Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRSIF


PADA KELUARGA NY. RA DENGAN HIPERTENSI

OLEH : KELOMPOK D
1. Kadek Ardiawan
2. Renyarosari K. Lafu
3. Ricard Djo
4. Rijaludin V. Alfarizi
5. Sarah S. Selkioma
6. Serly F. Oematan
7. Wahyuni S. Nuhrahman
8. Yani E. Atolan
9. Yulita Bahi
10. Yunita Lani

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


PROGRAM PROFESI NERS
2021
A. LATAR BELAKANG
Lansia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Proses menjadi lansia merupakan proses alamiah yang dapat terjadi pada setiap
orang. Dimana keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.
Aspek yang juga mengalami penurunan secara degenerative adalah fungsi kognitif
(kecerdasan/pikiran). Salah satu contoh gangguan degeneratif kognitif pada lansia
adalah demensia.
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu
120/80 mmHg. Menurut WHO (World Health Organization), batas tekanan darah yang
dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari
140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18
tahun) (Adib, 2009).
Menurut data dari kementrian kesehatan RI pada bulletin lansia tahun 2013 data
lansia di Indonesia mengalami peningkatan 7,59% pada tahun 2011 dengan usia harapan
hidup rata-rata 69,5 tahun. Situasi global pada saat ini di antaranya adalah setengah
jumlah lansia di dunia (400 juta jiwa) berada di Asia, Pertumbuhan lansia pada negara
sedang berkembang lebih tinggi dari negara yang sudah berkembang. Masalah terbesar
lansia adalah penyakit degeneratif. Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia
penderita penyakit degeneratif tidak dapat beraktifitas (tinggal di rumah).
Relaksasi otot pogresif adalah asalah satu terapi modalitas yang dapat diberikan
pada lansia dengan hipertensi. Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan
perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan
perasaan relaks. Manfaat relaksasi otot progresif adalah untuk mengatasi berbagai
macam masalah dalam mengatasi stress, kecemasan, insomnia atau susah tidur, dan juga
dapat membangun emosi positif dari emosi negative.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum.
Setelah dilakukannya terapi relaksasi otot progresif diharapakan dapat
memberika perasaan relaks pada lansia.
2. Tujuan Khusus.
Setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif selama 30 menit diharapkan
audiens dapat :
a. Mengetahui pengertian relaksasi otot progresif.
b. Mengetahui manfaat relaksasi otot progresif.
c. Mampu melakukan relaksasi otot progresif.
C. MANFAAT KEGIATAN
1. Mengatasi stress, kecemasan, insomnia atau susah tidur
2. Membangun emosi positif dari emosi negative.
D. SASARAN STRATEGIS
1. Keluarga dengan anggota keluarga menderita hipertensi.
2. Keluarga yang mampu melakukan aktivitas fisik
3. Keluarga yang kooperatif.
E. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Hari/ Tanggal : Jumat, 29 Januari 2021
Waktu : 09.00-10.30
Tempat : Rumah keluarga Ny. RA
F. METODE
Demonstrasi/Role Play
G. MEDIA
Laptop, Video, Leaflet
H. SUSUNAN PELAKSANA
a. Leader : Sarah Stevanny Selkioma
b. Co Leader : Sarah Stevanny Selkioma
c. Observer : Sarah Stevanny Selkioma
d. Fasilitator : Sarah Stevanny Selkioma
I. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Leader
: Co Leader
: Observer
: Fasilitator
: Lansia
J. STRATEGI PELAKSANAAN
No Strategi Pelaksanaan Uraian Kegiatan Waktu Penanggung Jawab
1. Fase Orientasi Pada saat ini terapis melakukan : 5 menit Leader
a. Memberi salam terapeutik : salam mulai dari terapis,
perkenalan nama dan panggilan terapis.
b. Evaluasi/Validasi : menanyakan perasaan lansia saat ini
dan terapis menanyakan tentang sejak kapan lansia mulai
merasakan penurunan daya ingat dan fungsi pendengaran.
c. Kontrak :
1) Menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Menjelaskan aturan main tersebut :
- Jika ada lansia yang akan meninggalkan kelompok harus
minta ijin kepada terapis.
- Lama kegiatan 30 menit.
- Setiap lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
- Jika peserta merasa kurang jelas dengan penjelaskan leader,
dapat menanyakan kepada leader dengan menunjuk tangan
terlebih dahulu.
- Peserta hadir di tempat 5 menit sebelum kegiatan
berlangsung.
2. Fase Kerja : 1. Mendemonstrasikan relaksasi otot progresif kepada lansia. 20 menit Penyaji
Demontrasi senam 2. Memberikan kesempatan lansia untuk mencoba kembali
Gerak Latih Otak sendiri Fasilitator
3. Mengulang kembali relaksasi otot progresif secara bersama Co-Leader
lansia.
4. Melakukan relaksasi otot progresif bersama-sama dengan
mahasiswa/I dengan menggunakan musik.
3. Fase Terminasi 1. Evaluasi 5 menit Fasilitator
1) Mahasiswa menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti Co-Leader
kegiatan. Leader
2) Memberikan pujian atas keberhasilan lansia. Observer
a. Rencana Tindak lanjut :
 Terapis meminta lansia dan petugas untuk mengulang
hal yang telah dipelajari secara mandiri.
 Memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
b. Kontrak yang akan datang :
Terapis mengakhiri kegiatan dan mengingatkan kepada
lansia untuk melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.
2. Evaluasi dan Dokumentasi :
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dinilai dan
dievaluasi adalah kemampuan lansia sesuai dengan
tujuan terapi. Untuk relaksasi otot progresif,
kemampuan lansia yang diharapkan adalah mengikuti
kegiatan, respons yang diharapkan adalah lansia dan
petugas mampu melakukan kegiatan senam secara
mandiri dan bila dilakukan secara rutin diharapkan dapat
memberikan perasaan rileks, mengurangi kecemasan,
dan mengubah energy posirif dari energy negative pada
diri lansia.

K. Evaluasi
1. Audiens dapat mengenal relaksasi otot progresif.
2. Audiens dapat mengenal manfaat relaksasi tot progresif.
3. Audiens mampu melakukan relaksasi otot porogresif.
MATERI RELAKSASI OTOT PROGRESIF

A. DEFINISI
Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktivitas
otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan
dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks.
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalamyang tidak
memerlukan imajinasi,ketekunan,atau sugesti (Herodes, 2010) dalam (Setyoadi &
Kushariyadi, 2011). Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi dengan cara peregangan
ototkemudian dilakukan relaksasi otot (Gemilang, 2013). Relaksasi progresif adalah cara
yang efektif untuk relaksasi dan mengurangi kecemasan (Sustrani, Alam, & Hadibroto,
2004). Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi yang dilakukan dengan
cara focus pada kontraksi dan relaksasi otot-otot tubuh. Tindakan ini membutuhkan
waktu 15-30 menit.
B. MANFAAT
1. Mengatasi stress, kecemasan, insomnia atau susah tidur
2. Membangun emosi positif dari emosi negative.
C. LANGKAH-LANGKAH RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
1. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasiketegangan yang terjadi.
3. Pada saat kepalandilepaskan,rasakan relaksasi selama 10 detik.
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehinggadapat membedakan perbedaan
antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
5. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
Gerakan2: Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
1. Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangantangan sehingga otot di tangan
bagian belakangdanlengan bawah menegang.
2. Jari-jari menghadap ke langit-langit.
Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar padabagian atas
pangkal lengan).
1. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2. Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga ototbiseps akan menjadi
tegang.
Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur
1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh kedua telinga.
2. Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di bahu punggung
atas, dan leher.
Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti dahi, mata,
rahang dan mulut).
1. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa kulitnya
keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-
otot yang mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot
rahang.
1. Katupkanrahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di sekitar
otot rahang.
Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.
1. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar
mulut.
Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang.
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leherbagian
depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehinggadapat
merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
1. Gerakan membawa kepala ke muka.
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerahleher bagian
muka.
Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadilurus.
Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dadasampai
turun ke perut, kemudian dilepas.
3. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
4. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisitegang dan relaks
Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut
1. Tarik dengan kuat perut ke dalam.
2. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskanbebas.
3. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
keteganganpindah ke otot betis.
Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas. Ulangi setiap gerakan
masing-masing dua kali.
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: NuhaMedika

Gemilang, J. (2013). Buku Pintar Manajemen stres dan Emosi. YogyakartaMantra Books

Hawari, D. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUIHerodes, R.


(2010). Anxiety and Depression in Patient.

Isaacs, A. (2005). Panduan belajar: keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik.Jakarta: EGC

Kaplan & Sadock. (2007). Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis.(Jilid 1).
Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Perry, Patricia A., & Potter, Anne Griffin.(2005). Fundamental Keperawatanbuku I edisi
7.Jakarta : Salemba Medika

Ramdani, H. (2012). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadapPenurunan


TekananDarah Klien Hipertensi Primer di Kota Malang.

Setyoadi, K. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta :
Salemba Medika

Stuart, G.W & Laraia, M.T (2005).Principles and practice of psychiatric nursing.(7th
edition). St Louis: Mosby

Stuart, G. W. (2006). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC

Suliswati., Payopo, Tijie, Anita., Maruhawa, Jeremia., Sianturi, Yenny.,

Sumijatun.(2005). Konsep dasar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC

Sustrani, L., Alam, S., Hadibroto, I. (2004). Hipertensi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Anggota IKAPI

Townsend, C.M. (2005). Essentials of psychiatric mental health nursing. (3th Ed.).
Philadelphia: F.A. Davis CompanyVidebeck, S.,L. (2006). Psychiatric mental health
nursing.(3rdedition).

Anda mungkin juga menyukai