Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH JEJAS DAN ADAPTASI SEL

O
L
E
H

Nabila Natasya
S1 Keperawatan

Dosen Pembimbing:
Drg. Rahmi Fadhilah Putri, M.H.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI


SUMATRA BARAT
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Rasa syukur tiada terkira atas kehadiran Allah swt, yang mana atas berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah “Jejas Dan Adaptasi Sel”
dengan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan. Tujuan penyusunan makalah ini bagi kami
adalah untuk melatih pemecahan masalah secara ilmiah. Selain itu, juga untuk memenuhi target
untuk tugas individu berhubungan dengan pelajaran ilmu dasar keperawatan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Masalah 4
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jejas 5

2.2 Penyebab Terjadinya Jejas 5

2.3 Jenis Jejas 8

2.4 Pembagian Adaptasi Sel 10


BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA

3
\ BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel normal merupakan mikrokosmos yang berdenyut tanpa henti, secara tetap
mengubah stuktur dan fungsinya untuk memberi reaksi terhadap tantangan dan
tekanan yang selalu berubah. Bila tekanan atau rangsangan terlalu berat, struktur dan
fungsi sel cenderung bertahan dalam jangkauan yang relatif sempit.
    Penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap, mempertahankan kesehatan
sel meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan adaptasi tersebut
melampaui batas maka akan terjadi jejas sel atau cedera sel bahkan kematian sel.
Dalam bereaksi terhadap tekanan yang berat maka sel akan menyesuaikan diri,
kemudian terjadi jejas sel atau cedera sel yang akan dapat pulih kembali dan jika
tidak dapat pulih kembali sel tersebut akan mengalami kematian sel. Dalam makalah
ini akan membahas tentang mekanisme jejas, dan adaptasi sel.

1.2 Rumusan Masalah


1.    Apa pengertian jejas sel ?
2.    Apa penyebab jejas sel ?
3. Apa saja jenis jejas?
3.    Bagaimana proses adaptasi pada sel ?

1.3 Tujuan
  Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah Mengetahui pengertian jejas sel,
Mengetahui penyebab jejas sel, Menjelaskan proses adaptasi pada sel, menjelaskan
jenis jenis jejas, dan Menjelaskan proses terjadinya kematian pada sel.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian jejas atau kerusakan sel


Sel merupakan partisipan aktif di lingkungannya, yang secara tetap menyesuaikan
struktur dan fungsinya untuk mengakomodasi tuntutan perubahan dan stress ekstrasel.
Sel cenderung mempertahankan lingkungan segera dan intraselnya dalam rentang
parameter fisiologis yang relatif sempit. Sel mempertahankan homeostasis. Ketika sel
beradaptasi secara berlebihan saat sel mengalami stress fisiologis atau rangsangan
patologis maka sel mengalami jejas.
    Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap
rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu
berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar
serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat
mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan
sifat transportasinya.
    Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan menjadi 2
kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian
sel). Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat kembali ke fungsi dan
morfologi semula jika rangsangan perusak ditiadakan. Sedangkan jejas irreversible
adalah suatu keadaan saat kerusakan berlangsung secara terus-menerus, sehingga sel
tidak dapat kembali ke keadaan semula dan sel itu akan mati. Cedera menyebabkan
hilangnya pengaturan volume pada bagian-bagian sel.

2.2 Penyebab Jejas Sel


Penyebab terjadinya jejas sel (cedera sel) :
1.Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat dari :
a. Iskemia (kehilangan pasokan darah)
Dapat terjadi bila aliran arteri atau aliran vena dihalangi oleh penyakit vaskuler atau
bekuan didalam lumen.

5
b.    Oksigenisasi tidak mencukupi karena kegagalan kardiorespirasi. Misalnya
pneumonia.
c.    Hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah misalnya anemia, keracunan karbon
monooksida.
Tergantung pada derajat keparahan hipoksi, sel-sel dapat menyesuaikan, terkena
jejas atau mati. Sebagai contoh, bila arteri femoralis menyempit, sel-sel otot skelet
tungkai akan mengisut ukurannya (atrofi). Penyusutan massa sel ini mencapai
keseimbangan antara kebutuhan metabolik dan perbekalan oksigen yang tersedia.
Hipoksi yang lebih berat tentunya akan menyebabkan jejas atau kematian sel.
2. Faktor fisik
a.    Trauma
Trauma mekanik dapat menyebabkan sedikit pergeseran tapi nyata, pada organisasi
organel intrasel atau pada keadaa lain yang ekstrem, dapat merusak sel secara
keseluruhan.
b.    Suhu rendah
Suhu rendah mengakibatkan vasokontriksi dan mengacaukan perbekalan darah untuk
sel. Jejas pada pengaturan vasomotor dapat disertai vasodilatasi, bendungan aliran
darah dan kadang-kadang pembekuan intravaskular. Bila suhu menjadi cukup rendah
aliran intrasel akan mengalami kristalisasi.
c.    Suhu Tinggi
Suhu tinggi yag merusak dapat membakar jaringan, tetapi jauh sebelum titik bakar ini
dicapai, suhu yang meningkat berakibat jejas dengan akibat hipermetabolisme.
Hipermetabolisme menyebabkan penimbunan asam metabolit yang merendahkan pH
sel sehingga mencapai tingkat bahaya.
d.    Radiasi
Kontak dengan radiasi secara fantastis dapat menyebabkan jejas, baik akibat ionisasi
langsung senyawa kimia yang dikandung dalam sel maupun karena ionisasi air sel
yang menghasilkan radikal “panas” bebas yang secara sekunder bereaksi dengan
komponen intrasel. Tenaga radiasi juga menyebabkan berbagai mutasi yang dapat
menjejas atau membunuh sel.
e.    Tenaga Listrik

6
Tenaga listrik memancarkan panas bila melewati tubuh dan oleh karena itu dapat
menyebabkan luka bakar dan dapat mengganggu jalur konduksi saraf dan berakibat
kematian karena aritmi jantung.

3.    Bahan kimia dan obat-obatan


Banyak bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya perubahan pada
beberapa fungsi vital sel, seperti permeabilitas selaput, homeostasis osmosa atau
keutuhan enzim dan kofaktor. Masing-masing agen biasanya memiliki sasaran khusus
dalam tubuh, mengenai beberapa sel dan tidak menyerang sel lainnya. Misalnya
barbiturat menyebabkan perubahan pada sel hati, karena sel-sel ini yang terlibat dalam
degradasi obat tersebut. Atau bila merkuri klorida tertelan, diserap dari lambung dan
dikeluarkan melalui ginjal dan usus besar. Jadi dapat menimbulkan dampak utama
pada alat-alat tubuh ini. Bahan kimia dan obat-obatan lain yang dapat menyebabkan
jejas sel :
a.    Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol).
b.    Bahan bukan obat misalnya, timbale dan alkohol.
4.    Bahan penginfeksi atau mikroorganisme
Mikroorganisme yang menginfeksi manusia mencakup berbagai virus, ricketsia,
bakteri, jamur dan parasit. Sebagian dari organisme ini menginfeksi manusia melalui
akses langsung misalnya inhalasi, sedangkan yang lain menginfeksi melalui transmisi
oleh vektor perantara, misalnya melalui sengatan atau gigitan serangga. Sel tubuh
dapat mengalami kerusakan secara langsung oleh mikroorganisme, melalui toksis
yang dikeluarkannya, atau secara tidak langsung akibat reaksi imun dan perandangan
yang muncul sebagai respon terhadap mikroorganisme.
5.    Reaksi imunologik, antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen. Antigen
endogen (misal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun.
6.    Kekacauan genetik misalnya mutasi dapat menyebabkan mengurangi suatu
enzim kelangsungan.
7.    Ketidakseimbangan nutrisi, antara lain :
a.    Defisiensi protein-kalori.

7
b.    Avitaminosis.
c.    Aterosklerosis, dan obesitas.
8.    Penuaan.

2.3 Jenis-jenis jejas


1.    Jejas Reversibel
Mula-mula hipoksia menyebabkan hilangnya fosforilasi oksidatif dan
pemberntukan ATP oleh mitokondria.penurunan ATP (dan peningkatan AMP
secara bersamaan) merangsang fruktokinase danm fosforilasi, menyebabkan
glikolisis aerobik. Glikogen cepat menyusut dan asam laktat dan fosfat anorganik
terbentuk, sehingga menurunkan PH intrasel pada saat ini terjadi pengumpalan
kromatin inti. Manifestasi awal dan umum pada jejas hipoksik non letal ialah
pembengkakan sel akut ini disebabkan oleh :
a.   Kegagalan transfortasi aktif dalam mrmbran dari pada ion Na, ion K-ATPase
yang sensitive oubain mengakibatkan natrium masuk kedalam sel ,kalium keluar
dari dalam sel dan bertambahnya air secara isokomik.
b.   Peningkatan beban osmotik intrasel karena penumpukan fosfat dan laktat
anorganik serata nukleosida purin.
2.    Jejas ireversibel
Jejas ireversibel ditandai ole vakuolisasi keras mitondria kerusakan
membrane plasma yang luas ,pembengkakan lisosom oleh bocornya enzim
kedalam sitoplasma dan karena aktivasi pencernaan enzimatik komponen sel dan
inti. Ada dua peristiwa yang penting  pada jeja ireversibel :deplesi ATP dan
kerusakan  mebran sel.
a.   Deplesi ATP peristiwa awal pada jejas sel yang berperan pada konsekuensi
hipoksia iskemik yang fungsional dan structural dan juga pada keruksaan
membran walaupun demikian masih menjadi pertanyaan apakah hal ini adalah
sebagai akibat atau ireversibelitas.
b.   Kerusakan membran sel fase paling awal jelas ireversibel berhubungan
dengan defek membran sel fungsional dan structural.beberapa mekanisme
mungkin berperan pada kerusakan membranedemekian.

8
c.    Kehilangan fosfolifid yang progresif disebabkan oleh : Aktifitas fosfolifid
membrane oleh peningkatan kalsium sistolik dissul oleh degradasi fosfolifid dan
hilanhnya fosfolifid  atau penurunan reasilasi dan sintesis fosfolifid munhkin
berhubungan dengan hilannya ATP.
d.   Abnormalitas sitoskeletal .Aktivasi protease intrasel didahului oleh
peningkatan kalsium sistolik dapat menyebabkan pecahnya elemen sitoskeletal
intermediate menyebakan mebran sel rentan terhadap tarikan dan robekan
terutama dengan adanya pembengkakan sel.
e.   Spesies oksigen reaktif. Hal ini terjadi  pada jejas reperfusi yang terjadi
setelah pemulian aliran darah keorang yang iskemik .spesies oksigen yang toksik
kebanyakan terbentuk dari leukosit polimorfonukleaus yangv berinfiltrasi.
f.     Produk pemecahan lipid, asam lemak bebas dan lisfosfolifid dan langsung
bersifat toksik terhadap membrane.
g.   Hilangnya asam amino intrasel seperti glisin dan L-alanin yang penyebabnya
belum diketahuai. Hilangnya integritas membrane menyebabkan influx massif
kalsium dari ruang ekstrasel,berakibat disfungsi mitokondria,inhibisi enzim sel
denaturasi protein dan perubahan sitoglogik yang karakteristik bagi
nekrosis  koagulatif .
Keadaan iskemik dan hipoksi berkelanjutan, atau menjadi bertambah berat akan
memperburuk reaksi intrasel karena akan disertai proses kerusakan membran sel
dan/ atau intisel, sehingga perbaikan situasi tidak akan bermanfaat lagi. Atas
kehidupan sel yang terkena jejas. Jejas reversibel berubah menjadi ireversibel.
Kerusakan membran sel dapat terjadi akibat :
1.   Kekurangan/habisnya ATP sel.
2.   Fosfolipid membran hilang (sintesis turun, degradasi naik)
3.   Terbentuknya partikel lipid (asam lemak bebas, lisofosfolipid)
4.   Spesimen oksigen toksik
5.   Perubahan sitoskelet
6.   Pecahnya lisosom.
Membran sel niormal terdiri atas susunan mosaik lipid protein, senyawa
biomolekuler fosfolipid dan globul-globul protein tertancap dalam dua lapisan

9
lipid. Bila membran sel masih intakt (utuh, tanpa cacat), merupakan hal yang
penting dalam menjaga permeabilitas dan volume sel normal, regulasi volume,
peningkatan permeabilitas atas molekul-molekul ekstrasel, misalnya inulin. Bila
secara ultrastruktur ditemukan defek membran plasma keadaan ini merukpakan
tahap awal jejas sel ireversibel. Hasil akhir kerusakan membran plasma akan
menimbulkan kalsium (Ca++). Influks, dari ekstraseluler yang berkonsentrasi
tinggi (10ˉ³M). Jaringan iskemik masif akan mengalami reperfusimasif Ca++, dan
setelah reoksigenisasi dengan cepat ditarik kearah mitokondria-menetap-
meracuninya, menghambat enzim sel, mengubah bentuk protein intrasel secara
denaturasi, sehingga tidak dapat berfungsi lagi secara biomolekulr. Kematian sel
bersifat khas, disebut nekrosis koagulatif=infrak.

2.4 Adaptasi sel dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :


1.    Atrofi
Adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat terjadi akibat
sel atau jaringan tidak digunakan misalnya, otot individu yang mengalami imobilisasi
atau pada keadaan tanpa berat (gravitasi 0). Atrofi juga dapat timbul sebagai akibat
penurunan rangsang hormon atau saraf terhadap sel atau jaringan.
2.    Hipertrofi
Adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan. Hipertrofi merupakan suatu
respon adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu sel.
Terdapat 3 jenis utama hipertrofi yaitu :
a.    Hipertrofi fisiologis terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja suatu
sel secara sehat.
b.    Hipertrofi patologis terjadi sebagai respons terhadap suatu keadaan sakit
c.    Hipertrofi kompensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih peran
sel lain yang telah mati.
3.    Hiperplasia
Adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat peningkatan
mitosis. Hiperplasia dapat terbagi 3 jenis utama yaitu :
a.    Hiperplasia fisiologis terjadi setiap bulan pada sel endometrium uterus selama

10
stadium folikuler pada siklus mentruasi.
b.    Hiperplasia patologis dapat terjadi akibat kerangsangan hormon yang
berlebihan.
c.    hiperplasia kompensasi terjadi ketika sel jaringan bereproduksi untuk mengganti
jumlah sel yang sebelumnya mengalami penurunan.
4.    Metaplasia
Adalah berbahan sel dari satu subtipe ke subtipe lainnya. Metaplasia terjadi
sebagai respon terhadap cidera atau iritasi continue yang menghasilkan peradangan
kronis pada jaringan.
5.    Displasia
  Adalah kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang berbeda
ukuran, bentuk dan penampakannya dibandingkan sel asalnya.Displasia tampak terjadi
pada sel yang terpajan iritasi dan peradangan kronik.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini adalah kita para
pembaca dapat mengetahui definisi jejas, penyebab terjadinya jejas, jenis jenis jejas,
dan adaptasi sel.
Jejas sel adalah cedera pad sel karena suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi
terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau
terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan
besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat
mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan
sifat transportasinya.

3.2 Saran
Hindari hal-hal penyebab yang dapat mengakibatkan jejas sel atau cedera sel agar
dapa terhindar dari kematian sel.

12
DAFTAR PUSTAKA

J. H. Green. 2002. Fisiologi Kedokteran. Tangerang : Binarupa Aksara


Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC
http://4.bp.blogspot.com/_UrJKIId2Id8/Sdr5L37caPI/AAAAAAAAAGQ/BCeqQfATA
R8/s1 600-h/hipofisa+%28pituitary%292.JPG
:http://www.bionet-skola.com/w/images/9/9c/Hipofiz.jpg
http://www.biol.pmf.hr/e-skola/odgovori/odg-slike/odg305-2.gif
http://3.bp.blogspot.com/_UrJKIId2Id8/SdNLhk_DWaI/AAAAAAAAAFo/ZkC5aiuBV
L4/s4 00/3.jpg
http://www.tribunnews.com/foto/bank/images/Tiroid.jpg
http://www.biyolojiegitim.yyu.edu.tr/k/Parthrdm/images/paratiroid_jpg.jpg
http://training.seer.cancer.gov/images/anatomy/endocrine/adrenal_gland.jpg
http://1.bp.blogspot.com/_UrJKIId2Id8/Se7JoxqVdTI/AAAAAAAAAHw/6WTUXjehM
Robiins dan Kumar. 1992.  Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai