Oleh
Kelompok 13:
1. PENDAHULUAN
Terapi okupasi adalah bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat atau pasien yang
mengalami gangguan fisik dan atau mental dengan menggunakan latihan/aktivitas
mengerjakan sasaran yang terseleksi. Tujuan utama dari terapi okupasi adalah memungkinkan
individu untuk berperan serta dalam aktivitas keseharian. Okupasi terapis mencapai tujuan ini
melalui kerja sama dengan kelompok dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan
mereka untuk terlibat dalam aktivitas yang mereka inginkan dan yang diharapkan (Nugroho,
2008).
Saat ini diseluruh dunia jumlah lansia diperkirakan ada 500 juta dengan rata-rata usia 60
tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Diindonesian jumlah
lansia mengalami peningkatan dari tahun 2000 sebanyak 15.262.199 jiwa dengan presentase
(7,28%), tahun 2005 menjadi 17.767.709 jiwa dengan presentase 7,97%. Dan pada tahun 2010
meningkat juga menjadi 19.936.895 jiwa dengan presentase 8,48%(Padila, 2010).
Peningkatan jumlah penduduk lansia ini sebagai konsekuensi dari peningkatan usia
harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia ini merupakan indikasi
berhasilnya pembangunan jangka Panjang salah satu diantaranya yaitu bertambah baiknya
keadaan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Dengan bertambahnya umur rata-rata ataupun
harapan hidup. Pada waktu lahir karena berkurangnya angka kematian kasar maka presentasi
golongan tua akan bertambah dengan segala masalah yang menyertainya (Kemenkes, 2017).
Menurut salah satu penelitian paa tahun 2018, salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi
kognitif lansia adalah dengan menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi merupakan suatu
bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian
secara manual, kreatif dan edukasional untuk penyesuaian diri dengan lingkungan dan
meningkatkan derajat kesehatan fisik mentak pasien. Terapi okupasi bertujuan
mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan atau mengupayakan
kompensasi/adaptasi untuk aktifitas sehari-hari, produktivitas dan luang waktu melalui
pelatihan, remediasi,stimulasi dan fasilitasi. Terapi okupasi meningkatkan kemampuan
individu untuk terlibat dalam bidang kinerja, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan
instrument hidup sehari-hari (Azizah, 2011).
Berdasarkan jumlah pasien yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Wanasraya yaitu
sebanyak 38 orang didapatkan 50 % mempunyai masalah utama penurunan fungsi kognitif
dari fenomena tersebut kelompok tertarik melakukan terapi aktivitas kelompok dengan terapi
okupasi membuat gelang. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang
komprehensif meliputi kesehatan psikis dan fisik sangat diperlukan untuk membantu klien
dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat yang merawat lansia di Panti Werda
membutuhkan dukungan dari banyak aspek sehingga kesejahteraan klien dapat tercapai. Salah
satu tujuan perawat dalam merawat klien yaitu dengan melatih klien untuk mandiri dan
mampu berinteraksi dengan orang lain. Terapi okupasi ini berfokus untuk meningkatkan
kemampuan aktivitas individu.
1.2 Sasaran
1. Peserta
Lansia yang tinggal di Panti Werda Wana Seraya dengan Kriteria hasil :
a. Mampu mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
c. Lansia yang kooperatif
2. Jumlah
Jumlah lansia 5 orang
1.3 Tujuan
Setelah mengikuti aktivias kelompok diharapkan lansia dapat merasa senang serta
terhindar dari stress dan rasa jenuh. Serta lansia memliki kegiatan yang bermanfaat dan positif
untuk dirinya dan lansia lainnya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Metode
1. Demonstrasi
2. Ceramah
1. Alat
a) Gunting
2. Bahan
a. Benang
b. Manik-manik
1.6 Setting Tempat
Keterangan :
: Leader
: Co-leader
: Observer
: Fasilitator
: Klien
Keterangan Tugas
1. Leader
a. Membuka acara terapi aktivitas kelompok
b. Menutup acara terapi aktivitas kelompok
2. Co Leader
a. Mengarahkan jalannya acara terapi aktivitas kelompok
3. Fasilitator
a. Membimbing lansia membuat kerajina
b. Memotivasi lansia membuat kerajinan
c. Memperhatikan respon lansia
4. Observer
a. Mengawasi jalannya terapi aktivitas
b. Mencatat proseskegiatan dari awal sampai akhir terapi aktivitas
c. Menyusun laporan dan menilai jalannya terapi aktivitas kelompok
5. Leader
c. Membuka acara terapi aktivitas kelompok
d. Menutup acara terapi aktivita kelompok
6. Co Leader
b. Mengarahkan jalannya acara terapi aktivitas bermain
7. Fasilitator
d. Membimbing lansia membuat kerajina
e. Memotivasi lansia membuat kerajinan
f. Memperhatikan respon lansia
8. Observer
d. Mengawasi jalannya terapi aktivitas
e. Mencatat proseskegiatan dari awal sampai akhir terapi aktivitas
f. Menyusun laporan dan menilai jalannya terapi aktivitas kelompok
1. TERAPI OKUPASI
1.1 Pengertian Terapi Okupasi
Terapi adalah satu proses atau perlakuan pengobatan yang ditunjukkan kepada
penyembuhan satu kondisi patologis. Melakukan pengobatan atau membantu klien untuk
membebaskan diri terhadap keadaan yang tidak normal menjadi ke keadaan normal
kembali sebagai peggantinya (Nasir,2010)
Terapi okupasi adalah satu proses atau perlakuan pengobatan yang ditunjukkan
kepada penyembuhan satu kondisi patologis. Terapi okupasi bentuk terapi non-
farmakologis yang dilakukan untuk memperbaiki dan menjaga kondisi kejiwaan pasien
agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan
harapan klien dapat terus bekerja dan berhubungan baik dengan keluarga, teman dan sistem
pendukung yang ada (Nasir, et. al., 2011).
1.2 Tujuan Terapi okupasi
Tujuan terapi okupasi secara umum menurut Astati (2013) adalah mengembalikan
fungsi fisik, mental, sosial dan emosi dengan mengembangkannya seoptimal mungkin serta
memelihara fungsi yang masih
Setelah tali siap masukan manik-manik ke tali. Susun warna dan ukuran manik-manik
sesuai keinginan
Setelah manik-manik tersusun di benang. Ikat ujung benang yang satu denga yang lain.
Ikat sekencang-kencangnya agar manik-manik tidak lepas
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi Proses
a. Leader membantu tetapi aktivitas kelompok dari awal hingga akhir kegiatan
d. Lansia mau dan dapat membuat kerajinan dengan baik didampingi oleh fasilitator
f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan terapi aktivitas kelompok dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan
d. Lansia ikut berpartisipasi aktif dalam terapi aktivitas kelompok dan dapat
A. Simpulan
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang
untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi okupasi suatu bentuk terapi non
farmakologis yang dilakukan untuk memperbaiiki dan menjaga kondisi kejiwaan klien agar
mampu bertahan dan bersosialisaisi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien
dapat terus bekeraja dan berhubungan dengan keluarga, teman, dan system pendukung yang ada.
B. Saran
Demikian proposal terapi aktivitas kelompok yang kami susun, semoga dengan kegiatan
yang kami buat ini lansia mkenjadi semakin merasa nyaman dan bisa berinteraksi dan
bersosialisasi dengan yang lain dan bermanfaat bagi kita semua.
Daftar Pustaka
Adil, J,2016. Penerapan Terapi Okupasi Aktifitas Menggambar Terhadap Tingkat Depresi Pada
Lansia di UPT Panti social Tresna Werdha Mulia Dharma kabupaten kubu raya skripsi.
Universitas Tanjung Pura
Astati,2013. Terapi Okupasi Bermain dan Musik untuk Anak Tunaghrita. Bandung: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Ponto,L.D.2015. Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi Terhadap Penurunan Stress Pada Lansia
di Panti Werdha Dumai Ranomant Manado. Jurnal Keperawatan. Vol.4. No.2