Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEBAB-SEBAB JEJAS, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL

Disusun Oleh :

ADELLA (202102001)

AGNES RAHMA PITALOKA (202102002)

ALIFIAN MU AZIS (202102003)

AMELIA SHANDRA (202102004)

ANNASTASYA DESINTA N. (202102005)

ARISTA PUTRI SEPTIANI (202102006)

BUNGA APRILIANI PUTRI (202102007)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

2021/2022

1
KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “sebab-sebab jejas, kematian dan adaptasi sel”
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah patofisiologi. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang sebab-sebab jejas, kematian dan adaptasi sel bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Supardi selaku dosen mata kuliah
patofisiologi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Klaten, 27 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..1
KATA PENGATAR ............................................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................................................. 4
Latar Belakang ........................................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah...................................................................................................................................... 4
Tujuan ........................................................................................................................................................ 4
BAB II .............................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................................................ 5
Jejas Sel………………………………………………………………………………………………………………………………………………..5

Adaptasi sel………………………………………………………………………………………………………………………………………….7

Kematian Sel………………………………………………………………………………………………………………………………………..9

BAB III ...........................................................................................................................................................12


PENUTUP ......................................................................................................................................................12
Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………………………12

Saran………………………………………………………………………………………………………………………………………………….12

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………………………………………13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit yang diderita oleh pasien pada dasarnya yang diserang adalah sel dan sel akan
melakukan adapatasi (menyesuaikan diri). Sel normal merupakan mikrokosmos yang
berdenyut tanpa henti, secara tetap mengubah stuktur dan fungsinya untuk memberi reaksi
terhadap tantangan dan tekanan yang selalu berubah. Bila tekanan atau rangsangan terlalu
berat, struktur dan fungsi sel cenderung bertahan dalam jangkauan yang relatif sempit.
Setiap sel dapat beradaptasi dan berkemampuan untuk berkembang biak. Bila sel tersebut
rusak dan mati, maka sel-sel yang masih hidup akan terus membelah diri terus menerus sampai
jumlahnya mencukupi kembali. Penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap,
mempertahankan kesehatan sel meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan
adaptasi tersebut melampaui batas maka akan terjadi jejas sel atau cidera sel bahkan kematian
sel. Dalam bereaksi terhadap tekanan yang berat maka sel akan menyesuaikan diri, kemudian
terjadi jejas sel atau cidera sel yang akan dapat pulih kembali dan jika tidak dapat pulih kembali
sel tersebut akan mengalami kematian sel (Setyawan & Yani, 2020)

1.2 Rumusan Masalah


➢ Apa pengertian jejas sel serta hal-hal apa yang menyebabkan terjadinya jejas sel?
➢ Apa pengertian adaptasi sel dan apa saja bentuk adaptasi sel?
➢ Apa saja jenis kematian sel serta akibat kematian sel?

1.3 Tujuan
➢ Untuk mengetahui jejas sel dan hal-hal yang menyebabkan terjadinya jejas sel
➢ Untuk mengetahui adaptasi sel dan bentuk adaptasi sel
➢ Untuk mengetahui jenis kematian sel dan akibat kematian sel

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 JEJAS SEL

Sel merupakan partisipan aktif di lingkungannya, yang secara tetap menyesuaikan struktur
dan fungsinya untuk mengakomodasi tuntutan perubahan dan stres ekstrasel. Sel cenderung
mempertahankan lingkungan segera dan intraselnya dalam rentang parameter fisiologis yang
relatif sempit-sel mempertahankan ho-meostatis normalnya. Ketika mengalami stres fisiologis
atau rangsang patologis, sel bisa beradaptasi, mencapai kondisi baru dan mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Respons adaptasi utama adalah atrofi, hipertrofi, hiperplasia dan
metaplasia. Jika kemampuan adaptatif berlebihan, sel mengalami jejas. Dalam batas waktu
tertentu, cedera bersifat reversibel, dan sel kembali ke kondisi stabil semula namun dengan
stres berat atau menetap, terjadi cedera ireversibel dan sel yang terkena mati. (Robbins, 2010)
Jejas sel (cidera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap
rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel
dapat pulih dari cidera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cidera
Berikut ini berbagai penyebab cidera sel atau jejas sel: (Setyawan & Yani, 2020)
1. Hipoksia

Hipoksia adalah cidera sel akibat penurunan konsentrasi oksigen. Hipoksia bisa terjadi
karena hilangnya perbekalan darah akibat gangguan aliran darah. Dapat juga karena hilangnya
kemampuan darah mengangkut oksigen seperti karena anemia atau keracunan. Respon
adaptasi sel terhadap hipoksia tergantung pada tingkat keparahan hipoksia.

Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat dari :

a. Iskemia (kehilangan pasokan darah), Dapat terjadi bila aliran arteri atau aliran vena
dihalangi oleh penyakit vaskuler atau bekuan didalam lumen.
b. Oksigenisasi tidak mencukupi karena kegagalan kardiorespirasi. Misalnya pneumonia.
c. Hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah misalnya anemia, keracunan karbon
monooksida.

5
Tergantung pada derajat keparahan hipoksi, sel-sel dapat menyesuaikan, terkena jejas atau
mati. Sebagai contoh, bila arteri femoralis menyempit, sel-sel otot skelet tungkai akan mengisut
ukurannya (atrofi). Penyusutan massa sel ini mencapai keseimbangan antara kebutuhan metabolik
dan perbekalan oksigen yang tersedia. Hipoksi yang lebih berat tentunya akan menyebabkan jejas
atau kematian sel. (Triaoktaviamaulan, 2021)

2. Bahan kimia

Bahan kimia termasuk obat-obatan menyebabkan perubahan terhadap berbagai fungsi sel,
seperti fungsi penghasil energy, mencerna lipid dan protein sehingga sel menjadi rusak dan mati.
Sebagai contoh ulkus lambung (luka pada lambung) yang sering terjadi karena sering
mengkonsumsi obat analgetik dan kortikosteroid. Hal tersebut menyebabkan sel mukosa lambung
cidera dan rusak dan akhirnya terjadi ulkus (luka).

Bahan kimia dan obat-obatan lain yang dapat menyebabkan jejas sel :

a. Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol).


b. Bahan bukan obat misalnya, timbale dan alkohol.

3. Agen fisika

Agen fisik seperti trauma mekanik, suhu rendah dan suhu terlalu tinggi, radiasi dan trauma
listrik. Semua agen fisik tersebut dapat menyebabkan perubahan atau pergeseran struktur sel yang
mengakibatkan terganggunya fungsi sel yang akhirnya menyebabkan kematian sel

4. Agen mikrobiologi

Agen mikrobiologi adalah berbagai jenis bakteri, virus, mikoplasma, klamida, jamur dan
protozoa yang mengeluarkan eksotoksin yang dapat merusak dinding sel sehingga dinding fungsi
sel terganggu dan akhirnya menyebabkan kematian sel.

5. Mekanisme imun

Reaksi imun sering menjadi penyebab kerusakan pada sel. Sebagai contoh penyakit alergi yang
sering dialami pasien usia lanjut atau karena reaksi imun lain yang menimbulkan gatal atau
kerusakan sel kulit.

6
6. Defek Genetik

Defek genetik dapat menyebabkan perubahan patologis yang menyolok, sepertr mal- formasi
kongenital yang disebabkan oleh sindrom Down atau tak kenLara, seperti substitusi asam amino
tunggal pada hemoglobin S anemia sel sabit. Beberapa kesalahan metabolisme saat lahir akibat
defisiensi enzimatik kongenital merupakan contoh kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan
oleh perubahan '"sepele" yarrg sering kali terjadi pada asam deoksiri- bonukleat (DNA).

7. Ketidakseimbangan Nutrisi

Bahkan di zaman berkembangnya kemakmuran global sekarang ini, defisiensi nutrisi masih
merupakan penyebab utama jejas sel. Insufisiensi (ketidakcukupan) kalori-protein pada
masyarakat yang serba kekurangan merupakan contoh nyata; defisiensi vitamin tertentu sering
terjadi, bahkan di negara industrialis dengan standar hidup relatif tinggi. Ironisnya, nutrisi yang
berlebihan juga merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas; misalnya, obesitas jelas
meningkatkan risiko penyakit disbetes melitus tipe 2 (dahulu disebut tidak dependen insnlin, onset
dewasa). Selain itu, diet kaya lemak hewani sangat bersangkut-paut pada per- kembangan
aterosklerosis serta kerentanan terhadap banyak gangguan, termasuk kanker.

8. Penuaan

Penyembuhan jaringan cedera tidak selalu menghasilkan perbaikan struktur atau fungsi yang
sempurna. Trauma berulang juga dapat menimbulkan degenernsi jaringan, meskipun tanpa
kematian sel sama sekali. Selain itu, proses penuaan sel (senescerce) intrinsik menimbulkan
perubahan kemampuan perbaikan dan replikasi sel dan jaringan. Semua perubahan itu
menyebabkan penurunan kemampnan berespons terhadap rangsang dan cedera eksogen dan,
akhirnya menyebabkan kematian organisme.(Robbins, 2010)

2.2 ADAPTASI SEL

Sel mampu mengatur dirinya dengan cara mengubah struktur dan fungsinya sebagai respon
terhadap berbagai kondisi fisologis maupun patologis. Kemampuan inilah yang disebut dengan
adaptasi selular. Agar sel terus menjalankan fungsinya maka sel harus melakukan mekanisme

7
adaptasi saat mendapatkan cidera sehingga sel dapat bertahan hidup. Ditinjau dari beban kerja sel,
maka adaptasi sel dapat dibagi menjadi:
1. Adaptasi terhadap peningkatan beban kerja sel
2. Adaptasi terhadap penurunan beban kerja sel

Berikut ini adalah bentuk adaptasi yang dilakukan sel (Nair, 2015) :

1. Menambah ukuran sel (hipertrofi)

Didefinisikan sebagai pembesaran jaringan atau organ karena pembesaran selnya yang tidak
disertai peningkatan fungsi organ atau jaringan tersebut. Hipertrofi dapat bersifat fisiologik dan
patologik. Sebagai contoh kondisi hipertrofi patologik dapat dilihat pada jaringan otot jantung
yang mengalami peningkatan beban kerja seperti pada pasien yang bertahun-tahun menderita
hipertensi. Sedangkan kondisi hipertrofi fisiologik seperti otot rangka pada binaragawan yang
memang sengaja dibentuk sebagai hasil mengangkat beban berat.

Terdapat 3 jenis utama hipertrofi yaitu :

a. Hipertrofi fisiologis terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja suatu sel secara
sehat.
b. Hipertrofi patologis terjadi sebagai respons terhadap suatu keadaan sakit
c. Hipertrofi kompensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih peran sel lain
yang telah mati.

2. Mengurangi ukuran sel (Atropi)

Kejadian dimana organ atau jaringan yang terbentuk tumbuh mencapai batas normal tetap
kemudian mengalami penyusutas. Sifatnya dapat fisiologik misalnya pada proses aging (penuaan)
dimana seluruh bagian tubuh tampak mengecil bertahap. Lebih jelas jika dilihat pada usia lanjut
yang mengalami atrofi endokrin sehingga produk hormonnya menurun. Atropi patologik dapat
terjadi pada otot individu yang mengalami immobilisasi sehingga otot tidak pernah digerakkan
sehingga otot akan semakin mengecil.

8
3. Menambah jumlah sel (hyperplasia)

Hiperplasia terjadi karrena kenaikan absolute padasebuah jaringan atau organ sehingga
menyebabkan pembesaran jaringan atau organ tersebut dan fungsi organ atau jaringan tersebut
juga meningkat. Hal ini hanya dapat terjadi pada sel labil seperti sel epidermis atau sel darah. Tidak
terjadi pada sel permanent seperti sel otot rangka, saraf dan jantung. Contoh hiperplasi fisiologik
adalah pembesaran sel uterus pada saat seorang wanita hamil sehingga janin dapat tumbuh
membesar didalamnya. Sedangkan hiperplasi patologik biasanya terjadi karena rangsangan
hormonal berlebih misalnya hyperplasia endometrium akibat pengeluaran hormon estrogen yang
tidak terkendali dan merupakan prekursor terjadinya proliferasi keganasan.

4. Merubah sel (metaplasia)

Bentuk adaptasi yang terjadi berupa perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel matur jenis
lain. Misalnya sel epitel torak yang dapat bersekresi diganti oleh sel epitel gepeng berlapis yang
tidak dapat bersekresi yang terjadi pada saluran pernafasan seorang perokok. Hal ini tidak
menguntungkan karena lender yang merupakan alat proteksi saluran pernafasan terhadap bakteri
debu dan benda asing tidak terbentuk sehingga saluran pernafasan mudah mengalami
infeksi.(Setyawan & Yani, 2020)

2.3 KEMATIAN SEL

Sebelumnya sudah dibahas bahwa cidera dapat disebabkan kekurangan oksigen (hipoksia),
bahan kimia, agen fisik, agen mikrobiologi dan mekanisme imun. Berdasarkan tingkat
kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan menjadi 2 kategori utama yaitu jejas reversible
(degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian sel). Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika
sel dapat kembali ke fungsi dan morfologi semula jika rangsangan perusak ditiadakan. Sedangkan
jejas irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan berlangsung secara terus-menerus, sehingga
sel tidak dapat kembali ke keadaan semula dan sel itu akan mati.(Setyawan & Yani, 2020)

Terdapat dua jenis utama kematian sel, yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis (dari bahasa yunani
apo = “dari” dan ptosis = “jatuh”) adalah kematian sel terprogram (programmed cell death), yang
normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan pada organisme

9
multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari beragam stimulus dan selama apoptosis
kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol dalam suatu regulasi yang teratur.

1. Apoptosis

Adalah suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan teratur tahap molekular yang
menyebabkan disintegrasi sel. Apoptosis tidak ditandai dengan adanya pembengkakan atau
peradangan, namun sel yang akan mati menyusut dengan sendirinya dan dimakan oleh oleh sel di
sebelahnya. Apoptosis berperan dalam menjaga jumlah sel relatif konstan dan merupakan suatu
mekanisme yang dapat mengeliminasi sel yang tidak diinginkan, sel yang menua, sel berbahaya,
atau sel pembawa transkripsi DNA yang salah. Kematian sel terprogram dimulai selama
embriogenesis dan terus berlanjut sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang
menimbulkan apoptosis meliputi isyarat hormon, rangsangan antigen, peptida imun, dan sinyal
membran yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi. Virus yang menginfeksi sel akan
seringkali menyebabkan apoptosis, yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian virus dan sel
pejamu (host). Hal ini merupakan satu cara yang dikembangkan oleh organisme hidup untuk
melawan infeksi virus.(Triaoktaviamaulan, 2021)

Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai berikut :

a. Sel mengkerut
b. Kondesasi kromatin
c. Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
d. Fagositosis oleh sel di sekitarnya

2. Nekrosis

Adalah kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh. Nekrosis
biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Faktor yang sering menyebabkan
kematian sel nekrotik adalah hipoksia berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan toksin dan
radikal bebas, dan kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya sel. Respon imun dan
peradangan terutama sering dirangsang oleh nekrosis yang menyebabkan cedera lebih lanjut dan
kematian sel sekitar. Nekrosis sel dapat menyebar di seluruh tubuh tanpa menimbulkan kematian
pada individu. Istilah nekrobiosis digunakan untuk kematian yang sifatnya fisiologik dan terjadi

10
terus-menerus. Nekrobiosis misalnya terjadi pada sel-sel darah dan epidermis. Indikator Nekrosis
diantaranya hilangnya fungsi organ, peradangan disekitar nekrosis, demam, malaise, lekositosis,
peningkatan enzim serum.

Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis yaitu :

a. Disgestif enzimatik sel baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel mati) atau
heterolysis(enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan sering meninggalkan cacat
jaringan yang diisi oleh leukosit imigran dan menimbulkan abse.
b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi protein struktur dan
protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel sehingga untuk sementara morfologi
sel dipertahankan.

Kematian sel menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan akhirnya organa sitoplasma hilang
karena dicerna oleh enzym litik intraseluler (autolysis).

3. Akibat Kematian Sel

Kematian sel dapat mengakibatkan gangren. Gangren dapat diartikan sebagai kematian sel
dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan sebagai kering dan basah. Gangren kering
sering dijumpai diektremitas, umumnya terjadi akibat hipoksia berkepanjangan. Gangren basah
adalah suatu area kematian jaringan yang cepat perluasan, sering ditemukan di organ dalam dan
berkaitan dengan infasi bakteri kedalam jaringan yang mati tersebut. Gangren ini menimbulkan
bau yang kuat dan biasanya disertai oleh manivestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari
gangren kering. Gangren ren gas adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap
infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri anaerob yang disebut clostridium. Gangren gas cepat
meluas kejaringan disekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya toksin yang mematikan oleh bakteri
yang membunuh sel-sel disekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan terhadap toksin ini dan apabila
terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas. Gangren jenis ini dapat mematikan
(Triaoktaviamaulan, 2021).

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Sel dalam keadaan tertentu akan mengalami jejas yang berhubungan dengan kerusakan sel.
Hal ini dikarenakan sel yang merupakan unit fungsional terkecil makhluk hidup sering
berinteraksi dengan zat-zat dan kondisi baru. Ada banyak factor yang dapat menyebabkan
cideranya sel, yaitu hipoksia (defisiensi oksigen atau bahan makanan kritis lain, sebab tanpa
oksigen berbagai aktivitas pemeliharaan dan sintetis dari sel berhenti dengan cepat) , bahan
kimia, agen fisika, agen mikrobiologi, mekanisme imun, defek genetic, ketidakseimbangan
nutrisi, dan penuaan. Jenis cidera fisik yang sebenarnya menyangkut robeknya sel atau paling
sedikit gangguan hubungan special umum antara berbagai organel atau integritas struktur salah
satu organel atau lebih. Agar sel terus menjalankan fungsinya maka sel harus melakukan
mekanisme adaptasi saat mendapatkan cidera sehingga sel dapat bertahan hidup . Terdapat
bentuk adaptasi yang dilakukan sel antara lain menambah ukuran sel (hipertrofi), mengurangi
ukuran sel (atropi), menambah jumlah sel (hyperplasia), dan merubah sel (metaplasia). Ada
banyak bentuk kerusakan sel yang dibagi menjadi dua yaitu, bentuk umum dan bentuk khusus.
Bentuk umum terdiri dari degenerasi atau infiltrasi, nekrosis dan apoftosis. Sedangkan bentuk
khusus terdiri dari gangren dan infark.

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis serta para pembaca, dan materi yang
ada bisa diterima dengan baik tanpa adanya unsur negative.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nair, Muralitharan. Peate, Ian. 2015. Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta. EGC

Robbins. (2010). Buku Ajar Patologi, Edisi 7. In Nasional (Vol. 2).

Setyawan, A. B., & Yani. (2020). Patofisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. 28.

Triaoktaviamaulan. (2021). Jejas, Adaptasi dan kematian sel. Nuevos Sistemas de Comunicación
e Información, 2013–2015. http://triaoktaviamaulan.blogspot.com/2014/04/makalah-jejas-
adaptasi-dan-kematian-sel.html

13

Anda mungkin juga menyukai