Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dewasa ini gangguan jiwa telah menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan
sangat memprihatinkan. Gangguan jiwa merupakan suatu sindrom penyakit klinis yang
paling membingungkan dan melumpuhkan. Sampai saat ini, gangguan jiwa atau skizofrenia
masih menjadi kasus yang paling sering dijumpai di beberapa rumah sakit jiwa. Commented [sm1]: sumber

Menurut data WHO (2016) prevalensi penderita skizofrenia yaitu 21 juta terkena
skizofrenia (World Health Organization, 2016). Prevalensi isolasi sosial menurut London
Borough of Havering 2014 mengatakan sekitar 46.200 jiwa mengalami gangguan isolasi
sosial (London Borough of Havering, 2014). Angka prevalensi skizofrenia di Indonesia 25
tahun yang lalu sebanyak 1% dari 1000 penduduk dan akan diperkirakan 25 tahun (2034)
mendatang akan mencapai 3% dari 1000 penduduk mungkin akan mengalami skizofrenia
(Hawari, 2013). Hasil dari Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas tahun 2013 prevalensi
penyakit gangguan jiwa berat atau skizofrenia di Indonesia sudah mencapai 0,3% sampai
dengan 1% dan biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga 7 yang usia
11-12 tahun sudah menderita skizofrenia. Daerah paling banyak pasien gangguan jiwa di
Indonesia adalah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Aceh yang mencapai 0,27%. Bali sendiri
berada di urutan ke empat dengan prevalensi skizofrenia sebesar 0,23% dan pravelensi
terendah adalah Kalimantan Barat 0,7% (Riskesdas Bali, 2013). Kasus skizofrenia di Bali Commented [sm2]: ganti dengan data terbaruriskesdas 2018

berdasarkan Rekam Medik Bidang Perawatan RSJ Provinsi Bali Bangli (2017) jumlah pasien
skizofrenia pada 2015 sebanyak 5981 orang, 2016 sebanyak 5747 orang, 2017 sebanyak 5302
orang .Daerah di Bali yang terbanyak menderita Skizofrenia ada di daerah Bangli sedangkan
penderita terendah yaitu di daerah Denpasar dan Buleleng (Riskesdas Bali, 2013). Commented [sm3]: ganti dengan data terbaru riskesdas 2018

Salah satu masalah gangguan jiwa terbesar kedua yaitu perilaku kekerasan. Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut
gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stessor dengan
gerakan motorikyang tidak terkontrol, jika menemukan kasus ini masyarakat kebanyakan
mempasung pasien dan menjauhkan dari dunia luar. Masyarakat di era globalisasi ini, masih
belum mengerti apa dan bagaimana penanganan yang baik untuk pasien yang memiliki resiko
perilaku kekerasan. (Damaiyanti dan iskandar.2014 ; Wardani.2015).

1
Prevalensi klien perilaku kekerasan diseluruh dunia di derita kira-kira 24 juta orang.
Lebih dari 50 % klien perilaku kekerasan tidak mendapatkan penanganan. Di Amerika
Serikat terdapat 300 ribu pasien skizofrenia akibat perilaku kekerasan yang mengalami
episode akut setiap tahun. Menurut penelitian di Finlandia di University of Helsinki dan
University Helsinki Central Hospital Psychiatry Centre, dari 32% penderita Skizofrenia
melakukan tindakan kekerasan, dan 16% dari perilaku kekerasan pada klien mengakibatkan
kematian, dari 1.210 klien (Virkkunen, 2009). Dan menurut data Departemen Kesehatan Commented [sm4]: hilangkan

Republik Indonesia tahun 2010, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5
juta yang terdiri dari pasien perilaku kekerasan. Diperkirakan sekitar 60% menderita perilaku
kekerasan di Indonesia. Berdasarkan Data Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali tahun 2015 di
dapatkan data pasien yang mengalami resiko perilaku kekerasan 599 orang (Wirnata, 2015). Commented [sm5]: data terbaru

Akibat perilaku kerasan bisa melukai atau mencederai diri sendiri atau orang lain,
bahkan akan menimbulkan kematian yang dilakukan oleh perilakunya dan sebagai kondisi
yang dapat terjadi karena perasaan marah, cemas, tegang, bersalah, frustasi dan permusuhan .
berdasarkan respon tersebut bahwa pasien perilaku kekerasan memiliki respon yang sangat
spesifik apabila perilaku kekerasannya kambuh (Stuart, 2013).
Upaya yang bisa dilakukan untuk gangguan jiwa pada klien dengan resiko perilaku
kekerasan adalah dengan melakukan Assertives training. Assertives training adalah suatu
terapi modalitas keperawatan dalam bentuk terapi tingkah laku, klien belajar mengungkapkan
perasaan marah secara tepat atau asertif sehingga mampu berhubungan dengan orang lain,
mampu menyatakan : apa yang diinginkan, apa yang disukai, apa yang ingin dikerjakan, dan
kemampuan untuk membuat seseorang merasa tidak risih berbicara tentang dirinya sendiri.
Selain itu upaya yang dilakukan untuk mengatasi perilaku kekerasan adalah dengan
pemberian psikofarmaka, psikoterapi dan modifikasi lingkungan. Solusi yang banyak
ditemukan dan dianjurkan untuk mengatasi resiko perilaku kekerasan yaitu menggunakan
terapi psikoedukasi. Terapi psikoedukasi membahas masalah pribadi dan masalah dalam
merawat anggota keluarga dengan perilaku kekerasan, cara perawatan, manajemen stres
keluarga, manajemen beban keluarga serta pemberdayaan komunitas dalam membantu
keluarga. (Rahman.2017 ; Edo.2016)
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada pasien Ny.T dengan diagnosa
perilaku kekerasan didapatkan data……….. (lanjutkan DS dan DO saat pengkajian)

2
Berdasarkan uraian masalah diatas, penyusun tertarik untuk menyelesaikan Kasus
Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. T dengan perilaku kekerasan di Ruangan Sri Kresn
RSJ Provinsi Bangli .

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien Ny.T dengan Perilaku

Kekerasan di Ruang Sri Kresna RSJ Provinsi Bangli Pada Tanggal

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menggambarkan asuhan keperawatan

pada pasien Ny. T dengan Perilaku Kekerasan di Ruang Sri Kresna RSJ Provinsi Bangli pada

Tanggal

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian pada Ny. T dengan Perilaku Kekerasan di Ruang Sri

Kresna RSJ Provinsi Bangli

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien Ny. T dengan Perilaku

Kekerasan di Ruang Sri Kresna RSJ Provinsi Bangli

c. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien Ny. T dengan Perilaku Kekerasan di

Ruang Sri Kresna RSJ Provinsi Bangli

d. Melaksanakan implementasi keperawatana pada pasien Ny. T dengan Perilaku

Kekerasan di Ruang Sri Kresna RSJ Provinsi Bangli

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien Ny. T dengan Perilaku Kekerasan di

Ruang Sri Kresna RSJ Provinsi Bangli

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Manfaat Teoritis

3
Karya tulis ini dapat dijadikan dasar teori dalam proses pembelajaran dan

untuk menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku

kekerasan

1.4.2 Manfaat Praktis

Karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pemberian asuhan

keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan.

Rapikan penulisan

Anda mungkin juga menyukai