Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MEKANISME ADAPTASI SEL

OLEH

NAMA : PARDI PRAYOGI

NIM : 021SYE17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D3
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu


hingga selesainya tugas mata kuliah ini. Pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Patologi yang telah memberikan
bimbingannya selama penyusunan makalah ini.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Mataram, Januari 2019

(Penyusun)

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3. Tujuan penulisan ............................................................................. 1
1.4. Metode penulisan ............................................................................ 2
1.5. Sistematika ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3
2.1. Pengertian Jejas Sel ......................................................................... 3
2.2. Penyebab Jejas Sel .......................................................................... 3
2.3. Proses Adaptasi Sel ......................................................................... 6
2.4. Proses Terjadinya Kematian Sel ..................................................... 7
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 11
A. Kesimpulan ..................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sel normal merupakan mikrokosmos yang berdenyut tanpa henti, secara


tetap mengubah stuktur dan fungsinya untuk memberi reaksi terhadap tantangan
dan tekanan yang selalu berubah. Bila tekanan atau rangsangan terlalu berat,
struktur dan fungsi sel cenderung bertahan dalam jangkauan yang relatif sempit.
Penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap, mempertahankan
kesehatan sel meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan adaptasi
tersebut melampaui batas maka akan terjadi jejas sel atau cedera sel bahkan
kematian sel. Dalam bereaksi terhadap tekanan yang berat maka sel akan
menyesuaikan diri, kemudian terjadi jejas sel atau cedera sel yang akan dapat
pulih kembali dan jika tidak dapat pulih kembali sel tersebut akan mengalami
kematian sel. Dalam makalah ini akan membahas tentang mekanisme jejas,
adaptasi dan kematian sel.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian jejas sel ?
2. Apa penyebab jejas sel ?
3. Bagaimana proses adaptasi pada sel ?
4. Bagaimana proses terjadinya kematian pada sel ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian jejas sel.
2. Mengetahui penyebab jejas sel.
3. Menjelaskan proses adaptasi pada sel.
4. Menjelaskan proses terjadinya kematian pada sel.

1
1.4. Metode Penulisan

Metode dalam penulisan makalah ini yaitu dengan metode studi pustaka.

1.5. Sistematika Penulisan

Pertama, pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,


metode penulisan, dan sistematika penulisan).
Kedua, pembahasan (materi atau isi makalah).
Ketiga, penutup (kesimpulan dan saran).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Jejas Sel


Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi
terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama
atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel
tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka
sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein,
susunan genetik, dan sifat transportasinya.
Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan
menjadi 2 kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas
irreversible (kematian sel). Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat
kembali ke fungsi dan morfologi semula jika rangsangan perusak ditiadakan.
Sedangkan jejas irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan berlangsung
secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat kembali ke keadaan semula dan
sel itu akan mati. Cedera menyebabkan hilangnya pengaturan volume pada
bagian-bagian sel.

2.2. Penyebab Jejas Sel


Penyebab terjadinya jejas sel (cedera sel) :
1. Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat dari :
a. Iskemia (kehilangan pasokan darah)
Dapat terjadi bila aliran arteri atau aliran vena dihalangi oleh penyakit
vaskuler atau bekuan didalam lumen.
b. Oksigenisasi tidak mencukupi karena kegagalan kardiorespirasi.
Misalnya pneumonia.
c. Hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah misalnya anemia,
keracunan karbon monooksida.

3
Tergantung pada derajat keparahan hipoksi, sel-sel dapat menyesuaikan,
terkena jejas atau mati. Sebagai contoh, bila arteri femoralis menyempit, sel-
sel otot skelet tungkai akan mengisut ukurannya (atrofi). Penyusutan massa
sel ini mencapai keseimbangan antara kebutuhan metabolik dan perbekalan
oksigen yang tersedia. Hipoksi yang lebih berat tentunya akan menyebabkan
jejas atau kematian sel.

2. Faktor fisik
a. Trauma
Trauma mekanik dapat menyebabkan sedikit pergeseran tapi nyata, pada
organisasi organel intrasel atau pada keadaa lain yang ekstrem, dapat
merusak sel secara keseluruhan.
b. Suhu rendah
Suhu rendah mengakibatkan vasokontriksi dan mengacaukan perbekalan
darah untuk sel. Jejas pada pengaturan vasomotor dapat disertai
vasodilatasi, bendungan aliran darah dan kadang-kadang pembekuan
intravaskular. Bila suhu menjadi cukup rendah aliran intrasel akan
mengalami kristalisasi.
c. Suhu Tinggi
Suhu tinggi yag merusak dapat membakar jaringan, tetapi jauh sebelum
titik bakar ini dicapai, suhu yang meningkat berakibat jejas dengan akibat
hipermetabolisme. Hipermetabolisme menyebabkan penimbunan asam
metabolit yang merendahkan pH sel sehingga mencapai tingkat bahaya.
d. Radiasi
Kontak dengan radiasi secara fantastis dapat menyebabkan jejas, baik
akibat ionisasi langsung senyawa kimia yang dikandung dalam sel
maupun karena ionisasi air sel yang menghasilkan radikal “panas” bebas
yang secara sekunder bereaksi dengan komponen intrasel. Tenaga radiasi
juga menyebabkan berbagai mutasi yang dapat menjejas atau membunuh
sel.

4
e. Tenaga Listrik
Tenaga listrik memancarkan panas bila melewati tubuh dan oleh karena
itu dapat menyebabkan luka bakar dan dapat mengganggu jalur konduksi
saraf dan berakibat kematian karena aritmi jantung.

3. Bahan kimia dan obat-obatan


Banyak bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya
perubahan pada beberapa fungsi vital sel, seperti permeabilitas selaput,
homeostasis osmosa atau keutuhan enzim dan kofaktor. Masing-masing agen
biasanya memiliki sasaran khusus dalam tubuh, mengenai beberapa sel dan
tidak menyerang sel lainnya. Misalnya barbiturat menyebabkan perubahan
pada sel hati, karena sel-sel ini yang terlibat dalam degradasi obat tersebut.
Atau bila merkuri klorida tertelan, diserap dari lambung dan dikeluarkan
melalui ginjal dan usus besar. Jadi dapat menimbulkan dampak utama pada
alat-alat tubuh ini. Bahan kimia dan obat-obatan lain yang dapat menyebabkan
jejas sel :
a. Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol).
b. Bahan bukan obat misalnya, timbale dan alkohol.

4. Bahan penginfeksi atau mikroorganisme


Mikroorganisme yang menginfeksi manusia mencakup berbagai virus,
ricketsia, bakteri, jamur dan parasit. Sebagian dari organisme ini menginfeksi
manusia melalui akses langsung misalnya inhalasi, sedangkan yang lain
menginfeksi melalui transmisi oleh vektor perantara, misalnya melalui
sengatan atau gigitan serangga. Sel tubuh dapat mengalami kerusakan secara
langsung oleh mikroorganisme, melalui toksis yang dikeluarkannya, atau
secara tidak langsung akibat reaksi imun dan perandangan yang muncul
sebagai respon terhadap mikroorganisme.

5
5. Reaksi imunologik, antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen.
Antigen endogen (misal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun.

6. Kekacauan genetik misalnya mutasi dapat menyebabkan mengurangi suatu


enzim kelangsungan.

7. Ketidakseimbangan nutrisi, antara lain :


a. Defisiensi protein-kalori.
b. Avitaminosis.
c. Aterosklerosis, dan obesitas.

2.3. Proses Adaptasi Sel


Adaptasi sel dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
1. Atrofi
Adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat
terjadi akibat sel atau jaringan tidak digunakan misalnya, otot individu yang
mengalami imobilisasi atau pada keadaan tanpa berat (gravitasi 0). Atrofi
juga dapat timbul sebagai akibat penurunan rangsang hormon atau saraf
terhadap sel atau jaringan.
2. Hipertrofi
Adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan. Hipertrofi
merupakan suatu respon adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan
beban kerja suatu sel. Terdapat 3 jenis utama hipertrofi yaitu :
a. Hipertrofi fisiologis terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja
suatu sel secara sehat.
b. Hipertrofi patologis terjadi sebagai respons terhadap suatu keadaan
sakit
c. Hipertrofi kompensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil
alih peran sel lain yang telah mati.

6
3. Hiperplasia
Adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat
peningkatan mitosis. Hiperplasia dapat terbagi 3 jenis utama yaitu :
a. Hiperplasia fisiologis terjadi setiap bulan pada sel endometrium uterus
selama stadium folikuler pada siklus mentruasi.
b. Hiperplasia patologis dapat terjadi akibat kerangsangan hormon yang
berlebihan.
c. hiperplasia kompensasi terjadi ketika sel jaringan bereproduksi untuk
mengganti jumlah sel yang sebelumnya mengalami penurunan.
4. Metaplasia
Adalah berbahan sel dari satu subtipe ke subtipe lainnya. Metaplasia terjadi
sebagai respon terhadap cidera atau iritasi continue yang menghasilkan
peradangan kronis pada jaringan.
5. Displasia
Adalah kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang
berbeda ukuran, bentuk dan penampakannya dibandingkan sel
asalnya.Displasia tampak terjadi pada sel yang terpajan iritasi dan
peradangan kronik.

2.4. Proses Kematian Sel


Akibat jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel ( cellular death ).
Kematian sel dapat mengenai seluruh tubuh ( somatic death ) atau kematian
umum dan dapat pula setempat, terbatas mengenai suatu daerah jaringan teratas
atau hanya pada sel-sel tertentu saja. Terdapat dua jenis utama kematian sel,
yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis (dari bahasa yunani apo = “dari” dan
ptosis = “jatuh”) adalah kematian sel terprogram (programmed cell death), yang
normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan pada
organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari beragam
stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol
dalam suatu regulasi yang teratur.

7
1. Apoptosis
Adalah suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan teratur
tahap molekular yang menyebabkan disintegrasi sel. Apoptosis tidak
ditandai dengan adanya pembengkakan atau peradangan, namun sel yang
akan mati menyusut dengan sendirinya dan dimakan oleh oleh sel di
sebelahnya. Apoptosis berperan dalam menjaga jumlah sel relatif konstan
dan merupakan suatu mekanisme yang dapat mengeliminasi sel yang tidak
diinginkan, sel yang menua, sel berbahaya, atau sel pembawa transkripsi
DNA yang salah.
Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus
berlanjut sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan
apoptosis meliputi isyarat hormon, rangsangan antigen, peptida imun, dan
sinyal membran yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi. Virus
yang menginfeksi sel akan seringkali menyebabkan apoptosis, yang pada
akhirnya akan menyebabkan kematian virus dan sel pejamu (host). Hal ini
merupakan satu cara yang dikembangkan oleh organisme hidup untuk
melawan infeksi virus.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai berikut :
a. Sel mengkerut
b. Kondesasi kromatin
c. Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
d. Fagositosis oleh sel di sekitarnya

2. Nekrosis
Adalah kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu
dalam tubuh. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat
patologis. Faktor yang sering menyebabkan kematian sel nekrotik adalah
hipoksia berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan toksin dan radikal
bebas, dan kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya sel. Respon
imun dan peradangan terutama sering dirangsang oleh nekrosis yang

8
menyebabkan cedera lebih lanjut dan kematian sel sekitar. Nekrosis sel dapat
menyebar di seluruh tubuh tanpa menimbulkan kematian pada individu.
Istilah nekrobiosis digunakan untuk kematian yang sifatnya fisiologik dan
terjadi terus-menerus. Nekrobiosis misalnya terjadi pada sel-sel darah dan
epidermis. Indikator Nekrosis diantaranya hilangnya fungsi organ,
peradangan disekitar nekrosis, demam, malaise, lekositosis, peningkatan
enzim serum.
Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis yaitu :
a. Disgestif enzimatik sel baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel
mati) atau heterolysis(enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan
sering meninggalkan cacat jaringan yang diisi oleh leukosit imigran dan
menimbulkan abse.
b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi
protein struktur dan protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel
sehingga untuk sementara morfologi sel dipertahankan.
Kematian sel menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan akhirnya
organa sitoplasma hilang karena dicerna oleh enzym litik intraseluler
(autolysis).

3. Akibat Kematian Sel


Kematian sel dapat mengakibatkan gangren. Gangren dapat diartikan
sebagai kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan
sebagai kering dan basah. Gangren kering sering dijumpai diektremitas,
umumnya terjadi akibat hipoksia berkepanjangan. Gangren basah adalah
suatu area kematian jaringan yang cepat perluasan, sering ditemukan di
organ dalam dan berkaitan dengan infasi bakteri kedalam jaringan yang mati
tersebut. Gangren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai oleh
manivestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering.
Gangren ren gas adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon
terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri anaerob yang disebut

9
clostridium. Gangren gas cepat meluas kejaringan disekitarnya sebagai
akibat dikeluarkannya toksin yang mematikan oleh bakteri yang membunuh
sel-sel disekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan terhadap toksin ini dan apabila
terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas. Gangren jenis
ini dapat mematikan.

10
BAB IV
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah di atas dapat disimpukan :
1. Jejas sel adalah cedera pad sel karena suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi
terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu
lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung
pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami
cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran,
bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.

2. Penyebab jejas sel antara lain :


a. Hipoksia (pengurangan oksigen)
b. Faktor fisik, termasuk trauma, panas, dingin, radiasi, dan tenaga listrik.
c. Bahan kimia dan obat-obatan
d. Bahan penginfeksi
e. Reaksi imunologik
f. Kekacauan genetic
g. Ketidakseimbangan nutrisi
h. Penuaan.

3. Proses adaptasi sel dapat dikategorikan sebagai berikut :


a. Displasia
b. Metaplasia
c. Hiperplasia
d. Hipertrofi
e. Atrofi.

11
4. Proses kematian sel dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Nekrosis dan
Apoptosis. Akibat dari kematian sel dalam jumlah besar disebut Gangren.

3.2. SARAN
Hindari hal-hal penyebab yang dapat mengakibatkan jejas sel atau
cedera sel agar dapa terhindar dari kematian sel.

12
DAFTAR PUSTAKA

Robiins dan Kumar. 1992. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.


https://www.scribd.com/document/323415975/MAKALAH-Mekanisme-Adaptasi-Sel
Kimball, John W. 1998. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

13

Anda mungkin juga menyukai