Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

TERAPI KOGNITIF : SENAM OTAK


PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
NIRWANA PURI SAMARINDA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK VIII

1. Muhammad Ali Purnomo A 9. Andi Khamisrah

2. A’isyah Riski F 10. Nurhayati

3. Mega Surya O 11. Nahdya Rahma

4. Siti Haliza 12. Nurhasanah

5. Janet Berlian M 13. Binti Nasiroh

6. Septri Noor Diana 14. Aprilliani Salamatussa’diyah

7. Selly Nur Khotimah 15. Eko Mahdiyanto

8. Phenty

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2023
A. LATAR BELAKANG

Lansia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Proses menjadi lansia merupakan proses alamiah yang dapat terjadi pada setiap
orang. Dimana keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.
Aspek yang juga mengalami penurunan secara degenerative adalah fungsi kognitif
(kecerdasan/pikiran). Salah satu contoh gangguan degeratif kognitif pada lansia adalah
demensia.
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari
(Brocklehurst and Allen, 1987 dalam Boedhi-Darmojo, 2009). Pada lansia dengan
demensia penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan,
dimana terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian, sehingga terkadang terjadi
gangguan terhadap bio-psiko-sosial-spritual pada lansia.
Menurut data dari kementrian kesehatan RI pada bulletin lansia tahun 2013 data
lansia di Indonesia mengalami peningkatan 7,59% pada tahun 2011 dengan usia harapan
hidup rata-rata 69,5 tahun. Situasi global pada saat ini di antaranya adalah setengah
jumlah lansia di dunia (400 juta jiwa) berada di Asia, Pertumbuhan lansia pada negara
sedang berkembang lebih tinggi dari negara yang sudah berkembang. Masalah terbesar
lansia adalah penyakit degenerative. Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia
penderita penyakit degeneratif tidak dapat beraktifitas (tinggal di rumah).
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas diguanakan sebagai terapi dan kelompok diguanakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan
dan menjadi laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku yang maladaptif.
Di Samarinda terdapat panti werdha yang bernama Panti Sosial Tresn Werdha
Nirwana Puri. Di tempat tersebut, terdapat berbagai banyak wisma yang ditinggali oleh
lansia dengan kondisi kesehatan yang berbeda – beda. Dalam kesehariannya, sebagian
besar waktu lansia dihabiskan dengan melakukan kegiatan yang tesedia di Panti Sosial
Werdha dan ada sebagian yang hanya didalam kamar saja. Di panti werdha terdapat
sarana hiburannya terbatas tetapi setiap hari selalu ada kegiatan yang diadakan sehingga
lansia bisa melakukan kegiatan yang ingindilakukan lansia.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukannya Terapi kognitif senam otak diharapakan dapat
mempertahankan daya ingat dan konsentrasi lansia.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi kognitif senam otak selama 30 menit diharapkan audiens
dapat :
a. Mengetahui pengertian senam otak
b. Mengetahui manfaat senam otak
c. Mampu melakukan senam otak

C. MANFAAT KEGIATAN
1. Memperlambat kepikunan.
2. Menghilangkan stres.
3. Meningkatkan konsentrasi.
4. Membuat emosi lebih tenang.

D. SASARAN STRATEGIS
1. Lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda
2. Lansia yang mampu melakukan aktivitas fisik
3. Lansia yang kooperatif

E. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Hari/ Tanggal : Rabu, 01 Februari 2022
Waktu : pukul 09.00 – 09.30 WITA
Tempat : Aula Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri
Samarinda

F. METODE
Demonstrasi / role play
G. MEDIA
Sound system
H. SUSUNAN PELAKSANA
Leader : Nahdya Rahma
Co-Leader : Selly Nur Khotimah
Fasilitator : 1. A’isyah Riski Fitria
2. Siti Haliza
3. Janet Berlian Maharani
4. Phenty
5. Andi Khamisrah
6. Nurhayati
7. Nurhasanah
8. Binti Nasiroh
9. Aprilliani Salamatussa’diyah
10. Eko Mahdiyanto
Observer : Septri Noor Diana
Dokumenter : 1. Muhammad Ali Purnomo Aji
2. Mega Surya Oktaviani

I. SETTING TEMPAT

Keterangan:

: Leader dan Co – Leader

: Lansia

: Fasilitator

: Observer

: Dokumentator
J. STRATEGI PELAKSANAAN

Strategi
NO. Uraian Kegiatan Waktu PJ
Pelaksanaan
1. Fase Orientasi Pada saat ini leader dan co-leader melakukan: 5 menit Leader
a. Memberi salam terapeutik: salam mulai
dari perkenalan nama dan panggilan nama
b. Evaluasi/ Validasi: Menanyakan perasaan
lansia saat ini dan menanyakan tentang
sejak kapan mulai tinggal di Panti Werdha.
c. Kontrak:
1) Menjelaskan tujuan kegitan
2) Menjelaskan aturan main
- Jika ada lansia yang meninggalkan
kelompok, harus meminta izin
kepada fasilitator
- Lama kegiatan 30 menit
- Setiap lansia mengikuti kegiatan dari
awal hingga akhir
- Jika lansia merasa kurang jelas
dengan penjelasan leader, maka
dapat bertanya dengan mengunjuk
tangan terlebih dahulu
- Lansia hadir ditempat 5 menit
sebelum kegiatan dimulai
2. Fase Kerja 1. Mendemonstraikan senam ota kepada 20 menit Fasilitator
lansia Co - Leader
2. Memberikan kesempatan kepada lansia
untuk mencoba kembali sendiri
3. Mengulang kembali senam otak secara
bersama – sama
4. Melakukan senam otak bersama
mahasiswa/I dengan menggunakan musik
3. Fase 1. Evaluasi 5 menit Fasilitator
Terminasi a. Mahasiswa/I menanyakan perasaan Leader
lansia setelah mengikuti kegiatan Co – Leader
b. Memberikan pujian atas keberhasilan Observer
lansia dalam mengikuti kegiatan
c. Rencana tindak lanjut: Meminta lansia
dan petugas untuk mengulang hal yang
telah dipelajari secara mandiri
d. Rencana yang akan dating: Leader
mengakhiri kegiatan dan mengingatkan
kepada lansia untuk melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan di panti
werdha
2. Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK


berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dinilai dan di evaluasi adalah
kemampuan lansia sesuai dengan tujuan
TAK.

K. Evaluasi
1. Audiens dapat mengenal senam otak
2. Audiens dapat mengenal manfaat senam otak
3. Audiens mampu melakukan senam otak
MATERI SENAM OTAK

A. DEFINISI
Senam merupakan salah satu tindakan yang jarang sekali dilakukan para lansia,banyak
lansia yang mengeluh badannya capek dan pegal itu semua dikarenakan kurangnya
pergerakan otot-otot. Kebanyakan lansia tidak mau melakukan senam karena capek,males
dan lain-lain, maka dari itu kita sebagai perawat harus bisa mengajak para lansia untuk
melakukansenam,salahsatunyayaitusenamotak.
Senam otak adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu
dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas); meringankan atau
merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan); merangsang
sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (limbis) serta otak
besar (dimensi pemusatan).

B. MANFAAT
1. Memperlambat kepikunan,
2. Menghilangkan stres,
3. Meningkatkan konsentrasi,
4. Membuat emosi lebih tenang.
Dengan diadakan senam otak kita bisa mengetahui gerakan tubuh sederhana yang
digunakan untuk merangsang otak kiri dan kanan, merangsang system yang terkait
dengan emosional serta relaksasi otak bagian belakang ataupun depan, itu bermanfaat
bagi otak kita. Jadi senam otak sangat berfungsi bagi para lansia maupun yang belum
lansia. Senam otak tidak menyembuhkan suatu penyakit tetapi dengan rutin melakukan
senam otak, sel-sel tubuh akan bekerja optimal, sehingga dapat mencegah datangnya
penyakit.

C. GERAKAN DASAR

1. Laterasi (Keseimbangan Kanan dan Kiri)


Dimensi laterasi adalah keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Manusia
terbagi dalam dua belahan yakni belahan kanan dan kiri, dan sifat inilah seseorang
dominan menggunakan salah satunya. Menggunakan belahan kanan atau kiri,
misalnya menulis dengan tangan kanan atau kiri (Denisson, 2009).
Teknik pelaksanaan gerakkan:
a. Jari telunjung tangan kanan dan kiri mengacung kedepan
b. Tangan kanan berputar membentuk bulat
c. Sedangkan tangan kiri membentuk persegi atau kotak
d. Semakin cepat dan bisa bergantian tugas antara tangan kanan dan kiri
Fungsi:
a. Kesadaran otak kanan dan kiri
b. Koordinasi otak kanan dan kiri lebih baik
c. Memperbaiki keterampilan diri dalam bergerak dan berolahraga

Gambar 3.1
Laterasi Sisi (Two Different Movements)

2. Pemusatan
Dimensi pemusatan adalah kemampuan untuk menyebrangkan garis pisah atas
dan bawah tubuh, mengaitkan bagian dan bawah otak, bagian tengah otak sistem
limbis yang berhubungan dengan informasi emosional serta otak besar untuk dapat
berfikir abstrak (Denisson, 2009).
Teknik pelaksanaan gerak:
a. Tempel lima jari didepan dada
b. Kemudian putar jari – jari yang berhadapan bergantian
c. Dimulai dari ibu jari hingga jari kelingking
Fungsi:
a. Kesiagaan mental (Mengurangi kelelahan mental)
b. Perasaan tenang dan nyaman
c. Meningkatkan energi dalam tubuh

Gambar 3. 2
Tombol Imbang (Balance Buttons)
3. Fokus
Dimensi pemfokusan adalah kemampuan untuk menyebrangkan garis tengah
partisipasi yang bisa memisahkan bagian belakang tubuh serta bagian depan otak dan
bagian belakang otak (Denisson, 2009).
Teknik pelaksanaan gerak:
a. Rentangkan tangan kedepan
b. Ibu jari menunjuk
c. Kemudian jari kelingking pun menunjuk
d. Begitupun bergantian antara tangan kanan dan kiri
Fungsi:
a. Keseimbangan lebih baik
b. Energi pada jari akan meningkat
c. Meningkatkan fokus dan konsentrasi
DAFTAR PUSTAKA

(Buku : Brain Gym,Paul E. Dennison PhD,Gail E. Dennison, Penerbit PT. Grasindo )

Constatinides. (2006). Teori proses menua, dalam R. Boedi-Darmojo (Penyuting),


Geriatri,Balaipenerbit FKUI : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai