Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang kami diskusikan yaitu :

1.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep berpikir kritis dalam praktik


keperawatan
2. mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah proses keperawatan
sebagai kerangka kerja perawat professional
3. mahasiswa mampu menjelaskan konsep pengkajian keperawatan
4. mahasiswa mampu menjelaskan konsep merumuskan diagnosis
keperawatan
5. mahasiswa mampu menjelaskan konsep perencanaan asuhan keperawatan
6. mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis intervensi dalam asuhan
keperawatan
7. mahasiswa mampu menguraikan proses evaluasi asuhan keperawatan

1.4 Metode Penulisan

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu melalui tinjauan
pusataka dengan mencari materi dari buku-buku yang berkaitan dengan konsep
materi tersebut kemudian kami rangkum mejadi sebuah makalah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep berpikir kritis dan pengambilan keputusan dalam keperawatan

2.1.1 Pengambilan keputusan klinis dalam praktik keperawatan

Pengambilan keputusan klinis adalah kegiatan pemecahan maasalah


yang berfokus pada penentuan masalah klien dan memilih penatalaksanaan
yang tepat (Smith Higuchi dan Donald, 2002). Perawat membuat keputusan
klinis sepanjang waktu untuk meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatan klien, yang berarti mengurangi tingkat keparahan atau bahkan
menyelesaikan masalah tersebut dengan tuntas. Perawat harus mengambil
keputusan dan membantu klien mengambil keputusan. Ketika dihadapkan
dengan beberapa kebutuhan klien pada saat yang sama, perawat harus
memprioritaskan dan memutuskan klien yang harus dibantu terlebih dahulu.
Beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat keputusan
klinis antara lain:
1. Mengetahui klien Anda dengan cara membangun tingkat pengetahuan
yang dapat membawa pola-pola pengenalan gejala dan respon klien
(White, 2003).
2. Meluangkan waktu pada pertemuan pertama dengan klien untuk
mengobservasi perilaku dan menentukan temuan fisik.
3. Mengamati klien secara konsisten untuk melihat timbulnya masalah.
4. Selalu jadikan klien sebagai tujuan utama saat Anda memecahkan masalah
klinis klien.

Memutuskan pilihan tindakan keperawatan harus dibangun atas


pengetahuan klinis dan data klien. Hal tersebut berdasarkan hal-hal berikut:

1. Identifikasi status dan situasi klien.


2. Pengetahuan mengenai variabel klinis (contoh: usia, tingkat masalah,
patologi masalah, riwayat penyakit klien) yang memengaruhi kondisi
klien dan bagaimana variabel tersebut saling memengaruhi satu sama lain.
3. Penilaian tentang perjalanan dan hasil yang biasanya terjadi pada satu
masalah tertentu, pertimbangan resiko kesehatan klien meliputi;
pengetahuan tentang pola masalah atau prognosis.
4. Data tambahan yang berhubungan dengan kebutuhan klien sehari-hari,
kapasitas fungsional, dan sumber daya sosial.
5. Pengetahuan tentang pilihan terapi keperawatan dan bagaimana pilihan
terapi tersebut dapat memiliki efek terhadap situasi klien.

Sikap tertentu sangat penting dalam berpikir kritis. Sikap ini


didasarkan pada asumsi bahwa orang yang rasioanl termotivasi untuk
berkembang, belajar, dan tumbuh. Seseorang yang berpikir kritis berupaya
membentuk sikap atau sifat sebagai berikut :

a. Kemandirian Berpikir
b. Berorientasi Keadilan
c. Pemahan Terhadap Egosentrisitas dan Sosiosentralitas
d. Kerendahan Hati intelektual dan Penundaan Penilaian
e. Keberanian Intelektual
f. Integrasi
g. Ketekunan
h. Percaya Terhadap logika
i. Berminat Menggenali Pikiran dan Perasaan
j. Keingintahuan
Ada beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan, yaitu:
1. Mengenal dan mendefinisikan suatu masalah.
2. Mengumpulkan informasi yang terkait.
3. Membuat kesimpulan yang mungkin terjadi.
4. Menguji kesimpulan tersebut.
5. Mengevaluasi kesimpulan yang kita buat.
6. Pengambilan keputusan akhir.
2.1.2 Kompetensi berpikir kritis
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan profesional
untuk membuat penilaian tentang profesionalisme itu sendiri. Kompetensi berpikir
kritis dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Berpikir kritis umum, kompetensi ini mencakup 2 proses penting
dalam berpikir kritis yaitu pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan.
2. Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis, k o m p e t e n s i i n i
mencakup pertimbangan diagnosis, kesimpulan klinis dan
p e m b u a t a n keputusan klinis
3. Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan, kompetensi ini
mencakup pendekatan sistematis yang diperlukan dalam mengkaji
dan menelaah kondisi klien, mengidentifikasi respon klien terhadap
masalah yang ada, melakukan tindakan yang sesuai, dan dilanjutkan
dengan mengevaluasi apakah tindakan yang dilakukan telah benar
dan baik.
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa dalam berpikir kritis
menyangkut hal-hal sebagai berikut.
Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah pendekatan yang dilakukan secara sistematis,
logis dan resmi dalam memecahkan suatu masalah. Metode ilmiah ini
sangat bermanfaat diterapkan dalam situasi yang terkontrol. Namun,
situasi yang dihadapi seorang professional kesehatan sering kali
menghadapi situasi yang berubah-ubah (tidak terkontrol). Untuk itu
diperlukan sebuah metode ilmiah yang dimodifikasi untuk mengatasi
kendala tersebut.
Berikut adalah tabel perbandingan metode ilmiah dan metode ilmiah
modifikasi.
Metode Ilmiah Metode Ilmiah Modifikasi
Menyatakan masalah penelitian. Menyatakan masalah .
Menentukan tujuan. Mengumpulkan informasi.
Meninjau literatur terkait. Menganalisis informasi.
Merumuskan hipotensi dan
Mengembangkan solusi.
menentukan variable terkait.
Memilih metode untuk menguji
hipotensi.
Memilih populasi, simple dan
tatanan.
Melakukan kajian perintis. Membuat keputusan.
Mengumpulkan data. Mengimplementasikan keputusan.
Menganalisis data. Mengevaluasi keputusan.
Membuat kesimpulan.
Pemecahan Masalah

Perawat sering berhadapan dengan masalah yang dimiliki klien. Disini


perawat selanjutnya bertugas mencari sebuah pemecahan masalah secara
saksama dengan mengevaluasi solusi yang mungkin dan memilih solusi
yang terbaik untuk diimplementasikan. Pemecahan masalah tersebut
diusahakan melalui beberapa pendekatan. Ada 2 pendekatan yang sering
digunakan dalam pemecahan masalah.

1. Trial and Error


Pendekatan yang digunakan dalam memcahkan masalah dengan
mencoba berbagai pendekatan sampai menemukan solusi. Namun,
dalam asuhan keperawatan, pendekatan ini sering kali membahayakan
klien dikarenakan adanya peluang dalam mencoba menemukan solusi
tidak sesuai diterapkan.
2. Intuisi
Intuisi merupakan sebuah hal yang juga serupa dengan dugaan ataupun
perkiraan. Intuisi adalah pemahaman mengenai suatu hal tanpa
penalaran yang disadari. Dalam intuisi, sebuah pengalaman adalah
faktor utama keberhasilan intuisi itu dilakukan untuk pemecahan
masalah. Pengalaman akan memberikan sebuah perkiraan yang akurat.

Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah proses berpikir kritis untuk memilih


tindakan yang terbaik guna mencapai tujuan yang diharapkan. Pengambilan
keputusan harus sesuai dengan mekanisme yang sistematis agar
menghasilkan keputusan yang terbaik. Urutan langkah proses pengambilan
keputusan, meliputi;

1. Identifikasi tujuan.
2. Menetapkan criteria.
3. Menimbang criteria.
4. Mencari alternatif.
5. Mengkaji alternatif.
6. Memproyeksikan.
7. Mengimplementasikan.
8. Evaluasi hasil.

Penentuan Diagnosis

Penentuan diagnosis ditetapkan dengan memeriksa gejala-gejala yang


timbul berdasarkan analisa dan pemikiran yang sistematis agar diagnosa
yang ditentukan tepat dan sesuai.

Dalam kompetensi pemikiran kritis, salah satunya adalah pengambilan


keputusan klinis. Pengambilan keputusan klinis merupakan kegiatan
pemecahan masalah yang berfokus pada penentuan masalah klien dan
memilih penatalaksanaan yang tepat (Smith Higuchi dan Donald, 2002).
Pengambilan keputusan klinis memerlukan penilaian yang hati-hati agar
anda dapat memilih pilihan yang tepat agar mencapai hasil terbaik sesuai
kondisi dan prioritas masalah klien. Dalam melakukan tindakan
keperawatan, hendaknya kita mengidentifikasi diagnosis pasien, analisis
masalah klien, mempertimbangkan sumber untuk mengatasi masalah,
memutuskan pengkombinasian aktivitas dalam penanganan pasien, dan
melaksanakan aktivitas yang lebih membutuhkan keprofesionalan
keperawatan.

Yang kedua adalah proses keperawatan sebagai kompetensi. Perawat


menerapkan proses keperawatan sebagai kompetensi pada saat
memberikan perawatan pada klien. (kataoka-yahiro dan Saglor, 1994).
Pada proses keperawatan sebagai kompetensi, mencakup lima tahap
pendekatan yaitu pelaksanaan pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi, serta yang terakhir adalah pelaksanaan evaluasi.

2.1.3 Model-model berpikir kritis


2.1.4 Proses keperawatan sebagai kerangka kerja praktik keperawatan
Proses keperawatan merupakan lima tahap pendekatan pengambilan
keputusan klinis yang mencakup pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi dan evaluasi yang dimana pada akhirnya dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan klien sampai ketingkat kesejahteraan yang optimum.
Perawatan ini bisa saja individual, kelompok atau komunitas. Tujuan dari
proses keperawatan sendiri adalah untuk mendiagnosis dan mengobati
respons manusiawi terhadap masalah kesehatan yang telah ada atau yang
sedang mengancam (ANA,2003).
Dalam pengkajian, perawat dihadapkan dengan proses pengumpulan
data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan
dan fungsional klien pada saat ini dan waktu sebelumnya serta untuk
menentukan pola respons klien saat ini dan waktu sebelumnya (Carpenito-
Moyet,2005). Setelah melakukan pengkajian, perawat akan mendiagnosis
klien dimana perawat harus mengambil keputusan klinis tentang respons
individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual
dan potensial atau proses kehidupan (NANDA-I,2007). Lanjut dengan
perencanaan, perawat melakukan penyusunan tujuan yang diinginkan,
penetapan prioritas serta pemilihan tindakan intervensi. Implementasi
menjadi langkah keempat dimana perawat melakukan tindakan
keperawatan, evaluasi formatif terhadap tindakan dan perubahan. Terakhir
evaluasi yaitu terdiri dari hubungan antara hasil dengan tujuan yang
ditetapkan, konsistensi tindakan dalam fase proses dengan kriteria standar
perawatan yang ditetapkan dan pengaruh variabel struktural pada hasil dan
proses
Proses keperawatan dapat dikatakan sebagai kerangka kerja praktik
keperawatan karena melibatkan kompetensi berpikir kritis umum dan
spesifik dengan cara yang sesuai kebutuhan klien sehingga praktik
keperawatan sangat tepat karena digunakan sistematis, baik secara mandiri
atau sebagai komponen operasional dari suatu model sistem, di pandang
sebagai proses sistem pengembangan keperawatan.

2.2 Perumusan diagnosis keperawatan

2.2.1 Definisi diagnosis keperawatan


2.2.2 Berpikir kritis dalam perumusan diagnosis keperawatan

Tipe Diagnosis Keperawatan


Lima tipe diagnosis keperawatan, yaitu aktual, risiko,
sejahtera, kemungkinan, dan sindrom.
1. Diagnosis aktual adalah masalah klien yang ada pada saat
pengkajian keperawatan. Contohnya, adalah ketidakefektifan
Pola Napas dan Ansietas. Diagnosis keperawatan aktual
didasarkan pada adanya tanda dan gejala yang berkaitan.
2. Diagnosis keperawatan risiko adalah penilain klinis bahwa
tidak ada masalah, tetapi adanya faktor risiko menunjukkan
bahwa suatu masalah mungkin muncul, kecuali perwat
melakukan intervensi. Misalnya semua orang yang amsuk
rumah sakit memiliki beberapa kemungkinan mendapat
infeksi; namaun, klen diabetes atau klien luluh imun beresiko
lebih tinggi daripada klien lain.
3. Diagnosis sejahtera “Menejelaskan respns manusia terhadap
derajat kesejahteraan pada individu, keluarga, atau masyarakat
yang memiliki kesiapan untuk penungkatan kondisi.(NANDA
Internasional, 2003, hlm 263). Contohnya diagnosis kejahtera
adalah Kesiapan untuk Peningkatan Kesejahteraan Spiritual
atau Kesiapan untuk Peningkatan Komping Keluarga.
4. Diagnosis keperawatan kemungkinan adalah diagnosis yang
ditegakkan jika bukti masalah kesehatan tidak lengkap tidak
jelas. Diagnosis kemunugkinan memerlukan lebih bayak data
baik untuk mendukung ataupun menyangkalnya. Misalnya,
seseorang janda lansia yang tinggal sendirian di rawat dirumah
sakit. Perwat memerhatiakan ia tidak aa yang meembesuk dan
senang dengan perhatian dan perbincanagan dari staf
keperawatan.
5. Diagnosis sindrom adalah diagnosis yang dikaitkan dengan
sekelompok diagnosis lain (Alfaro-LeFevre, 1998). Enam
diagnosis sindrom saat ini terdapat pada daftar NANDA
Internasional. Misalnya, Risiko Disuse Syndrome dapat
dialami oleh klien yang tirah, baring dalam jangka waktu yang
lama. Kelompok diagnosis yang terkait dengan sindrom ini.
Mencakup Hambatan Mobilitas Fisik, Risiko Kerusakan
Konstipasi Jarinagan, Risiko Intoleren Aktivitas, Risiko
Konstipasi, Risiko Infeksi, Risiko Cidera, Risiko
Ketidakberdayaan, Gangguan Pertukaran Gas, dan sebaginya.

Komponen Diagnosis Keperawatan NANDA


Diagnosis keperawatan memiliki tiga komponen yaitu tediri
dari :
1. Masalah (Judul Diagnosis) dan Defenisi
Pernyataan masalh atau judul diagnosis, menjelaskan
masalah kesehtan klien atau respons yang memunculkan terapi
keperawatan. Judul diagnosis menggambarkan status kesehtan
klien dengan jelas dan singkat dalam beberapa kata. Tujuan judul
diagnosis adalah mengarahkan pembentukan tujuan klien dan hasil
yang diharapkan. Judul diagnosis dapat menunjukkan beberpa
interverensi keperawatan.
2. Etiologi (Faktor Berhubungan dan Faktor Risiko)
Komponen etiologi diagnosis keperawatan
mengidentifikasi satu atau lebih penyebab masalah kesehatan yang
mungkin, memberikan petunjuk untuk terapi keperawatan yang
diperlukan, dan memungkinkan perawat menghususkan perawatan
klien. Membedakan anatara penyebab yang mungkin pada
diagnosis keperawatan sangat penting karena tiap penyebab
mungkin memerlukan intervensi keperawatan yang berbeda.
3. Batasan Karakteristik
Batasan Karakterisitik adalah kelompok tanda dan gejala
yang meununjukkn adanya judul diagnosis ternetu. Untuk
diagnosis keperawatan aktual, batasan karakteristik adalah tanda
dan gejala klien. Untuk diagnosis keperawatn risiko, tidak ada
tanda subjektif dan objektif. Dengan demikian, faktor yang
menyebabkan klien lebih rentan disbanding “keadaan normal”
terhadap masalah membentuk etiologi diagnosis keperawatan.
2.2.3 Pernyataan diagnosis keperawatan
Berdasarkan kamus Webster, diagnosis adalah keterampilan
atau tindakan mengidentifikasi suatu penyakit dari tanda-tanda dan
gejala yang muncul. Proses diagnosis merupakan hasil dari analisis
data dan identifikasi Anda dari respon klien terhadap masalah
pelayanan kesehatan. Istilah diagnosis berarti “untuk membedakan”
atau “untuk mengetahui”. Diagnosis keperawatan adalah keputusan
klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan (NANDA International, 2007). Ini merupakan
pernyataan yang menggambarkan respon actual dan potensial klien
terhadap masalah kesehatan yang boleh dan mampu ditangani oleh
perawat.
Diagnosis keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan
tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi Anda, sebagai
perawat, yang dapat diandalkan (NANDA International 2007).
Diagnosis keperawatan berfokus pada respon aktual atau potensial
klien terhadap masalah kesehatan dibandingkan dengan kejadian
fisiologis, komplikasi, atau penyakit.
Menurut Gordon, tahapan diagnosis keperawatan terdiri dari 4
kegiatan, yaitu mengumpulkan informasi, menginterpretasi informasi,
mengelompokkan informasi, dan menamai informasi.
Penggunaan standar formal pernyataan diagnosis keperawatan
memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Menyediakan definisi yang tepat yang dapat memberikan bahasa
yang sama dalam memahami kebutuhan klien bagi semua anggota
tim pelayanan kesehatan.
2. Memungkinkan perawat untuk mengomunikasikan apa yang
mereka lakukan sendiri, dengan profesi pelayanan kesehatan lain,
dan masyarakat.
3. Membedakan peran perawat dari dokter atau penyelenggara
pelayanan kesehatan lain.
4. Membantu perawat berfokus pada bidang praktik keperawatan.
5. Membantu mengembangkan pengetahuan keperawatan.
Hubungan diagnosis dengan berpikir kritis sangat berkaitan erat
karena untuk dapat mendiagnosis suatu hal, kita tidak bisa asal-asalan
tapi harus ditentukan berdasarkan banyak aspek.

2.2.4 Sumber-sumber kesalahan dalam perumusan diagnosis


Diagnosis merupakan penilaian klinik tenteng respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual dan potensial. Namun, dalam melakukan
diagnosis, kita sering menjumpai kesalahan-kesalahan dalam
pelaksanaan tersebut. Sumber dari kesalahan diagnosis tersebut
diantaranya adalah kesalahan dalam pengumpulan data, kesalahan
dalam intepretasi dan analisis data, serta kesalahan dalam pernyataan
diagnosis.
Yang pertama adalah kesalahan dalam pengumpulan data.
Kesalahan dalam hal pengumpulan data sangatlah sering ditemui
dalam diagnosis. Untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan
data, perlu dimiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai semua
teknik pemeriksaan (kotak 17-4). Ada beberapa cara agar dalam
pengumpulan data tidak terjadi kesalahan diantaranya adalah kita
harus meninjau ulang tingkat kenyamanan dan kompetensi dalam
melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik sebelum mengumpulkan
data. Kita harus focus pada satu system tubuh agar mendapatkan
pmeriksaan yang lengkap. Meninjau ulang pengkajian klinis diruang
kelas atau klinik. Dengan begitu akan memberikan kita kesempatan
belajar yang berguna untuk menentukan bagaimana memperbaiki
pengkajian atau mengumpulkan informasi tambahan. Kita harus benar-
benar menentukan keakuratan data yang kita peroleh. Data yang tidak
akurat berarti salah menginterpretasikan data dari klien , memilih
tindakan yang tidak sesuai, dan mengancam kualitas pelayanan. Yang
terakhir adalah teratur dalam pemeriksaan yang sesuai dan siap
digunakan serta lingkungan tersebut tenang, nyaman, dan bersifat
pribadi bagi klien. Yang kedua adalah kesalahan dalam intepretasi dan
analisis data. Setelah pengumpulan data perlu peninjauan untuk
meyakinkan bahwa temuan fisik objektif yang diukur mendukung data
subjektif. Sebagai contoh ketika klien mengeluh “sulit bernapas,” kita
juga ingin mendengar bunyi paru, memeriksa frekuensi pernapasan,
dan mengukur pengembangan dada klien. Saat anda tidak dapat
memvalidasi data, ini menunjukkan ketidaksesuaian antara petunjuk
klinis dan diagnosis keperawatan. Kita juga harus mempertimbangkan
dengan teliti petunjuk konflik dan memutuskan jika ada petunjuk yang
tidak cukup untuk membuat diagnosis. Yang ketiga adalah kesalahan
dalam pengelompokan data. Kesalahan dalam pengelompokkan terjadi
saat data dikelompokkan terlalu cepat,tidak benar, atau tidak
dikelompokkan sama sekali. Penutupan pengelompokkan yang terlalu
cepat terjadi saat anda membuat diagnosis keperawatan sebelum
mengelompokkan semua data. Pengelompokkan yang salah terjadi saat
kita mencoba untuk membuat diagnosis keperawatan dan gejala yang
ditemui. Pada contoh ini, pemeriksaan selanjutya menunjukkan klien
memiliki distensi kandung kemih, urine yang menetes saat berkemih,
dan tipe inkontinensia adalah inkontinensia overlow. Akibat dari
temuan ini adalah dapat membuat diagnosis yang lebih akurat. Oleh
karena itu, kita harus menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan
data yang kita peroleh. Diagnosis keperawatan yang salah akan
mempengaruhi kualitas pelayanan klien. Yang terakhir adalah
kesalahan dalam pernyataan diagnosis. Pemilihan pernyataan
diagnosis yang benar akan menghasilkan pemilihan intervensi
keperawatan dan hasil yang sesuai (Dochterman dan Jones, 2003).
Untuk mengurangi kesalahan diagnosis, harus menggunakan bahasa
keperawatan standar dari NANDA 1 agar membantu meyakinkan
keakuratan pernyataan diagnosis. Pernyataan diagnosis seperti “tidak
senang dan khawatir tentang kesehatan” bukanlah diagnosis yang
berdasarkan ilmu pengetahuan, dan akan menyebabkan kesalahan.
Bahasa harus sesuai dan tepat, seperti adaptasi yang tidak efektif
berhubungan dengan ketakutan akan diagnosis medis.”
Ada beberapa tambahan untuk mengurangi kesalahan dalam
pernyataan diagnosis, diantaranya adalah mengenali respon klien,
bukan diagnosis medis, mengenali pernyataan diagnosis NANDA 1
dibandingkan gejala, mengenali etiologi yang dapat ditangani
dibandingkan tanda klinis atau masalah kronis, mengenali masalah
yang disebabkan oleh pengobatan atau pemeriksaan diagnostic,
daripada terapi atau pemeriksaan itu sendiri, mengenali respons klien
terhadap peralatan dibandingkan peralatan itu sendiri, mengenali
masalah kliendibandingkan masalah pelayanan keperawatan,
mengenali masalah klien dibandingkan tindakan keperawatan,
mengenali masalah klien dibandingkan tujuan, menggunakan
pertimbangan professional dibanding dugaan, menghindari pernyataan
yang tidak sesuai hukum, mengenali masalah dan etiologi untuk
menghindari pengulangan pernyataan dan mengenali satu masalah saja
pada pernyataan diagnostik.

2.2.5 Kelebihan dan keterbatasan diagnosis keperawatan


Sebagai seorang perawat harus mampu peka terhadap kondisi
klien. Rasa kepekaan ini akan berhubungan dengan menentukan apa
yang harus dilakukan terhadap kebaikan kondisi dari klien, istilah ini
dapat dikatakan dengan diagnosis.
Adapun kelebihan dari diagnosis keperawatan itu sendiri,
diantaranya petunjuk untuk proses perencanaan dan pemilihan
tindakan keperawatan, meningkatkan komunikasi antara perawat dan
profesi kesehatan lain, memberikan kontribusi untuk status profesional
dari disiplin, memiliki potensi memberikan sebuah jalan untuk
pengembangan teori dan keperawatan penelitian, menurut Gordon
diagnosis keperawatan memberikan metode untuk mensintesis dan
mengkomunikasikan perawat “pengamatan dan penilaian” dan
“kemampuan untuk berkomunikasi kebutuhan kesehatan klien dapat
mempengaruhi pendanaan pelayanan kesehatan preventif dan
komprehensif perawatan”.
Namun, disamping itu masih ada keterbatasan dalam diagnosis
keperawatan, diantaranya masih kurangnya kesepakatan antara
perawat mengenai keperawatan NANDA yang telah disahkan,
perawatan masih diselenggarakan disekitar diagnosis medis dan
perawat yang terlibat dalam penyelesaian tugas didasarkan pada fokus
ini, daftar diagnosis keperawatan tidak selalu sesuai dengan situasi
klien.

2.2.6 Dokumentasi diagnosis keperawatan


Dokumentasi diagnosis keperawatan adalah kegiatan
memasukan rencana keperawatan tentang diagnosis keperawatan klien
yang telah dibuat dalam bentuk tertulis. Dokumentasi ini dibuat denga
disertai tanggal, waktu, tanda tangan , judul diagnosa dan diurutkan
mulai dari prioritas yang tertinggi tanpa melihat urutan kronologisnya.
Menulis dokumentasi merupakan kegiatan yang sangat penting
yang menjadi bagian dalam bidang keperawatan dikarenakan kekuatan
informasi adalah inti dalam praktik keperawatan. Kata dokumentasi
memiliki 2 kekhususan yaitu “dos” dan “don’ts” . Dos maksudnya
adalah bahwa dokumentasi yang dibuat harus mudah dibaca, ditulis
dalam tinta dan disertai unsur data dokumentasi seperti tanggal, dan
sebagainya. Sedangkan, don’ts maksudnya adalah dokumentasi yang
tidak mendukung kesimpulan atau pendapat, biasanya ditulis
menggunakan pensil sehingga dapat dihapus.
Dewasa ini, dokumentasi dibuat dengan bantuan program
komputer agar memudahkan proses pembuatan dan memudahkan
proses pembacaan dokumentasi yang dibuat. Tak hanya itu, NANDA
(Nursing Diagnosis: The International Jounal of Nursing Language
and Classification) telah mengembangkan bahasa untuk membantu
komunikasi dengan profesi kesehatan lainnya tentang diagnosis
keperawatan yang berhubungan dengan masalah pelayanan kesehatan
klien.

BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A. & Anne G. Perry.(2009).Fundamental of Nursing 3nd ed.


Phidelpia: Lippincott.

Potter, Patricia A. & Anne G. Perry.(2009).Fundamental Keperawatan Edisi 7


Terjemahan.Jakarta: Salemba Medika.

Rubenfeld, M. Gaie, Barbara K. Scheffer.(1999).Critical Thingking in Nursing: an


Interactive Approach 2nd ed. DNLM: Library of Congress.

Bandman, Elsie L. & Bandman, Bertram.(1995).Critical Thinking in Nursing


(Second Edition). Norwalk: Appleton & Lange.

Alfaro-LeFevre, Rosalinda.(2009).Critical Thinking and Clinical Judgment (Fourth


Edition): A Practical Approach to Outcome-Focused Thinking. St. Louis:
Saunders Elsevier.

Carnevali, Doris L.. (1983).Nursing Care Planning (Third Edition): Diagnosis and
Management. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.

Swansburg, R.C.2001.Pengembangan Staf Keperawatan: Suatu Komponen


Pengembangan Sumber Daya Manusia.Jakarta: EGC.

Christensen, P.J. & Kenney, J.W.(2009).Proses Keperawatan: Aplikasi Model


Konseptual.Jakarta: EGC.

Fundamentals of Nursing: Standards, Practice sec. Ed Sue C. Delaune Patricia K


Ladner hal. 113
Lynda, J.C.(2002).Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC.

Kozier, Barbara., et al.(2010).Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan


Praktik edisi 7 Terjemahan.Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai