Disusun Oleh :
AMALIA ROSIDA (P07220117042)
FARY MISDINOOR A (P07220117048)
JESSYCA DUMANAUW (P07220117055)
NOVIA KARTIKA (P07220117063)
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah yang membahas
tentang “Mekanisme Adaptasi Sel” ini selesai tepat pada waktunya. Makalah ini
tidak luput dari kesalahan. Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan
makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki
kesalahan yang ada. Dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Kelompok 3,
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1.) Apa yang dimaksud dengan jejas sel?
2.) Bagaimana proses jejas sel?
3.) Bagaimana perubahan kerusakan sel saat beradaptasi?
4.) Bagaimana mekanisme kerusakan sel karena oksigen?
5.) Bagaimana mekanisme kerusakan sel karena radiasi?
6.) Bagaimana mekanisme kerusakan sel karena radiasi bebas?
7.) Bagaimana mekanisme kerusakan sel karena mikoorganisme?
8.) Bagaimana adaptasi sel?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
struktur elastis yg sangat tipis, penyaring selektif zat-zat tertentu,
memberi bentuk sel tetapi melekatkannya pada sel lain. Bahkan yang
lebih penting membran sel bekerja sebagai pintu gerbang dari dan ke
sel, memungkinkan hanya zat-zat tertentu saja lewat pada kedua
jurusan dan bahkan secara aktif mengangkut beberapa zat secara
selektif.
2. Membran inti, merupakan dua membran yang saling mengelilingi.
Pada
kedua membrane yg bersatu merupakan tempat yang permeabel
sehingga hampir semua zat yg larut dapat bergerak antara cairan inti
dan sitoplasma.
3. Retikulum endoplasma, tdd
- RE granular yang pd permukaannya melekat ribosom yg terutama
mengandung RNA yg berfungsi dalam mensintesa protein.
- RE agranular, tidak ada ribosom. Berfungsi untuk sintesa lipid dan
enzimatik sel.
4. Komplek golgi.
Berhubungan dgn RE berfungsi memproses senyawa yg ditransfer RE
kemudian disekresikan.
5. Sitoplasma, yaitu suatu medium cair banyak mengandung struktur
organel sel yang terutama terdiri atas protein yang terlarut dalam
cairan tersebut, elektrolit-elektrolit, glukosa, dan sedikit fosfolipid,
kolesterol dan ester asam lemak. Juga mengandung banyak
mikrofilamen yang terdiri atas protein fibrilar, sehingga terbentuklah
bahan yang agak padat yang menyokong membrane sel.
6. Mitokondria, adalah organel yg disediakan untuk produksi energi
dalam sel. Merupakan sumber tenaga dari sel karena dioksidasi
berbagai zat makanan untuk menghasilkan tenaga pengerak bagi
kegiatan-kegiatan lain dari sel, termasuk untuk katabolisme /
pernafasan sel. Tanpa mitokondria maka sel-sel tidak mampu
7
menyadap jumlah energy dari makanan dan oksigen, dan akibatnya
fungsi-fungsi yang penting dari sel akan berhenti.
7. Lisosom, adalah bungkusan enzim pencernaan yg terikat membrane.
Dan merupakan organ pencernaan sel.
8. Sentriol, merupakan struktur silindris kecil yg berperan penting pada
pembelahan sel.
9. Inti, adalah pusat pengawasan atau pengaturan sel. Mengandung DNA
yg disebut gen.
10. Nukleoli, merupakan struktur protein sederhana mengandung banyak
sekali RNA. Jumlah dapat satu atau lebih.
8
kembali ke keadaan semula dan sel itu akan mati. Cedera menyebabkan
hilangnya pengaturan volume pada bagian-bagian sel.
b) Faktor fisik
- Trauma
Trauma mekanik dapat menyebabkan sedikit pergeseran tapi nyata,
pada organisasi organel intrasel atau pada keadaa lain yang
ekstrem, dapat merusak sel secara keseluruhan.
- Suhu rendah
Suhu rendah mengakibatkan vasokontriksi dan mengacaukan
perbekalan darah untuk sel. Jejas pada pengaturan vasomotor dapat
disertai vasodilatasi, bendungan aliran darah dan kadang-kadang
9
pembekuan intravaskular. Bila suhu menjadi cukup rendah aliran
intrasel akan mengalami kristalisasi.
- Suhu Tinggi
Suhu tinggi yag merusak dapat membakar jaringan, tetapi
jauh sebelum titik bakar ini dicapai, suhu yang meningkat
berakibat jejas dengan akibat hipermetabolisme. Hipermetabolisme
menyebabkan penimbunan asam metabolit yang merendahkan pH
sel sehingga mencapai tingkat bahaya.
- Radiasi
Kontak dengan radiasi secara fantastis dapat menyebabkan
jejas, baik akibat ionisasi langsung senyawa kimia yang dikandung
dalam sel maupun karena ionisasi air sel yang menghasilkan
radikal “panas” bebas yang secara sekunder bereaksi dengan
komponen intrasel. Tenaga radiasi juga menyebabkan berbagai
mutasi yang dapat menjejas atau membunuh sel.
- Tenaga Listrik
Tenaga listrik memancarkan panas bila melewati tubuh dan
oleh karena itu dapat menyebabkan luka bakar dan dapat
mengganggu jalur konduksi saraf dan berakibat kematian karena
aritmi jantung.
10
dampak utama pada alat-alat tubuh ini. Bahan kimia dan obat-
obatan lain yang dapat menyebabkan jejas sel :
1) Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol).
2) Bahan bukan obat misalnya, timbale dan alkohol.
11
2. Mekanisme Perubahan Kerusakan Sel
Sel dapat mengalami kerusakan ataupun kematian yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor penyebab kerusakan sel
dapat berupa faktor ektrinsik (faktor-faktor yang terdapat di luar individu)
dan faktor intrinsik (faktor-faktor yang terdapat di dalam individu).
Kerusakan atau kematian sel akibat faktor ektrinsik dapat berupa trauma
fisik, toksin, abnormalitas ketidakseimbangan nutrisi, infeksi oleh virus,
bakteri, jamur dan parasit. Faktor intrinsik yang dapat menyebabkan
kerusakan atau kematian sel diantaranya yaitu mutasi gen secara spontan
dan disfungsi immunologi. Salah satu faktor yang paling sering
mengakibatkan kerusakan sel yaitu defisiensi oksigen atau zat gizi penting
lainnya. Sel bergantung pada suplai oksigen yang kontinu, karena oksigen
merupakan energi pada reaksi-reaksi kimia oksidatif yang mengerakkan
mesin sel dan mempertahankan integritas berbagai komponen sel. Oleh
karena itu, tanpa oksigen berbagai aktivitas pemeliharaan dan penyintesis
sel berhenti dengan cepat. Mekanisme umum yang terjadi akibat dari
kerusakan sel melibatkan deplesi (penipisan) ATP (sering disebabkan oleh
hipoksia), kerusakan membran (disebabkan oleh banyak faktor diantaranya
radikal bebas), gangguan metabolisme sel dan kerusakan genetik.
12
Sumber: McGavin dan Zachary 2007
Gambar 1 Tempat kerusakan selular dan biokimia pada sel yang cidera
13
meningkatkan kekuatan dengan pembesaran (hipertrofi). Melalui
mekanisme ini sel-sel otot jantung pada individu yang mengalami tekanan
darah tinggi mengalami pembesaran untuk menanggulangi tekanan
memompa pada saat menghadapi tahanan yang meningkat. Contoh lainnya
yaitu barbiturat dan zat-zat tertentu lainnya biasanya dimetabolisme di
dalam sel-sel hati di bawah pengaruh sistem enzim yang ditemukan di
dalam sel ini (dalam kaitannya dengan retikulum endoplasma). Individu
yang mengkonsumsi barbiturat sering mengalami peningkatan mencolok
jumlah retikulum endoplasma di dalam sel hati, yang berkaitan dengan
peningkatan kandungan enzim dalam sel hati dan peningkatan kemampuan
untuk memetabolisme barbiturat.
14
yaitu terjadi kerusakan membran plasma, kalsium masuk ke dalam sel,
pembengkakan mitokondria dan vakuolisasi, pengendapan kalsium di
dalam mitokondria serta pembengkakan lisosom.
Sel yang normal dan perubahan pada sel yang mengalami kerusakan
sementara dan permanen
15
karena berkurangnya kemampuan pengangkutan oksigen darah, seperti
pada anemia atau keracunan CO. Iskemia adalah terhentinya suplai darah
dalam jaringan, akibat gangguan aliran darah arteri atau berkurangnya
drainase vena. Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat:
1. Tahap Fisik
Tahap Fisik berupa absorbsi energi radiasi pengion yang
menyebabkan terjadinya eksitasi dan ionisasi pada molekul atau atom
penyusun bahan biologi. Proses ini berlangsung sangat singkat dalam orde
10-16 detik. Karena sel sebagian besar (70%) tersusun atas air, maka
ionisasi awal yang terjadi di dalam sel adalah terurainya molekul air
menjadi ion positif H2O+ dan e–sebagai ion negatif. Proses ionisasi ini
dapat ditulis dengan :
2. Tahap Fisikokimia
Tahap fisikokimia dimana atom atau molekul yang tereksitasi atau
terionisasi mengalami reaksi-reaksi sehingga terbentuk radikal bebas yang
16
tidak stabil. Tahap ini berlangsung dalam orde 10-6 detik. Karena sebagian
besar tubuh manusia tersusun atas air, maka peranan air sangat besar
dalam menentukan hasil akhir dalam tahap fisikokimia ini. Efek langsung
radiasi pada molekul atau atom penyusun tubuh selain air hanya
memberikan sumbangan yang kecil bagi akibat biologi akhir dibandingkan
dengan efek tak langsungnya melalui media air tersebut. Ion-ion yang
terbentuk pada tahap pertama interaksi akan beraksi dengan molekul air
lainnya sehingga menghasilkan beberapa macam produk , diantaranya
radikal bebas yang sangat reaktif dan toksik melalui radiolisis air, yaitu
OH– dan H+. Reaksi kimia yang terjadi dalam tahap kedua interaksi ini
adalah:
17
molekul enzim sehingga fungsi enzim terganggu. Kromosom dan molekul
DNA di dalamnya juga dapat dipengaruhi oleh radikal bebas dan
peroksida sehingga terjadi mutasi genetik.
4. Tahap Biologis
Tahap biologis yang ditandai dengan terjadinya tanggapan biologis
yang bervariasi bergantung pada molekul penting mana yang bereaksi
dengan radikal bebas dan peroksida yang terjadi pada tahap ketiga. Proses
ini berlangsung dalam orde beberapa puluh menit hingga beberapa puluh
tahun, bergantung pada tingkat kerusakan sel yang terjadi. Beberapa akibat
dapat muncul karena kerusakan sel, seperti kematian sel secara langsung,
pembelahan sel terhambat atau tertunda serta terjadinya perubahan
permanen pada sel anak setelah sel induknya membelah. Kerusakan yang
terjadi dapat meluas dari skala seluler ke jaringan, organ dan dapat pula
menyebabkan kematian.
Dilihat dari interaksi biologi tadi di atas, maka secara biologis efek radiasi
dapat dibedakan atas :
a) Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic.
Sel genetic adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada
laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada
dalam tubuh.
Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas :
• Efek Genetik (non-somatik) atau efek pewarisan adalah
efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang
terkena paparan radiasi.
• Efek Somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh
individu yang terpapar radiasi. Waktu yang dibutuhkan
sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi
sehingga dapat dibedakan atas :
18
o Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah
dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah
individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya
rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan
penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat
dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.
o Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul
setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar
radiasi, seperti katarak dan kanker.
b) Berdasarkan dosis radiasi
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi
radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek stokastik dan efek
deterministic (non-stokastik).
19
baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul
efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik
maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama,
ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik
lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau
kanker.
Maka dari itu dapat disimpulkan ciri-ciri efek stokastik a.l :
• Tidak mengenal dosis ambang
• Timbul setelah melalui masa tenang yang lama
• Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi
• Tidak ada penyembuhan spontan
• Efek ini meliputi : kanker, leukemia (efek somatik), dan penyakit
keturunan (efek genetik).
20
• Adanya penyembuhan spontan (tergantung keparahan)
• Tingkat keparahan tergantung terhadap dosis radiasi
• Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak (efek
somatik)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Efek Genetik
merupakan efek stokastik, sedangkan Efek Somatik dapat berupa stokastik
maupun deterministik (non-stokastik).
21
Dampak Buruk Radikal Bebas Bagi Tubuh
Tidak hanya dapat menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan
tubuh, radikal bebas juga memiliki dampak buruk bagi tubuh lain. Berikut
saya akan jelaskan dampak buruk apa saja yang mampu diakibatkan oleh
radikal bebas bagi tubuh kita :
1. Mampu Menyebabkan Penuaan Dini
Radikal bebas yang berpasangan dengan elektron tubuh, terutama pada kulit
akan mengakibatkan proses penuaan kulit lebih cepat. Kulit akan terlihat
lebih kusam, lebih mudah mengelupas dan lebih mudah keriput.
3. Kerusakan DNA
Radikal bebas yang mengambil elektron sel tubuh manusia dapat
menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga terjadi mutasi. Apabila
perubahan DNA terjadi bertahun-tahun, maka dapat mengakibatkan
munculnya kanker dalam tubuh manusia.
4. Kerusakan Jaringan
Pada umumnya semua sel jaringan organ tubuh dapat menangkal serangan
radikal bebas karena di dalam sel terdapat sejenis enzim khusus yang
mampu melawannya, tetapi karena manusia secara alami mengalami
degradasi atau kemunduran seiring dengan peningkatan usia, akibatnya
pemusnahan radikal bebas tidak dapat terpenuhi dengan baik, maka
kerusakan jaringan terjadi secara perlahan-lahan.
22
5. Mampu Menyebabkan Disfungsi Ereksi
Selain mampu menyebabkan berbagai macam penyakit yang kronis, radikal
bebas juga dapat mengakibatkan disfungsi ereksi. Terhambatnya aliran
darah yang menuju ke penis akibat radikal bebas dapat menyebabkan
terjadinya disfungsi ereksi.
23
terkena. Cedera menyebabkan hilangnya pengaturan volum pada bagian-
bagian sel. Biasanya dalam rangka untuk menjaga kestabilan lingkungan
internal sel harus mengeluarkan energy metabolik untuk memompa ion
natrium keluar dari sel. Ini terjadi pada tingkat membran sel.
2) Nekrosis
Nekrosis adalah kematian sel yang disebabkan oleh:
- Iskemia : kekurangan oksigen, metabolic lain
- Infektif : bakteri, virus, dll.
- Fisiko-kimia : panas, sinar X, asam, dll.
1. Iskhemi
Iskhemi dapat terjadi karena perbekalan (supply) oksigen dan makanan
untuk suatu alat tubuh terputus. Iskhemi terjadi pada infak, yaitu
kematian jaringan akibat penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan
dapat terjadi akibat pembentukan trombus. Penyumbatan mengakibatkan
anoxia. Nekrosis terutama terjadi apabila daerah yang terkena tidak
mendapat pertolongan sirkulasi kolateral. Nekrosis lebih mudah terjadi
pada jaringan-jaringan yang bersifat rentan terhadap anoxia. Jaringan
yang sangat rentan terhadap anoxia ialah otak.
24
2. Agens biologik
Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah
dan trombosis. Toksin ini biasanya berasal dari bakteri-bakteri yang
virulen, baik endo maupun eksotoksin. Bila toksin kurang keras,
biasanya hanya mengakibatkan radang. Virus dan parasit dapat
mengeluarkan berbagai enzim dan toksin, yang secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi jaringan, sehingga timbul nekrosis.
3. Agens kimia
Dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia merupakan juga
merupakan juga zat yang biasa terdapat pada tubuh, seperti natrium dan
glukose, tapi kalau konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan nekrosis
akibat gangguan keseimbangan kosmotik sel. Beberapa zat tertentu
dalam konsentrasi yang rendah sudah dapat merupakan racun dan
mematikan sel, sedang yang lain baru menimbulkan kerusakan jaringan
bila konsentrasinya tinggi.
4. Agens fisik
Trauma, suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin, tenaga
listrik, cahaya matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi
karena timbul kerusakan potoplasma akibat ionisasi atau tenaga fisik,
sehingga timbul kekacauan tata kimia potoplasma dan inti.
5. Kerentanan (hypersensitivity)
Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara didapat (acquired)
dan menimbulkan reaksi imunologik. Pada seseorang bersensitif
terhadap obat-obatan sulfa dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus
ginjal apabila ia makan obat-obatan sulfa. Juga dapat timbul nekrosis
25
pada pembuluh-pembuluh darah. Dalam imunologi dikenal reaksi
Schwartzman dan reaksi Arthus.
A. ORGANISASI SEL
Sel merupakan struktur terkecil organisme yang dapat mengatur
aktivitas kehidupan sendiri.
Yaitu unit kehidupan , kesatuan lahirliah yang terkecil yang menunjukan
bermacam-macam fenomena yang berhubungan dengan hidup.
Karakteristik mahluk hidup :
- bereproduksi
- tumbuh
- melakukan metabolisme
- beradaptasi terhdp perubahan internal dan eksternal
Aktivitas sel : sesuai dgn proses kehidupan, meliputi :
- ingesti -mengekskresikan sisa metabolisme
- asimilasi - bernafas - bergerak
- mencerna - mensintesis - berespon , dll.
26
B. MODALITAS CIDERA SEL
Sel selalu terpajan terhadap kondisi yang selalu berubah dan
potensial terhadap rangsangan yang merusak sel akan bereaksi :
- Beradaptasi,
- Jejas / cidera reversible
- Kematian
1. Atropi
Suatu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang
sempurna dengan ukuran normal.
2. Hipertropi
Yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran
alat tubuh v
3. Hiperplasia
Dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau keadaan kekurangan
secret atau produksi sel terkai.
4. Metaplasia
27
Ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu
menjadi sel matur jenis lain :
Misalnya sel epitel torak endoservik daerah perbatasan dgn epitel
skuamosa, sel epitel bronchus perokok.
5. Displasia
Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat
melngalami ganguan polarisasi pertumbuhan sel reserve, sehingga
timbul keadaan yg disebut displasia. Ada 3 tahapan : ringan, sedang
dan berat.
6. Degenarasi
Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai
perubahan morfologik, akibat jejas nin fatal pada sel.
Akibat jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel ( cellular death ).
Kematian sel dapat mengenai seluruh tubuh ( somatic death ) atau
kematian umum dan dapat pula setempat, terbatas mengenai suatu daerah
jaringan teratas atau hanya pada sel-sel tertentu saja. Terdapat dua jenis
utama kematian sel, yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis (dari bahasa
yunani apo = “dari” dan ptosis = “jatuh”) adalah kematian sel terprogram
(programmed cell death), yang normal terjadi dalam perkembangan sel
untuk menjaga keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang
mati adalah sebagai respons dari beragam stimulus dan selama apoptosis
kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol dalam suatu regulasi
yang teratur.
1. Apoptosis
Adalah suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan teratur
tahap molekular yang menyebabkan disintegrasi sel. Apoptosis tidak
ditandai dengan adanya pembengkakan atau peradangan, namun sel
yang akan mati menyusut dengan sendirinya dan dimakan oleh oleh
28
sel di sebelahnya. Apoptosis berperan dalam menjaga jumlah sel
relatif konstan dan merupakan suatu mekanisme yang dapat
mengeliminasi sel yang tidak diinginkan, sel yang menua, sel
berbahaya, atau sel pembawa transkripsi DNA yang salah.
Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus
berlanjut sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang
menimbulkan apoptosis meliputi isyarat hormon, rangsangan antigen,
peptida imun, dan sinyal membran yang mengidentifikasi sel yang
menua atau bermutasi. Virus yang menginfeksi sel akan seringkali
menyebabkan apoptosis, yang pada akhirnya akan menyebabkan
kematian virus dan sel pejamu (host). Hal ini merupakan satu cara
yang dikembangkan oleh organisme hidup untuk melawan infeksi
virus.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai berikut :
a. Sel mengkerut
b. Kondesasi kromatin
c. Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
d. Fagositosis oleh sel di sekitarnya
2. Nekrosis
Adalah kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu
dalam tubuh. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang
bersifat patologis. Faktor yang sering menyebabkan kematian sel
nekrotik adalah hipoksia berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan
toksin dan radikal bebas, dan kerusakan integritas membran sampai
pada pecahnya sel. Respon imun dan peradangan terutama sering
dirangsang oleh nekrosis yang menyebabkan cedera lebih lanjut dan
kematian sel sekitar. Nekrosis sel dapat menyebar di seluruh tubuh
tanpa menimbulkan kematian pada individu. Istilah nekrobiosis
digunakan untuk kematian yang sifatnya fisiologik dan terjadi terus-
menerus. Nekrobiosis misalnya terjadi pada sel-sel darah dan
29
epidermis. Indikator Nekrosis diantaranya hilangnya fungsi organ,
peradangan disekitar nekrosis, demam, malaise, lekositosis,
peningkatan enzim serum.
a. Disgestif enzimatik sel baik autolisis (dimana enzim berasal dari seL
mati) atau heterolysis(enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna
dan sering meninggalkan cacat jaringan yang diisi oleh leukosit
imigran dan menimbulkan abse.
b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan
denaturasi protein struktur dan protein enzim sehingga menghambat
proteolisis sel sehingga untuk sementara morfologi sel dipertahankan.
Kematian sel menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan
akhirnya organa sitoplasma hilang karena dicerna oleh enzym litik
intraseluler (autolysis).
30
terhadap toksin ini dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida
yang khas. Gangren jenis ini dapat mematikan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sel merupakan struktur terkecil organisme yang dapat mengatur
aktivitas kehidupan sendiri.Yaitu unit kehidupan. Sel mengandung struktur
fisik yang terorganisir yg dinamakan organel. Sel terdiri dari dua bagian
utama : inti dan sitoplasma keduanya dipisahkan oleh membrane inti.
Sitoplasma dipisahkan dgn cairan sekitarnya oleh membran sel .
Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat
beradaptasi terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan
tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau
mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila
suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan
dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat
transportasinya.
Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan
menjadi 2 kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas
irreversible (kematian sel).
Sel dapat mengalami kerusakan ataupun kematian yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor. Faktor-faktor penyebab kerusakan sel dapat berupa
faktor ektrinsik (faktor-faktor yang terdapat di luar individu) dan faktor
intrinsik (faktor-faktor yang terdapat di dalam individu). Kerusakan atau
kematian sel akibat faktor ektrinsik dapat berupa trauma fisik, toksin,
abnormalitas ketidakseimbangan nutrisi, infeksi oleh virus, bakteri, jamur
dan parasit. Faktor intrinsik yang dapat menyebabkan kerusakan atau
kematian sel diantaranya yaitu mutasi gen secara spontan dan disfungsi
immunologi.
31
DAFTAR PUSTAKA
http://materikesehatankita.blogspot.co.id/2013/11/mekanisme-adaptasi-sel.html
https://kapsulbukaaura.com/dampak-buruk-radikal-bebas.html
http://www.alodokter.com/radikal-bebas-pemicu-penyakit-kronis
https://taufiksenjaya.wordpress.com/2011/10/25/efek-radiasi-terhadap-sel-pada-
manusia/
http://materikesehatankita.blogspot.co.id/2013/11/mekanisme-adaptasi-sel.html
https://alimrois.wordpress.com/2010/04/29/nekrosis/
http://ilmuveteriner.com/kerusakan-sel/
32