengan Kriteria hasil :
a. Mampu mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
c. Lansia yang kooperatif
2. Jumlah
Jumlah lansia 5 orang
1.3 Tujuan
Setelah mengikuti aktivias kelompok diharapkan lansia dapat merasa senang serta
terhindar dari stress dan rasa jenuh. Serta lansia memliki kegiatan yang bermanfaat dan positif
untuk dirinya dan lansia lainnya.
1.4 Metode
1. Demonstrasi
2. Ceramah
1. Alat
a) Gunting
2. Bahan
a. Benang
b. Manik-manik
1.6 Setting Tempat
Keterangan :
: Leader
: Co-leader
: Observer
: Fasilitator
: Klien
Keterangan Tugas
1. Leader
a. Membuka acara terapi aktivitas kelompok
b. Menutup acara terapi aktivitas kelompok
2. Co Leader
a. Mengarahkan jalannya acara terapi aktivitas kelompok
3. Fasilitator
a. Membimbing lansia membuat kerajina
b. Memotivasi lansia membuat kerajinan
c. Memperhatikan respon lansia
4. Observer
a. Mengawasi jalannya terapi aktivitas
b. Mencatat proseskegiatan dari awal sampai akhir terapi aktivitas
c. Menyusun laporan dan menilai jalannya terapi aktivitas kelompok
5. Leader
c. Membuka acara terapi aktivitas kelompok
d. Menutup acara terapi aktivita kelompok
6. Co Leader
b. Mengarahkan jalannya acara terapi aktivitas bermain
7. Fasilitator
d. Membimbing lansia membuat kerajina
e. Memotivasi lansia membuat kerajinan
f. Memperhatikan respon lansia
8. Observer
d. Mengawasi jalannya terapi aktivitas
e. Mencatat proseskegiatan dari awal sampai akhir terapi aktivitas
f. Menyusun laporan dan menilai jalannya terapi aktivitas kelompok
MATERI
1. TERAPI OKUPASI
1.1 Pengertian Terapi Okupasi
Terapi adalah satu proses atau perlakuan pengobatan yang ditunjukkan kepada
penyembuhan satu kondisi patologis. Melakukan pengobatan atau membantu klien untuk
membebaskan diri terhadap keadaan yang tidak normal menjadi ke keadaan normal
kembali sebagai peggantinya (Nasir,2010)
Terapi okupasi adalah satu proses atau perlakuan pengobatan yang ditunjukkan
kepada penyembuhan satu kondisi patologis. Terapi okupasi bentuk terapi non-
farmakologis yang dilakukan untuk memperbaiki dan menjaga kondisi kejiwaan pasien
agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan
harapan klien dapat terus bekerja dan berhubungan baik dengan keluarga, teman dan
sistem pendukung yang ada (Nasir, et. al., 2011).
1.2 Tujuan Terapi okupasi
Tujuan terapi okupasi secara umum menurut Astati (2013) adalah mengembalikan
fungsi fisik, mental, sosial dan emosi dengan mengembangkannya seoptimal mungkin
serta memelihara fungsi yang masih
Keterangan Tugas
Setelah manik-manik tersusun di benang. Ikat ujung benang yang satu denga yang lain.
Ikat sekencang-kencangnya agar manik-manik tidak lepas
v
Gelang jadi dan siap digunakan
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi Proses
a. Leader membantu tetapi aktivitas kelompok dari awal hingga akhir kegiatan
d. Lansia mau dan dapat membuat kerajinan dengan baik didampingi oleh fasilitator
f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan terapi aktivitas kelompok dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan
d. Lansia ikut berpartisipasi aktif dalam terapi aktivitas kelompok dan dapat
Daftar Pustaka
Adil, J,2016. Penerapan Terapi Okupasi Aktifitas Menggambar Terhadap Tingkat Depresi Pada
Lansia di UPT Panti social Tresna Werdha Mulia Dharma kabupaten kubu raya skripsi.
Universitas Tanjung Pura
Astati,2013. Terapi Okupasi Bermain dan Musik untuk Anak Tunaghrita. Bandung: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Ponto,L.D.2015. Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi Terhadap Penurunan Stress Pada Lansia
di Panti Werdha Dumai Ranomant Manado. Jurnal Keperawatan. Vol.4. No.2