Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ISU PENGELOLAAN OBAT DI HOMECARE

DISUSUN OLEH :
Kelompok 8
Mochammad Rizki Salman (2211411028)
Rizcha Maulidiya (2211411040)
Stefany Dwi Indriani Lasa (2211411044)
Ulfa Rochmawati (2211411047)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2023
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami pada
akhirnya bisa menyelesaikan Makalah dengan judul “Isu Pengelolaan Obat Di Home Care”
tepat pada waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga Makalah ini dapat disusun dengan baik.
Semoga makalah yang telah saya susun ini turut memperkaya khazanah Ilmu Farmakologi
dan kesehatan serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami
menyadari bahwa Makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan Makalah
dengan tema serupa yang lebih baik lagi

Surabaya, 30 April 2023

Kelompok 8

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................................................ii
Bab I.....................................................................................................................................................1
Pendahuluan........................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 . Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3. Tujuan.........................................................................................................................1
Bab II....................................................................................................................................................2
Pembahasan.........................................................................................................................................2
2.1. Pengelolaan Obat Di Homecare...................................................................................2
2.2. Herbal.............................................................................................................................3
2.3. Dietary Supplement.......................................................................................................3
2.4. Isu dan Aspek Legal Etik Dalam Home Care.............................................................5
2.5. Isu Pengelolaan Obat di Home Care, Herbal and Dietary Supplement Therapy...6
Bab III..................................................................................................................................................9
Penutup................................................................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................................9
B. Saran...........................................................................................................................9
Daftar Pustaka...................................................................................................................................10

ii
iii
Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Memberikan obat kepada pasien dalam kolaborasi dengan dokter adalah salah
satu tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Meskipun pemberian obat
adalah tanggung jawab seorang dokter, perawat juga bertanggung jawab untuk
memberikan obat kepada pasien secara aman dengan mengikuti enam prinsip benar
dalam pemberian obat (Hura, 2014). Mereka bertanggung jawab untuk memberikan
obat-obatan yang aman kepada pasien dan memantau bagaimana obat-obatan tersebut
berdampak pada mereka. Perawat harus memahami penggolongan obat agar dapat
memberikan obat secara rasional dan aman. Mereka juga harus mengetahui efek
samping dan bahaya penggunaan obat.
Sejarah menunjukkan bahwa di negara mana pun, dua jenis kelompok praktik
pengobatan biasanya melakukan pelayanan kesehatan. Yang pertama adalah praktik
pengobatan yang menggunakan asas ilmu kedokteran modern, dan yang kedua adalah
praktik pengobatan yang bergantung pada ara-cara tradisional atau budaya setempat.
Berlangsungnya budaya pengobatan tradisional ditunjukkan oleh kemampuan
masyarakat untuk mengobati diri sendiri, pengetahuan tentang gejala penyakit, dan
upaya untuk memelihara kesehatan. Budaya pengobatan tradisional dan obat
tradisional masih ada bahkan di era modern saat ini. Sebagian besar penggunanya
berasal dari masyarakat pedesaan dan kota-kota besar. Ini menunjukkan bahwa
pengobatan tradisional telah masuk ke dalam budaya dan digunakan untuk mengatasi
berbagai masalah kesehatan. Karena fakta ini, pelayanan kesehatan tradisional
tampaknya memiliki potensi besar untuk pengembangan terus-menerus. Pelayanan
kesehatan tradisional tidak hanya populer di masyarakat tetapi juga lebih murah
daripada obat modern.
1.2 . Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengelolaan obat di home care ?
2) Bagaimana isu dan aspek legal etik dalam home care?
3) Bagaimana isu pengelolaan obat di home care, herbal and dietary supplement
therapy ?

1.3. Tujuan
1) Mengetahui cara pengelolaan obat di home care.
2) Mengetahui tentang isu dan legal etik dalam home care
3) Menambah wawasan tentang isu pengelolaan obat di home care, herbal and dietary
supplement therapy.

1
Bab II

Pembahasan

2.1. Pengelolaan Obat Di Homecare


A. Pengertian
Home Care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinabungan dan
komperhensif yang diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka
yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit (Departement Kesehatan RI,
2002). Dalam mendirikan sebuah Home Care segala tenaga medis yang ikut terlibat
didalam nya harus mengetahui ilmu dasar dalam melakukan tindakan perawatan,
dalam hal ini ialah seseorang yang berpendidikan dalam bidang kesehatan, khususnya
dibidang keperawatan.
Home Pharmacy Care atau pelayanan kefarmasian di rumah adalah salah satu
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui pelayanan
kepada pasien yang dilakukan di rumah khususnya untuk kelompok pasien lanjut usia,
pasien yang menggunakan obat dalam jangka waktu lama seperti penggunaan obat-
obat kardiovaskuler, diabetes. TB. asma dan obat-obat untuk penyakit kronis lainnya.
Pelayanan ini utamanya untuk pasien yang tidak atau belum menggunakan
obat atau alat kesehatan secara mandiri, yaitu pasien yang memiliki kemungkinan
mendapatkan resiko masalah terkait obat misalnya komorbiditas. lanjut usia,
lingkungan sosial, karakteristik obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas
penggunaan obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang
bagaimana menggunakan obat atau alat kesehatan agar tercapai efek yang baik

B. Tujuan Home Pharmacy Care


1) Tercapainya kebersihan terapi
2) Terlaksanya pendampingan pasien oleh apoteker untuk mendukung efektifitas,
keamanan dan kesinambungan pengobatan
3) Terwujudnya komitmen, keterlibatan dan kemandirian pasien dan kluarga dalam
penggunaan obat dan atau alat kesehatan yang tepat.
4) Terwujudnya kerja sama profesi kesehatan, pasien dan keluarga.

C. Manfaat Home Pharmacy Care


1) Terjaminnya keamanan, efektifitas dan keterjangkauan biaya pengobatan
2) Meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan dan penggunaan obat dan alat
kesehatan
3) Terhindarnya reaksi obat yang tidak di inginkan
4) Terselesaikannya masalah penggunaan obat dan alat kesehatan

D. Pasien seperti apa yang memerlukan Home Pharmacy Care?


1) Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus tentang
penggunaan obat, interaksi obat dan efek samping obat.
2) Pasien dengan terapi jangka panjang misal pasien TB,HIV/AIDS,DM dll.
3) Pasien minum obat 6 macam atau lebih setiap hari

2
4) Pasien minum obat 12 dosis lebih setiap hari
5) Pasien dengan 6 macam diagnosa atau lebih

2.2. Herbal
A. Pengertian Herbal
Herbal adalah tanaman yang berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Mereka juga dapat digunakan sebagai pencegahan dan perawatan untuk meningkatkan
kesehatan tubuh dan mempertahankan kebugaran. Prospek untuk pengembangan
tumbuhan herbal sangat baik mengingat faktor-faktor seperti kora, iklim, tanah, dan
industri obat dan kosmetik tradisional Indonesia. Secara empiris, beberapa tumbuhan
obat memiliki manfaat fisik selain keunggulan kimia (sebagai bahan obat).
B. Penggolongan Obat Herbal
1. Jamu
Obat tradisional yang terbuat dari bahan alami dan diwariskan dari generasi ke
generasi untuk kesehatan dikenal sebagai jamu. Menurut Permenkes No.
003/Menkes/Per/1/2010, jamu adalah ramuan yang terbuat dari bahan-bahan
seperti tumbuhan, hewan, mineral, sediaan serian (generik), atau campuran dari
bahan-bahan tersebut yang telah digunakan secara turun temurun untuk
pengobatan dan dapat digunakan sesuai dengan norma masyarakat yang berlaku.
2. OHT
Obat yang berasal dari bahan-bahan alam dan telah diuji secara ilmiah dikenal
sebagai obat herbal tersandar. (penelitian praklinik menggunakan uji hean), yang
termasuk uji khasiat, manfaat dan bahan baku. Kriteria standar untuk obat herbal
termasuk
 Aman
 Khasiatnya dapat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik
 Bahan baku yang digunakan telah mengalami standart
 Memenuhi persyaratan mutu
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat yang terbuat dari bahan alam yang telah diuji secara
ilmiah untuk keamanan dan manfaatnya. Obat ini juga telah diuji klinis pada
manusia dan bahan baku dan produknya telah distandarisasi sesuai dengan
persyaratan yang berlaku. Syarat untuk produk fitofarmaka adalah sebagai berikut:
 Penggunaan bahan baku terstandar
 Kemanjurannya telah terbukti secara klinis
 Memenuhi standar mutu
2.3. Dietary Supplement
A. Pengertian Supplement
"Dietary supplements", "nutritional ergogenic aids", "sports supplements", "sports
foods" dan "therapeutic nutritional supplemenst"adalah beberapa istilah yang digunakan
untuk menggambarkan berbagai jenis produk yang diproduksi oleh industri suplemen.
Menurut Burke et al., dalam Burke & Deakin, 2006, perbedaan istilah tidak berarti
mereka memiliki definisi yang berbeda. Menurut Geoffrey P.Webb (2006), definisi
umum suplemen makanan adalah sebagai berikut:

3
a. Sesuatu yang dikonsumsi secara oraldalam dosis tertentu dalam bentuk pil, kapsul,
bubuk, atau cairan.
b. Anda dapat menambahkan sesuatu yang diharapkan ke dalam kebiasaan makan Anda.
c. Kesehatan label kemasan dan media promosi, seperti brosur atau katalog, dapat
dipengaruhi oleh sesuatu yang telah dinyatakan dan sesuatu yang termasuk ke dalam tiga
kategori:
 Mengandung zat gizi penting, seperti vitamin, makro mineral, mikro mineral,
asam lemak esensial dan asam amino
 Mengadung zat metabolit alami dan atau secara alami terkandung di dalam
makanan tetapi tidak termasuk ke dalam zat gizi utama.
 Beberapa tambahan yang berasal dari ekstrak tumbuhan ataupun hewan yang
mengandung unsur-unsur zat gizi atau secara farmakologi dinyatakan dapat
memberikan efek bagi kesehatan seperti bawang putih. ginseng, gingko biloba,
dan royal jelly

B. Penggolongan Supplement Makanan


Banyak jenis suplemen makanan tersedia untuk dibeli. Menurut fungsinya,
suplemen makanan diklasifikasikan menjadi beberapa kategori (Vita Health, 2006):
 Obat metabolit yang menghambat nafsu makan (anoreksigenikum):
anoreksigenikum berfungsi untuk menghambat nafsu makan, sehingga dianggap
dapat menurunkan berat badan.
 Obat menurunkan lemak dan kolesterol (antilipidemikum): suplemen makanan ini
sering digunakan untuk mencegah penyakit terkait lemak dan kolesterol.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Suplemen


1. Umur: umur sebanding dengan konsumsi suplemen. Konsumsi suplemen
meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
dengan bertambahnya usia, fungsi organ tubuh seseorang semakin menurun,
yang mengakibatkan penurunan penyerapan zat gizi (Karyadi 1998).
2. Jenis Kelamin: Wanita biasanya memiliki asupan kalsium, besi, riboflavin,
dan asam folat yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Siklus alami wanita,
seperti menstruasi dan kehamilan, memperburuk hal ini, yang dapat
menyebabkan anemia dan osteoporosis (Bean, 1995).
3. Tingkat Pendidikan: Menurut suatu studi, pengguna suplemen makanan
berasal dari kelompok pendidikan tinggi (Williams, 2002).
4. Status Ekonomi: Sebuah penelitian menunjukkan bahwa konsumen suplemen
makanan berasal dari kelompok ekonomi yang lebih tinggi.
5. Aktivitas fisik atau aktivitas eksternal adalah sesuatu yang menggunakan
tenaga atau energi untuk melakukan kegiatan fisik. Pengguna suplemen
makanan lebih banyak diantaranya orang-orang yang aktif secara fisik..
Individu yang memiliki kebiasaan olahraga teratur lebih cenderung
menggunkan suplemen (Lyle et al 1998)

4
2.4. Isu dan Aspek Legal Etik Dalam Home Care
Secara legal perawat dapat melakukan aktivitas keperawatan mandiri
berdasarkan pendidikan dan pengalaman yang di miliki. Perawat dapat mengevaluasi
klien untuk mendapatkan pelayanan perawatan di rumah tanpa program medis tetapi
perawatan tersebut harus diberikan di bawah petunjuk rencana tindakan tertulis yang
ditandatangani oleh dokter. Perawat yang memberi pelayanan di rumah membuat
rencana perawatan dan kemudian bekerja sama dengan dokter untuk menentukan
rencana tindakan medis.
Menurut Departemen Kesehatan (2012) menyebutkan bahwa home care adalah
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan
kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Isu legal yang paling
kontroversial dalam praktik perawatan di rumah antara lain mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang
tinggi seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah.
b. Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada klien seperti
pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota keluarga
karena kesalahan informasi dari perawat.
c. Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang
perawatan di rumah.
Karena biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk perawatan di rumah, maka
perawat yang memberi perawatan di rumah harus menentukan apakah pelayanan akan
diberikan jika ada resiko penggantian biaya yang tidak adekuat. Seringkali, tunjangan
dari Medicare telah habis masa berlakunya sedangkan klien membutuhkan perawatan
yang terus- menerus tetapi tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya.
Beberapa perawat akan menghadapi dilema etis bila mereka harus memilih antara
menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan untuk klien lansia, miskin dan klien
yang menderita penyakit kronik.
Perawat harus mengetahui kebijakan tentang perawatan di rumah untuk
melengkapi dokumentasi klinis yang akan memberikan penggantian biaya yang
optimal untuk klien. Pasal Krusial dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes)
1239/2001 Tentang.
Pasar Krusial dalam keputusan Mentri Kesehatan (Kepmenkes) 1239/2001 Tentang
praktik keperawatan antara lain:
1. Melakukan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, melakukan tindakan dan evaluasi
2. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter :
3. Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
- Menghormati hak pasien
- Merujuk khasus yang tidak dapat ditangani
- Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku
- Memberi informasi
- Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
- Melakukan catatan perawatan dengan baik

5
4. Dalam keaadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang
melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan yang ditujukan untuk
menyelamatkan jiwa.
5. Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan memasang
papan praktik (sedang dalam proses amandemen)
6. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan
rumah
7. Persyaratan praktik program sekurang-kurangnya memenuhu :
- Tempat praktik memenuhi syarat
- Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir/ buku
kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan.

2.5. Isu Pengelolaan Obat di Home Care, Herbal and Dietary Supplement Therapy
a. Isu Konsumsi Obat Tradisional/ Herbal Saat Pandemi Covid-19
Pada tanggal 12 Mei 2022, dalam chanel Youtube Narasi Newsroom,
menanyangkan sebuah Video dengan judul "Obat Herbal Dicari Saat Pandemi.
Memang Ampuh Lawan Corona?". Dalam video tersebut tertulis Presiden
Madagaskar Andry Rajoelina meluncurkan obat herbal untuk tangkal SARS-
COV-2.
Presiden Madagaskar juga mengklaim bahwa obat herbal tersebut bisa
menyembuhkan COVID-19. Akan tetapi WHO menampik klaim itu karena belum
diuji secara klinis kebenarannya. Selain Madagaskar, banyak negara lain juga
mengenalkan obat herbal, termasuk Indonesia. Dalam pidatonya, Presiden Jokowi
juga mengenalkan empon-empon serta menganjurkan masyarakat untuk minum
ramuan jahe dan kunyit setiap hari untuk tangkal penyakit Corona. Meski begitu
belum ada bukti klinis jahe dan kunyit bisa mencegah dan mengobati corona.
Menurut dr. Hardhi Pranata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Herbal Medik
Indonesia, ramuan jahe dan kunyit bukan untuk mengobati corona tetapi hanya
sebagai supplemen saja,Perlu diketahui saat video tersebut ditayangkan, vaksin
corona belum resmi diluncurkan, dan saat itu Indonesia sedang mengalami masa
kedaruratan Kesehatan akibat dari penderita Covid yang terus meningkat dan
seluruh pelayanan Kesehatan maupun tempat karantina terisi penuh. Oleh karena
itu tidak sedikit masyarakat Indonesia memanfaatkan obat herbal untuk
meningkatkan daya tahan tubuh mereka.
Pengelolaan obat herbal secara sederhana diturunkan dari generasi ke generasi
baik lisan maupun tulisan, dan dapat dilakukan oleh masyarakat dirumah.
Faktanya kebanyakan masyarakat yang ada di daerah pedesaan lebih memilih
pengobatan secara tradisional dibanding mengkonsumsi obat yang mengandung
bahan kimia. Banyak penyebab obat herbal mengalami tren kenaikan cukup pesat.
Pertama, obat herbal diyakini lebih aman. Ditunjang dengan tradisi minum jamu,
para konsumen merasa lebih cocok dengan obat herbal dibanding mengonsumsi
obat modern. Kedua, bahan baku obat herbal di Indonesia melimpah, sehingga
mendorong semakin banyaknya perusahaan farmasi yang ikut memproduksi dan
memasarkan obat herbal. Ketiga, obat herbal lebih terjangkau atau lebih murah
harganya. Bahan baku melimpah dan proses produksi yang relatif mudah

6
membuat harga produk obat herbal menjadi lebih murah di pasaran ketimbang
obat modern (Putri & Rachmawati, 2018).
Bahkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Surat
Edaran dengan nomor HK.02.02/IV/2243/2020 tentang Pemanfaatan Obat
Tradisional untuk Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Penyakit, dan Perawatan
Kesehatan, yang di dalamnya tertulis berbagai macam resep tradisional sederhana
agar masyarakat dapat melakukan perawatan kesehatan secara mandiri dan benar
melalui pemanfaatan tanaman obat berupa jamu dan OHT. Hal ini membuktikan
bahwa selain kepercayaan masyarakat untuk obat herbal yang tinggi. juga ada
dukungan dari Pemerintah Indonesia untuk terus mengembangkan dan
memanfaatkan obat tradisional demi meningkatkan derajad Kesehatan masyarakat
di Indonesia, Maka tidak heran dari dimulainya pandemi COVID-19 sampai
sekarang, masyarakat Indonesia masih banyak yang gemar mengkonsumsi obat
herbal seperti ramuan jahe dan kunyit atau ramuan yang lain.

b. Isu Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral pada Atlet


Pada Atlet, mikronutrien (vitamin dan mineral) sangat penting bagi kehidupan
manusia. Keseimbangan pola makan dipercaya dapat memenuhi kebutuhan untuk
semua mikronutrien pada orang sehat. Namun demikian, suplemen vitamin dan
mineral (termasuk vitamin C. vitamin B kompleks. vitamin E dan besi) sering
dikonsumsi oleh atlet. Motivasi utama penggunaan suplemen vitamin adalah
untuk meningkatkan kesembuhan dan memperbaki performa olahraga (Burke &
Deakin, 2006).
Suplementasi vitamin dan mineral merupakan hal umum yang dilakukan oleh
praktisi olahraga. Pada kenyataanya, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
performa olahraga dapat meningkat jika menerapkan pola makan yang baidan
ditambah dengan mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral dalam jangka
waktu tertentu (Greg Melatchie et al dalam Burke. 2006).
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Froiland et al tahun 2004 pada atlet
NCAA (National Collegiate Athletic Association) Divission I university, 23%
atlet pada umumnya mengonsumsi suplemen makanan. 39 tidak mengonsumsi
suplemen makanan, 6% atlet dilaporkan menggunakan variasi produk pengganti
kalori atau cairan, 73% mengonsumsi energy drink, 61.4% menggunakan produk
peramping, 47% dilaporkan mengonsumsi suplemen multivitamin. Dimana studi
yang dilakukan di NCAA pada tahun sebelumnya menunjukkan 43.5% atlet
mengonsumsi suplemen.
Para ahli gizi olahraga profesional merekomendasikan multivitamin dan
mineral dengan kualitas baik sebagai jaminan bahwa asupan zat gizi atlet dalam
sehari telah terpenuhi. Namun yang perlu diperhatikan adalah vitamin dan mineral
apapun jika dikonsumsi dalam dosis tinggi diharapakan dapat meningkatkan
performa tetapi kenyataanya justru menimbulkan efek sebaliknya (Heather H Fink
et al dalam Burke. 2006). Tsalis et al (2004) melakukan evaluasi status besi
terhadap eksperimen yang dilakukan pada atlet renang remaja (dalam kondisi
schat) dalam waktu 6 bulan masa pelatihan. Hasil yang diperoleh dari eksperimen
tidak ada perbedaan status besi dan peningkatan performa yang signifikan antara
atlet yang diberikan suplemen Fe dengan atlet yang diberikan modifikasi makanan

7
tinggi Fe ataupun dengan atlet yang tidak mendapat perlakuan apapun. Penelitian
yang dilakukan oleh Bryant et.al tahun 2004, melaporkan adanya penyusutan
membran pada atlet sepeda (pada saat latihan) yang mengonsumsi vitamin E
dengan dosis 400 UT hari, dan konsumsi 1 gr/ hari vitamin C dapat mempercepat
kerusakan sel.
Walaupun beberapa penelitian tidak menunjukkan efek yang positif dalam hal
pemberian suplemen terhadap status gizi dan performa atlet, status gizi dari atlet
tersebut kemungkinan menjadi faktor utama penyebab eksperimen yang dilakukan
tidak efektif. Atlet dengan kondisi terpenuhi asupan zat gizi dalam sehari dapat
dipastikan tidak membutuhkan tambahan zat gizi dari suplemen (Williams.
2002; Webb. 2006).

8
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan
Dari ulasan diatas maka dapat dirumuskan Home Care adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komperhensif yang diberikan kepada
individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit. Herbal adalah jenis tanaman yang berkhasiat
guna menyembuhkan berbagai penyakit, sedangkan Supplement adalah beberapa
tambahan yang berasaldari ekstrak tumbuhan ataupun hewan yang mengandung
unsur-unsur zat gizi atausecara farmakologi dinyatakan dapat memberikan efek
bagi kesehatan.

Faktanya kebanyakan masyarakat yang ada di daerah pedesaan lebih memilih


pengobatan secara tradisional dibanding mengkonsumsi obat yang mengandung
bahankimia. Banyak penyebab obat herbal mengalami tren kenaikan cukup pesat.
Pertama,obat herbal diyakini lebih aman. Kedua bahan baku obat herbal di
Indonesiamelimpah. Ketiga obat herbal lebih terjangkau atau lebih murah
harganya.

Suplementasi vitamin dan mineral merupakan hal umum yang dilakukan oleh
praktisi olahraga. Pada kenyataanya, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
performa olahraga dapat meningkat jika menerapkan pola makan yang baik dan
ditambah dengan mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral dalam jangka
waktu tertentu.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulkan tersebut, diharapkan :
 Pengobatan tradisional perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan peran
serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan primer
 Pengobatan tradisional perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai warisan
budaya bangsa, tetapi perlu pula membatasi praktik-praktik yang
membahayakan kesehatan.

9
Daftar Pustaka

Purwanto, Budhi. 2016.Obat Herbal Andalan Keluarga. Yogyakarta : FlashBook

Tambayong, Jan. 2014.Farmakologi Keperawatan, Ed.2. Jakarta: Buku Kedokteran


EGCParellangi, Andi. 2012. Home Care Nursing: Aplikasi Praktik Berbasis Evidence –
Based .Jakarta: Penerbit Andi.

Putri, D. M., & Rachmawati, N. (2018). Antropologi Kesehatan : Konsep dan Aplikasi
Antropologi dalam Kesehatan. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS

10

Anda mungkin juga menyukai